PENDAHULUAN
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang dalam air.
Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas sehingga organism tersebut selalu
terbawa oleh arus (Nontji, 2002). Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
mikroskopis yang bebas melayang dan hanyut di perairan serta dapat melakukan proses
dan berukuran mikroskopis (Nybakken, 1992). Fitoplankton dapat dibagi menjadi dua kelas
besar yaitu diatom dan dinoflagelata. Diatom adalah salah satu kelompok besar fitoplankton
yang banyak menarik perhatian untuk diteliti karena keberadaannya yang selalu mendominasi
di wilayah perairan laut khususnya di wilayah bersuhu dingin dan kaya nutrisi. Diatom
merupakan penyusun utama fitoplankton baik di ekosistem perairan tawar maupun laut
Teluk Jakarta merupakan suatu perairan estuarin/pantai yang terdapat di wilayah DKI
Jakarta. Mempunyai berbagai macam fungsi, antara lain sebagai pintu gerbang bagi
hubungan laut nasional dan internasional, sebagai sumber perikanan bagi penduduk ibukota,
dan juga sebagai perairan penampung bahan – bahan buangan yang masuk ke dalam teluk
dan berbagai aliran beberapa sungai besar (Cisadane, Ciliwung, dan Citarum). Kegiatan pada
lahan tersebut pada umumnya mengeluarkan limbah dan menghasilkan sampah yang
kelimpahan fitoplankton, khususnya diatom, pencemaran organic dapat dilihat dari dominansi
suatu marga diatom. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan tentang identifikasi dan
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam kerja praktek ini yaitu diatom apa saja yang terdapat di Teluk
1.3 Tujuan
Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengidentifikasi diatom Teluk Jakarta dan
1.4 Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis diatom apa saja
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plankton
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang dalam air.
Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas sehingga organism tersebut selalu
terbawa oleh arus (Nontji, 2002). Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama yaitu
tumbuhan yang amat banyak ditemukan di semua perairan, tetapi karena ukurannya
mikroskopis sukar dilihat kehadirannya. Konsentrasinya bisa ribuan hingga jutaan sel per liter
air. Zooplankton, sering pula disebut plankton hewani, terdiri dari sangat banyak jenis hewan.
Ukurannya lebih besar dari fitoplankton, bahkan ada pula yang bisa mencapai lebih satu
sedangkan ke dalam kelompok zooplankton dimasukkan jutaan zooplankton mulai dari filum
• Habitat
a. Plankton pantai, terdapat di dekat pantai, penyebaran tergantung dalamnya air dan
mengandung makanan.
b. Plankton laut, merupakan holoplankton yang penyebarannya jauh dari pantai tetapi di
a. Megaplankton, dapat ditangkap dengan jarring kasar dan dapat dilihat dengan mata,
d. Ultraplankton, plankton dengan ukuran lebih kecil dari 2 µm dan hanya dapat
(Nontji, 2008)
Berdasarkan lamanya siklus hidup, plankton dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Plankton sementara atau neuroplankton, yaitu telur dan larva planktonis yang banyak
Plankton jenis ini hidupnya musiman karena jumlah individu tergantung dari habitat
pemijahan induknya.
b. Plankton tetap dimana seluruh hidupnya berupa plankton yang sering disebut
(Nontji, 2008)
2.2 Fitoplankton
melayang, mengapung di dalam air dan memiliki kemampuan gerak yang terbatas.
Fitoplankton terdiri dari divisi chrysophyta (diatom), chlrorophyta dan cyanophyta. Biasanya
chlorophyta dan cyanophyta mudah ditemukan pada komunitas plankton perairan tawar
sedangkan chrysophyta dapat ditemukan diperairan tawar dan asin. Komunitas fitoplankton
umumnya didominasi oleh jenis fitoplankton yang berukuran lebih kecil dari 10 mm. Dalam
perbandingan nutrien yang terlarut dalam badan air. Oleh karena itu perbandingan nutrien,
khususnya nitrogen, fosfor dan silikat terlarut sangat menentukan dominasi suatu jenis
fitoplankton di perairan (Oxborough dan Baker, 1997; Ekwu dan Sikoki, 2006).
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autrofik, yaitu dapat
bahan organic dari bahan inorganic ini, maka fitoplankton juga disebut sebagai produsen
2.3 Diatom
tipe perairan. Diatom merupakan penyusun utama fitoplankton baik di ekosistem perairan
tawar maupun laut dengan jumlah spesies terbesar dibandingkan komunitas mikroalga
lainnya. Diatom mempunyai kontribusi 40 - 45% produktivitas laut sehingga lebih produktif
dibandingkan dengan hutan hujan di seluruh dunia (Anonim, 2003). Diatom mempunyai
keunikan dan sangat spesifik, karena arsitektur dan anatomi dinding selnya yang tersusun dari
silika, menyebabkannya dapat tersimpan dalam kurun waktu yang sangat lama di dalam
sedimen. Potensi diatom sebagai bioindikator lebih baik dibandingkan dengan kelompok
organisme yang lainnya. Keunggulan tersebut karena distribusi luas, populasi variatif,
penting dalam rantai makanan, dijumpai di hampir semua permukaan substrat (mampu
merekam sejarah habitat), siklus hidup pendek dan reproduksi cepat, banyak spesies sensitive
terhadap perubahan lingkungan, mampu merefleksikan perubahan kualitas air dalam jangka
Diatom berarti terdiri dari dua bagian dimana tiap bagiannya tidak dapat dibagi lagi,
yaitu epiteka yang merupakan bagian tutup sedangkan hipoteka merupakan wadahmya.
Diatom juga disebut Bacillariophyceae, yang berarti bentuknya batang, kebanyakan diatom
memang berbentuk seperti batang, tapi banyak juga sel yang sama sekali tidak berbentuk
seperti batang seperti pada Surirella, Biddulphia dan lain sebagainya (Sachlan, 1982).
Atas dasar perbedaan struktur dindingnya, diatom dibagi dalam 2 golongan, yaitu
pennate dan centric. Prinsip perbedaan antara pennate dan centric adalah pada pennate tutup
dan wadahnya terdapat raphe, yaitu lubang yang memanjang dari ujung ke ujung sel, dimana
http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/images/diat/diadiag04.gif
bundar seperti lingkaran dan ada struktur yang sifatnya sentrik. Ukuran diatom berkisar dari
< 10 µm sampai mendekati 200µm. Tidak adanya flagel, cilia atau organ pergerakan lain,
spesies planktonik bersifat non motil dan tenggelam pada perairan yang tidak ada turbulensi
http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/images/diat/diadiag04.gif
Reproduksi diatom dapat terjadi secara seksual dan aseksual, meskipun reproduksi aseksual
(vegetatif) sangat umum. Reproduksi aseksual terjadi dengan pembelahan sitoplasma dalam
frustul dimana epiteka induk akan menghasilkan hipoteka yang baru, sedangkan hipoteka
yang lama akan menjadi epiteka yang menghasilkan hipoteka yang baru pula pada
anakannya, dan seterusnya (Nontji, 2008). Pembelahan mitosis terus berlangsung sampai
terbentuk sel anakan yang berukuran sekitar 30% dari besar sel aslinya. Setelah mencapai
ukuran minimum tersebut, diatom kemudian bereproduksi secara seksual. Sel diatom
menghasilkan sperma dan telur. Sperma kemudian bergabung dengan telur membentuk zigot.
Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi berukuran normal seperti aslinya. Setelah
diatom mencapai ukuran normal, diatom akan kembali melakukan reproduksi aseksual
http://www.szn.it/SZNWeb/cmd/ShowItemImage?BINDATA_ID=15201
Sejarah Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI bermula pada awal abad ke 20, tepatnya
tahun 1905, ketika Visscherij Station didirikan di Pasar Ikan, Jakarta atas inisiatif dari Dr. J.C
Koningsberger, seorang ahli Zoologi, kepala museum Zoologi Bogor saat itu.
Lembaga ini didirikan dengan tujuan melakukan penelitian kelautan untuk menggali
sumberdaya biota laut yang bernilai ekonomi penting. Dalam perjalanan waktu lembaga telah
beberapa kali berganti nama, tahun 1915 lembaga ini bernama "Visscherij Station te
Batavia", berdasarkan SK Pemerintah Belanda No. 37 Tanggal 31 Juli 1911, lembaga ini
Tahun 1922 lembaga ini berganti nama lagi menjadi Laboratorium Voor Het
Onderzoek der Zee (LOZ) dibawah pimpinan: Dr. A.L.J. Sunier. Tahun 1949 berubah lagi
namaya menjadi "Laboratorium Penyelidikan Laut". Tahun 1955 lembaga ini berganti nama
lagi menjadi "Lembaga Penyelidikan Laut", dibawah pimpinan Prof. Klaus Wyrtki. Tahun
1962 namanya berubah menjadi "Lembaga Penelitian Laut" sebagai salah satu bagian dari
Lembaga Biologi Nasional MIPI. Tahun 1970, melalui melalui keputusan presiden No.10
tahun 1970, lembaga ini ditetapkan sebagai lembaga berskala nasional dengan nama
Lembaga Oseanologi Nasional (LON) sebagai bagian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI).
