Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN I


“Teori dan Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi”

DISUSUN OLEH:

Nurul Ashikin

1911312062

DOSEN PEMBIMBING: Dr. Yulastri Arif, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan
dan Promosi Kesehatan “ Teori Komunikasi dan Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi ”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya, Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terjadi kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen yang telah membimbing kami dalam
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Padang, Februari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN ..............................................................................................

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN ..............................................................................................

2.1 Teori Komunikasi ..................................................................................................


2.2 Pengertian Model Komunikasi ...............................................................................
2.3 Model Komunikasi ...............................................................................................
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi ..............................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................


3.2 Saran .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi sangat dibutuhkan untuk interaksi sesama manusia, oleh karena itu
komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari, sehingga tanpa
adanya komunikasi, kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan sempurna. Sebagai dasar
dalam memahami komunikasi secara sederhana, maka dibuatlah teori komunikasi.
Komunikasi memiliki beberapa model, setiap modelnya memiliki definisi yang berbeda
pula. Model komunikasi dibuat supaya mempermudah dalam memahami proses komunikasi
dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi. Model-model ini
saling menyempurnakan antara model satu dengan model lainnya.
Komunikasi juga merupakan suatu proses. Hal ini terlihat dari setiap gejala atau peristiwa
yang tidak luput dari adanya suatu komunikasi yang terjalin antarmanusia. Komunikasi dapat
berjalan dengan lancar bahkan dapat membuat hubungan semakin buruk karena komunikasi
mempunyai beberapa faktor yang berpengaruh, biak dari dalam diri penyampai pesan,
penerima pesan, maupun dari lingkungan.
Dalam makalah ini, kami menjelaskan beberapa model komunikasi yang didefinisikan
oleh para ahli dan juga menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam
proses komunikasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja teori dalam komunikasi?
2. Apa yang dimaksud dengan model komunikasi?
3. Apa saja model komunikasi?
4. Apa faktor yang mempengaruhi komunikasi?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan kepada pembaca maksud dari teori dan model komunikasi.
2. Menjelaskan kepada pembaca tentang model-model komunikasi.
3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi komunikasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Komunikasi

Teori komunikasi adalah konsep-konsep, abstraksi, dan penyederhanaan dari suatu fakta
atau pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri merupakan perspektif pancaindra yang bisa
menjadi sangat relatif karena tidak semua orang berlatar belakang sama, baik dari segi
budaya, pendidikan, maupun agama sehingga respons seseorang dalam menanggapi
pengetahuan bisa sangat berbeda anata satu individu dengan yang lainnya.

Mempelajari teori-teori komunikasi merupakan semacam fundamental bagi mahasiswa


keperawatan. Dasar teroi komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu kontekstual dan general.

1. Teori Kontekstual
Teori kontekstual komunikasi adalah teori yang berdasarkan konteks dan
tingkatan analisisnya, teori komunikasi dapat dibagi menjadi lima :
a. Intrapersonal communication
Komunikasi intrapersonal yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri
seseorang. Fokusnya adalah pada bagaimana jalannya proses pengolahan
informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya.
Umumnya membahas mengenai proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi
terhadap simbol-simbol yang ditangkap melalui pancainderanya.
b. Interpersonal communication
Komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antar perorangan dan bersifat
pribadi baik yang terjadi secara langsung (non-media) atau tidak langsung
(media). Fokus teori ini adalah pada bentukbentuk dan sifat hubungan,
percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.
c. Komunikasi kelompok
Fokus pada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok kecil.
Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi, namun
pembahasannya berkaitan dengan dinamika kelompok, efisiensi dan efektifitas
penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi serta
pembuatan keputusan.
d. Komunikasi Organisasi.
Mengarah pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks
dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk
komunikasi formal dan informal. Pembahasan teori ini menyangkut struktur
dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses
pengorganisasiannya serta budaya organisasi.
e. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang
ditujukan pada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi melibatkan
keempat teori sebelumnya. Teori ini secara umum memfokuskan perhatiannya
pada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan
masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari
komunikasi massa, serta dampak komunikasi massa terhadap individu.
f. Intercultural communication
Komunikasi ini adalah pertukaran pesan antar kebudayaan.
2. Teori Umum (General Theory)
Teori ini merupakan teori yang mengarah pada bagaimana menjelaskan
fenomena komunikasi (metode penjelasannya).
a. Teori-teori fungsional dan structural
Ciri dan pokok pikiran dari teori ini adalah individu dipengaruhi oleh
struktur sosial atau sistem sosial dan individu bagian dari struktur. Sehingga
cara pandangnya dipengaruhi struktur yang berada di luar dirinya. Pendekatan
ini menekankan tentang sistem sebagai struktur yang berfungsi. Karakteristik
dari pendekatan ini adalah :
 Mementingkan sinkroni (stabilitas dalam kurun waktu tertentu) daripada
diacrony (perubahan dalam kurun waktu tertentu). Misalnya dalam
mengamati suatu fenomena menggunakan dalil-dalil yang jelas dari suatu
kaidah. Perubahan terjadi melalui tahapan metodologis yang telah baku.
 Cenderung memusatkan perhatiannya pada akibat-akibat yang tidak
diinginkan daripada hasil yang sesuai tujuan. Pendekatan ini tidak
mempercayai konsep subjektivitas dan kesadaran. Fokus mereka pada
faktor-faktor yang berada di luar kontrol kesadaran manusia.
 Memandang realitas sebagai sesuatu yang objektif dan independent. Oleh
karena itu, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode empiris yang
cermat.
 Memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran dan objek yanng
disimbolkan dalam komunikasi. Bahasa hanyalah alat untuk
merepresentasikan apa yang telah ada.
 Menganut prinsip the correspondence theory of truth. Menurut teori ini
bahasa harus sesuai dengan realitas. Simbol-simbol harus
merepresentasikan ssuatu secara akurat.
b. Teori-teori behavioral dan kognitif
Teori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan
pengamatannya pada diri manusia secara individual. Beberapa pokok
pikirannya :
 Model stimulus-respon (S-R) yang menggambarkan proses informasi
antara stimulus dan respon.
 Mengutamakan analisa variabel. Analisis ini pada dasarnya merupakan
upaya mengidentifikasi variabel-variabel kognitif yang dianggap penting
serta mencari hubungan antar variabel.
 Menurut pandangan ini komunikasi dipandang sebagai manifestasi dari
proses berfikir, tingkah laku dan sikap seseorang. Oleh karenanya
variabel-variabel penentu memegang peranan penting terhadap kognisi
seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada di luar kontrol individu.
c. Teori-teori konvesional dan interaksional
Teori ini beranggapan bahwa agar komunikasi dapat berlangsung,
individu-individu yang berinteraksi menggunakan aturan-aturan dalam
menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu
sendiri tetapi juga harus sepakat dalam giliran berbicara, bagaimana bersikap
sopan santun atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa dan sebagainya.
Teori ini berkembang dari aliran interactionisme simbolik yang menunjukan
arti penting dari interaksi dan makna. Pokok pikiran teori ini adalah :
 Kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun,
memelihara, serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk
dalam hal ini bahasa dan simbol. Komunikasi dianggap sebagai alat
perekat masyarakat (the glue of society).
 Struktur sosial dilihat sebagai produk dari interaksi. Interaksi dapat
terjadi melalui bahasa, sehingga bahasa menjadi pembentuk struktur
sosial. Pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi.
 Struktur sosial merupakan produk interaksi, karena bahasa dan simbol
direproduksi, dipelihara serta diubah dalam penggunaannya. Sehingga
focus pengamatannya adalah pada bagaimana bahasa membentuk
struktur social, serta bagaimana bahasa direproduksi, dipelihara, serta
diubah penggunaannya.
 Makna dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu dari konteks ke konteks.
Sifat objektif bahasa menjadi relatif dan temporer. Makna pada dasarnya
merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh melalui interaksi. Oleh
karena itu makna dapat berubah dari waktu ke waktu, konteks ke
konteks, serta dari kelompok social ke kelompok lainnya. Dengan
demikian sifat objektivitas dari makna adalah relative dan temporer.
d. Teori kritis dan interpretif
Jenis teori ini berkembang dari tradisi sosiologi interpretift, yang
dikembangkan oleh Alfred Schulzt, Paul Ricour et al, sementara teori kritis
berkembang dari pemikiran Max Weber, Marxisme dan Frankfurt School.
Interpretif berarti pemahaman (verstechen) berusaha menjelaskan makna dari
suatu tindakan. Karena suatu tindakan dapat memiliki banyak arti, maka
makna idak dapat dengan mudah diungkap begitu saja. Interpretasi secara
harfiah merupakan proses aktif dan inventif. Teori interpretif umumnya
menyadari bahwa makna dapat berarti lebih dari apa yang dijelaskan oleh
pelaku. Jadi interpretasi adalah suatu tindakan kreatif dalam mengungkap
kemungkinan-kemungkinan makna. Implikasi social kritis pada dasarnya
memiliki implikasi ekonomi dan politik, tetapi banyak diantaranya yang
berkaitan dengan komunikasi dan tatanan komunikasi dalam masyarakat.
Meskipun demikian teoritisi kritis biasanya enggan memisahkan
komunikasi dan elemen lainnya dari keseluruhan system. Jadi, suatu teori
kritis mengenai komunikasi perlu melibatkan kritik mengenai masyarakat
secara keseluruhan. Pendekatan kelompok ini terutama sekali popular di
negara-negara eropa. Karakteristik umum yang mencirikan teori ini adalah :
 Penekanan terhadap peran subjektifitas yang didasarkan pada
pengalaman individual
 Makna merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman
dipandang sebagai meaning centered
 Bahasa dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan pengalaman
manusia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa teori interpretif ditujukan untuk memahami


