Laporan Akhir Mikroba Udara Revisi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN


ANALISIS MIKROBA UDARA

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA


Asisten Dosen : Afner Christian

Oleh :
Kelompok 8

Dias Agil Saputri 081811133003


Nada Fikna Salsabila 081811133013
Tasya Dwi Farlian Putri 081811133036
Chalis Rif’at Nurwiryawan 081811133042
Gherry Wisnu Pahlevi 081811133043

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum tentang Mikroba Udara adalah untuk mengetahui
metode isolasi mikroba dari udara dan mengetahui Teknik analisis mikroba
udara.

B. Dasar Teori
Praktikum Analisis Mikroba Udara memiliki beberapa hal yang dibutuhkan
dalam berlangsungnya praktikum.
2.1 Mikroba Udara
Komponen penyusun udara meliputi bakteri, air, polen, debu, senyawa
organik maupun senyawa anorganik. Mikroorganisme yang paling banyak
memenuhi komponen udara bebas adalah bakteri, jamur dan mikro alga, dalam
bentuk vegetatif atau generatif, umumnya berbentuk spora. Udara bukan
merupakan medium tempat bakteri tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan
partikulat, debu, tetesan air yang semua dapat sebagai tempat tumbuh bakteri
Kandungan udara dalam ruangan akan berbeda dengan luar ruangan. Bakteri
dalam ruangan dipengaruhi oleh laju ventilasi, padatnya orang, taraf kegiatan
orang yang menempati ruangan tersebut. Flora bakteri yang terdapat di udara
bersifat sementara dan beragam (Waluyo, 2005).
Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri,
adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering
ataupun terhembus oleh tiupan angin. Bakteri yang berasal dari udara biasanya
akan menempel pada permukaan tanah, lantai, maupun ruangan. Mikroorganisme
yang berasal dari udara yang terutama mengakibatkan infeksi di rumah sakit
misalnya Bacillus sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Pneumococcus,
Coliform, virus hepatitis, Clostridium sp. (Lay dkk, 1992). Bakteri dapat
tersuspensikan sementara dalam bahan partikulat atau terbawa oleh partikel debu
dan tetesan cairan baik yang berukuran besar ataupun kecil. Jumlah dan tipe
bakteri yang mengkontaminsai udara ditentukan oleh sumber kontaminan,
misalnya dari orang yang batuk atau bersin. Organisme yang terbawa oleh udara
dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer, ada sebagian yang
mati dalam hitungan detik sedangkan yang lain dapat bertahan hidup lama.
Ketahanan hidup yang berbeda-beda dari suatu bakteri di udara ditentukan oleh
keadaan lingkungan seperti keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya, suhu, ukuran
partikel pembawa mikroorganisme tersebut serta ciri-ciri mikroorganisme itu
sendiri terutama ketahanan terhadap keadaan fisik di atmosfer. Beberapa metode
penangkapan bakteri udara antara lain dengan cara sedimentasi dan alat
penangkap udara (air sampler) (Pelczar, 1988).

