MTK Wajib
MTK Wajib
kembang api. Kumpul sama teman satu geng, lalu berteriak dan nunjuk kembang api
yang meledak di langit. Beuh, seketika berasa jadi aktor drama korea.
Padahal, ngeliatinnya cuma pakai singlet dan celana kolor. Tapi, pernah kah kamu
terpikir, kenapa ya kembang api itu bisa meledak dan terbang ketika dibakar?
Jawabannya: logam alkali. Iya, karena ada sifat-sifat logam alkali dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari yang terkadang tidak kita sangka.
Wah, apa tuh logam alkali dan apa hubungannya dengan kembang api? Yuk, kita cari
tahu!
Secara bahasa, alkali berasal dari bahasa "arab" yang berarti “abu”. Bukan, bukan
karena ini kembang api bisa terbakar. Penyebutan ini terjadi karena abu bersifat basa
dan semua logam alkali juga bersifat basa.
Kalau melihat dari tabel periodik, logam alkali termasuk ke dalam golongan IA:
Logam alkali di golongan IA (sumber 7activestudio via Youtube)
Nah, semua unsur yang ada di golongan IA termasuk ke dalam logam alkali, kecuali
hidrogen. Kenapa hidrogen tidak termasuk? Gampangnya, karena karakter yang
dimiliki oleh hidrogen ini “berbeda” dan tidak sesuai dengan karakter logam alkali yang
lain. Iya, hidrogen anaknya antimainstream.
Unsur-unsur yang ada di logam alkali ini tentu punya manfaatnya sendiri-sendiri.
Kalium, misalnya. Senyawa kalium nitrat merupakan campuran yang digunakan dalam
pembuatan bubuk mesiu. Bubuk mesiu (black powder), nantinya akan dimasukkan ke
dalam kembang api. inilah yang bikin kembang api meledak ketika dibakar.
Bubuk mesiu yang terbakar akan menyebabkan ledakan (sumber:kaskus.co.id)
Sekarang, sudah tahu, kan, kenapa logam alkali berpengaruh dalam kembang api yang
kamu pakai saat Ramadan atau tahun baru?
Selain kalium, banyak manfaat logam alkali yang lain, lho. Biar mudah, mari lihat
gambar berikut ya:
Secara fisik, semua logam alkali berwarna putih mengilap (keperakan), kecuali cesium
yang berwarna kuning keemasan. Yah, bisa dibilang logam alkali ini bule yang
kulitnya putih gitu, lah. Sementara cesium orang Indonesia yang sawo matang.
Kalau kamu menemukan logam alkali di alam, kamu bakalan bisa mengirisnya dengan
pisau. Soalnya, tekstur logam ini cenderung lunak. Mirip kayak penghapus karet. Ya…
beda emang sama hati dia yang keras itu. Udah salah, suka nggak mau ngaku lagi!
Belajar dong kayak alkali! Walaupun gampang diiris tapi banyak manfaatnya! Hih!
Sebentar… ini kenapa jadi curhat ya?
Lanjut. Setelah ngomongin warna dan tekstur, kita bahas bentuk. Sebesar dan sepadat
apa logam alkali?
Tentu, karena unsurnya berbeda, jari-jari dan kerapatannya pun bervariasi. Meski
begitu, kalau dilihat dari tabel periodik, jari-jari dan kerapatannya akan semakin
besar dari atas ke bawah (contoh: jari-jari Natrium lebih kecil daripada Kalium).
Selain ketiga hal tadi, ada ciri lain yang khas dari logam alkali. Kalau kamu mencoba
membakar logam ini, api yang dihasilkan akan berbeda-beda.
Litium (merah), natrium (kuning), kalium (ungu), Rubidium (merah), cesium (biru).
(sumber: jussayn.info)
Gimana, sudah mulai terbayang kan, seperti apa bentuk dan sifat-sifat dari logam alkali
ini?
Dari sifat kimia, logam alkali merupakan golongan logam yang paling reaktif.
Maksudnya apa tuh? Artinya, semakin reaktif suatu logam, maka semakin mudah
logam itu melepaskan elektron. Selain itu, jika kita urutkan dari atas ke bawah pada
tabel periodik, maka sifat keelektronegatifan, energi ionisasi, titik leleh, dan titik didihnya
akan semakin kecil.
Sekarang, sudah paham, kan, seperti apa sifat-sifat logam alkali serta manfaatnya.
Ternyata, meskipun punya manfaat yang berbeda di setiap unsurnya, karakteristik dan
sifat-sifat pada logam alkali ini cenderung dapat dengan mudah kita identifikasi ya.
Kalau kamu ingin memelajari materi seperti ini sambil menonton video animasi lucu,
lengkap dengan infografik dan latihan soal, coba aja tonton di ruangbelajar!
Bahayanya :
Menghindari paparan zat penyebab iritasi atau alergi di kulit. Penderita dianjurkan untuk
mencari tahu zat apa yang menyebabkan dermatitis kontak.
Berhenti menggunakan produk yang mengandung zat pemicu iritasi atau alergi.
Menggunakan pelembap kulit. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko kulit kering dan
melindungi kulit.
Kompres area dermatitis kontak dengan kompres dingin. Kompres dapat dilakukan
dengan kain lembap yang dapat meredakan rasa gatal.
Hindari menggaruk daerah dermatitis kontak. Selain itu, penderita perlu memotong kuku
jika tidak bisa berhenti menggaruk.
Lindungi tangan. Bilas dan keringkan tangan saat mencuci tangan, serta gunakan
sarung tangan untuk melindunginya.
Jika upaya meredakan gejala di rumah tidak menunjukkan hasil, maka dokter
dapat meresepkan obat-obatan berupa:
Krim atau salep kortikosteroid. Obat seperti hydrocortisone dioleskan pada kulit 1-2
hari sekali untuk meredakan ruam.
Tablet kortikosteroid. Obat ini akan diberikan jika pasien menderita dermatitis kontak
dengan area kulit cukup luas. Pemberian tablet ini biasanya untuk 5-7 hari. Konsumsi
tablet kortikosteroid dalam waktu lama berisiko menimbulkan beberapa efek samping,
seperti gangguan pertumbuhan pada anak, hipertensi, osteoporosis, serta diabetes.
Apabila pemberian obat-obat di atas belum dapat meredakan gejala, maka dokter dapat
melakukan penanganan dalam bentuk:
Membersihkan kulit dengan sabun untuk kulit sensitif setelah terpapar zat yang
menimbulkan iritasi atau reaksi alergi.
Kenakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk mengurangi kontak langsung
antara kulit dengan zat penyebab alergi dan iritasi.
Gunakan pelembap. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi lapisan terluar kulit,
sehingga kulit terlindung dari zat penyebab alergi atau iritasi.