Pada tahun 1986, terjadi reorganisasi di LIPI, berdasarkan Keppres R.I no. 1/1986,
nama LON diubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI (Puslitbang
Oseanologi - LIPI), dibawah kedeputian Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun 2001, berdasarkan
keputusan Kepala LIPI No. 1151/M/2001, Puslitbang Oseanologi - LIPI, diubah lagi
namanya menjadi Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, dibawah naungan Deputi Ilmu
Pengetahuan Kebumian.
Visi P2O-LIPI
Sejalan dengan paradigma baru LIPI sebagai organisasi yang bersifat ‘melihat keluar’,
berbagai perubahan yang direncanakan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI kedepan
difokuskan pada upaya lebih mengenali harapan publik, dan pencapaian kemampuan yang
disikapi secara arif, realistik dan tepat oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, dan harus
Misi P2O-LIPI
Dalam upaya menjabarkan visi tersebut, misi utama yang diemban oleh Pusat
tinggi,
(Anonim3, 2010)
BAB III
METODOLOGI
Peralatan yang digunakan adalah Sedgwick Rafter, kaca penutup, gelas ukur 1000 ml,
tisu, mikroskop cahaya Nikon Eclipse (fase kontras), hand counter, pipet volume, buku
Bahan yang digunakan adalah sampel awetan fitoplankton yang telah diawetkan
dengan formalin 4 % selama ± 8 bulan dari perairan Teluk Jakarta yang diambil pada bulan
Agustus 2009 dan bulan Oktober 2009, masing – masing di lima stasiun.
endapan dituang ke beker glass 1000 ml kemudian diencerkan sampai 1000 ml dengan air.
Kemudian diambil sebanyak 1 ml dan diteteskan di Sedgwick Rafter. Lalu ditutup dengan
cover glass secara hati-hati dan dicegah agar tidak ada gelembung. Kemudian diamati
kolom Sedgwick-Rafter yang terbagi dalam 250 bidang pandang (BD). Selanjutnya genus
fitoplankton dari kelas diatom yang terlihat diidentifikasi kemudian dihitung jumlahnya, lalu
dibuat tabel yang berisikan jenis dan jumlah genus, kemudian dari tabel tersebut dapat
Kelimpahan
N= x n
dimana:
p = panjang kolom air yang dibutuhkan untuk membuat satu putaran flowmeter pada
4.1 Hasil
pada sample bulan Agustus 2009 dan 15 genus pada sample bulan Oktober 2009. Hasil
Genus N (sel/m3) %
Nitzschia 830978.01 58.5023
Chaetoceros 225216.4 15.8556
Skeletonema 305058.31 21.4766
Rhizosolenia 10576.461 0.7446
Pleurosigma 3318.1054 0.2336
Coscinodiscus 5806.6844 0.4088
Thalassiotrix 22811.974 1.606
Bakteriastrum 622.14475 0.0438
Thalassionema 1451.6711 0.1022
Eucampia 11353.677 0.79932
Guinardia 2707.4818 0.19061
Triceratium 232.06987 0.01634
Ditylum 286.67454 0.02018
Jumlah 1420419.67 100
Tabel 2. Hasil identifikasi diatom per stasiun
%
Genus
1 2 3 5 6
59.109013 39.65636 71.657919
Nitzschia 1 9 52.559712 1 92.8484664
33.84241 14.893810
Chaetoceros 16.020062 6 4 8.3976536 2.58123292
21.699365 23.25581 29.810324 16.270453
Skeletonema 7 4 8 8 1.88278166
0.7523233 0.347101 0.5903034 0.6637851
Rhizosolenia 5 7 6 2 0.71363498
0.2360230 0.225616 0.2315529
Pleurosigma 1 1 0.1135199 5 0.13665351
0.4130402 0.052065 0.0681119 0.0771843
Coscinodiscus 7 3 4 2 0.03036745
1.6226582 2.308226 1.4303506 2.1765977
Thalassiotrix 1 3 9 2 0.09110234
0.0442543 0.069420 0.1024912 0.3550478
Bakteriastrum 1 3 1 5 0.1973884
Thalassionem 0.1032600 0.0926211
a 7 0 0 8 1.22988157
0.242971 0.2043358 0.0617474
Eucampia 0 2 1 5 0.18220468
0.2270397
Guinardia 0 0 9 0 0.09110234
0.0154368
Triceratium 0 0 0 6 0
Ditylum 0 0 0 0 0.01518372
Jumlah 100 100 100 100 100
Genus N (sel/m3) %
Skeletonema 3512820.575 33.7885
Chaetoceros 6200607.76 59.6414
Nitzschia 434182.1191 4.17624
Bakteriastrum 154559.3497 1.48665
Rhizosolenia 36844.67657 0.3544
Thalassionema 8492.348527 0.08168
Biddulphia 3413.323363 0.03283
Coscinodiscus 26478.94163 0.25469
Navicula 758.5163029 0.0073
Pleurosigma 1353.951601 0.01302
Liemophora 1896.290757 0.01824
Thalassiotrix 5093.559315 0.04899
Oscillatoria 7017.792834 0.0675
Eucampia 2339.264278 0.0225
Pediastrum 628.8344833 0.00605
Jumlah 10396487.3 100
N (sel/m3)
Genus
1 2 3 4 5
Skeletonema 144173.41 761204.1421 199812.157 853051.707 1554579.163
Chaetoceros 393532.4801 1491280.977 2961606.05 704898.302 649289.9552
Nitzschia 17463.258 84263.82077 78462.8227 121251.865 132740.353
Bakteriastrum 18275.502 50935.59315 66279.1545 3898.7738 15170.32606
Rhizosolenia 1624.4891 8803.682767 24367.3362 8577.30235 2275.548909
Thalassionema 0 0 0 5458.28332 3034.065211
Biddulphia 0 0 0 0 3413.323363
Coscinodiscus 3655.1004 11947.85518 4386.12052 1559.50952 4930.355969
Navicula 0 0 0 779.754759 758.5163029
Pleurosigma 0 0 974.693449 0 379.2581514
Liemophora 0 0 0 0 1896.290757
Thalassiotrix 0 3144.172417 1949.3869 0 0
Oscillatoria 0 0 0 7017.7928 0
Eucampia 0 0 0 2339.26428 0
Pediastrum 0 628.834483 0 0 0
Jumlah 578724.2354 2412209.078 3337837.717 1708832.56 2368467.156
%
Genus
1 2 3 4 5
Skeletonema 24.9123 31.5563 5.98628 49.92014602 65.63651
Chaetoceros 68 61.8222 88.7283 41.25028519 27.41393
Nitzschia 3.01754 3.49322 2.35071 7.095596623 5.604484
Bakteriastrum 3.15789 2.11157 1.98569 0.228154232 0.640512
Rhizosolenia 0.2807 0.36496 0.73003 0.501939311 0.096077
Thalassionema 0 0 0 0.319415925 0.128102
Biddulphia 0 0 0 0 0.144115
Coscinodiscus 0.63158 0.49531 0.13141 0.091261693 0.208167
Navicula 0 0 0 0.045630846 0.032026
Pleurosigma 0 0 0.0292 0 0.016013
Liemophora 0 0 0 0 0.080064
Thalassiotrix 0 0.13034 0.0584 0 0
Oscillatoria 0 0 0 0.410677618 0
Eucampia 0 0 0 0.136892539 0
Pediastrum 0 0.02607 0 0 0
Jumlah 100 100 100 100 100
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, sample fitoplankton yang diamati adalah sample bulan
Agustus dan Oktober 2009, dimaksudkan bisa mewakili musim hujan dan musim kemarau.
Fitoplankton cenderung melimpah pada saat musim hujan, terlihat dari lebih banyaknya
genus yang ditemukan pada bulan Oktober. Pada bulan Agustus didapatkan 13 genus diatom,
sedangkan pada bulan Oktober didapatkan 15 genus diatom, hal ini dikarenakan musim hujan
membawa zat hara lebih banyak sehingga banyak diatom yang tumbuh di daerah tersebut
lebih bervariasi.
Pada bulan Agustus genus yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia, yaitu
sebesar 830978.01 sel/m3, pada tiap stasiun pun didominasi oleh Nitzschia. Genus ini
merupakan terbesar dan salah satu yang paling umum dan genus ini mempunyai toleransi di
lingkungan ekstrim seperti air tercemar secara organik (Anonim4, 2010). Genus ini juga
banyak ditemukan blooming di perairan Washington (Horner et al., 1996 dan Sayce &
Horner, 1996), perairan Prancis (LeDoux, et al., 1996), perairan Spanyol (MRguez et al.,
1996), dan di perairan Jepang (Yu et al., 1996 dan Kotaki et al., 1996).
sel/m3.
Pada sample bulan Oktober, genus yang paling banyak ditemukan ialah Chaetoceros.
Sama halnya dengan Nitzschia, Chaetoceros juga mempunyai toleransi tinggi terhadap
perubahan lingkungan. Seperti pada penelitian yang diadakan di Teluk Banten pada tahun
1995, jumlah Chaetoceros juga dominan di daerah tersebut, hal itu dikarenakan adanya
percampuran zat – zat nutrisi dan pencemar, sehingga dapat mengakibatkan blooming suatu
spesies (Adnan dan Yudhi, 2010) . Diatom ini umum dijumpai di perairan sub – tropic
pada suhu rendah. Di perairan pantai Iwate Pref., Jepang, blooming dari jenis ini biasanya
terjadi pada bulan – bulan Desember dan Januari. Di perairan Bulgaria dan Rumania antara
tahun 1954 – 1972 jenis ini seringkali blooming pada musim semi di perairan teluk atau
estuarine. Blooming terjadi pada perairan yang mengalami eutrofikasi. Perairan Teluk Jakarta
Beberapa jenis diatom mempunyai morfologi khusus, seperti adanya duri. Duri – duri
yang terdapat pada seta beberapa jenis Chaetoceros dapat menyebabkan masalah bagi biota
laut. Duri – duri ini dilaporkan dapat merangsang pembentukan lender pada insang biota laut,
stasiun 2 sebanyak 1491281 sel/m3, stasiun 3 sebanyak 2961606 sel/m3, sedangkan pada
stasiun 4 dan 5 didominasi oleh Skeletonema dengan kelimpahan masing – masing stasiun
yaitu 853052 sel/m3 dan 1554579 sel/m3. Keberadaan Skeletonema ini dapat menjadi
indicator adanya pencemaran. Sama halnya dengan genus lain dari golongan diatom, tubuh
Skeletonema dapat memanfaatkan secara langsung zat – zat yag terdapat dalam air. Selain
itu, plankton ini dapat bertahan hidup di daerah yang memiliki euritermik dan eurihalin
berbeda. Skeletonema umumnya selalu hadir dalam jumlah yang besar dan kerapkali
mendominasi diantara beberapa marga lainnya (Soedibjo, 2007). Dominasi jenis ini diduga
terkait dengan kandungan nutrisi dan kadar salinitas akibat pasokan material dari darat dan
Eucampia, Coscinodiscus, dan Navicula dengan kelimpahan total sebesar 1708833 sel/m3.
Jumlah genus terbanyak ditemukan di stasiun kelima yaitu sebanyak 11 genus, antara
Kelimpahan total diatom pada tiap stasiun berbeda – beda besarannya, kelimpahan
total terkecil terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 578724 sel/m3, sedangkan kelimpahan total
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kerja praktek yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan: pada bulan
5.2 Saran
terutama pada perairan Teluk Jakarta. Disarankan pada penelitian yang akan datang tidak
hanya diatom yang diamati, tetapi juga dinoflagelata, agar hasil maksimal, selain itu tidak
hanya dilakukan pada musim hujan dan kemarau, tetapi juga saat musim peralihan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Quraisyin, dan Yudhi S.G. 1998. Pengamatan Pendahuluan Populasi Fitoplankton
11.24
Anonim. 2003. Teacher’s Guide Diatoms: Life in Glass Houses. Diakses dari
19.06
pukul 21.03
Romimohtanto, Kasijan dan Sri Juwana. 2003. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang
Praseno, Djoko Prawoto, & Sugestiningsih. 2000. Retaid di perairan Indonesia / Djoko P.
Jakarta
Sediadi, Agus. 1986. Mengenal Plankton Dalam Majalah Semi Populer Lonawarta. LIPI
Press. Ambon
pukul 19.14
Gambar genus diatom
Guinardia Triceratium
Eucampia Pleurosigma
Thalassionema
Ditylum
Bakteriastrum
Asterionella
Skeletonema
Nitzschia
Chaetoceros