pengalaman hidup manusia, atau untuk menginterpretasikan makna-makna
teks. Sedangkan teori kritis berkaitan dengan cara-cara di mana kondisi
manusia mengalami kendala dan berusaha menciptakan berbagai metode
untuk memperbaiki kehidupan manusia.

2.2 Pengertian Model Komunikasi

Komunikasi sebagai salah satu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
berkomunikasi tentu membutuhkan model-model yang bisa menggambarkan atau membantu
dalam menjelaskan suatu pengertian (teori) yang berkaitan dengan perilaku komunikasi
manusia. Model dapat juga membantu seseorang untuk menjelaskan fungsi komunikasi bagi
aktivitas manusia, salah satunya dalam komunikasi keperawatan.

Di masa awal lahirnya, komunikasi sangt kental dengan dipengaruhi oleh disiplin ilmu
sosiologi, ilmu psikologi, ilmu bahasa, ilmu matematika, dan ilmu fisika. Disiplin ilmu-ilmu
ini telah melahirkan beragam model komunikasi. Disamping itu, komunikasi juga memiliki
paradigma ganda.
Model komunikasi ialah representasi fenomena komunikasi yang menonjolkan unsur-
unsur terpenting yang akan dipakai untuk memahami suatu proses komunikasi, model sering
digunakan untuk menjelaskan suatu teori secara sederhana. Dengan demikian, model
berfungsi sebagai alat pendukung untuk menjelaskan suatu peristiwa, kondisi, atau proses
dengan menekankan hal-hal yang terpenting untuk diketahui, dimengerti, dan diingat, serta
menghilangkan hal-hal yang tidak berkaitan dengan kondisi, peristiwa, atau proses tersebut.

2.3 Model-Model Komunikasi

Ada banyak model komunikasi yang telah dibuat oleh pakar. Kekhasan suatu model
komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut,
paradigma yang digunakan, kondisi teknologi, dan perkembangan zaman yang
melingkunginya.

Sekalipun sudah banyak model komunikasi yang dibuat untuk membantu dan
memudahkan manusia dalam berkomunikasi, tetapi pada kenyataannya belum ada satu pakar
komunikasi atau psikologi komunikasi yang mengatakan bahwa inilah model yang cocok.
Tidak ada satupun model komunikasi yang paling sempurna. Pada prinsipnya, semua model
komunikasi itu bersifat saling mendukung atau saling menyempurnakan satu sama lain.

A. Model Stimulus-Respons (S-R)

Model komunikasi S-R adalah komunikasi yang paling dasar. Model ini dipengaruhi
oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik yang menggambarkan
hubungan Stimulus-Respon. Dalam konsep yang fokusnya pada lingkungan, pada
dasarnya setiap kejadian yang kita alami selalu terdapat stimulus dan respon. Kejadain
yang ada menuntut kita untuk menterjemahkan ke dalam proses pikir yang berupa proses
belajar dengan menggunakan komunikasi intrapersonal, dimana dalam jiwa manusia
terdiri atas kumpulan bermacam-macam tanggapan yang terbentuk karena adanya
stimulus dan respon.

Model Stimulus-Respon yang melibatkan stressor dan strain, ditambah dengan


sebuah bentuk hubungan yang penting karena hubungan antara seseorang dengan
lingkungannya mendorong seseorang untuk bereaksi dan bertindak untuk memenuhi
tuntutan yang harus dipenuhi. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara
berkesinambungan antara seseorang dan lingkungannya yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Kesan nonverbal menjadi dasar seseorang bereaksi. Pemenuhan kebutuhan ini
menimbulkan respon tanggap bagi seseorang yang diawali dengan adanya kesadaran
stimulus yang masuk ke pancaindra (sensasi).

Dengan demikian, Model Stimulus-Respon ini mengabaikan komunikasi sebagai


suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit, ada
asumsi dalam model ini yang menyatakan perilaku (respon) manusia dapat diramalkan,
yaitu komunikasi bersifat statis, manusia dianggap berperilaku karena kekuatan dari luar
(stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini
lebih sesuai bila diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara daripada perilaku
manusia.

B. Model komunikasi klasik (aristoteles)

Model komunikasi aristoteles adalah model yang sering disebut juga dengan Model
Retoris yang kini dikenal dengan komunikasi publik atau pidato. Model komunikasi ini
bersifat retorika dan sangat berkembang pada masa itu di Yunani. Model komunikasi ini
sering digunakan masyarakat untuk menyampaikan pidato, pernyataan pembelaan
keadilan, dan rapat umum. Semua kegiatan tersebut adalah bentuk komunikasi publik
melibatkan persuasi yang berisi anjuran untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan isi
pesan.

Dalam perkembangan selanjutnya, model aristoteles diimplementasikan dengan


menempatkan baliho-baliho di tempat strategis yang berisi anjuran untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan isi pesan. Penempatan baliho tersebut walaupun tidak
disampaikan secara verbal, isi pesan yang tertulis akan menggambarkan siapa yang
menyampaikannya. Namun demikian, banyak pakar komunikasi yang menyampaikan
bahwa penempatan baliho di tempat strategis merupakan bentuk komunikasi massa, akan
tetapi sebenarnya bahwa hal tersebut kurang tepat bila ditinjau dari spesifikasi tujuan
yang ingin dicapai sesuai dengan karakteristik dari komunikasi persuasi.
Unsur utama dalam Model Aristoteles ini adalah pembicara (speaker), pesan
(message), pendengar (listener). Model komunikasi ini belum menggunakan media,
umpan balik, efek, dan kendala dalam proses komunikasi sehingga model komunikasi ini
terkesan sangat simple dan statis. Saat sesorang berbicara, pesannya akan berjalan kepada
khalayak, dan khalayak mendengarkan. Pesan sudah dirancang sedemikian rupa untuk
memengaruhi khalayak agar mau menerima isi pesan yang telah disampaikan.

C. Model Lasswell

Model Komunikasi Lasswell merupakann ungkapan verbal yakni who (siapa), say
what (apa yang dikatakan ), in which channel (saluran pembicara, pesan, pendengar
komunikasi), to whom (kepada siapa), with what effect? (unsur pengaruh). Model ini
dikemukakan oleh Harolld Laswel pada tahun 1948 yang menggambarkan proses
komunikasi dan fungsi-fungsi yang diembannya dalam masyarakat. Model ini merupakan
model komunikasi yang paling tua tetapi masih digunakan orang untuk tujuan tertentu.
Lasswell berpendapat bahwa di dalam komunikasi terdapat tiga fungsi, yaitu
pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota – anggota masyarakat akan bahaya
dan peluang dalam lingkungan, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang
merespon lingkungan, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Kelebihan dari model komunikasi ini adalah komunikasi bersifat dua arah yaitu
melibatkan feedback dari komunikan, membantu mengkorelasikan atau mengumpulkan
respons orang-orang terhadap informasi baru, memfokuskan perhatian pada aspek-aspek
penting komunikasi, membantu masyarakat menemukan dan mengendalikan faktor-faktor
yang mungkin mengganggu komunikasi yang efisien, diterapkan dalam komunikasi
massa.
Sedangkan kekurangan dari model komunikasi Lasswell ini adalah model ini juga
terlalu menyederhanakan masalah, model ini mengisyaratkan kehadiran komunikator dan
pesan yang bertujuan.
Unsur-unsur komunikasi menurut Lasswell:
1. Who (siapa)
Sumber atau komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa
seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai
komunikator.
2. Says What? (pesan)
Apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan kepada
penerima(komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi, merupakan
seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan,nilai, gagasan
atau maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna, simbol untuk
menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan.
3. In Which Channel? (saluran atau media)
Model – model komunikasi adalah wahana atau alat untuk menyampaikan
pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara
langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak, elektronik,
dll).
4. To Whom? (untuk siapa atau penerima)
Orang, kelompok, atau organisasi suatu negara yang disebut dengan
tujuan, pendengar, khalayak, komunikan, penafsir, atau penyandi yang menerima
pesan dari sumber balik.
5. With What Effect? (dampak atau efek)
Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah
menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan,
dll.
Dengan demikian, model ini mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat
membawa pesan. Tidak semua komunikasi yang bersifat dua arah dengan satu aliran
yang lancar dan umpan balik yang terjadi antara pengirim dan penerima. Semua unsur di
model komunikasi ini dapat dikatakan sebagai siklus komunikasi.

D. Model Shannon dan Weaver


Prinsip dari model komunikasi ini adalah sebuah pesan yang akan diterima oleh
penerima pesan sangat dipengaruhi oleh semua infrastruktur yang mendukung. Pesan
akan diterima oleh penerima pesan dengan baik manakala semua perangkat yang
mendukung memberi kontribusi yang baik serta berfungsi dengan baik. Model ini juga
sering disebut model matematis atau model teori informasi yang mempunyai pengaruh
paling kuat atas model dan teori komunikasi lainnya.
Model ini berbeda dengan model Lasswell mengenai istilah yang digunakan bagi
masing-masing komponen, yaitu:
1. Sumber Informasi ( Information Source )
Dalam komunikasi manusia menjadi sumber informasi adalah otak. Pada
otak ini terdapat kemungkinan pesan yang tidak terbatas jumlahnya. Tugas utama
dari otak adalah menghasilkan suatu pesan atau suatu set kecil pesan dari berjuta-
juta pesan yang ada.
2. Transmitter
Langkah kedua dari model Shannon adalah memilih transmitter.
Pemilihan transmitter ini tergantung pada jenis komunikasi yang digunakan. Kita
dapat membedakan dua macam komunikasi yaitu komunikasi tatap muka dan
komunikasi mesin. Pada komunikasi tatap muka yang menjadi transmitternya
adalah alat-alat pembentuk suara dan dihubungkan dengan otot-otot serta organ
tubuh lainnya yang terlibat dalam penggunaan bahasa nonverbal, sedangkan pada
komunikasi yang menggunakan mesin-mesin alat komunikasi yang berfungsi
sebagai transmitter adalah alat itu sendiri seperti, telepon, radio, televisi, foto, dan
film.
3. Penyandingan (Encoding) Pesan
Penyandingan (encoding) pesan diperlukan untuk mengubah ide dalam
otak kedalam suatu sandi yang cocok dengan transmitter. Dalam komunikasi tatap
muka signal yang cocok dengan alat-alat suara adalah berbicara. Signal yang
cocok dengan otot-otot tubuh dan indera adalah anggukan kepala, sentuhan dan
kontak mata. Pada komunikasi yang menggunakan mesin, di mana alat-alat yang
digunakan sebagai perluasan dari indera, penyandian pesan juga berasal dari
tubuh tetapi diperluas melalui jarak jauh dengan transmitter. Misalnya radio
adalah perluasan dari suara manusia, televisi perluasan dari mata dan begitu juga
dengan alat komunikasi lainnya.
4. Tujuan (Destination)
Komponen terakhir dari Shanon adalah destination (tujuan) yang
dimaksud oleh si komunikator. Destination ini adalah otak manusia yang
menerima pesan yang berisi bermacam-macam hal, ingatan atau pemikiran
mengenai kemungkinan dari arti pesan. Penerima pesan telah menerima signal
mungkin melalui pendengaran, penglihatan, penciuman dan sebagainya kemudian
signal itu diuraikan dan diinterpretasikan dalam otak.
5. Sumber Gangguan (Noise)
Dalam model komunikasi Shannon ini terlihat adanya faktor sumber
gangguan pada waktu memindahkan signal dari transmitter kepada si penerima.
Misalnya pada waktu anda berbicara dengan teman di jalan kedengarannya suara
mobil lewat anak-anak berteriak yang semuanya itu mengganggu pembicaraan
anda sesaat dan gangguan itu dinamakan noise. Gangguan ini selalu ada dalam
tiap-tiap komunikasi. Oleh sebab itu kita harus siap menetralkan gangguan dan
tidak terkejut dengan kehadirannya. Untuk menetralkan gangguan ini Shannon
mengemukakan empat cara seperti berikut :
a. Menambah kekuatan (power) dari signal, misalnya kalau kita berbicara
dengan seseorang di jalan yang suasananya ramai dan bising, kita perlu
memperkeras suara kita dalam berbicara supaya tidak ditelan suara bising
dan agar dapat didengar oleh lawan kita berbicara.
b. Mengarahkan signal dengan persis, seperti halnya dalam pembicaraan
diatas, hal lain yang bisa dipakai untuk mengatasi gangguan adalah
berbicara dekat sekali dengan lawan berbicara sehingga suara kita itu dapat
menetralkan gangguan suara lain.
c. Menggunakan signal lain sebagai tambahan terhadap dasar pertama, dapat
digunakan signal lain untuk menetralisir gangguan yaitu dengan
memperkuat pesan, misalnya dengan gerakan kepala, gerakan badan,
sentuhan, dan sebagainya.
d. Redudansi, dalam situasi yang normal kurang baik digunakan, tetapi dalam
suasana yang bising pengulangan kata-kata kunci dalam pembicaraan perlu
dilakukan untuk membantu memperjelas pesan yang disampaikan.
Model komunikasi ini dapat diterapkan kepada konteks-konteks komunikasi
antarpribadi, komunikasi public, atau komunikasi massa. Tetapi, model ini masih
memberikan pandangan bahwa komunikasi adalah fenomena statis dan satu arah, tidak
ada umpan balik atau transaksi yang terjadi dalam penyandian dan penyandian-balik
dalam model tersebut.

