Anda di halaman 1dari 16

FRAKTUR FEMUR

I. PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh
kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh
darah, otot dan persarafan.
Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi yang penting. Dengan
bertambahnya usia, angka kejadian fraktur femur meningkat secara
eksponensial. Meskipun dapat dipulihkan dengan operasi, fraktur femur
menyebabkan peningkatan biaya kesehatan.
Sampai saat ini, fraktur femur makin sering dilaporkan dan masih tetap
menjadi tantangan bagi ahli orthopaedi. Pada orang-orang tua, patah tulang
pinggul intrakapsular sering disebabkan oleh trauma yang tidak berat (energi
ringan), seperti akibat terpeleset. Akan tetapi, pada orang-orang muda, patah
tulang pinggul intrakapsular biasanya disebabkan oleh trauma yang hebat
(energi besar), dan seringkali disertai oleh cedera pada daerah yang lainnya
serta meningkatkan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis dan nonunion.
Walaupun penatalaksanaan di bidang orthopaedi dan geriatri telah berkembang,
akan tetapi mortalitas dalam satu tahun pasca trauma masih tetap tinggi,
berkisar antara 10 sampai 20 persen. Sehingga keinginan untuk
mengembangkan penanganan fraktur ini masih tetap tinggi. Reduksi anatomis
dini, kompresi fraktur dan fiksasi internal yang kaku digunakan untuk
membantu meningkatkan proses penyembuhan fraktur, akan tetapi jika suplai
darah ke kaput femur tidak dikontrol dengan baik, dapat menyebabkan
peningkatan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis.1

II. ETIOLOGI
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan,
kita harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat
menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat
menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing).
Kebanyakan fraktur terjadi akibat truma yang disebabkan oleh kegagalan
tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma yang

1
dapat menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung.
 Trauma Langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
 Trauma Tidak Langsung
Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
clavicula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.2
III. PATOFISIOLOGI
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atu tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur
tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.3
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang,ada 2 faktor yang
mempengaruhi terjadinya frakturya itu ekstrinsik (meliputi kecepatan,
sedangkan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan), intrinsik
meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan
adanya densitas tulang – tulang yang dapat menyebabkan terjadinya patah
pada tulang bermacam-macam, antara lain trauma langsung dan tidak
langsung, akibat keadaan patologi serta secara spontan.3
IV. ANATOMI
Tulang femur adalah tulang terpanjang yang ada di tubuh kita. Tulang ini
memiliki karakteristik yaitu:4
 Artikulasi kaput femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul. Dia
terpisah dengan collum femoris dan bentuknya bulat,halus dan ditutupi
deengan tulang rawan sendi. Konfigurasi ini memungkinkan area
pegerakan yang bebas. Bagian caput mengarah ke arah medial, ke atas,
dan kedepan acetabulum. Fovea adalah lekukan ditengah caput, dimana
ligamentum teres menempel. Collum femur membentuk sudut 1250 dengan
corpus femur. Pengurangan dan pelebaran sudut yang patologis masing
–masing disebut deformitas coxa vara dan coxa valga.
 Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung diatasnya
terdapat trochanter major dan pada bagian posteromedialnya terdapat
trochanter minor. Bagian anteriornya yang kasar yaitu line trochanteric
membatasi pertemuan antara corpus dan collum. Linea aspera adalah

2
tonjolan yang berjalan secara longitudinal sepanjang permukaan posterior
femur, yang terbagi, pada bagian bawah menjadi garis- garis
suprakondilar. Garis suprakondilar medial berakhir pada adductor tubercle.
 Ujung bawah femur teridiri dari condilus femoral, medial dan lateral
femur epicondilus medial. Bagian tersebut menunjang permukaan
persendian dengan tibia pada sendi lutut. Lateral epycondilus lebih
menonjol dari medila epycondilus, hal ini untuk mencegah pergeseran
lateral dari patella. Kondilus – kondilus itu didipisahkan bagian
posteriornya dengan sebuah intercondylar notch yang dalam. Femur
bawah pada bagian anteriornya halus untuk berartikulasi dengan bagian
posterior patella.4

Gambar 1. Tulang paha, femur, tampak depan, belakang, medial


*Dikutip dari kepustakaan 4,5
 Anatomi normal osseus pada femur cukup jelas. Proyeksi normal x – ray
nya adalah AP dan lateral. Jika terdpat Fraktur femur sebenarnya sangat
jelas, seperti yang biasa diperkirakan, mungkin saja frakturnya transversal,
spiral, atau comminut fraktur, dengan variasi sudut dan bagian – bagian
yang tumpang tindih.6

V. KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu:
1. Klasifikasi etiologis
 Fraktur traumatik
Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba
 Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
di dalam tulang, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma
multipel, kista tulang, osteomielitis dan sebagainya.
 Fraktur stres

3
Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu.2,7
2. Klasifikasi klinis
 Fraktur tertutup (simple fracture)
Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia
luar.
 Fraktur terbuka (compound fracture)
Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
lika pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari
dalam) atau from without (dari luar)
 Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya malunion,
delayed union, nonunion, infeksi tulang.2

3. Klasifikasi radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas:
a. Lokalisasi (gambar 2.1)
 Diafisial
 Metafisial
 Intra-artikuler
 Fraktur dengan dislokasi

Gambar 2.1. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi. (A)Fraktur diafisis,


(B)Fraktur metafisis, (C)Dislokasi dan fraktur, (D)Fraktur intra-artikule.
*Dikutip dari kepustakaan 2

b. Konfigurasi (gambar 2.2)


 Fraktur transversal
 Faktur oblik
 Fraktur spiral
 Fraktur Z
 Fraktur segmental

4
 Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
 Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
 Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya
fraktur epikondilus humeri, fraktur patela
 Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang
tengkorak
 Fraktur impaksi
 Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah
pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus
 Fraktur epifisis.2

Gambar 2.2. klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi. (A)Transversal,


(B)Oblik, (C)Spiral, (D)Kupu-kupu, (E)Komunitif, (F)Segmental,
(G)Depresi. *Dikutip dari kepustakaan 2
c. Menurut ekstensi (gambar 2.3)
 Fraktur total
 Fraktur tidak total (fraktur crack)
 Fraktur buckle atau torus
 Fraktur garis rambut
 Fraktur green stick

5
Gambar 2.3. Beberapa gambaran radiologik konfigurasi fraktur
(A)Transversal, (B)Oblik, (C)Segmental, (D)Spiral dan segmental,
(E)Komunitif, (F)Segmental, (G)Depresi
*Dikutip dari kepustakaan 2
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya (gambar 2.4)
 Tidak bergeser (undisplaced)
 Bergeser (displaced)
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :
a) Bersampingan
b) Angulasi
c) Rotasi
d) Distraksi
e) Over-riding
f) Impaksi

Gambar 2.4
*Dikutip dari kepustakaan 2

VI. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR


a. FRAKTUR PROXIMAL FEMUR
 Intracapsular fraktur termasuk femoral head dan leher femur (gambar
3.1)
 Capital : uncommon

6
 Subcapital : common
 Transcervical : uncommon
 Basicervical : uncommon
Gambar 3.1
*Dikutip dari kepustakaan 8
 Entracapsular fraktur termasuk trochanters (gambar 3.2)
 Intertrochanteric
 Subtrochanteric

Gam
bar 3.2

*Dikutip dari kepustakaan 7

b. FRAKTUR LEHER FEMUR


 Tingkat kejadian yang tinggi karena faktor usia yang merupakan akibat
dari berkurangnya kepadatan tulang
 Fraktur leher femur dibagi atas intra-
(rusaknya suplai darah ke head femur) dan
extra- (suplai darah intak) capsular.
Diklasifikasikan berdasarkan anatominya.
Intracapsular dibagi kedalam subcapital,
transcervical dan basicervical. Extracapsular
tergantung dari fraktur pertrochanteric
Gambar 4.1
*Dikutip dari kepustakaan 9,10
 Biasanya pada wanita dewasa; dibawah usia 60 tahun, laki-laki lebih
sering terkena (biasanya extrakapsular fraktur)
 Sering ditemukan pada pasien yang mengkonsumsi berbagai macam
obat seperti corticosteroids, thyroxine, phenytoin and frusemide
 Kebanyakan hanya berkaitan dengan trauma kecil
 Fraktur Intracapsular diklasifikasikan
 Grade I : Incomplete,
korteks inferior tidak sepenuhnya rusak
 Grade II : Complete, korteks inferior rusak,
tapi trabekulum tidak angulasi
 Grade III : Slightly displaced, pola trabekular
angulasi

7
 Grade IV : Fully displaced, grade terberat,
sering kali tidak ada kontinuitas tulang1,11

Gambar 4.2
*Dikutip dari kepustakaan 11
c. FRAKTUR PADA POROS/BATANG FEMUR
Pada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahan dalam cukup
luas dan besar sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita
tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri, tetapi juga karena
ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar,
terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat
pendarahan ke dalam jaringan lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan
penanganan secara tertutup, dan normalnya memerlukan waktu 20 minggu
atau lebih.

Gambar 4.3.a. Gambar 4.3.b.


Comminuted mid-femoral shaft fracture Femoral shaft fracture
postinternal fixation.

8
*Dikutip dari kepustakaan 11

d. FRAKTUR DISTAL FEMUR


 Supracondylar
 Nondisplaced
 Displaced
 Impacted
 Continuited

Gambar 4.4

*Dikutip dari kepustakaan 8

 Condylar
 Intercondylar

VII. DIAGNOSIS
A. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan
abdomen
3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.2

B. PEMERIKSAAN LOKAL
1. Inspeksi (Look)
Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang
penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka
2. Palpasi (Feel)
Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian
distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi.
Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan
3. Pergerakan (Movement)

9
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting
untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi
dibagian distal cedera.
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan
motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia,
aksonotmesis atau neurotmesis. Kelainan saraf yang didapatkan harus
dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan
tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan
selanjutnya. 2
5. Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk
menetapkan kelainan tulang dan sendi :

Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk
menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk
menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi
sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis :
 Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
 Untuk konfirmasi adanya fraktur
 Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen
serta pergerakannya
 Untuk menentukan teknik pengobatan
 Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
 Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-
artikuler
 Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
 Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.2

10
Gambar 5.1. Fraktur batang femur
*Dikutip dari kepustakaan 12

Contoh foto pemeriksaan radiologis :


 CT-Scan
Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian
tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis.
Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.14,15
Gambar 5.2. Fraktur femur
*Dikutip dari kepustakaan14
 MRI
MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi,
dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi
cedera tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan tulang.13,15

Gambar 5.3. Fraktur collum femur.


*Dikutip dari kepustakaan 15
VIII. PENATALAKSANAAN
Prinsip Umum
Seperti halnya pada tulang yang lain, tulang paha yang patah perlu
"dikurangi" atau kembali ke keselarasan dan bergerak sampai sembuh. Ada
beberapa metode yang dapat digunakan, tergantung pada tingkat
kematangan tulang pasien, jumlah pergerakan, jenis istirahat, dan adanya
cedera terkait yaitu Traksi yang merupakan metode tradisional untuk
mengobati patah tulang paha, walaupun traksi itu sendiri mempunyai
banyak kekurangan. Kaki ditempatkan di gips, dan selotip (traksi kulit)
atau pin logam (traksi tulang) digunakan untuk melampirkan rangkaian

11
string yang terhubung ke beban. Sinar-X yang digunakan untuk memantau
posisi tulang sehingga traksi dapat disesuaikan.
Meskipun traksi yang efektif, memerlukan tinggal di rumah sakit
dalam waktu yang lama. Karena penelitian telah menegaskan pentingnya
mobilitas awal dalam mengurangi komplikasi dan mempromosikan
penyembuhan yang baik, metode lain seperti fiksasi, sekarang lebih
populer daripada traksi.16,17
Penatalaksanaan pada fraktur intertrokhanter femur sebaiknya
dengan reduksi terbuka dan pemasangan fiksasi interna. Intervensi
konservatif hanya dilakukan pada penderita yang sangat tua dan tidak
dapat dilakukan dengan anestesi general.
Pada fraktur subtrokhanter femur dapat dilkukan dengan reduksi
terbuka dan reduksi tertutup. Pada intervensi reduksi terbuka dengan
fiksasi interna menggunakan sekrup dan plat untuk mengimobilisasi
fragmen tulang yang patah, sedangkan reduksi tertutup dilakukan dengan
pemasangan traksi tulang. Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu
dilanjutkan dengan hip gips selama 7 minggu yang merupakan alternatif
penatalaksanaan pada pasien dengan usia muda.
Pada fraktur batang femur, jika fraktur femur terbuka harus dinilai
dengan cermat untuk mencari ada tidaknya a) kehilangan kulit, b)
kontaminasi luka, c) iskemia otot, dan d) cedera pada pembuluh darah dan
saraf. Intervensi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Profilaksis antibiotik
b. Debridemen. Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan
sedikit mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan atau
kontaminasi yang jelas, luka harus diperluas dan jaringan yang mati
dieksisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen tulang yang tajam
juga perlu dibersihkan dan dieksisi, tetapi cukup dengan debridemen
terbatas saja. Keputusan utamanya adalah bagaimana cara menstabilkan
fraktur. Pada luka kecil yang bersih dan selang waktu sejak cedera belum
lama, fraktur tersebut dapat diterapi seperti cedera tertutup, dengan
penambahan antibiotika profilaksis. Pada luka yang besar, luka yang
terkontaminasi, kehilangan kulit atau kerusakan jaringan, fiksasi internal
harus dihindari. Setelah debridemen luka harus dibiarkan terbuka dan

12
fraktur distabilkan dengan memasang fiksasi eksterna. Beberapa minggu
kemudian, saat luka telah sembuh atau telah berhasil dilakukan
pencangkokan kulit, keputusan lebih jauh adalah tentang pemasangan
fiksasi internal.
c. Stabilisasi. Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau fiksasi eksterna.
d. Penundaan penutupan.
e. Penundaan rehabilitasi.
f. Fiksasi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur komunitif,
infected pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak yang hebat.

Penatalaksaan fraktur batang femur tertutup adalah sebagai berikut.


a. Terapi konservatif :
1) traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan
terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.
2) traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut.
Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat komunitif dan segmental.
3) menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur
secara klinis.
b. Terapi operatif.
c. Pemasangan plate dan screw.
Penatalaksanaan pada fraktur suprakondiler femur adalah sebagai
berikut.
1. Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan
lutut Pearson, cast-bracing, dan spina panggul.
2. Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran
fraktur yang tidak dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan
dengan mempergunakan nail-phroc dare screw dengan macam-macam tipe
yang tersedia.
Pada fraktur kondiler femur penatalaksanaan dengan reduksi tertutup
dengan traksi tulang selama 4-6 minggu dan kemudian dilanjutkan dengan
penggunaan gips minispika sampai terjadi penyambungan tulang. Reduksi
terbuka dan fiksasi interna dilakukan apabila intervensi reduksi tertutup
tidak memberikan penyambungan tulang, atau keluhan nyeri lokal yang
parah.

IX. PROGNOSIS
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.
Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh

13
tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan
periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang
mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai
sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi
fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor
biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam
penyembuhan fraktur.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Harry J. Griffiths, M.D. Basic Bone Radiology. Associate Proffesor of


Radiology and Orthopedics. The University of Rochester Medical Center
Roschester, New York. 1997. Page 23 - 29
2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif
Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364
3. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses -
proses penyakit Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.
Hal 1365
4. Omar Faiz, David Moffat. Anatomy at Glance. Cardiff University, 2002.
Page 93.
5. Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.
6. Fred A, Mettler, Jr., M.D., M.P.H. Essentials of Radiology. Univercity of
New Mexico, 1996. Page 337
7. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Iwan Ekayuda
(editor), FK UI, Jakarta, 2006. Hal 31
8. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W.
Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition.
Mosby Elsevier. United States. 2007. Page 408-410
9. Pradip R. Patel. Lecture Notes Radiologi, Edisi Kedua. Penerbit Erlangga
Medical Series, Jakarta, 2005. Hal 232
10. P.E.S. Palmer., W.P. Cockshott., V. Hegedus., E. Samuel. Manual of
Radiographic Interpretation for General Practitioners. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal 108-109

14
11. Holmes, Erskin J., Misra, Rakesh R. A-Z of Emergency Radiology.
Cambridge University, 2004. Page 140-143
12. James E Keany, MD. Femur Fracture. [Online]. 2009. [Cited August 10].
Available from http://emedicine.medscape.com/article/824856-
overview#showall
13. Adnan, M. Tulang dan Sendi dalam: Diktat Radiologi IV. Bursa Buku
Kedokteran Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
1983. Hal 2.
14. AO Foundation. Open Complete Articular Multifragmentary Distal
Femoral Fracture. [online]. 2009. [Cited August 16]. Available from
http://www2.aofoundation.org
15. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Hip Fracture. [online].
2009. [Cited August 16]. Available from
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00392
16. The American Academy Of Orthopaedic Surgeons. Thigbone (Femur)
Fracture.[online].2008. [Cited August 12]. Available from.
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364
17. Douglas F Aukerman. Femur injuries and Fractures.[online].2008.[Cited
August 10]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/90779-
overview

15
16

Anda mungkin juga menyukai