Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul ”Perawatan Jenazah” ini dibuat untuk memenuhi syarat mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam membuat makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari para pembaca
untuk kesempurnaan pada makalah ini.
Penulis harap makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya, dan memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
2.Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
Perawatan Jenazah
1.Memandikan Jenazah
a. Hal-hal yang diperlukan dalam Memandikan Jenazah
b. Tata Cara Memandikan Jenazah
2.Mengkafani Jenazah
a. Hal-hal yang diperlukan dalam Mengkafani Jenazah
b. Tata Cara Mengkafani Jenazah
3.Menshalatkan Jenazah
a. Syarat-syarat shalat Jenazah
b. Rukun-rukun Sholat Jenazah
4.Menguburkan Jenazah
a. Cara Meletakkan Jenazah didalam Kubur
b. Takziyah
c. Ziarah Kubur
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari oleh manusia. Semua makhluk pasti
akan mengalami kematian, tak peduli tua maupun muda. Kematian, bagi seseorang yang telah
menemui ajalnya, ini merupakan bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan adalah awal bagi
kehidupan di akhirat. Sedangkan bagi yang masih hidup, ada kewajiban yang harus dipikul
terhadap orang yang telah meninggal, diantaranya; memandikan, mengkafani, menshalaykan, dan
menguburkan. Dalam makalah ini penulis mencoba untuk mengupas segala masalah kewajiban
yang harus dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap jenazah.
2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara memandikan jenazah?
b. Bagaimana cara mengkafani jenazah?
c. Bagaimana cara menshalati jenazah?
d. Bagaimana cara menguburkan jenazah?
e. Apa itu takziah?
f. Apa itu ziarah kubur?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu kifayah, artinya
apabila sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap cukup atau . Akan tetapi jika tidak
ada seorangpun yang melakukannya, maka berdosalah seluruh masyarakat yang berada di daerah
itu, pengurusan jenazah juga merupakan tanda penghormatan terhadap jenazah. Dalam ajaran
islam ada empat kewajiban bagi setiap muslim terhadap jenazah sesama muslim, yaitu
memandikan jenazah, mengafankan jenazah, menshalatkan jenazah dan menguburkan jenazah.
Sebelum mengetahui pembahasan selanjutnya mengenai keempat kewajiban bagi setiap muslim
terhadap jenazah sesama muslim, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu beberapa hal yang
perlu dilakukan ketika menjumpai seorang muslim yang baru saja meninggal dunia, yaitu :
a. Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata pelan-
pelan.
b. Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan selendang agar tidak kembali terbuka.
c. Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
1.Memandikan Jenazah
Sebelum jenazah dikafankan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya.
Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan najis yang ada pada jenazah
tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan telah suci dari
hadas dan najis.
Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang hidup, namun
perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus dimandikan.
Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja meratakan air ke
seluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan lemah lembut.
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia
termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula mutlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan najis
dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat mencegah sampainya
air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat.
Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya tertutup atau amandari
pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi dengan tutup.
Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena percikan air. Juga
dianjurkan membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk menolak bau yang
dimungkinkan keluar dari badan mayit.
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.
Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk dimandikan. Namun
yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini memudahkan orang
yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.
Hal-hal Penting
Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :
a. Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.
b. Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah sunnah. Sebaliknya
mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah sedangkan niatnya wajib.
c. Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau
mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila sebaliknya, maka harus
disimpan tidak boleh diceritakan.
2.Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk mengkafaninya juga.
Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Mengkafani
jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi
tubuhnya walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut: “Kami
hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan
kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh
hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud
dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan
terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi saw.
menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR.
Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau disunnahkan mengenai kain
kafannya, diantaranya:
a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering dan
menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah seorang
kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.” (HR. Muslim).
b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan
hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
e. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa saja yang
dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.
3. Menshalatkan Jenazah
1. Hukum Shalat Jenazah
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Boleh dilakukan oleh orang laki-laki atau perempuan.
Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat mengugurkan kewajiban adalah orang laki-
laki yang baligh.
2. Tempat Shalat Jenazah
Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempat yang suci. Diutamakan bertempat
di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah sebagai berikut :
a. Bentuk Shaf Shalat Jenazah
Rasulullah bersabda SAW, : “Tidaklah orang muslim meninggal kemudian ia dishalati
oleh tiga shaf dari orang-orang muslim, kecuali ia menghaki masuk surga”.(HR. Abu
Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi).
Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat. Ibnu Hajar
berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurut imam Ramli satu shaf bisa satu orang.
Jadi, untuk mendapat fadhilah shaf, minimal mushalli berjumlah 6 orang, atau 3 orang.