E. Model Schramm
Model pertama yang dibuat oleh Wilbur Schraumn dimulai pada tahun 1954 ini
merupakan komunikasi yang sederhana yang dianggap interaksi dua individu. Schramm
mengenalkan konsep field of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam
menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan.
Schramm menekankan bahwa tanpa adanya field of experience yang sama (bahasa yang
sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, dll) hanya ada sedikit
kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model
schramm diatas adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm
mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah
noise.
Menurut Schramm, feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan kita
diinterpretasikan. Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan
berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing – masing, jika wilayah irisan semakin
besar, maka komunikasi lebih mudah dilakukan secara efektif.
Wilbur Schraumn memberikan model proses komunikasi yang memperlihatkan
pentingnya peranan pengalaman dalam proses komunikasi. Bidang pengalaman akan
menentukan apakah pesan dikirimkan diterima oleh si penerima sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh si pengirim pesan. Schraumn mengatakan jika tidak ada kesamaan
dalam bidang pengalaman, bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan
yang sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterpretasikan dengan
benar.
Perbedaan lain antara model ini dengan model Shannon dan Weaver ialah apabila
Shannon dan Weaver menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang
menghubungkan pengirim (sender) dan penerima (receiver) atau dengan kata lain,
komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood menitikberatkan pembahasannya
pada perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi. Shannon dan Weaver
membedakan source dengan transmitter dan antara receiver dengan destination. Dengan
kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman (transmitting) dan pada sisi
penerimaan (receiving) dari proses. Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan fungsinya
yang hampir sama. Digambarkan dua pihak berperilaku sama, yaitu encoding
(menyandi), decoding (menyandi-balik) dan interpreting (menafsirkan).
Kelebihan dari model komunikasi ini adalah emperkenalkan gagasan bahwa
kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya
dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran,
menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi,
menafsirkan, menyendi-balik, mentransmisikan dan menerima sinyal. Di sini kita melihat
umpan balik dan “lingkaran” yang berkelanjutan untuk berbagi informasi, model ini
memiliki unsur “Field Of Experience” yang tidak dimiliki oleh model lain.
Sedangkan kekurangan dari model komunikasi ini adalah di dalam setiap konsep
model yang ia buat selalu menunjukkan perubahan dan perkembangan yang relevan
terhadap fenomena yang terjadi dalam masyarakat.

F. Model Newcomb
Theodore Newcomb memandang komunikasi dari perspektif psikologi social
modelnya mengingatkan kita akan diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para
psikologi sosial dan merupakan formulasi awal dan merupakan formulasi awal mengenai
konsistensi kognitif.
Dalam komunikasi model tersebut yang sering juga disebut model ABX atau model
simetri Newcombmenggambarkan bahwa seseorang, A menyampaikan informasi kepada
seorang lainnya, B, mengenai sesuatu, X model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi
A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu
sistem yang terdiri dari empat orientasi.
Dalam model Newcomb, komunikasi adalah cara lazaim dan aktif yang
memungkinkan orang-orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini
adalah suatu model tindakan komunikatif dua orang yang disengaja (intensional). Model
ini mengisyaratkan bahwa setiap sistem apa pun mungkin ditandai oleh keseimbangan
kekuatan dan bahwa setiap perubahan dalam bagian manapun dari sistemtersebut akan
menimbulkan ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena
ketidakseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenagkan dan
menimbulakn tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.
Kelebihan dari model komunikasi ini adalah model ini mengisyaratkan bahwa setiap
sistem ditandai oleh suatu keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan atau
kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan
internal untuk memulihkan keseimbangan, memandang komunikasi dari prespektif
psikologi-sosial. Sedangkan kekurangan dari model komunikasi ini adalah suatu
keseimbangan yang asimetris akan menimbulkan tekanan internal secara psikologis
terhadap pihak lainnya.
G. Model Berlo
Model ini ditemukan pada tahun 1960 oleh David K.Berlo. model inilebih dikenal
sebagai model SMCR, yaitu singkatan dari source (sumber), message (pesan), channel
(saluran), receiver (penerima). Berlo juga menjelaskan bahwa sumber adalah pihak yang
menciptakan suatu pesan dalam bentuk apapun. Pesan adalah terjemahan akan sesuatu,
naik dalam bentuk bahasa ataupun isyarat. Saluran adalah lintasan yang menjadi
perantara atau penghubung antara sumber dan penerima dengan kata lain lintasan yang
membawa pesan. Lalu penerima adalah pihak yang menjadi objek atau tujuan
komunikasi.
Dalam model ini, Berlo juga mengenalkan istilah penyandi (encoder) dan penyandi
balik (decoder) dalam proses komunikasi. Encoder berfungsi menunjukkan maksud dari
sumber mengenai pesan yang ingin diberikan kepada penerima. Khusus mengenai istilah
Channel yang disingkat C pada rumus S-M-C-R itu yang berarti saluran atau media,
komponen tersebut. Menurut Edward Sappir mengandung dua pengertian, yakni primer
dan sekunder.
Media sebagai saluran primer adalah lambang, misalnya bahasa, kial (gesture),
gambar atau warna, yaitu lambang-lambang yang dipergunakan khusus dalam
komunikasi tatap muka, sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud, baik
media massa, misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media nir-massa,
misalnya, surat, telepon atau poster.
Kelebihan dari model komunikasi Berlo adalah model ini menggambarkan kebutuhan
penyandi dan penyandi balik dalam proses komunikasi, menghubungkan sumber dan
penerima pesan dengan panca indera, tidak terbatas pada komunikasi publik dan
komunikasi massa, namun juga komunikasi antar pribadi dan berbagai bentuk
komunikasi tertulis, bersifat heuristik (merangsang penelitian), karena merinci unsur-
unsur penting dalam proses komunikasi. Sedangkan kekurangannya adalah lebih bersifat
organisasional daripada mendeskripsikan proses karena tidak menjelaskan umpan balik,
menyajikan komunikasi sebagai fenomena yang statis ketimbang fenomena yang dinamis
dan terus berubah, umpan balik yang diterima pembicara dari khalayak tidak dimasukkan
dalam model grafik, komunikasi nonverbal tidak dianggap penting dalam mempengaruhi
orang lain.
H. Model DeFleur
Model ini merupakan suatu model perluasan dari model-model yang sudah ada,
khususnya model Shannon dan Weaver, dengan menambahkan perangkat media massa
dan perangkat umpan balik. Menurut DeFleur, sumber (source), pemancar (transmitter),
penerima (receiver), dan sasaran (destination) adalah sebagai fase-fase yang terpisah dari
komunkasi massa.
Sebagai contoh ketika seorang berbicara, ia akan memilih kata-kata yang menyatakan
makna denotatif dan konotatif lalu merumuskan makna tersebut dalam suatu pesan dan
kemudian mengucapkannya secara verbal dan menuliskannya dengan sedemikian rupa
sehingga berubah menjadi sesuatu yang dapat didengar atau dilihat dan diartikan sebagai
rangsangan oleh khalayak ramai.
Fungsi receiver dalam model ini adalah menerima informasi dan menyandi balik
suatu fisik informasi menjadi suatu pesan. Dalam percakapan secara langsug atau tatap
muka, receiver lebih cenderung kepada alat pendengaran manusia yang menerima
getaran udara dan mengbahnya menjadi suatu rangsangan saraf sehingga dapat berubah
menjadi suatu simbol verbal yang dapat diketahui.
Menurut DeFleur, komunikasi bukanlah pemindahan suatu makna melainkan
komunikasi terjadi melalui suatu operasi seperangkat komponen dalam suatu system
teoritis yang konsekuensinya dalah isomorfisme di antara respons internal (makna)
terhadap seperangkat simbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Banyak hal yang mempengaruhi komunikasi, naik itu komunikasi akan semakin lancer
atau sebaliknya menjadi terhambat bakhan dapat menimbulkan beberapa masalah. Faktor
yang dapat mempengaruhi komunikasi dapat bersumber dari dalam diri komunikator,
komunikan, maupun dari segi lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi tersebut antara lain:

1. Latar Belakang Kebudayaan


Artinya bagaimana seseorang itu menginterpretasikan suatu pesan berdasarkan
latar belakang kebudayaannya. Disini akan terbentuknpola-pola pikir seseorang
melalui kebiasannya, makin sama latar belakang budaya antar kamunikator dengan
komunikan maka komunikasi yang terjadi akan semakin efektif.
2. Ikatan Dengan Kelompok
Artinya kita cenderung mengidentifikasi diri dengan kelompok tertentu dan
cenderung mengembangkan kesetiaan dan menerima norma kelompok tersebut. Nilai-
nilai yang dianut oleh kelompok akan sangat mempengaruhi cara megamati pesan.
3. Harapan
Harapan dari orang-orang yang terlibat komunikasi akan berpengaruh pada
penerimaan pesan dan pada akhirnya dia akan menerima sesuatu yang diharapkan.
Begitupula sebaliknya, bila dalam suatu komunikasi tidak sesuai dengan harapan
maka biasanya penerima pesan akan apatis, cuek, bahkan memutuskan komunikasi.
4. Pendidikan
Pendidikan formal maupun non formal akan mempengaruhi penerimaan pesan.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin kompleks sudut
pandangnya dalam menyikapi materi atau pesan yang ada dalam komunikasi.
5. Situasi
Tempat atau saat terjadinya komunikasi, akan berpengaruh pada usaha untuk
menginterpretasikan pesan, kekuatan, kecemasan akan mempengaruhi cara orang
menyerap pesan. Situasi bila diakibatkan oleh penyampai pesan, lingkungan, bahkan
dari penerima pesan sendiri.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kehidupan komunikasi sangat diperlukan oleh manusia untuk kelangsungan


hidup, dalam hal mempermudah dan memperjelas kepada seseorang untuk berkomunikasi
tersebut, para ahli mengemukakan model-model komunikasi. Model-model komunikasi
yang disampaikan sangatlah banyak, tetapi semua model tersebut tidak ada yang
sempurna dan saling melengkapi satu sama lain. Komunikasi yang terjadi dapat berjalan
lancar apabila semua faktor yang mempengaruhi dapat dipenuhi dengan baik,

3.2 Saran

Bagi para pembaca dalam berkomunikasi harus menggunakan komunikasi dengan


model yang cocok dalam komunikasi dan memperhatikan faktor yang dapat
mempengaruhi komunikasi. Dimana komunikasi yang baik antara satu yang lain harus
saling berhubungan.
DAFTAR PUSTAKA

Nasir, Abdul, dkk. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan: Teori Dan Aplikasi. Semarang:
Salemba Medika.

Megasari, Kiki, dkk. 2015. Cara mudah menjadi bidan yang komunikatif. Yogyakarta:
Deepublish.

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pieter, Herri Zan. 2017. Dasar-dasar komunikasi bagi perawat. Jakarta: Kencana.

West, Richard. 2007. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai