Anda di halaman 1dari 23

Hasanah Ika Blog's

MINGGU, 07 SEPTEMBER 2014

HUKUM PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Nama : Ikan Hasanah

NIM : 1132080039

Jur/prodi : Pend. MIPA / Pend. Kimia

Dosen : Prof. Dr. Muhibbin Syah, M.Pd

Dra. Yuyun Yulianingsih, M.Pd

HUKUM PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A. Takrif dan Ragam Hukum Perkembangan

1. Hukum Konvergensi

Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan (nativisme)
sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan (empirisme) termasuk juga pendidikan serta pengalaman. Aliran
ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama paham konvergensi adalah Louis William
Stern, seorang filsuf, sekaligus sebagai psikolog Jerman. Stern dan para Konvergensi (convergence)
merupakan gabungan antara paham pembawaan (nativisme) yang mempengaruhi perkembangan
manusia dan aliran lingkungan (empirisme) yang mempengaruhi perkembangan manusia. Hukum ini
menganggap hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam
perkembangan manusia.

William Stern dan pengikutnya, dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia,
tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman, juga tidak berpegang pada pembawaan saja, tetapi
berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa
faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bawaan tidak akan
mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan. Perkembangan yang sehat akan
berkembang jika kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan potensialitas kodrati anak
bisa mendoorng berfungsinya segenap kemampuan anak. Dan kondisi sosial menjadi sangat tidak sehat
apabila segala pengaruh lingkungan merusak, bahkan melumpuhkan potensi individu tersebut.

2. Hukum Perkembangan dan Pengembangan Diri

Para siswa seperti juga manusia dan organisme lainnya, memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan
diri dari hal-hal yang negatif.Manusia berkembang karena adanya insting atau naluri pembawaan sejak
lahir yang menuntutnya untuk bertahan dan mengembangkan diri di muka bumi ini.

3. Hukum Masa Peka

Tiap-tiap jiwa mempunyai waktunya untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. Masa peka adalah suatu
masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diir ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang
datang, dan merupakan masa pertumbuhan ketika suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa mudah sekali di
pengaruhi dan dikembangkan. Usia 3 sampai 5 tahun adalah masa yang baik seklai untuk mempelajari
bahasa.

Masa peka adalah masa dimana suatu fungsi yang perkembangannya harus dilayani dan diberi
kesempatan sebaik-baiknya, dan masa dimana perkembangan sesuatu fungsi maksimal besarnya. Contoh
; Masa peka untuk berjalan pada anak adalah pada tahun ke 2, masa peka untuk menggambar adalah
pada tahun ke 5, dan masa peka untuk ingatan logis adalah tahun ke 12.

Kadang-kadang seorang anak telah peka membaca pada umur 4 tahun, sedangkan anak lain baru peka
membaca pada umur 5 tahun. Tetapi ada yang lambat lagi, ia baru mengalaminya pada umur 6 atau 7
tahun, sebab masa peka tidak sama timbulnya, dan hanya sekali saja dialami anak dalam kehidupannya.

4. Hukum Keperluan Belajar

Keperluan belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan fungsi-fungsi psikis tak dapat kita
ingkari, meskipun kebanyakan ahli tidak menyebutnya secara eksplisit. Bahkan, kemampuan berjalan
yang secara lahiriah dapat diperkirakan akan muncul dengan sendirinya ternyata masih juga memerlukan
belajar, meskipun sekedar mengfungsikan organ kaki anak yang sebenarnya berpotensi untuk bias
berjalan sendiri itu.
5. Hukum Kesatuan Anggota Badan

Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi proses perkrmbangan
fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian suatu tahapan perkembangan tidak terlepas dari tahapan
perkembangan lainnya. Jadi, perkembangan panca indera misalnya, tidak terlepas dari perkembangan
kemampuan mendengar, melihat, berbicara, dan merasa. Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga
tidak terlepas dari perkembangan berpikir, bersikap, dan berperasaan.

6. Hukum Tempo Perkembangan

Lambat atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan orang lain. Dengan kata lain,
setiap orang memiliki tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo perkembangan manusia
umunya terbagi dalam kategori : cepat, sedang, dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat
atau terlalu lambvat biasanya menjukkan kelainan yang relative sangat jarang terjadi.

7. Hukum Irama Perkembangan

Disamping ada tempo, didalam perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik-turunnya proses
perkemabangan. Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik terkadang turun. Pada
suatu saat seorang anak mengalami perkembangan yangh tenang, sedangkan pada saat lain ia
mengalami perkembangan yang menggoncangkan.

