Anda di halaman 1dari 8

SMA NEGERI 1 BANDAR PERDAGANGAN

DAMPAK NEGATIF MODERNISASI DAN


USAHA-USAHA PENAGGULANGAN
KENAKALAN REMAJA

Disusun Oleh:
FINNY MANURUNG

X-4

NIP:1965 25 05 1999 03 2002

MODERNISASI DAN GLOBALISASI


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatakan kepada Tuhan kita YESUS KRISTUS atas kasih
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan kliping ini.

Salah satu dari tujuan pembuatan kliping ini adalah untuk mengetahui tentang
dampak dampak negatif dari modernisasi dan usaha-usaha penanggulangan
kenakalan remaja.Di bawah dari tujuan itu,saya mengharapkan pembaca dapat
mengerti apa itu modernisasi serta dampak negatifnya.Selain itu saya
mengharapkan pembaca agar dapat menanggulangi kenakalan-kenakalan remaja
di lingkungan pembaca nantinya.

Saya mengharapkan,dengan adanya kliping ini,pembaca dapat mencapai tujuan


mempelajari modernisasi serta dampak negatifnya dan usaha-usaha
menangggulangi kenakalan remaja.

Akhir kata,saya mengucapkan banyak terima kasih kepada sumber-sumber yang


telah membantu saya menyelesaikan kliping ini.Berkat mereka,kliping ini dapat di
sajikan secara menarik,enak dibaca,dan mudah dipahami.Semoga kliping ini
bermanfaat bagi para pembaca . TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA !

26 MARET 2015

FINNY MANURUNG
PEMBAHASAN
A.MoDErnisasi

 Pengertian Modernisasi
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari
keadaan yang tradisonal atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern.

B.Dampak Negatif Modernisasi

a.Pola hidup konsumtif

Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat


melimpah.Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak
pilihan yang ada.

b.Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya.Kadang mereka lupa bahwa mereka lupa bahwa
mereka mahluk sosial.

c.Gaya hidup kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia.Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua,kehidupan bebas remaja
seperti clubbing,free sex,dan lain-lain.

d.Kesenjangan social

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti
arus modernisasi dan globalisasi maka aka memperdalam jurang pemisah antara individu dengan
individu lain yang stagnan.Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.

C.Usaha-usaha penanggulan kenakalan remaja

A.USAHA PREVENTIF

Yang dimaksud dengan usaha preventif ialah usaha yang dilakukan secara sistematis berencana
dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul. Usaha preventif lebih
besar manfaatnya daripada usaha kuratif, karena jika kenakalan itu sudah meluas amat sulit
menanggulanginya. Menghamburkan biaya, tenaga dan waktu sedangkan hasilnya tidak
seberapa. Berbagai usaha preventif dapat dilakukan, tetapi secara garis besarnya dapat
dikelompokkan atas tiga bagian yaitu:

Usaha di rumah tangga

 Menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama.


 Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis di mana hubungan antara ayah, ibu dan
anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan.
 Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di
rumah tangga dalam soal mengatur anak-anak.
 Memberikan kasih sayang secara wajah kepada anak-anak.
 Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anak.
 Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan
masyarakat.

Usaha di sekolah

 Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid dengan memiliki ilmu-ilmu


tertentu antara lain: psikologi perkembangan, bimbingan dan penyuluhan, serta ilmu
mengajar (didaktik-metodik).
 Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan
berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.
 Mengintensifkan bagian Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah dengan jalan
mengadakan tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.

Usaha di Masyarakat

Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga sesudah rumah dan sekolah. Ketiganya haruslah
mempunyai keseragaman dalam mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan.
Apabila salah satu pincang maka yang lain akan turut pincang pula. Pendidikan di masyarakat
biasanya diabaikan orang. Karena banyak orang berpendapat bahwa jika anak telah disekolahkan
berarti semuanya sudah beres dan gurulah yang memegang segala tanggung jawab soal
pendidikan. Pendapat seperti ini perlu dikoreksi, karena apalah artinya pendidikan yang
diberikan di sekolah dan di rumah jika di masyarakat terdapat pengaruh-pengaruh negatif yang
merusak tujuan pendidikan itu. Karena itu pula perlu ada sinkronisasi di antara ketiga tempat
pendidikan itu.

Menurut Kartini Kartono, tindakan preventif yang bisa dilakukan antara lain berupa:

1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga.

2) Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin.

3) Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku remaja
dan kesulitan mereka.
4) Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remja.

5) Membentuk badan kesejahteraan anak.

6) Mengadakan panti asuhan.

7) Mengadakan lembaga reformatif untuk memberikan latihan korektif, pengoreksian, dan


asisten untuk hidup mandiri dan susila kepada anak-anak danpara remaja yang membutuhkan.

8) Membuat badan supervisi dan pengontrolan terhadap kegiatan anak delinquen, disertai
program yang korektif.

9) Mengadakan pengadilan anak.

10) Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan
olehseorang anak dan remaja.

11) Mendirikan sekolah bagi anak gembel (miskin).

12) Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja.

13) Menyelenggaran diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk membangun kontak
manusiawi di antara para remaja delinquent dengan masyarakat luar. Diskusi tersebut akan
bermanfaat bagi pemahaman kita mengenai jenis kesulitan dan gangguan pada diri remaja.

14) Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja delinquent dan yang
non-delinquent.

Tindakan preventif ini bersifat mencegah sehingga sebelum perbuatan juvenile delinquency
tersebut semakin parah, maka diperlukan tindakan preventif untuk meminimalisi perilaku
juvenile delinquency atau sedia payung sebelum hujan.

Sedangkan Sudarsono menyatakan bahwa tindakan preventif dengan cara moralistis yakni
menitik-beratkan pada pembinaan moral dan membina kekuatan mental anak.Pembinaan
mental merupakan usaha untuk melakukan pembaharuan atau untuk menyempurnakan batin
dan watak anak agar ia memiliki mental yang sehat dan diharapkan akan menjauhkan anak dari
perbuatan-perbuatan deliquent.

Usaha lain yang dapat dilakukan pendidik adalah dengan cara abolisionistis adalah usaha untuk
memperkecil atau meniadakan faktor-faktor yang membuat anak terjerumus pada perbuatan
delinquent. Faktor-faktor tersebut antara lain broken home, frustasi, pengangguran, dan
kurangnya sarana hiburan untuk remaja. Terhadap anak yang mengalami deliquent diperlukan
monitoring secara continue dan konsisten agar tidak mempunyai peluang untuk kambuh lagi.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan rehabilitasi. Dalam kamus ilmiah, rehabilitasi diartikan
sebagai pemulihan, (perbaikan/pembetulan) seperti sedia kala
Tindakan rehabilitasi ini terletak pada pusat-pusat rehabilitasi anak seperti Wisma Pamardisiwi
(Kepolisian), panti asuhan untuk rehabilitasi anak nakal/korban narkotika (Depsos), rehabilitasi
anak nakal Tanggerang (Dep. Kehakiman) perlu meningkatkan sarana dan prasarana, personil
profesional/pendidik dan tenaga ahli (psikolog/psikiater/pekerja sosial). Balai Latihan Kerja
(BLK) perlu didirikan kepada mereka yang putus sekolah untuk memberi bekal keterampilan
agar hidup mandiri dimasyarakat.

Monitoring anak deliquent tidak hanya pada lembaga-lembaga rehabilitasi namun dibutuhkan
adanya kerjasama yang aktif antara keluarga, pendidikan dan masyarakat dalam membantu
proses rehabilitasi. Setelah anak mendapatkan rehabilitasi maka diperlukan tindakan
resosialisasi. Yakni suatu usaha penyatuan kembali antara anak delinquent dengan masyarakat.

Resosialisasi anak deliquent memerlukan sebuah proses. Lingkungan anak deliquent memiliki
peranan penting dalam proses resosialisasi. Pendidik seharusnya memberikan teladan serba baik
seperti suka bergotong-royong, selalu cenderung melakukan perbuatan-perbuatan baik. Selain
itu, memberikan dinamika kelompok yang harus dipatuhi. Di lingkungan pendidikan harus
merupakan suatu modifikasi kehidupan sosial dengan pretensi pembinaan anak deliquent sebagai
persiapan untuk menjadi anggota keluarga yang baik, atau anggota masyarakat. Oleh kerena itu,
anak perlu sebuah keterampilan sebagai modal kreativitas seperti berternak, bertani dan
berkebun, sebagai modal anak dalam hidup dimasyarakat. Sehingga mempermudah resosialisasi.

Tindakan prevensi dan rehabilitasi dikulminsai dengan normalitas resosialisasi. Komplementasi


konsepsi perlu integralitas visualisasi dalam aplikasi dengan mengacu pada suatu efisien yang
jelas. Hal ini dimaksudkan agar anak deliquentdiakui keberadaannya ditengah-tengah masyarakat
sebagai individu dan anggota kelompok yang sanggup membina solidaritas sosial yang kokoh,
memiliki interelasi yang kuat, juga merasakan interdependen yang mapan.

B. Tindakan Represif

Tindakan represif ini berupa pemberian saksi atau hukuman ketika seseorang melakukan
pelanggaran. Tindakan represif pada dasarnya merupakan pencegahan setelah terjadi
pelanggaran. Metode tindakan represif yang selama ini dijalankan oleh aparat
keamanan/Polisi/ABRI cukup memadai, tetapi beberapa hal di bawah ini menurut Dadang
Hawari, antara lain sebagai berikut:

1) Aparat keamanan/penegak hukum perlu ditingkatkan kewibaannya.

2) Sarana dan prasarana (termasuk personil) kamtibmas perlu ditingkatkan.

3) Untuk mengawasi perkelahian massal, cukuplah personil aparat keamanan dipelengkapi


dengan tongkat karet/pentungan. Penggunaan senjata api sebaiknya dihindari, sebab yang
dihadapi adalah remaja, anak sekolah/anak didik, bukan kriminal ataupu kaum perusuh.

4) Mereka yang tertangkap hendaknya diperlakukan bukan sebagai perusuh, tetapi sebagai anak
nakal yang perlu “hukuman” atas perilaku menyimpangnya itu. Selanjutnya mereka diberi terapi
edukatif.
5) Dalam menghadapi perkelahian massal ini hendaknya petugas tetap berkepala dingin, cukup
pengendalian diri, tidak bersikap angresif dan emosional.

6) Diupayakan pada mereka yang tertangkap dapat dilakukan pemeriksaan awal yang
membedakan mana yang berkepribadian antisosial yangmerupakan “biang kerok”, dan mana
yang hanya ikut-ikutan. Untuk maskud ini bantuan psikolog/psikiater diperlukan penilaiannya.
Pembedaan ini perlu guna tindakan selanjutnya dalam upaya terapi pemantauan.

7) Selama mereka dalam “tahanan”, hendaknya petugas mampu menahan diri untuktidak
melakukan tindakan kekerasan/pukulan dan hal-hal lain yang tidak manusiawi.

Tindakan represif ini bersifat menekan, mengekang dan menahan sehingga diharapkan dengan
tindakan ini para pelaku juvenile delinquency berfikir dua kali untuk melakukan perbuatan-
perbuatan asosial.

C.USAHA KURATIF

Yang dimaksud dengan usaha kuratif dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja ialah
usaha pencegahan terhadap gejala-gejala kenakalan remaja tersebut, supaya kenakalan itu tidak
meluas dan merugikan masyarakat. Usaha kuratif secara formal dilakukan oleh Polri dan
Kejaksaan Negeri.

Usaha Pembinaan

Mengenai usaha pembinaan remaja dimaksudkan ialah:

a). Pembinaan terhadap remaja yang tidak melakukan kenakalan. Dilaksanakan pembinaannya di
rumah, sekolah dan di masyarakat. Pembinaan seperti ini telah diungkapkan pada usaha preventif
yaitu usaha menjaga jangan sampai terjadi kenakalan remaja.

b). Pembinaan terhadap remaja yang telah mengalami tingkah-laku kenakalan atau yang telah
menjalani sesuatu hukuman karena kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar supaya mereka tidak
mengulangi lagi kenakalannya. (Sofyan S. Willis. 1993:73-85).

Keterlibatan semua pihak dalam mengawasi dan membina serta menanggulangi kenakalan
remaja yang semakin meluas mutlak sangat diperlukan, karena dengan perhatian yang diberikan
baik dari pihak keluarga maupun dari pihak sekolah dan lingkungan masyarakat setidaknya akan
menjadikan anak tersebut merasa mempunyai orang-orang terdekat yang selalu mengawasinya
sehingga minat-minat untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dapat berkurang.

Setelah usaha-usaha yang lain dilaksanakan, maka dilaksanakan tindakan pembinaan khusus
untuk memecahkan dan menanggulangi problem juvenile delinquency. Pembinaan khusus,
menurut Salihun A. Nasir, diartikan sebagai kelanjutan usaha atau daya upaya untuk
memperbaiki kembali sikap dan tingkah laku remaja tersebut dapat kembali memperoleh
kedudukannya yang layak di tengah-tengah pergaulan sosial dan berfungsi secara wajar.
Prinsip pembinaan khusus ini adalah:

1) Sedapat mungkin dilakukan ditempat orang tua/walinya.

2) Kalau dilakukan oleh orang lain, maka hendaknya orang lain berfungsi sebagai orang tua atau
walinya.

3) Kalau di sekolah atau asrama, hendaknya diusahakan agar tempat itu berfungsi sebagai
rumahnya sendiri.

4) Di mana pun remaja itu ditempatkan, hubungan kasih sayang dengan orangtua atau familinya
tidak boleh diputuskan.

5) Remaja itu harus dipisahkan dari sumber pengaruh buruk.

Tindakan kuratif (penanggulangan) ini dengan prinsip untuk menolong para remaja agar
terhindar dari pengaruh buruk lingkungan dan nantinya dapat kembali lagi berperan di
masyarakat.

Selain dari usaha usaha di atas,Pembelajaran akan Firman Tuhan juga


tak kalah penting nya untuk menanggulangi kenakalan remaja. Orang
tua lah yang harus menanamkan Firman Tuhan dan megenalkan apa
itu KRISTUS dan apa manfaat dari menerima KRISTUS di dalam
kehidupan kita ini.Selain itu juga,kekuatan dari doa juga sangatlah
penting dalam perubahan karakter dari anak anak yang sudah rusak
oleh kenakalan remaja ini.Dari doa yang di sampaikan,Tuhan
mengaruniakan KASIH dan KARUNIA-NYA kepada si anak untuk
berubah dan menjadi kembali seperti anak yang taat akan Firman
Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai