PENDAHULUAN
menimbulkan berbagai penyakit. Salah satunya yang bisa terjadi yang disebabkan
oleh gaya hidup tidak sehat adalah gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan
semestinya. Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang menahun
bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia akibat kegagal tubuh
(Smeltzer, 2010).
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dan terdapat 30.831 pasien
baru atau pertama kali menjalani hemodialisa. Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2018) mencatat pasien dengan kelompok usia 65-74 tahun menduduki
rangking teratas untuk pasien gagal ginjal konik dengan prevelensi 8,23 %,
kelompok usia 15-24 tahun dengan prevelensi 1,33%, dan kelompok menurut
jenis kelamin, laki laki mendominasi dengan prevelensi 4,17% sedangkan
perempuan 3,52%.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram (RSUD) merupakan rumah sakit
rujukan untuk daerah kota Mataram dengan angka kejadian gagal ginjal yang
gagal ginjal kronik, dimana pada tahun 2017 tercatat 1.012 pasien, tahun 2018
sebanyak 1.041 pasien dan tahun 2019 sebanyak 1.260. Sedangkan pasien yang
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat
progresif dan irreversible dimana terjadi uremia akibat kegagal tubuh untuk
2010). Gagal ginjal terjadi secara progresif dan terbagi menjadi 3 stadium. Gagal
ginjal stadium akhir atau uremia dimana sekitar 90% dari massa nefron telah
hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh dan
nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal ( Smaltzer & Bare, 2008). Pada tahap
ini, tindakan yang harus dilakukan adalah dengan terapi pengganti ginjal (renal
Terapi yang sering dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik adalah
mempunyai efek samping pada kondisi fisik dan psikologi penderita gagal ginjal
kronik (Kemenkes, 2018). Hemodialisa adalah salah satu terapi pengganti untuk
metabolisme dan kelebihan cairan serta zat zat yang di butuhkan tubuh. Pasien
muncul seperti perubahan gaya hidup, konsep diri, aktifitas sehari hari yang mana
hal itu dapat memberikan tekanan secara psikologi yang dapat memacu stress.
Individu yang memiliki penyakit kronik tidak bisa disembuhkan merasa dirinya
diasingkan, merasa dirinya tidak berharga, tidak berguna, merasa tidak diterima
didapatkan hasil rata rata pasien telah menjalani hemodialisa lebih dari 2 tahun
dengan jadwal terapi 2 kali dalam seminggu. Tujuh dari sepuluh pasien gagal
bergantung pada mesin, merasa takut akan masa depannya, merasa dirinya
sebagai beban untuk orang lain, merasa malu akan penyakitnya, merasa dirinya
tidak berguna, tidak berharga, takut diasingkan dari lingkungannya, marah akan
penyakitnya.
menimbulkan dampak psikologi yang serius jika tidak di tangani dengan segera,
maka dari itu diharapkan perawat harus mampu memberi solusi untuk menangani
dampak tersebut. Beberapa kondisi psikologi yang dialami pasien yang menjalani
hemodialisa yaitu, perasaan emosi, marah, malu, takut akan masa depannya,
merasa dirinya tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, merasa dirinya
sebagai beban untuk orang lain dan perasaan negatife lainnya yang akhirnya dapat
menyebabkan gangguan terhadap penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.
segala keterbatasan yang ada dalam dirinya tanpa merasa malu atau merasa
bersalah terhadap kodrat dirinya (Wibowo 2013). Penerimaan diri merujuk pada
kepuasan hidup dan kebahagiaan seseorang yang sangat penting bagi kesehatan
mental yang baik. Seseorang yang mampu menerima diri memahami betul
kelebihan dan kelemahan dalam dirinya (Shepard, 1979, dalam Christanty &
Wardhana, 2013).
tanggung jawab yang dimiliki pasien terhadap masalah yang muncul, pujian dan
kritikan yang diterima oleh pasien, motivasi yang diberikan pada pasien dan tidak
menyalahkan diri sendiri maupun orang lain atas kondisinya. Keadaan sakit yang
Penelitian ini member bukti empiris hubungan sebab akibat antara penerimaan
diri dan penyusuain diri pasien dimana semakin tinggi penerimaan diri, maka
semakin tinggi pula penyusaian dirinya. Individu yang memiliki penyakit kronis
dan tidak bisa disembuhkan merasa dirinya diasingkan, merasa dirinya tidak
berharga, merasa tidak diterima oleh lingkungan, malu dan perasaan negatife
penolakan pada pasien, dimana pasien tidak dapat menerima kenyataan yang
sedang dialaminya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Alfiatur dkk (2018), menyatakan sebagian
penerimaan diri kurang baik dengan prevelensi 73%. Pernerimaan diri kurang
baik dialami pada saat pengobatan yang tidak menimbulkan hasil optimal,
Terapi hemodialisa memberikan dampak yang cukup serius pada pasien, baik
maupun masalah penerimaan diri pada pasien. Upaya untuk mengatasi gangguan
Islamic self healing dengan doa yang dapat memberikan ketenangan sehingga
aspek hikmah faidah faidah adanya penyakit, doa, dzikir, dan shalawat yang
bertujuan untuk medatangkan keridhoan Allah SWT, menguatkan hati dan badan.
Doa dan dzikir akan menimbukan rasa percaya diri, rasa optimism, mendatangkan
ketenangan, ketentraman dan damai dalam jiwa. Jiwa yang tenang mengakibatkan
Hormon). Hormon ini yang akan merangsang kortek adrenalin untuk menurunkan
sekresi kortisol. Kortisol akan menekan system imun tubuh sehingga mengurangi
tingkat kecemasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Errick dkk (2008) menyatakan bahwa terapi
Islamic self healing mampu memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup
pasien dengan gangguan psikologi pada penerimaan diri pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa. Pasien mengatakan dengan terapi Islamic self
healing pasien menerima kondisi fisik dan segala sesuatu yang ada pada dirinya
adalah metode yang cocok untuk beradaptasi dengan penyakit. Karna tidak hanya
akan kehidupan yang lebih baik dan membangun motivasi dan energy.
pemahaman dan penerimaan diri yang baik terhadap perubahan perubahan yang
dengan kondisi waktu sehat atau sebelum menjalani hemodialisa. Pasien yang
mempunyai penerimaan diri yang baik berarti telah menyadari, memahami dan
menerima apa adanya dengan disertai keinginan dan kemampuan untuk selalu
mengembangkan diri sehingga dapat menjalani hidup dengan baik dan penuh
meneliti “ pengaruh terapi Islamic self healing terhadap penerimaan diri pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Mataram “
kematian tapi tidak dapat menyembuhkan, sehingga efek yang ditimbukan dari
Permasalah psikologi yang bisa muncul salah satunya adalah penerimaan diri
yang kurang baik. Solusi dibutuhkan untuk meningkatkan penerimaan diri pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa seperti perasaan marah, malu,
tidak berguna, takut akan masa depannya, merasa dirinya sebagai beban untuk
orang lain dan perasaan negative lainnya yaitu dengan terapi Islamic self healing
1.3.Tujuan penelitian
healing
bedah.
terapi islamic self healing pada pasien gagal ginjal kronik yang
4. Bagi responden
hemodialisa.
medical bedah yang bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh terapi Islamic
self healing dengan penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa. Adapun variable independen yang akan di teliti yaitu terapi islamic
self healing dan variable dependen yaitu penerimaan diri. Penelitian ini
penggunakan kusioner.