b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor presipitasi bunuh diri terdiri dari keputusasaan, jenis kelamin laki –
laki, usia lebih tua, hidup sendiri, psikosis, penyalahgunaan zat. Perilaku bunuh diri
dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami individu. Pencetusnya sering
kali berupa kejadian kehidupan yang memalukan, seperti masalah interpersonal,
1
dipermalukan didepan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan.
Selain itu, mengetahui seseorang yang telah mencoba atau melakukan bunuh diri atau
membaca melalui media dapat juga membuat individu makin rentan untuk melakukan
perilaku destruktif diri.
1. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap
situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap
pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif
Seorang memiliki kecendrungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau
menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan
diri, seperti seseorang yang patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak
loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan situasi yang ada.
5. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori :
a. Upaya bunuh diri (suicide attempt)
Yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri dan bila kegiatan sampai
tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda
peringatan terlewatkan atau diabaikan.
b. Isyarat bunuh diri (suicide gesture)
2
Yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku
orang lain.
c. Ancaman bunuh diri (suicide threat)
Yaitu suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung verbal atau
non verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut
mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada disekitar kita
lagi, atau juga mengungkapkan secara non verbal berupa pemberian hadiah,
wasiat dan sebagainya.
d. Mekanisme Koping
Mekanisme koping dapat berupa denial, rasionalization, regression, dan magical
thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa
memberikan koping alternatif. Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan
mekanisme koping, bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif pada diri seseorang.
Harga diri
Keputusasaan
Data Obyektif :
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Ada bekas percobaan bunuh diri
4. Perubahan kebisaaan hidup
5. Perubahan perangai
6. Agitasi dan gelisah
7. Insomnia yang menetap
3
8. Kelainan afektif
9. Dimensia diri / status kekacauan mental pada lansia.
VI. Sumber :
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba
Medika.
Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.