2.3 Distribusi Mikroba di Udara


Mikroorganisme di udara dibagi menjadi 2, yaitu mikroorganisme udara di
luar ruangan dan mikroorganisme udara di dalam ruangan. Mikroba paling banyak
ditemukan di dalam ruangan. Metode yang digunakan Semi – modern dan
konventional.
2.3.1 Mikroba Di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun
terestria. Mikroba di udara pada ketinggian 300 – 1.000 kaki atau lebih dari
permukaan bumi atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang
melekat pada fragmen daun kering, jerami atau partikel debu yang tertiup angin.
Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh
400 mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling
banyak ditemukan yaitu spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan
aspergillus. Mikroba yang ditemukan spora Bacillus dan Clostridium, yeast,
fragmen dari miselium, spora, fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga,
Micrococcus, dan Corynebacterium, dll.
2.3.2 Mikroba Di Dalam Ruangan
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar
orang menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri
tuberkulum, streptokus, pneumokokus, dan staphylokokus. Bakteri ini tersebar
di udara melalui batuk, bersin, berbicara dan tertawa. Virus dari saluran
pernafasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu dan udara.
Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan
yang mengangdung patogen. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu
kali bersin berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Mikroorganisme udara di
Rumah Sakit, meskipun rumah sakit adalah tempat pengobatan berbagai
penyakit, ada kasus dimana penyakit menular tambahan diderita pasien pada saat
rawat inap. Infeksi yang diperoleh selama perawatan dirumah sakit tersebut
disebut infeksi nosokomial dan patogen yang terlibat disebut patogen
nosokomial. Infeksi nosokomial yang banyak ditemukan yaitu berasal dari
Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, anggota Enterobacteriaceae dan virus pernafasan.

2.2 Jenis – Jenis Mikroba yang Ada di Udara


2.2.1 Bakteri
Bakteri yang banyak ditemukan di dalam ruang, antara lain :
a. Micrococcus sp.
Spesies bakteri ini terdapat pada kulit tubuh manusia. Bakteri ini ditemukan
pada area dengan okupansi tinggi atau pada area dengan ventilasi yang tidak baik.
Micrococcus adalah jenis bakteri yang tidak berbahaya. Dalam keadaan normal,
bakteri ini dapat dibasmi dengan sistem ventilasi yang baik dan proses
pembersihan dengan penyedot debu atau sejenisnya.

Gambar 1. Micrococcus sp.


(Sumber : Burge, 2001)
b. Bacillus sp.
Bakteri yang tidak berbahaya ini umumnya diasosiasikan dengan tanah dan
debu. Keadaan temperatur dan kadar air yang tepat pada permukaan yang berdebu
dan keras adalah media yang baik bagi pertumbuhan bakteri ini.
Gambar 2. Bacillus sp.
(Sumber: Burge, 2001)

c. Staphylococcus sp.
Staphylococcus juga terdapat pada permukaan kulit tubuh manusia. Di
antara spesies Staphylococcus yang paling umum terdapat di dalam ruang adalah
Staphylococcus aureus, yaitu patogen yang penting dalam lingkungan rumah
sakit, karena mempunyai kemampuan memecah sel darah merah.

Gambar 3. Staphylococcus sp
(Sumber: Burge, 2001)
d. Batang gram-positif
Batang gram-positif merupakan tipe bakteri yang juga diasosiasikan dengan
tanah dan debu. Meskipun tergolong jenis patogen yang tidak berbahaya, bakteri
ini tumbuh di area yang basah dan lembab seperti pada karpet, dinding, dan
perabot. Bakteri ini dapat dihilangkan dengan cara pembersihan dan sistem
ventilasi yang memadai.
e. Batang gram-negatif
Organisme ini jarang ditemui di lingkungan dalam ruang. Bila ditemukan
dalam konsentrasi yang tinggi, berarti ada keterkaitan dengan bioaerosol dari air
yang terkontaminasi atau sumber-sumber kontaminan lainnya, seperti permukaan
yang basah dan lembab, tumpahan air pembuangan, banjir, atau dari sistem Air
Handling Unit (AHU) yang meningkat. Beberapa bakteri gram-negatif dapat
menyebabkan demam. Terkadang pertumbuhan bakteri ini pada AHU dapat
memicu terjadinya gejala-gejala seperti pneumonia akut. Pembersihan dengan
menggunakan desinfektan merupakan cara yang paling mudah untuk membunuh
bakteri jenis ini.
f. Bakteri Legionella
Legionellosis adalah kumpulan dari gejala klinis yang disebabkab oleh bakteri
Legionella. Penyakit legionella dan pontiac fever adalah bentuk legionellosis yang
sering terjadi. Penyakit legionella mempunyai gejala klinis yang lebih berat dari
pontiac fever. Bakteri Legionella merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit
karena lingkungan dimana penularannya dari sumber air atau tanah yang tercemar
oleh bakteri ini. Penularannya bukan dari manusia ke manusia (Robert, 2000).
Penyakit legionella jumlanya kurang lebih 5 – 15 % dari semua penderita
pneumonia yang ada di masyarakat. Tanpa pemberian antibiotik yang tepat
penyakit legionella ini akan menjadi berat dan akan menimbulkan komplikasi
yang serius bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penyakit legionella ini
mempunyai gejala klinis mirip dengan penuomonia yang diakibatkan oleh kuman
pneumonia yang lain dan diagnosis tidak dapat ditegakkan tanpa adanya
pemeriksaan diagnostik yang khusus. Banyak antibiotik yang digunakan untuk
pengobatan pada infeksi pneumonia yang terjadi pada masyarakat, tetapi hanya
antibiotik tertentu yang dapat digunakan untuk pengobatan pada penyakit
legionella ini. (Robert, 2000). Menurut Robert (2000), klasifikasi bakteri
Legionella adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bakteri
Phylum : Proteobakteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Legionellales
Family : Legionellaceae
Genus : Legionella

Gambar 6. Bakteri Ligeonella pneumophilia


(Sumber: Robert, 2000)
2.2.2 Jamur
Jamur dapat membahayakan kesehatan manusia dengan penyebaran spora
di udara dan terhirup melalui proses inhalasi. Beberapa jenis jamur dapat bersifat
patogen dan menimbulkan efek toksik pada manusia dan vertebrata lainnya.
Paparan material berjamur yang berulang sampai kuantitas tertentu dapat
menyebabkan iritasi saluran pernafasan atau alergi pada beberapa individu
(Bush, et al, 2006). Kelembaban pada substrat termasuk di udara adalah
merupakan salah satu faktor utama dalam pertumbuhan jamur. Sebagian besar
jamur dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang lembab. Air membantu
proses difusi dan pencernaan. Air juga mempengaruhi substrat pH dan
osmolaritas dan merupakan sumber dari hidrogen dan oksigen, yang dibutuhkan
selama proses metabolisme. Pertumbuhan suatu jamur ditentukan oleh water
activity (aw), yaitu kandungan air dari suatu substrat (Robbins, et al, 2000).
Suhu di dalam ruangan dalam rentang 18-24 oC adalah suhu optimal bagi
pertumbuhan kebanyakan jamur, meskipun beberapa jenis jamur dapat hidup
juga di rentang suhu yang luas. Sedikit jamur yang mempunyai temperatur
optimal diatas 30 oC yaitu Aspergillus fumigatus. Jamur di dalam lingkungan
tidak tumbuh jika suhu di atas 30 oC. Spora jamur lebih tahan panas daripada
miselia (mycelia) dan pada umumnya bertahan lebih lama pada suhu yang lebih
luas rentangnya. (Gutarowska & Piotrowska, 2007).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Mikroba di Udara


Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan
kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari
mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. Ada
peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -
18° C sampai 49 oC. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel
influenza, polio dan virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur
rendah, 7-24 °C. tingkat kelembaban relatif (Relative Humidity) optimum untuk
kelangsungan hidup mikroorganisme adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban
relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian
mikroorganisme. Hampir semua virus mampu bertahan hidup lebih baik pada RH
17 sampai 25%. Namun, virus poliomyelitis bertahan lebih baik pada RH 80 –
81%. Kemampuan mikroba bertahan hidup lebih ditentukan oleh RH dan suhu.
Pada semua temperatur, kemampuan mereka untuk bertahan hidup adalah pada
RH ekstrem. Terlepas dari RH, peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu
bertahan (Budiyanto, 2005).
Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada
udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit aliran
udara dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin
penting dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa mereka lebih jauh.
Arus juga memproduksi turbulensi udara yang menyebabkan distribusi vertikal
mikroba udara. Pola cuacaglobal juga mempengaruhi penyebaran vertikal.
Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara. Semakin tinggi dari
permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan
suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat
bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba yang masih mampu
bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan bentuk-bentuk
resisten lainnya (Budiyanto, 2005)

2.4 Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan dalam praktikum tentang mikroba udara adalah
sebagai berikut:
2.4.1 Media Nutrient Agar (NA)
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat,
Nutrient Agar (NA) dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan
menggunakan agar sebagai pemadat. Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan
bahan yang digunakan termasuk dalam kelompok media semi alami, media
semi alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan
dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar)
termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media yang
peling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Berdasarkan
bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan
pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan
atau morfologi koloni bakteri (Muslim, 2011).

Gambar 2.1 Nutrient Agar (NA)


(Sumber: Muslim, 2011)

2.4.2 Media Potato Dextrose Agar (PDA)


Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang
digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.
Komposisi PDA ini terdiri dari bubuk kentang sebanyak 40 gram, dextrose
sebanyak 20 gram dan juga agar sebanyak 15 gram. Bubuk kentang dan dextrose
merupakan sumber makanan untuk jamur dan khamir. PDA juga bisa digunakan
untuk menghitung jumlah mikroorganisme menggunakan metode Total Plate
Count. Industri makanan, industri produk susu dan juga kosmetik menggunakan
PDA untuk menghitung jumlah mikroorganisme pada sample mereka. PDA
berfungsi untuk mengembangbiakkan jamur, sehingga PDA dapat digunakan
untuk membudidayakan jamur tiram. Budidaya jamur tiram menggunakan pH
yang rendah (sekitar 3,5) untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit jamur dan
menambahkan asam atau antibiotik untuk menghambat terjadinya pertumbuhan
bakteri (Sugianto, 2012).

Gambar 2.2 Potato Dextrose Agar


(Sumber : Winda, 2008)

2.5 Alat yang digunakan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum tentang Mikroba udara adalah
sebagai berikut :
2.5.1 Pembakar Bunsen
Alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah
pembakar bunsen. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena
oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam
pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api
yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru
(paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau
indikator (Oxtoby, 2001).

Gambar 2.3 Bunsen


(Sumber: Oxtoby, 2001)

2.5.2 Tabung Reaksi


Tabung reaksi adalah peralatan gelas yang terbuat dari kaca atau ndicat.
Bentuknya kira kira sebesar jari tangan manusia. Tabung reaksi tersedia dalam
berbagai macam ukuran. Namun pada umumnya memiliki ukuran berdiameter
10-20 dengan panjang 50-200 mm. Fungsi tabung reaksi adalah untuk
mencampur, menampung dan memanaskan bahan-bahan kimia cair atau padat,
utamanya untuk uji kualitatif (Abdullah 2009).

Gambar 2.4 Tabung reaksi


(Sumber: Abdullah, 2009)

2.5.3 Pipet Volume


Pipet volume (sering disebut juga pipet gondok) merupakan alat gelas
yang berbentuk mirip pipa akan tetapi terdapat cembung pada tengah-tengah
batang pipa tersebut. Pipet volume dapat mengambil larutan tertentu dengan
volume yang tepat. Pipet gondok mempunyai skala 25 mL dan batas tera
menggunakan bola hisap. Pipet ini digunakan untuk pengambilan sampel dengan
volume yang akurat (Abdullah,2009).

Gambar 2.5 Pipet Volume


(Sumber: Abdullah, 2009)

2.5.4 Cawan Petri


Kegiatan di laboratorium kita sangat membutuhkan alat laboraturium
seperti halnya dalam hal mempelajari mikroorganisma seperti bakteri dan virus
kita membutuhkan alat untuk mengisolasi terhadap gangguan spesies lain dan
untuk itu kita memerlukan tempat/wadah untuk menempatkan mikroorganisma
tersebut. Alat yang paling tepat adalah Cawan petri (petri dish), alat ini
berbentuk bulat bisa terbuat dari kaca atau ndicat dan memiliki ukuran bervariasi
biasanya berdiameter 6 cm; 7,5 cm atau 10 cm dengan tinggi 1,5 cm. Alat lab ini
dinamakan cawan petri (petri dish) karena diambil dari nama penemunya
seorang ahli bakteri dari Jerman bernama Julius Richard Petri dan sejak itu petri
dish (cawan petri) menjadi bagian penting dari sebuah penemuan untuk
peralatan laboratorium (Abdullah, 2009).

Gambar 2.6 Cawan Petri


(Sumber: Abdullah, 2009)
C. Alat dan Bahan
3.1 Alat Commented [L1]: Dimasukkan semua alat2 yang digunakan
label pinser dsb
Alat-alat yang digunakan pada Praktikum Analisis Mikroba Udara adalah :
1. Vacum Cleaner (Penyedot udara) 5. Botol
2. Cawan Petri 6. Kasa steril
3. Pipet 7. Kapas
4. Tabung Reaksi 8. Aluminium Foil

3.2 Bahan Commented [L2]: Sampel yg kalian gunakan klu ada

Bahan – bahan yang digunakan pada Praktikum Analisis Mikroba Udara


adalah :
1. Media NA (Nurient Agar)
2. Media PDA (Potato Dextrose Agar)
3. Aquades
4. Pewarna Gram
5. Alkohol
6. Chlorampenicol Commented [L3]: Brp persen

7. Larutan Fisiologis
D. Cara Kerja Commented [L4]: Selalu diawali dgn tekmik sterilisasi meja
kerja bikin poin tersendiri
Cara kerja yang dilakukan dalam Praktikum Analisis Mikroba Udara adalah:
4.1 Metode Konvensional
Pengujian Keberadaan Mikroba Udara dengan metode konvensional
 Cawan petri yang berisi media NA dan PDA disiapkan.
 Cawan petri yang berisi media PDA ditambahkan dengan larutan
chloramphenicol 1% sebanyak 1 ml.
 Kedua cawan petri dibiarkan terbuka dan diletakkan diatas lemari selama
15 menit.
 Setelah 15 menit, cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 24 jam untuk
media NA dan 7 hari untuk media PDA.

Diperoleh jumlah bakteri >300koloni pada media NA dan terdapat kapang


jenis Aspergillus niger dan Cylindrocarpon yang tumbuh pada media PDA

4.2 Metode menggunakan Vacum Cleaner Commented [L5]: metode semi modern

Pengujian Keberadaan Mikroba Udara dengan menggunakan vacum cleaner


 Kasa steril yang telah dibasahi menggunakan akuades, cawan petri berisi
media NA dan PDA disiapkan.
 Kasa diletakkan pada saringan vacuum cleaner dangan posisi melintang.
 Udara disedot selama 15 menit dengan radius 3 x 3 meter.
 Kasa diambil menggunakan pipet steril dan dimasukkan kedalam botol
steril yang berisi larutan fisiologis.
 Botol ditutup dan dihomogenkan. Commented [L6]: Jangan lupa ada penambahan
chloramphenikol pada pda, ditambahkan jg penghomongenannya
 1 ml larutan didalam botol dimasukkan kedalam 9 ml akuades di tabung dengan teknik apa ditutup menggunakan apa dsb divorteks atau tdk

reaksi.
 Tabung reaksi dihomogenkan menggunakan vortex.
 Larutan dalam tabung reaksi di inokulasikan kedalam kedua cawan petri
yang berisi media.
 Cawan Petri diinkubasi selama 24 jam intuk media NA dan 7 hari untuk
media PDA.
Diperoleh 114 koloni bakteri pada media NA serta terdapat jenis kapang
Penicillum sp. dan Curvularia clavata pada media PDA
E. HASIL
Hasil yang diperoleh dalam praktikum tentang Mikroba Udara adalah sebagai
berikut:
5.1 Pengamatan Mikroba Udara Media Nutrient Agar Vacum Cleaner
Kelompok Hasil Gambar
1 Jumlah koloni bakteri
yang diperoleh 28 koloni

2 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh lebih dari
300 koloni

3 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh 68 koloni

4 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh dari 300
koloni
5 Jumlah koloni bakteri
yang diperoleh dari 300
koloni

6 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh dari 300
koloni

7 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh 134 koloni

8 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh 114 koloni

9 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh lebih dari
300 koloni
10 Jumlah koloni bakteri
yang diperoleh lebih dari
300 koloni

5.2 Pengamatan Mikroba Udara Media Nutrient Agar Konvensional


Kelompok Hasil Gamba
1 Jumlah koloni bakteri
yang diperoleh lebih dari
300 koloni

2 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh lebih dari
300 koloni

3 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh lebih dari
300 koloni
4 Jumlah koloni bakteri
yang diperoleh lebih dari
300 koloni

5 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh lebih dari
300 koloni

6 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh lebih dari
300 koloni

7 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh lebih dari
300 koloni
8 Jumlah koloni bakteri
yang diperoleh lebih dari
300 koloni

9 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh lebih dari
300 koloni

10 Jumlah koloni bakteri


yang diperoleh lebih dari
300 koloni

5.3 Pengamatan Mikroba Udara Media Potato Dextrose Agar Vacum Cleaner
Kelompok Hasil Gambar
1 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
2 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
3 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
4 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
5 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
6 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
7 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:

8 Hasil yang diperoleh


menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
1. Penicillum sp.
2. Curvularia clavata
9 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:

10 Hasil yang diperoleh


menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
5.4 Pengamatan Mikroba Udara Media Potato Dextrose Agar Konvensional
Kelompok Hasil Gambar
1 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
2 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
3 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
4 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
5 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:

6 Hasil yang diperoleh


menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
7 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
8 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
1. Aspergillus niger
2. Cylindrocarpon
olindum
9 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
10 Hasil yang diperoleh
menunjukkan adanya
kapang yang tumbuh pada
media Potato Dextrose
Agar. Jenis-jenis yang
tumbuh antara lain:
F. PEMBAHASAN Commented [L7]: Titik koordinat +waktunya metodenya

Praktikum Mikrobiologi Mikroba Udara dilakukan di Laboratorium


Mikrobiologi. Tujuan dari praktikum Mikroba Udara adalah untuk mengetahui
teknik inokulasi mikroba pada udara dan mengetahui teknik analisis mikroba pada
udara. Bakteri yang diamati pada praktikum mikroba udara yaitu pada Media NA
dan media PDA. Bahan yang digunakan untuk praktikum Analisis Mikroba Udara
yaitu larutan chlorampenicol dan larutan fisiologis. Alat yang digunakan yaitu
cawan petri, tabung reaksi, kasa, vakum cleaner, pinset, bunsen, dan korek api.

6.1 Metode Analisis Mikroba Udara Menggunakan Vakum Cleaner Commented [L8]: Klu bhs inggris di italic dan disamakan sama
di bab 3 dan bab lainnya mau pake bing atau bindo
Analisis mikroba udara menggunakan vakum cleaner dilakukan untuk
mengetahui 2 mikroorganisme yaitu bakteri dan kapang. Mikroorganisme bakteri
dapat diketahui menggunakan media NA sedangkan mikroorganisme kapang
dapat diketahui menggunakan media PDA yang ditambahkan larutan
Chlorampenicol sebanyak 1ml. Tujuan penambahan larutan Chlorampenicol 1 ml
karena larutan tersebut merupakan antibiotic atau anti mikroba yang memiliki
fungsi agar tidak ada bakteri yang tumbuh pada media PDA.
Pengambilan mikroba udara dilakukan menggunakan kasa yang dibasahi
dengan akuades. Kasa tersebut diletakkan di vakum cleaner dengan tujuan agar
debu yang ada diruangan tersedot. Vakum cleaner dinyalakan dan dibawa
memutari ruangan ukuran 3x3 m2 selama 15 menit. Kasa pada vakum cleaner
diambil menggunakan pinset yang telah disterilisasi dekat api bunsen dan
dimasukkan dalam botol yang berisi akuades. Kasa dalam botol dihomogenkan
agar debu pada kasa terlepas. Pengambilan sampel mikroba menggunakan pipet
volume sebanyak 1 ml dan dipindahkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan
Fisiologis. Tabung reaksi dilakukan proses vortex selama 1 menit agar bakterinya
keluar. Sampel tersebut diambil 1 ml dan diletakkan pada cawan petri yang berisi
media NA pengambilan sampel 1 ml juga dilakukan dan dimasukkan pada media
PDA yang telah ditambah larutan Chlorampenicol sebanyak 1 ml. Kedua cawan
tersebut ditutup menggunakan wrap dan dihomogenkan membentuk angka 8.
Cawan petri yang berisi media NA diinkubasi selama 48 jam dan media PDA
diinkubasi selama 5 hari. Commented [L9]: Step by step dijelaskan alat apa saja yang
digunakan dan disediakan pada suhu berapa, dibuka dan ditutup
kembali menggunakan apa dekat api bunsen dst
Hasil mikroba udara yang terdapat pada media NA metode vakum cleaner
didapatkan jumlah bakteri sebanyak 114 yang dihitung menggunakan Colony
Counter. Kemunculan bakteri tersebut tersebut ditandai dengan adanya bulatan
berwarna putih di cawan petri. Hasil mikroba udara jenis kapang yang terdapat
pada media PDA didapatkan jenis kapang Penicillium sp dan Curvularia clavata.
Kemunculan kapang jenis Penicillium sp pada cawan petri tersebut ditandai
dengan terbentuknya koloni oval berwarna hijau kekuningan dengan tepi koloni
yang merata, dan tekstur koloni seperti kapas sedangkan kapang jenis Curvularia
clavata ditandai dengan terbentuknya koloni oval berwarna abu abu kehijauan
dengan tepi koloni rata dan tekstur seperti kapas (Simanjuntak, 2005).

6.2 Metode Analisis Mikroba Udara Konvesional


Analisis mikroba udara menggunakan metode konvesional dilakukan untuk
mengetahui 2 mikroorganisme yaitu bakteri dan kapang. Mikroorganisme bakteri
dapat diketahui menggunakan media NA sedangkan mikroorganisme kapang
dapat diketahui menggunakan media PDA yang ditambahkan larutan
Chlorampenicol sebanyak 1ml. Cawan yang berisi media NA disiapkan dan
cawan yang berisi media PDA ditambahkan larutan Chlorampenicol 1 ml
menggunakan pipet volume. Tujuan penambahan larutan Chlorampenicol 1 ml
karena larutan tersebut merupakan antibiotik/anti mikroba dan berfungsi agar
tidak ada bakteri yang tumbuh pada media PDA. Kedua cawan yang telah berisi
media, dibuka dan diletakkan diatas meja setinggi 1 meter selama 30 menit.
Setelah 30 menit, cawan tersebut ditutup menggunakan plastic wrap dan
dihomogenkan membentuk angka 8. Cawan petri yang berisi media NA
diinkubasi selama 48 jam sedangkan cawan petri yang berisi media PDA
diinkubasi selama 5 hari. Commented [L10]: Sama seperti pembahasan sebelumnya
dijelaskan lebih bertahap sama kurang suhu berapa dan kenapa
Hasil mikroba udara yang terdapat pada media NA metode konvesional yaitu pake suhu seperti itu

didapatkan bakteri berjumlah lebih dari 300 koloni. Perhitungan jumlah koloni
pada cawan petri tersebut menggunakan colony counter, Koloni tersebut ditandai
dengan adanya bulatan berwarna putih di cawan petri. Hasil mikroba udara jenis
kapang yang terdapat pada media PDA didapatkan jenis kapang Aspergillus niger
dan Cylindrocarpan olindum. Kemunculan kapang jenis Aspergillus niger pada
cawan petri tersebut ditandai dengan terbentuknya koloni oval berwarna coklat
dengan tepi koloni yang berwarna putih dan berbentuk runcing dan kasar. Kapang
jenis Cylindrocarpan olindum yang ditemukan pada cawan petri ditandai dengan
terbentuknya koloni bulat berwarna putih dengan tepi koloni meruncing dan
tekstur koloni seperti kapas (Simanjuntak, 2005).
G. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Analisis Mikroba Udara sebagai berikut :
Metode isolasi mikroba dari udara ada 2, yaitu metode semi modern dengan
dengan menggunakan alat vacuum cleaner dan metode konvensional dilakukan
dengan meletakkan cawan petri di Laboratorium Mikrobiologi. Teknik analisis
mikroba udara menggunakan metode semi modern, yaitu dengan cara
menganalisis mikroba yang tersaring pada kasa steril yang telah dilakukan
pencawanan, sedangkan pada teknik analisis mikroba pada metode konvensional
yaitu dengan cara menganalisis mikroba yang tumbuh pada cawan petri yang
dibiarkan terbuka di udara. Pada metode semi modern yang menggunakan vacuum
cleaner terdapat mikroba berupa Penicillum Sp. dan Curvularian clavata,
sedangkan pada metode konvesional terdapat mikroba berupa Aspergillus niger
dan Cylindrocarpon olidum. Commented [L11]: Dibuat pointpoint dari kedua metode
tersebut diperoleh hasil seperti apa
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajudin. 2009. Pengantar Nanosains. Bandung: Penerbit ITB.


Andriani, Ririn. 2016. Pengenalan Alat-alat Laboraturium Mikrobiologi Untuk
Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi. 1(1): 13-19.
Alimuddin, Ali. 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I Cetakan 1. Makassar: UNM
Press.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatani.
Oxtoby, D. W. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta:
UI Press.
Riswiyanto. 2005. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Simanjuntak, N. 2005. Keanekaragaman Kapang Udara di Ruang Perkuliahan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Pontianak. Jurnal Protobiont. 4(2):55-62.
LAMPIRAN
No. Gambar Keterangan
1.

Kertas wrap pada cawan petri dibuka


untuk meletakkan media pada cawan
petri

2.
Larutan Chlorampenhicol sebanyak 1
ml dimasukkan dalam masing-masing
cawan petri dan ditambah dengan media
Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar

3.

Cawan petri diletakkan di atas almari


yang bertujuan untuk menangkap
mikroba udara yang berada di ruangan

4. Kasa steril yang telah disterilkan dalam


akuades diletakkan dalam vacuum
cleaner, vakum cleaner dinyalakan dan
udara disedot selama 15 menit,
pengambilan udara secara horizontal
dengan memutari ruangan dan berhenti
pada titik awal putaran
5
Kasa steril dalam vacum cleaner
diambil dengan pinset lalu dimasukkan
kedalam botol yang berisi larutan
fisiologis dan dihomogenkan
6.

Larutan dalam botol steril diambil


sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam
tabung reaksi yang berisi larutan
akuades 9 ml kemudian divortek

7.
Larutan dalam tabung reaksi
dimasukkan sebanyak 1 ml ke dalam
cawan petri yang berisi masing-masing
media PDA dan NA

8.

Cawan petri ditutup dengan kertas wrap


dan diinkubasi

Anda mungkin juga menyukai