8. Hukum Rekapitulasi

Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang berisi doktrin yang mengatakan
bahwa perkembangan proses perkembangan individu manusia adalah sebuah mikrokosmik (dunia
kehidupan kecil) yang mencerminkan evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang paling
sederhana ke tingkat yang paling kompleks. Ada dua aspek yang digambarkan oleh teori ini, yakni aspek
psikis dan aspek fisik (Reber, 1988).
B. Deskripsi Hukum Perkembangan

Perkembangan merupakan perubahan yang terus-menerus dialami, tetapi ia tetap menjadi kesatuan.
Perkembangan berlangsung dengan perlahan-tahan. melalui masa demi masa. Kadang-kadang seseorang
mengalami masa krisis pada masa kanak-kanak dan masa pubertas. Menurut hasil penelitian para ahli
ternyata bahwa perkembangan jasmani dan rohani berlangsung menurut hukum-hukum perkembangan
tertentu. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung
dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi.

Setelah membaca pendapat para ahli dapat kita simpulkan bahwa perkembangan memang dialami
setiap orang semenjak ia dilahirkan, untuk melihat perkembangan itu cepat atau lambat setiap orang
tidaklah sama.

Pengertian "hukum", dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan yang biasa dikenal dalam
dunia perundang-undangan peradilan. Dalam ilmu jiwa perkembangan, istilah hukum tidak dapat
diasosiasikan misalnya, dengan hukum perdata atau hukum pidana. Melainkan, yang dimaksud "hukum
perkembangan" adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia), yang telah
disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Misalnya seorang
anak baru bisa berkembang, apabila ia dalam keadaan hidup. Ini merupakan hukum yang sudah pasti,
sehingga tak mungkin dibantah kebenarannya oleh siapapun juga. Jadi, hidup adalah syarat mutlak bagi
terjadinya proses perkembangan. Karena sudah pasti dan mutlak kebenarannya, maka dalam ilmu jiwa
perkembangan, susunan kalimat pernyataan seperti itu disebut hukum.

Selanjutnya perlu dikemukakan, bahwa istilah lain yang dipergunakan orang dalam kaitan ini, ternyata
banyak sekali. Hukum perkembangan, kadang-kadang disebut teori perkembangan, kaidah
perkembangan, prinsip perkembangan, asas perkembangan, sifat dasar perkembangan, dan sebagainya.
Ada pula yang mempergunakan dalam bentuk gabungan, misalnya hukum dan teori perkembangan.
Sementara yang lain, menulisnya dengan tanda strip, seperti hukum/teori/kaidah perkembangan.
Baiklah, secara teoritis keilmuan, memang semuanya itu mungkin-mungkin saja dilakukan. Katakanlah
disebut teori, karena ia merupakan hasil penelitian yang sudah baku. Disebut kaidah, karena berguna
sebagai pedoman bagi para pendidik atau siapa saja yang memerlukannya. Akan tetapi, dalam tulisan ini
sengaja dipergunakan satu istilah saja, hukum perkembangan.

Daftar Pustaka:

Makmun, Abin Syamsuddin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya


Unknown di 18.04

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

MENGENAI SAYA

Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Ani Endriani

Jumat, 04 Februari 2011

HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN

1. Hukum Masa Peka

Tiap-tiap jiwa mempunyai waktunya untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. Masa peka adalah suatu
masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diir ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang
datang, dan merupakan masa pertumbuhan ketika suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa mudah sekali di
pengaruhi dan dikembangkan. Usia 3 sampai 5 tahun adalah masa yang baik seklai untuk mempelajari
bahasa.

Masa peka adalah masa dimana suatu fungsi yang perkembangannya harus dilayani dan diberi
kesempatan sebaik-baiknya, dan masa dimana perkembangan sesuatu fungsi maksimal besarnya. Contoh
; Masa peka untuk berjalan pada anak adalah pada tahun ke 2, masa peka untuk menggambar adalah
pada tahun ke 5, dan masa peka untuk ingatan logis adalah tahun ke 12.

Kadang-kadang seorang anak telah peka membaca pada umur 4 tahun, sedangkan anak lain
baru peka membaca pada umur 5 tahun. Tetapi ada yang lambat lagi, ia baru mengalaminya pada umur 6
atau 7 tahun, sebab masa peka tidak sama timbulnya, dan hanya sekali saja dialami anak dalam
kehidupannya.

2. Hukum Rekapitulasi

Hukum rekapitulasi adalah perkembangan psikis anak yakni ulangan secara singkat
perkembangan umat manusia. Seluruh perkembangan umat manusia terulang dalam waktu beberapa
tahun saja secara singkat dalam perkembangan anak.

Fakta-faktanya ;

Anak-anak kecil memiliki kesamaan dengan bangsa primitif, misalnya ; suka dengan warna yang tajam,
memiliki pikiran yang animistis, takut hantu atau kekuatan gaib.

Adanya periode perkembangan sesuai dengan jalan perkembangan manusia ;

ú Masa berburu dan menyamun (sampai usia 8 tahun), tanda-tandanya, anak senang menangkap-
nangkap dalam permainannya, memanah dan menembaki binatang, senang bermain kejar-kejaran,
perang-perangan dan bermain panah-panahan.

ú Masa mengembala, dialami sekitar usia 10 tahun, tanda-tandanya misalnya, anak senang

Ani Endriani

Jumat, 04 Februari 2011

HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN

1. Hukum Masa Peka

Tiap-tiap jiwa mempunyai waktunya untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. Masa peka adalah suatu
masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diir ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang
datang, dan merupakan masa pertumbuhan ketika suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa mudah sekali di
pengaruhi dan dikembangkan. Usia 3 sampai 5 tahun adalah masa yang baik seklai untuk mempelajari
bahasa.
Masa peka adalah masa dimana suatu fungsi yang perkembangannya harus dilayani dan diberi
kesempatan sebaik-baiknya, dan masa dimana perkembangan sesuatu fungsi maksimal besarnya. Contoh
; Masa peka untuk berjalan pada anak adalah pada tahun ke 2, masa peka untuk menggambar adalah
pada tahun ke 5, dan masa peka untuk ingatan logis adalah tahun ke 12.

Kadang-kadang seorang anak telah peka membaca pada umur 4 tahun, sedangkan anak lain
baru peka membaca pada umur 5 tahun. Tetapi ada yang lambat lagi, ia baru mengalaminya pada umur 6
atau 7 tahun, sebab masa peka tidak sama timbulnya, dan hanya sekali saja dialami anak dalam
kehidupannya.

2. Hukum Rekapitulasi

Hukum rekapitulasi adalah perkembangan psikis anak yakni ulangan secara singkat
perkembangan umat manusia. Seluruh perkembangan umat manusia terulang dalam waktu beberapa
tahun saja secara singkat dalam perkembangan anak.

Fakta-faktanya ;

Anak-anak kecil memiliki kesamaan dengan bangsa primitif, misalnya ; suka dengan warna yang tajam,
memiliki pikiran yang animistis, takut hantu atau kekuatan gaib.

Adanya periode perkembangan sesuai dengan jalan perkembangan manusia ;

ú Masa berburu dan menyamun (sampai usia 8 tahun), tanda-tandanya, anak senang menangkap-
nangkap dalam permainannya, memanah dan menembaki binatang, senang bermain kejar-kejaran,
perang-perangan dan bermain panah-panahan.

ú Masa mengembala, dialami sekitar usia 10 tahun, tanda-tandanya misalnya, anak senang memelihara
binatang seperti ayam, kambing, kelinci, merpati dan lain sebagainya.

ú Masa bercocok tanam, masa ini dimulai ketika anak berusia sekitar 12 tahun, tanda-tandanya
misalnya, senang berkebun dan menyiram bunga.

ú Masa berdagang, ketika anak berusia sekitar 14 tahun, tanda-tandanya misalnya, senang bertukar-
tukaran perangko dengan teman, berkirim-kiriman foto dengan sesama sahabat pena, bermain-main
jual-jualan seperti mbok pecel, dan sebagainya.

4. Hukum Konvergensi

Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan
(nativisme) sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan (empirisme) termasuk juga pendidikan serta
pengalaman. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai
faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama paham konvergensi adalah Louis
William Stern, seorang filsuf, sekaligus sebagai psikolog Jerman. Stern dan para Konvergensi
(convergence) merupakan gabungan antara paham pembawaan (nativisme) yang mempengaruhi
perkembangan manusia dan aliran lingkungan (empirisme) yang mempengaruhi perkembangan manusia.
Hukum ini menganggap hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan manusia.

William Stern dan pengikutnya, dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan
manusia, tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman, juga tidak berpegang pada
pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan
tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa
faktor bawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Perkembangan yang sehat akan berkembang jika kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan
dan potensialitas kodrati anak bisa mendoorng berfungsinya segenap kemampuan anak. Dan kondisi
sosial menjadi sangat tidak sehat apabila segala pengaruh lingkungan merusak, bahkan melumpuhkan
potensi individu tersebut.

5. Hukum bertahan dan mengembangkan diri

Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan yang
pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan
diri. Dorongan mempertahankan diri terwujud diri sendiri. Anak menyatakan perasaan lapar, luas, dan
sakit dalam bentuk menangis. Ia mempertahankan dirinya dengan cara menangis. Jika ibu mendengar
anak-anaknya menangis, tangisannya itu dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.

Dalam perkembangan jasmani dan rohani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan pembawaan.
Untuk anak-anak dorongan mengembangkan diri ini berbentuk hasrat mengenal lingkungan, usaha
belajar berjalan, kegiatan bermain, dan sebagainya. Di kalangan remaja timbul rasa persaingan dan
perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini dianggap sebagai dorongan
mengembangkan diri.

6. Hukum Irama (ritme) perkembangan

Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk


perkembangan setiap orang. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak selalu
dialami perlahan-lahan dengan urut-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-gelombang
besar dan kecil yang silih berganti.
Tempo dan irama perkembangan menekankan bahwa masing-masing individu memiliki irama
sendiri dalam perkembangannya ; ada yang cepat dan ada yang lambat. Implikasinya : proses
pembelajaran harus menghargai keunikan masing-masing peserta didik.

Tiap-tiap individu mengikuti pola perkembangan yang umum. Meskipun individu memiliki irama dan
tempo yang berbeda, disertai bakat yang berbeda, namun individu tersebut masih mengikuti garis
perkembangan umum. Jadi perbedaan itu bisa disebabkan karena pembawaan dan lingkungan.

Misal, A : Berjelan 1 tahun

B : Berjalan 1,5 tahun.

Baik A dan B masih mengikuti pola perkembangan umum, walaupun A lebih cepat berjalan dari B.

Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk perkembangan setiap
orang. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak selalu dialami perlahan-lahan
dengan urut-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih
berganti.

Tempo dan irama perkembangan menekankan bahwa masing-masing individu memiliki irama sendiri
dalam perkembangannya ; ada yang cepat dan ada yang lambat.

Implikasinya : proses pembelajaran harus menghargai keunikan masing-masing peserta didik.

Sumber ;

F.J Monks & Knors (Terj. Siti Rahayu Haditono), Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya, Yogyakarta : Gadjah Mada Press.

Ani Endriani. S.Pdi., MA di 21.24

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

Ani Endriani. S.Pdi., MA

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

pena, bermain-main jual-jualan seperti mbok pecel, dan sebagainya.

4. Hukum Konvergensi

Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan
(nativisme) sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan (empirisme) termasuk juga pendidikan serta
pengalaman. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai
faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama paham konvergensi adalah Louis
William Stern, seorang filsuf, sekaligus sebagai psikolog Jerman. Stern dan para Konvergensi
(convergence) merupakan gabungan antara paham pembawaan (nativisme) yang mempengaruhi
perkembangan manusia dan aliran lingkungan (empirisme) yang mempengaruhi perkembangan manusia.
Hukum ini menganggap hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan manusia.

William Stern dan pengikutnya, dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan
manusia, tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman, juga tidak berpegang pada
pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan
tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa
faktor bawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Perkembangan yang sehat akan berkembang jika kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan
dan potensialitas kodrati anak bisa mendoorng berfungsinya segenap kemampuan anak. Dan kondisi
sosial menjadi sangat tidak sehat apabila segala pengaruh lingkungan merusak, bahkan melumpuhkan
potensi individu tersebut.
5. Hukum bertahan dan mengembangkan diri

Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan yang
pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan
diri. Dorongan mempertahankan diri terwujud diri sendiri. Anak menyatakan perasaan lapar, luas, dan
sakit dalam bentuk menangis. Ia mempertahankan dirinya dengan cara menangis. Jika ibu mendengar
anak-anaknya menangis, tangisannya itu dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.

Dalam perkembangan jasmani dan rohani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan pembawaan.
Untuk anak-anak dorongan mengembangkan diri ini berbentuk hasrat mengenal lingkungan, usaha
belajar berjalan, kegiatan bermain, dan sebagainya. Di kalangan remaja timbul rasa persaingan dan
perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini dianggap sebagai dorongan
mengembangkan diri.

6. Hukum Irama (ritme) perkembangan

Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk


perkembangan setiap orang. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak selalu
dialami perlahan-lahan dengan urut-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-gelombang
besar dan kecil yang silih berganti.

Tempo dan irama perkembangan menekankan bahwa masing-masing individu memiliki irama
sendiri dalam perkembangannya ; ada yang cepat dan ada yang lambat. Implikasinya : proses
pembelajaran harus menghargai keunikan masing-masing peserta didik.

Tiap-tiap individu mengikuti pola perkembangan yang umum. Meskipun individu memiliki irama dan
tempo yang berbeda, disertai bakat yang berbeda, namun individu tersebut masih mengikuti garis
perkembangan umum. Jadi perbedaan itu bisa disebabkan karena pembawaan dan lingkungan.

Misal, A : Berjelan 1 tahun

B : Berjalan 1,5 tahun.

Baik A dan B masih mengikuti pola perkembangan umum, walaupun A lebih cepat berjalan dari B.

Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk perkembangan setiap
orang. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak selalu dialami perlahan-lahan
dengan urut-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih
berganti.

Tempo dan irama perkembangan menekankan bahwa masing-masing individu memiliki irama sendiri
dalam perkembangannya ; ada yang cepat dan ada yang lambat.
Implikasinya : proses pembelajaran harus menghargai keunikan masing-masing peserta didik.

Sumber ;

F.J Monks & Knors (Terj. Siti Rahayu Haditono), Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya, Yogyakarta : Gadjah Mada Press.

Ani Endriani. S.Pdi., MA di 21.24

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

Ani Endriani. S.Pdi., MA

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.http://aniendriani.blogspot.com/2011/02/hukum-hukum-


perkembangan.html?m=1

http://aniendriani.blogspot.com/2011/02/hukum-hukum-perkembangan.html?m=1
welcome to my blog (^_^)

Jumat, 25 Desember 2015

Makalah Hukum-Hukum Perkembangan

HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : Farida Ulyani, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1) Ulin Ni’mah (1310110052)

2) Uya Syarifa (1310110065)

3) Maulida Fitriana (1310110076)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TARBIYAH/PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada setiap makhluk hidup, sejak kelahiran dan dalam menjalani kehidupan seterusnya, terdapat dasar
dan pola kehidupan yang berlaku umum sesuai dengan jenis dan spesiesnya. Selain itu, terdapat pula
pola yang berlaku khusus sesuai dengan sifat-sifat individualnya. Pola kehidupan yang dimaksudkan
dapat dijadikan acuan untuk mengenal karakteristik perkembangan anak-anak. Latar belakang social
budaya akan mempengaruhi pola pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Dengan demikian,
akan terbentuk karakteristik-karakteristik yang menjadi pola khusus. Diantara pola-pola khusus itu,
bahkan antara pribadi dengan pribadi, juga terdapat perbedaan tertentu. Perbedaan tersebut akan lebih
jelas bila dibandingkan secara keseluruhan pada pribadi setiap bangsa.

Berdasarkan persamaan dan perbedaan itulah diperoleh kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan
perkembangan, yang selanjutnya dinamakan hukum-hukum pertumbuhan dan hukum-hukum
perkembangan.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perkembangan?

2. Apakah yang dimaksud dengan hukum perkembangan itu?

3. Apa saja dan bagaimana hukum-hukum dalam perkembangan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan

Istilah perkembangan (develpment) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan
kompleks. Di dalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep
perkembangan, perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain yang terkandung di dalamnya, di
antaranya yaitu pertumbuhan (growth), kematangan (maturation), dan perubahan (changed).

Menurut Reni Akbar Hawadi perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan
dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru.
Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir
kematian. Menurut F.J. Monks, dkk., pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah
yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang
kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi,
berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.[1]

Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari beberapa definisi di atas adalah bahwa perkembangan tidak
terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin memebesar, melainkan di dalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari
fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui
pertumbuhan, pematangan, dan belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri
kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi.
Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke
bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir
kematian.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah dipengaruhi oleh faktor
kecerdasan, gen, jenis kelamin, ras, kultur, dan sebagainya yang kesemuanya ini dapat terlihat saat
manusia itu mengalami proses perkembangan mulai dari bayi hingga dewasa dan berakhir ketika ia mati.

B. Pengertian Hukum Perkembangan

Apabila diamati perbedaan pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia baik pada faktor jasmaniah
maupun faktor rohaniah dalam waktu yang sama maka akan melahirkan prinsip-prinsip perkembangan,
kemudian prinsip ini mengikuti hukum-hukum perkembangan. Hukum perkembangan merupakan suatu
konsepsi yang biasanya bersifat deduktif, dan menunjukkan adanya hubungan yang tetap (continue)
serta dapat diramalkan sebagai hukum perkembangan. Menurut definisi yang lain, hukum
perkembangan adalah prinsip-prinsip yang mendasari perkembangan fisik maupun psikis individu.
Sebagian ahli psikologi ada yang lebih senang menggunakan prinsip-prinsip perkemabngan dan tidak
menggunakan istilah hukum perkembangan. Namun, yang lebih di kenal di Indonesia adalah hukum
perkembangan daripada prinsip perkembangan.[2]

Proses perkembangan secara umum dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam
perkembangan sesuatu. Proses perkembangan merupakan suatu evolusi yang secara tidak sama pada
setiap anak. Namun demikian, perbedaan-perbedaan individu dimungkinkan terjadi karena faktor-faktor
pembawaan, pengalaman-pengalaman dalam lingkungan dan faktor-faktor lainnya, seperti iklim,
sosiologis, ekonomis, dan sebagainya. Selama hayatnya, manusia sebagai individu mengalami
perkembangan yang berlangsung secara berangsur-angsur perlahan tapi pasti, menjalani berbagai fase
dan ada kalanya diselingi oleh krisis yang datangnya pada waktu-waktu tertentu. Proses perkembangan
yang berkesinambungan, beraturan, bergelombang naik dan turun, yang berjalan dengan kelajuan cepat
maupun lambat, semua itu menunjukkan betapa perkembangan mengikuti patokan-patokan atau
tunduk pada hukum-hukum tertentu yang disebut dengan “hukum perkembangan”.

Setiap perkembangan manusia selalu beraturan, berkesinambungan dan ada kalanya cepat ataupun
lambat. Dalam proses perkembangan ini, disetiap tahapannya memiliki kaidahnya masing-masing yang
telah ditentukan oleh para ahli psikologi melalui eksperimen terdahulu. Sehingga bisa dijadikan patokan
dalam melihat perkembangan manusia.

C. Hukum-hukum Perkembangan

Perkembangan fisik dan mental di samping dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas, juga
perkembangan itu berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Hukum-hukum perkembangan
tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Hukum Konvergensi
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak
selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada
sekarang ternyata pendapat lama itu tidak sesuai dengan keadaan. Pandangan lama itu dikuasai oleh
aliran nativisme yang dipelopori oleh Skopen Hauer yang berpendapat bahwa manusia adalah haisl
bentukan dari pembawaannya. Sejak anak lahir ia membawa bakat kesanggupan (potensi) untuk
dikembangkan, dan sifat bawaan terbentuk. Pembawaan itu akan dikembangkan sendiri, dalam hal ini
pendidikan yang menganut paham nativisme ini disebut aliran yang pesimis.[3]

Hukum konvergensi ini menekankan kepada pengaruh gabungan antara pembawaan dan lingkungan.
Tokoh yang berpendapat demikian adalah William Stern yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan itu adalah hasil pengaruh bersama kedua unsur pembawaan dan lingkungan.[4]

2. Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri

Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan yang pertama
adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri.
Dorongan memepertahankan diri terwujud pada dorongan makan, dan menjaga keselamatan diri
sendiri. Anak menyatakan perasaan lapar, haus, dan sakit dalam bentuk menangis. Ia mempertahankan
dirinya dengan cara menangis. Jika ibu-ibu mendengar anaknya menangis, tangisannya itu dianggap
sebagai dorongan untuk mempertahankan diri.

Dalam perkembangan jasmani dan rohani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan pembawaan.
Untuk anak-anak dorongan mengembangkan diri ini berbentuk hasrat mengenai lingkungan, usaha
belajar berjalan, kegiatan bermain, dan lain-lain. Di kalangan remaja timbul rasa persaingan dan
perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini dapat dianggap sebagai dorongan untuk
mengembangkan diri. Tidak seorang pun manusia normal yang menghendaki kemundura perkembangan
dirinya, ataupun menghendaki kebodohan. Tapi sebaliknya setiap anak pasti mengehendaki
perkembangan diri ke arah suatu kemajuan dalam suatu tingkat yang lebih tinggi dari tingkat
sebelumnya.[5]

3. Hukum Masa Peka

Masa peka adalah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik
seorang anak. Istilah masa peka ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli biologi Belanda yaitu Prof. Hugo
de Vries dengan meneliti seekor lebah betina (lebah ratu) yang sedang mengalami masa peka. Masa
peka ialah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri keluar, dan peka akan pengaruh
rangsangan yang datang. Ketika sang lebah ratu peka, kemudian ia mendapatkan zat-zat makanan
tertentu ia akan berkembang biak dnegan cepat.

Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh Dr. Maria Montessori. Menurut M. Montessori
masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan
dikembangkan. Usia 3 sampai 5 tahun adalah masa yang baik sekali utnuk mempelajari bahasa ibu dan
bahasa di daerahnya.[6]
4. Hukum Kesatuan Organis

Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis adalah bahwa berkembangnya fungsi fisik maupun
mental psikologis pada dri manusia itu tidak berkembang lepas satu sama lainnya tetapi merupakan
suatu kesatuan. Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ atau anggota tubuh, yang merupakan satu
kesatuan, diantara organ-organ tersebut fungsi dan bentuknya tidak dapat dipisahkan berdiri integral.
Contoh perkembangan kaki yang semakin besar dan panjang pasti diiringi perkembangan otak, kepala,
tangan, dan lain-lain.[7]

5. Hukum Rekapitulasi

Pengertian rekapitulasi merupakan pengulangan ringkasan dari kehidupan suatu bangsa yang
berlangsung secara lambat selama berabad-abad. Jika dihubungkan dengan psikologi dapat diartikan
bahwa rekapitulasi ini berarti perkembangan anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah kehidupan
umat manusia. Hukum rekpaitulasi dapat dibagi dalam beberapa masa.

a. Masa memburu dan menyamun

Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 8 tahun. Tanda-tandanya anak senang bermain kejar-kejaran,
perang-peragan, memanah, dan menangkap binatang.

b. Masa menggembala

Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 10 tahun. Tanda-tandanya anak senang memelihara binatang
seperti ayam, kambing, kelinci, burung, dan sebagainya.

c. Masa becocok tanam

Masa ini diawali ketika anak berusia sekitar 12 tahun. Tanda-tandanya anak senang berkebun, menyirami
bunga, dan lain-lain.

d. Masa berdagang

Dialami ketika anak berusia sekitar 14 tahun. Tanda-tandanya anak senang bertukar menukar perangko
dengan temannya, berkirim foto dengan sahabat pena, beramin jual-jualan, dan sebagainya.[8]

6. Hukum Tempo dan Ritme Perkembangan

Tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, terus-menerus, dan dalam tempo perkembangan
yang relatif tetap serta berlaku umum. Perbedaan waktu, mengenai cepat lambatnya suatu penahapan
perkembangan atau suatu masa perkembangan dijalani, menampilkan adanya perbedaan individual.
Semakin lambat masa-masa perkembangan disbanding dengan norma-norma umum yang berlaku
semakin menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan atau hambatan-hambatan dalam proses
perkembangan. Hubungan antara satu aspek dengan aspek lainnya saling mempengaruhi. Jika tidak, ada
faktor khusus yang mempengaruhi perkembangan itu. Oleh karena itu, setiap gejala yang baru dapat
dijelaskan berdasarkan perkembangan sebelumnya.
Secara umum, ada dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada keseluruhan perkembangan mental,
yaitu :

a. Apabila perkembangan kemampuan fisik untuk berjalan sangat tertinggal dari patokan umum, tanpa
ada sebab khusus, fungsionalitas fisiknya terganggu.

b. Apabila perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan anak lain pada
masa perkembangan yang sama. Seorang anak yang pada umur empat tahun, misalnya masih mengalami
kesulitan berbicara, mengemukakan sesuatu dan terbatas perbendaharaan katanya, ia akan mengalami
kelambatan pada seluruh aspek perkembangan mentalnya.

Cepat atu lambatnya suatu masa perkembangan dilalui dan seluruh perkembangan yang dicapai, selain
berbeda antara perkembangan filogenetik dengan onto-genetik, juga menunjukkan perbedaan secara
perseorangan, meskipun tingkat perbedaannya tersebut tidak terlalu besar. Cepat atau lambatnya suatu
masa perkembangan dilalui akan menjadi ciri yang menetap sepanjang hidupnya jika tidak ada hal-hal
yang bisa mempengaruhi proses perkembangan secara hebat, misalnya pengalaman traumatic akibat
kecelakaan atau trauma fisik, sehingga proses perkembangan menjadi lambat atau terhambat.

Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi
fisiknya. Pada saat ini terlihat adanya selingan diantara cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang
lebih konstan sifatnya. Inilah yang dinamakan irama perkembangan.

Setiap tahap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat, tetapi menurunkan suatu pola
tertentu dengan tempo dan irama tertentu pula, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri
anak. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh seorang guru atau orang tua untuk mengubah,
mempercepat atau memperlambat tempo dan irama perkembangan tersebut.[9]

7. Hukum Predistinasi

Predestinasi, dalam teologi, adalah doktrin yang menyatakan bahwa semua peristiwa di alam semesta ini
telah dikehendaki (atau ditentukan) oleh Allah, biasanya dikaitkan dengan nasib akhir (takdir) dari jiwa
seseorang. Predestinasi merupakan sebuah konsep religius, yang melibatkan hubungan antara Tuhan dan
ciptaan-Nya. Karakter religius predestinasi membedakannya dari gagasan lain seperti determinisme dan
kehendak bebas.

Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Sementara kehidupan itu
penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Allah, Dzat yang maha pencipta dan pengatur . Hukum kodrat
illahi yang Pertama mengenai hidup itu sendiri. Manusia, dalam kaitan ini, terikat oleh kodrat Allah “
untuk hidup”. Maka, hiduplah ia. Tetapi, ia juga terikat oleh banyak ketentuan yang lain. Ia terikat oleh
ketentuan tentang: orang tua yang melahirkan, hari kelahiran, tempat dilahirkan, wujud dirinya ketika
lahir, dsb. Yang dimaksud dengan hukum kodrat illahi adalah hukum yang sudah di gariskan dan selalu
menyertai anak manusia berupa potensi yang dibawa sejak lahir. Hal ini dapat dicontohkan, ketika anak
dilahirkan telah bersama dengan kodratnya, maka bakat, pembawaan dan potensi yang akan
berkembang. Dengan demikian, arah perkembangan manusia telah di tentukan oleh illahi melalui
kodratnya, namun lingkungan juga memiliki peran dalam perkembangan yang maksimal.

Kedua, terlihat pula adanya ketentuan ini, berkaitan dengan waktu-waktu tertentu dimana seorang anak
” matang” untuk melakukan sesuatu. Misalnya: umur 7 bulan, seorang anak bisa duduk dan merangkak.
Ketiga, sebagaimana sering terjadi, seorang anak sejak lahir telah memiliki bakat atau keistimewaan
tertentu, lebih dari kebanyakan anak yang lain. Tetapi juga tidak mustahil, sementara ada pula yang
ditakdirkan lahir dalam keadaan cacat, lemah ingatan, kurang normal,dsb. Baik yang istimewa maupun
yang menyandang kekurangan, jelas sama-sama berpengaruh bagi jalan perkembangannya.

Hukum Kodrat menurut Thomas Aquinas, Gagasan dasarnya berbunyi: Hiduplah sesuai dengan
kodratmu! . Manusia hidup dengan baik apabila ia hidup sesuai dengan kodratnya, buruk apabila tidak
sesuai. Karena manusia hanya dapat mengembangkan diri, hanya dapat mencapai tujuannya apabila ia
hidup seusai dengan kodratnya. Orang yang hidup berlawanan dengan kodratnya tidak akan mencapai
tujuannya, tidak akan mengembangkan dan mengaktualisasikan seluruh potensinya. Karena itu,
moralitas terdiri dalam tindakan yang mengembangkan dan menyempurnakan kodratnya. Maka jelaslah,
hidup ini penuh dengan ketentuan illahi. Terutama tampak nyata, pada awal kelahiran seseorang.
Sebagian beruntung, karena memiliki kecerdasan yang istimewa. Sementara yang lain, hidup dalam
keadaan serba kurang. Keduanya sama saja, punya akibat bagi jalan perkembangannya. Tetapi apa
hendak dikata, semua itu telah menjadi kodrat illahi. Walhasil, perkembangan itu pada asalnya
berpangkal pada kodrat illahi atas setiap manusia. Karenanya, diatas kodrat itulah sesungguhnya
perkembangan berlangsung.[10]
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.
Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu
organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.

2. Hukum perkembangan merupakan suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif, dan
menunjukkan adanya hubungan yang tetap (continue) serta dapat diramalkan sebagai hukum
perkembangan.

3. Hukum-hukum perkembangan meliputi:

1) Hukum konvergensi

2) Hukum mempertahanan dan mengembangkan diri

3) Hukum masa peka

4) Hukum kesatuan organis

5) Hukum rekapitulasi

6) Hukum tempo dan ritme perkembangan

7) Hukum predistinasi (hukum kodrat Illahi)

B. Penutup

Demikian makalah ini disampaikan. Penulis tahu masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
[1] Desmita, Psikologi Perkembangan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm 4.

[2] Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Sinar Grafindo
Offset, 2005, hlm 12.

[3] Asmar Yetty Zein dan Eko Suryani, Psikologi Ibu Dan Anak, Fitramarya, Yogyakarta, 2005, hlm 67.

[4] Makmun Khairani, Psikologi Perkembangan, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013, hlm 7.

[5] Ibid, Asmar Yetty Zein dan Eko Suryani, hlm 69.

[6] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm 15.

[7] Ibid, Asmar Yetty Zein dan Eko Suryani, hlm 68.

[8] Muzdalifah M Rahman, Psikologi Perkembangan, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm 19-20.

[9] Nung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), CV Pustaka Setia, Bandung,
2006, hlm 165, 166.

[10]http://alfallahu.blogspot.co.id/2013/04/psikologi-hukum-perkembangan.html, diunduh pada hari


Kamis, 05 November 2015, pukul 13.39 WIB.

Unknown di 20.20

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai