Bab Dasar Teori Bab 4 Fix

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN


PERHITUNGAN KUANTITAS MIKROBA HITUNG CAWAN (TPC) DAN
BIOMASSA SEL (METODE TURBIDIMETRIK)

Dosen Pembimbing : Drs. Agus Supriyanto, M.Kes.


Asisten Dosen : Afner Christian

Oleh:
Kelompok 8

Dias Agil Saputri 081811133003


Nada Fikna Salsabila 081811133013
Tasya Dwi Farlian Putri 081811133036
Chalis Rif’at Nurwiryawan 081811133042
Gherry Wisnu Pahlevi 081811133043

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
A. Tujuan
1. Dapat mengetahui teknik seri pengenceran dan penentuan konsentrasi
biomassa bakteri yang variable dengan metode hitungan cawan (TPC).
2. Dapat menentukan turbiditas suatu kultur mikroba dengan menggunakan
spektrofotometer dan kolerasinya terhadap hitungan sel yang
bersangkutan.

B. Dasar Teori
2.1 Jenis Metode Perhitungan Mikroba
Mikroba dapat dijumpai pada berbagai jenis bahan makanan, baik makanan
yang berbentuk padat maupun makanan yang berbentuk cair. Untuk mengetahui
jumlah bakteri yang terkandung 1 gram sampel bahan makanan padat atau 1 ml
bahan makanan cair yang diperiksa, maka perlu dilakukan pengenceran sampel
tersebut. Hasil pengenceran ini kemudian diinokulasi pada medium lempeng dan
diinkubasikan. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni bakteri dihitung dengan
memperhatikan faktor pengencernya. Metode hitungan ini didasarkan pada
anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu
koloni (Hastuti, 2012).

2.2 Metode Hitung Cawan Tuang


Dalam percobaan tentang perhitungan jumlah mikroba digunakan metode
total plate count (TPC). Metode ini merupakan analisis untuk menguji cemaran
mikroba dengan menggunakan metode pengenceran dan metode cawan tuang.
Metode cawan tuang adalah metode per plate. Metode ini dilakukan dengan
mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui beratnya ke dalam 10 ml
larutan garam fisiologis, larutan yang digunakan sekitar 1 ml suspensi ke dalam
cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (nutrient
agar), NA/media penyubur merupakan nutrisi untuk makanan mikroba (Timotius,
1982).
Prinsip metode hitungan cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada media agar maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling
sensitif karena memiliki keuntungan sebagai berikut :
a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
b. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penampakan
pertumbuhan spesifik.

2.3 Metode Turbidimetri


Mikroba dalam suatu bahan cair dapat dideteksi berdasarkan kekeruhannya.
Pertumbuhan sel bakteri didalam suatu medium cair akan meningkatkan
kekeruhan media, yang akan mempengaruhi jumlah sinar yang dapat
ditransmisikan menembus medium (Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A. Suprihadi,
2008). Menurut Sutedjo, 1991, pengukuran turbidimetri didasarkan pada prinsip
bahwa jumlah mikroba dalam suatu suspensi adalah sebanding dengan jumlah
sinar yang diteruskan. Turbidimetri diukur sebagai OD (Optical Density) unit
yang sebanding dengan persen cahaya yang diteruskan (%T). Metode ini
digunakan alat kolometri atau spektrofotometer. Alat ini akan mendeteksi jumah
sinar yang diserap dan diteruskan oleh suatu suspensi. Alat ini terdiri dari sumber
cahaya, tempat untuk meletakkan sampel dan photoreseptor untuk mengukur
jumlah cahaya yang diteruskan. Nilai OD yang dihasilkan tidak dapat langsung
memberikan informasi mengenai jumlah sel yang terdapat dalamsuspensi. Nilai
OD akan diubah menjadi jumlah sel atau massa sel menggunakan kurva kalibrasi,
yang dibuat dengan cara menghubungkan nilai OD terhadap beberapa parameter
yang menggambarkan populasi mikroba seperti total viable count.

2.4 Alat yang Digunakan


Alat yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Kuantitas Mikroba adalah
sebagai berikut:
2.4.1 Pembakar Bunsen
Alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah
pembakar bunsen. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena
oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam
pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api
yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru
(paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau
metanol (Oxtoby, 2001).

Gambar 1 Bunsen
(Sumber: Oxtoby, 2001)

2.4.2 Aluminium Foil


Aluminium foil merupakan aluminium yang berbentuk lembaran tipis
(seperti kertas), yang memiliki ketebalan sekitar kurang dari 0,2 mm. Akan
tetapi untuk aplikasi pada umumnya digunakan ketebalan sekitar 0,006 mm.
Dengan ketipisan dan kelembutan propertinya memungkinkan aluminium jenis
ini digunakan untuk membungkus suatu benda. Bagaimanapun juga lembaran
aluminium jenis foil ini mudah sekali rusak, terbakar, dan mudah
untukdihancurkan. Untuk aplikasi, umumnya juga foil ini dilapis dengan
material lain seperti plastik atau kertas untuk membuatnya lebih berguna
(Astawan, 2008).

Gambar 2 Alumunium Foil


(Sumber: Astawan, 2008)
2.4.3 Beaker Glass
Beaker glass digunakan sebagai tempat untuk memanaskan larutan,
menguapkan pelarut, dan melarutkan zat sebelum diencerkan. Gelas Beaker
memiliki grade yang menunjukan volume tetapi tidak direkomendasikan untuk
digunakan. Fungsi Beaker Glass dalam praktikum untuk meletakkan larutan
sebelum dipindahkan (Riswiyanto, 2005).

Gambar 3 Beaker Glass


(Sumber: Riswiyanto, 2005)

2.4.4 Tabung Reaksi


Tabung reaksi berfungsi sebagai media pertumbuhan dan penampungan
cairan, seperti pelarut. Tabung reaksi dapat diisi dengan media padat. Prinsip
kerjanya yaitu pada waktu memanaskan media dalam tabung reaksi, tabung reaksi
harus berada dalam keadaan miring diatas nyala api. Tabung reaksi jika disterilkan
dalam autoklaf harus ditutup dengan kapas dan alumunium foil. Tabung reaksi
membutuhkan rak tabung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan tabung
reaksi (Andriani, 2016).

Gambar 4 Tabung Reaksi


(Sumber: Andriani, 2016)
2.4.5 Cawan Petri
Kegiatan di laboratorium kita sangat membutuhkan alat lab seperti halnya
dalam hal mempelajari mikroorganisma seperti bakteri dan virus kita
membutuhkan alat untuk mengisolasi terhadap gangguan spesies lain dan untuk
itu kita memerlukan tempat/wadah untuk menempatkan mikroorganisma
tersebut. Alat yang paling tepat adalah Cawan petri (petri dish), alat ini
berbentuk bulat bisa terbuat dari kaca atau plastik dan memiliki ukuran
bervariasi biasanya berdiameter 6 cm; 7,5 cm atau 10 cm dengan tinggi 1,5 cm.
Alat lab ini dinamakan Cawan Petri (Petri Dish) karena diambil dari nama
penemunya seorang ahli bakteri dari Jerman bernama Julius Richard Petri dan
sejak itu petri dish (cawan petri) menjadi bagian penting dari sebuah penemuan
untuk peralatan laboratorium (Abdullah, 2009).

Gambar 5 Cawan Petri


(Sumber: Abdullah 2009)

2.4.6 Kapas
Kapas merupakan sebuah bahan yang terbuat dari serat kapas. Kapas
digunakan dalam berbagai hal, misalnya bahan pembuatan benang, pembuatan
tekstil, bahan spons bedak, serta bahan perban. Penggunaan kapas untuk
sterilisasi adalah sebagai sumbat mulut peralatan gelas seperti tabung reaksi,
labu ukur, dan pipet volume. Mulut peralatan gelas ditutup menggunakan kapas
agar uap saat sterilisasi menggunakan autoklaf tidak masuk dalam alat-alat
tersebut sehingga tetap kering (Agustin, 2008).

Gambar 6 Kapas
(Sumber: Agustin, 2008)
2.4.7 Waterbath
Waterbath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa
mempertahankan suhu air pada kondisi tertentu selama selang waktu yang
ditentukan. Prinsi kerja dari Waterbath saat dingin mensterilisasi steker
dihidupkan, dipilih suhu yang diinginkan (jika memungkinkan) dan atur.
Pengaturan harus dilakukan sesuia dengan pembacaan thermostat (bila tersedia),
atau sesuai dengan suatu sistem pengawasan suhu. Waterbath pada laboratorium
mikrobiologi, digunakan untuk menginkubasi kultur mikrobiologi (Abdullah,
2009)

Gambar 7 Water Bath


(Sumber : Abdullah, 2009)
2.4.8 Pipet Volume
Pipet volume (sering disebut juga pipet gondok) merupakan alat gelas
yang berbentuk mirip pipa akan tetapi terdapat cembung pada tengah-tengah
batang pipa tersebut. Pipet volume dapat mengambil larutan tertentu dengan
volume yang tepat. Pipet gondok mempunyai skala 25 mL dan batas tera
menggunakan bola hisap. Pipet volume pada praktikum Penghitungan Kuantitas
Mikroba: Hitung Cawan (TPC) dan Biomassa Sel (Metode Turbidimetrik)
digunakan untuk pengambilan sampel dengan volume yang akurat
(Abdullah,2009).

Gambar 8 Pipet Volume


(Sumber : Abdullah 2009)
2.4.9 Spektrofotometer
Spektrofometer merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari
cahaya yang di serap sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah yang digunakan ketika radiasi
ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur (Soetarjo,
2008).

Gambar 9 Spektrofotometer
(Sumber : Soetarjo, 2008)

2.4.10 Colony Counter


Colony counter adalah alat bantu yang digunakan untu menghitung koloni
bakteri yang ditumbuhkan di media yang disimpan dalam cawan petri. Colony
counter pertama kali diperuntukkan untuk menghitung sel darah. Jenis colony
counter ada yang otomatis dan semi otomatis, untuk yang otomatis adalah
penghitungan jumlah sudah dilakukan secara otomatis oleh sistem
komputerisasi. Sedangkan yang semi otomatis adalah perhitungan dengan cara
menyentuh bakteri yang tumbuh kemudian alat akan menghitung secara
otomatis. Prinsip kerja dari colony counter adalah menghitung mikroba secara
otomatis dengan bantuan pulpen/tombol hitung (Strober, 2001).

Gambar 10 Colony Counter


(Sumber : Strober, 2001)
2.5 Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan pada praktikum Perhitungan Kuantitas Mikroba
adalah sebagai berikut:
2.5.1 Potato Dextrose Agar (PDA)
Media Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang umum
digunakan untuk menganalisis jenis dan jumlah kapang pada produk makanan.
Masalah yang sering dihadapi dengan penggunaan media ini adalah seringnya
terjadi kegagalan dalam pengamatan morfologi dan penghitungan jumlah koloni
kapang akibat tumbuhnya koloni yang menyebar sehingga menghambat atau
menutupi koloni yang lain (Indriati, dkk., 2010).

Gambar 11 Potato Dextrose Agar


(Sumber: Indriati, 2010)

2.5.2 Saccharomyces Sereviceae


Saccharomyces cerevisiae diklasifikasikan sebagai Ascomycetes, bentuk
selnya bulat telur dengan ukuran diameter 5-10 mikrometer. Khamir ini dapat
dibudidayakan dengan mudah, waktu generasinya pendek, dapat menggandakan
diri dalam waktu 1,5-2 jam pada suhu 30°C, produksinya cepat dan pemeliharaan
beberapa spesimen dengan biaya rendah. Sering digunakan dalam industri
misalnya bir, roti dan anggur fermentasi. Pertumbuhan khamir melewati 4 fase
yang sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang tersedia di dalam medium yaitu fase lag
atau disebut juga fase tenggang dimana bakteri masih beradaptasi dengan
lingkungan disekitarnya, fase logaritma (PK<50%), fase stasioner (PK=50%) dan
fase kematian (PK>50%) (Adam, 2000).

Gambar 12 Saccharomyces Sereviceae


(Sumber: Adams, 2000)
2.5.3 Nutrient Agar (NA)
Nutrient Agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana
yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media
yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air,
sewage, produk pangan. Nutrient Agar (NA) suatu medium yang berbentuk padat,
yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa
kimia. Pada medium NA, nutrien utama penyusunnya yakni adalah kaldu daging
(Indriati, 2010).

Gambar 13 Nutrient Agar (NA)


(Sumber: Indriati, 2010)

2.5.4 Media Nutrient Broth


Nutrient Broth (NB) adalah media yang berbentuk cair dengan bahan
dasar adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antar Nutrient Agar
dengan Nutrient Broth yaitu Nutrient Agar berbentuk padat dan Nutrient Broth
berbentuk cair. Nutrien Broth (NB) merupakan media yang berwarna coklat yang
memiliki konsistensi yang cair dimana media ini berasal dari sintetik dan
memiliki kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan bakteri (Maftuhah, 2015).

Gambar 14 Nutrient Broth (NB)


(Sumber: Maftuhah, 2015)

2.5.5 Alkohol
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh
rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih
yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini
disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Alkohol dapat
berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Alkohol dalam praktikum ini digunakan untuk sterilisasi sebelum dilakukan
percobaan (Riswiyanto,2005).

Gambar 15 Alkohol
(Sumber: Riswiyanto,2015)

Anda mungkin juga menyukai