Bentuk shaf seperti ini penting diatur bila yang menyalati sedikit.
b. Posisi Mayit dan Orang yang Menyalati
Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiri imam. (nisbat negara
Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan, kepala mayit diletakkan di sebelah kanan
imam (utara). Posisi imam, bila mayit laki-laki, maka berada didekat kepala mayit. Bila
mayit perempuan, maka didekat pantatnya.
c. Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah bersama imam. Semisal
kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah melakukan takbir yang ketiga. Maka,
kita harus langsung membaca surat al-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat,
maka kita langsung takbir juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam
mengucapkan salam, maka kita melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya
dengan mengikuti rukun dan bacaan yang sudah ada.
1. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki. Jika mayat
perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.
2. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih banyak lebih utama. Jika
jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga saf. Karena Rasulullah Saw. telah bersabda,
yang artinya : “Apabila seorang mukmin mati dan dishalatkan oleh sekelompok kaum
muslimin hingga tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”. (HR. Lima ahli hadis,
)kecuali Nasai
3. Setelah saf teratur,
4. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
i. Untuk seorang mayit laki-laki
ii. ض لكلفاَيلةة للل تللعاَلىىَ ت أللربللع تللكبلليلرا ة
ت فللر ل أغ ل
صيلَىَ لعلَىىَ هلىذا الللميي ل
iii. ”“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini
iv. ii. Untuk seorang mayit perempuan
v. ض لكلفاَيلةة للل تللعاَلىىَت فللر ل ل ل ل ى
صلَيىَ لعلَىىَ هلذله اللمييتللة ألربللع تلكبلليلرا ة أ ل غ
vi. ”“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini
vii. iii. Untuk seorang mayit anak laki-laki
viii. ض لكلفاَيلةة للل تللعاَلىىَ ل رل ل ف ت را يل ب
ل ل ل ل ل ة ك ل ل ت ع برل ل أ ل ل
ف ي ط ال ت
ل ل ي ي م ل
ل ا ى
ذا صلَ ي ل ى ل
ه ىَ لَع ىَ أغ ل
ix. ”“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini
x. iv. Untuk seorang mayit anak perempuan
xi. ض لكلفاَيلةة للل تللعاَلىىَ ت فللر ل طلفلَللة ألربللع تللكبلليلرا ة ل صيلَىَ لعلَىىَ ىهلذله الللمييتللة ال ي أغ ل
xii. ”“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini
xiii. v. Untuk dua orang mayit
xiv. ض لكلفاَيلةة للل تللعاَلىىَ ت فللر ل ل ل ل
صلَىَ لعلَىىَ ىهلذليلن اللمييتلليلن ألربللع تلكبلليلرا ة ي أغ ل
xv. “Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”.
xvi. vi. Untuk mayit yang banyak
xvii. ل ل
ض لكفاَيلةة للل تلعاَلىىَ ت فلر ل ل ل ل ل
ت الغملسلَللمليلن ألربللع تكبلليلرا ة ل ل ل
ضلر لمن ألملوا ل أغ ل
صلَيىَ لعلَىىَ لملن لح ل
xviii. “Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”.
xix. Lafadz Takbir
xx. ”“Allah Maha Besar
5. Takbir empat kali.
a. Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
b. Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi
ت لعلَىىَ إللبلرالهليلم لولعلَىىَ آلل إللبلرالهليلم لو لباَلرلك لعلَىىَ غملحممللةد لولعلَلىىَ آلل غملحمملةد لكلملاَ لبلاَلرلك ل
ت لعلَللىىَ صلَملي ل لاللَمهغمم ل
صيل لعلَىىَ غملحممةد لولعلَىىَ آلل غملحممةد لكلماَ ل
ك لحلمليدد لملجليدد0 إللبلرالهليلم لولعلَىىَ آلل إللبلرالهليلم لفىَ الللعاَلللمليلن إلن م ل
c. Sesudah takbir ketiga membaca :
Untuk Laki-laki:
الللَلهغمم الغفللرللهغ لوالرلحلمهغ لولعاَفلله لوالع غ
ف لعلنهغ
Untuk Perempuan:
الللَلهغمم الغفللرلللهاَ لوالرلحلملهاَ لولعاَفللهاَ لوالع غ
ف لعلنلهاَ
2. Hikmah Takziah
Dapat meringankan beban keluarga si mayat, terutama dari segi mental, sehingga merasa
sedikit terhibur.
Tugas dan kewajiban keluarga yang ditinggalkan terbantu.
Dapat mengingatkan akan kematian
Penghormatan terakhir pada almarhum/ah
Ikut mendoakan almarhum/ah
Mempererat tali persaudaraan umat muslim
6. ZIARAH KUBUR
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk yang
mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim
itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf
di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh
mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan
Allah SWT dan RasulNya.
2.Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah berharap kepada
kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk menyambut kematian
itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang
guru di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
· http://matlab.blogspot.co.id
· http://auliyaberbagi.blogspot.co.id
· http://idremajaislam.blogspot.co.id