Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perubahan gaya hidup tidak sehat mengikuti perubahan jaman dapat

menimbulkan berbagai penyakit. Salah satunya yang bisa terjadi yang disebabkan

oleh gaya hidup tidak sehat adalah gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan

gangguan pada system perkemihan dimana fungsi regulernya tidak berjalan

semestinya. Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang menahun

bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia akibat kegagal tubuh

untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit

(Smeltzer, 2010).

Angka kejadian insiden penyakit gagal ginjal kronik meningkat setiap

tahunnya. Meningkatnya jumlah pasien yang mengalami gagal ginjal kronik

menyebabkan peningkatan jumlah pasien yang menjalani hemodialisa. Data

persatuan nefrologi Indonesia (Pernerfi, 2018) melaporkan sebanyak 77.892

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dan terdapat 30.831 pasien

baru atau pertama kali menjalani hemodialisa. Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas, 2018) mencatat pasien dengan kelompok usia 65-74 tahun menduduki

rangking teratas untuk pasien gagal ginjal konik dengan prevelensi 8,23 %,

kelompok usia 15-24 tahun dengan prevelensi 1,33%, dan kelompok menurut
jenis kelamin, laki laki mendominasi dengan prevelensi 4,17% sedangkan

perempuan 3,52%.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram (RSUD) merupakan rumah sakit

rujukan untuk daerah kota Mataram dengan angka kejadian gagal ginjal yang

terus mengalami peningkatan. Dalam 3 tahun terakhir terjadi peningkatan kasus

gagal ginjal kronik, dimana pada tahun 2017 tercatat 1.012 pasien, tahun 2018

sebanyak 1.041 pasien dan tahun 2019 sebanyak 1.260. Sedangkan pasien yang

menjalani hemodialisa pada tahun 2019 sebanyak 108 pasien.

Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat

progresif dan irreversible dimana terjadi uremia akibat kegagal tubuh untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Smeltzer,

2010). Gagal ginjal terjadi secara progresif dan terbagi menjadi 3 stadium. Gagal

ginjal stadium akhir atau uremia dimana sekitar 90% dari massa nefron telah

hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh dan

nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal ( Smaltzer & Bare, 2008). Pada tahap

ini, tindakan yang harus dilakukan adalah dengan terapi pengganti ginjal (renal

replacement therapy) berupa dianalisis (hemodialisa ) atau (peritoneal dialysis)

cangkok ginjal (transplantasi).

Terapi yang sering dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik adalah

hemodialisa. Hemodialisa merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien gagal

ginjal kronik supaya mampu bertahan hidup. Namun tindakan tersebut

mempunyai efek samping pada kondisi fisik dan psikologi penderita gagal ginjal
kronik (Kemenkes, 2018). Hemodialisa adalah salah satu terapi pengganti untuk

menggantikan sebagian kerja fungsi ginjal dalam mengeluarkan sisa hasil

metabolisme dan kelebihan cairan serta zat zat yang di butuhkan tubuh. Pasien

yang menjalani hemodialisa juga mengalami perubahan perubahan yang sering

muncul seperti perubahan gaya hidup, konsep diri, aktifitas sehari hari yang mana

hal itu dapat memberikan tekanan secara psikologi yang dapat memacu stress.

Individu yang memiliki penyakit kronik tidak bisa disembuhkan merasa dirinya

diasingkan, merasa dirinya tidak berharga, tidak berguna, merasa tidak diterima

oleh lingkungannya, malu, dan perasaan negatife lainnya (Paramita, 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 10 Desember 2019 terhadap 10 responden dengan metode wawancara

didapatkan hasil rata rata pasien telah menjalani hemodialisa lebih dari 2 tahun

dengan jadwal terapi 2 kali dalam seminggu. Tujuh dari sepuluh pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengatakan bahwa hidupnya

bergantung pada mesin, merasa takut akan masa depannya, merasa dirinya

sebagai beban untuk orang lain, merasa malu akan penyakitnya, merasa dirinya

tidak berguna, tidak berharga, takut diasingkan dari lingkungannya, marah akan

penyakitnya.

Pasien yang menjalani hemodialisa dalam waktu yang lama dapat

menimbulkan dampak psikologi yang serius jika tidak di tangani dengan segera,

maka dari itu diharapkan perawat harus mampu memberi solusi untuk menangani

dampak tersebut. Beberapa kondisi psikologi yang dialami pasien yang menjalani
hemodialisa yaitu, perasaan emosi, marah, malu, takut akan masa depannya,

merasa dirinya tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, merasa dirinya

sebagai beban untuk orang lain dan perasaan negatife lainnya yang akhirnya dapat

menyebabkan gangguan terhadap penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa.

Penerimaan diri adalah keadaan dimana seorang individu memiliki penilaian

positif terhadap dirinya, menerima serta mengakui segala kelebihan maupun

segala keterbatasan yang ada dalam dirinya tanpa merasa malu atau merasa

bersalah terhadap kodrat dirinya (Wibowo 2013). Penerimaan diri merujuk pada

kepuasan hidup dan kebahagiaan seseorang yang sangat penting bagi kesehatan

mental yang baik. Seseorang yang mampu menerima diri memahami betul

kelebihan dan kelemahan dalam dirinya (Shepard, 1979, dalam Christanty &

Wardhana, 2013).

Aspek aspek yang mempengaruhi penerimaan diri yaitu adanya keyakinan

untuk menghadapi permasalahan, perasaan berharga yang dimiliki pasien,

perasaan takut ditolak oleh masyarakat, perasaan malu dengan kondisinya,

tanggung jawab yang dimiliki pasien terhadap masalah yang muncul, pujian dan

kritikan yang diterima oleh pasien, motivasi yang diberikan pada pasien dan tidak

menyalahkan diri sendiri maupun orang lain atas kondisinya. Keadaan sakit yang

membatasi tersebut membutuhkan penyusuaian diri terhadap konflik antara

keinginan ideal dan realitas yang terjadi (Nuraini, 2013).


Berdasarkan penelitian Paramita & Margareta (2013), menyatakan bahwa

penyesuaian diri mempunyai korelasi positif terhadap penerimaan diri pasien.

Penelitian ini member bukti empiris hubungan sebab akibat antara penerimaan

diri dan penyusuain diri pasien dimana semakin tinggi penerimaan diri, maka

semakin tinggi pula penyusaian dirinya. Individu yang memiliki penyakit kronis

dan tidak bisa disembuhkan merasa dirinya diasingkan, merasa dirinya tidak

berharga, merasa tidak diterima oleh lingkungan, malu dan perasaan negatife

lainnya. Berbagai tekanan fisik maupun psikis dapat mengakibatkan timbulnya

penolakan pada pasien, dimana pasien tidak dapat menerima kenyataan yang

sedang dialaminya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Alfiatur dkk (2018), menyatakan sebagian

besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami

penerimaan diri kurang baik dengan prevelensi 73%. Pernerimaan diri kurang

baik dialami pada saat pengobatan yang tidak menimbulkan hasil optimal,

dukungan keluarga yang mulai berkurang, menurunya dukungan financial.

Kondisi tersebut membuat pasien tidak dapat berfokus pada proses

penyembuhannya. Penerimaan diri kurang baik pada dasarnya merupakan pintu

masuk pernurunan mekanisme koping pada seseorang.

Terapi hemodialisa memberikan dampak yang cukup serius pada pasien, baik

fisik maupun psikologis. Dampak psikologi yang dirasakan berupa kecemasan

maupun masalah penerimaan diri pada pasien. Upaya untuk mengatasi gangguan

psikologi pada penerimaan diri yaitu dengan pengobatan farmakologi maupun


non farmakologi. Pengobatan non farmakologi salah satunya adalah dengan terapi

Islamic self healing dengan doa yang dapat memberikan ketenangan sehingga

dapat memperbaiki kondisi psikologis dari pasien.

Pengobatan Islamic self healing merupakan pengobatan non farmakologi yang

mempunyai dasar pemikiran dari pengobatan islam yang didalamnya terdapat

aspek hikmah faidah faidah adanya penyakit, doa, dzikir, dan shalawat yang

bertujuan untuk medatangkan keridhoan Allah SWT, menguatkan hati dan badan.

Doa dan dzikir akan menimbukan rasa percaya diri, rasa optimism, mendatangkan

ketenangan, ketentraman dan damai dalam jiwa. Jiwa yang tenang mengakibatkan

adanya rangsangan ke hipotalamus untuk menurunkan produksi CHF

(Cortictropin Releasing Factor). CHF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar

pituitary anterior untuk menurunkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin

Hormon). Hormon ini yang akan merangsang kortek adrenalin untuk menurunkan

sekresi kortisol. Kortisol akan menekan system imun tubuh sehingga mengurangi

tingkat kecemasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Errick dkk (2008) menyatakan bahwa terapi

Islamic self healing mampu memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup

pasien dengan gangguan psikologi pada penerimaan diri pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa. Pasien mengatakan dengan terapi Islamic self

healing pasien menerima kondisi fisik dan segala sesuatu yang ada pada dirinya

dengan pasrah kepada ketentuan Allah SWT.


Penelitian lain yang dilakukan Nia shs (2009) mengatakan bahwa terapi doa

adalah metode yang cocok untuk beradaptasi dengan penyakit. Karna tidak hanya

mengurangi stress, terapi juga meningkatkan spiritual kesehatan. Dengan doa

pasien akan mampu beradaptasi dengan peristiwa malang dihidupnya seperti

kehilangan atau penyakit yang di amaminya. Doa mampu memberikan harapan

akan kehidupan yang lebih baik dan membangun motivasi dan energy.

Pasien dengan kondisi psikologis yang baik dapat melakukan penyusuaian

penyusuain diri terhadap perubahan perubahan tersebut. Pasien membutuhkan

pemahaman dan penerimaan diri yang baik terhadap perubahan perubahan yang

ditimbulkan hemodialisis. Penerimaan bahwa kondisi saat ini tidaklah sama

dengan kondisi waktu sehat atau sebelum menjalani hemodialisa. Pasien yang

mempunyai penerimaan diri yang baik berarti telah menyadari, memahami dan

menerima apa adanya dengan disertai keinginan dan kemampuan untuk selalu

mengembangkan diri sehingga dapat menjalani hidup dengan baik dan penuh

tanggung jawab (Paramita, 2013)

Terapi Islamic self healing mampu meningkatkan penerimaan diri pasien

dengan menerapkan dasar pemikiran bahwa terdapat aspek hikmah faedah-faedah

adanya penyakit yang menimpa dirinya, sehingga mendatangkan keiklasan yang

mampu menguatkan hati dan badan.

Berdasarkan data dan kronologis permasalahan di atas peneliti tertarik untuk

meneliti “ pengaruh terapi Islamic self healing terhadap penerimaan diri pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Mataram “

1.2. Rumusan Masalah

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi

ginjal dan menyebabkan penderita harus menjalani terapi hemodialisa seumur

hidup untuk menggantikan fungsi ginjal. Hemodialisa dapat mencegah terjadinya

kematian tapi tidak dapat menyembuhkan, sehingga efek yang ditimbukan dari

terapi hemodialisa yaitu bisa mempengaruhi fisik dan psikologi pasien.

Permasalah psikologi yang bisa muncul salah satunya adalah penerimaan diri

yang kurang baik. Solusi dibutuhkan untuk meningkatkan penerimaan diri pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa seperti perasaan marah, malu,

tidak berguna, takut akan masa depannya, merasa dirinya sebagai beban untuk

orang lain dan perasaan negative lainnya yaitu dengan terapi Islamic self healing

sehingga pasien bisa menerima keadaannya dengan baik.

1.3.Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh terapi Islamic self healing terhadap penerimaan

diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Mataram

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan (umur, jenis

kelamin, pekerjaan, dan lama menjalani hemodialisa)


2. Mengidentifikasi penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa sebelum diberikan terapi Islamic self healing

3. Mengidentifikasi penerimaan diri pasien pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa setelah diberikan terapi Islamic self

healing

4. Menganalisa pengaruh terapi Islamic self healing terhadap penerimaan

diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang

hemodialisa Rumah Sakit kota Mataram

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

Dapat digunakan untuk melengkapi konsep atau teori mengenai

pengaruh pemberian terapi Islamic self healing dengan penerimaan diri

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa serta dapat

dijadikan sebagai informasi lebih lanjut dibidang keperawatan medikal

bedah.

1.4.2. Manfaat praktik

1. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini di harapkan akan dapat memberikan informasi pada

perawat dan tenaga kesehatan lainya untuk memberikan terapi Islamic

self helaing pada pasien gagal ginjal kronik yang mengalami

perimaan diri kurang baik.


2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan atau sumber

informasi yang berguna bagi mahasiswa keperawatan dan bahan

pengajaran dalam mata kuliah keperawatan medikal bedah, khususnya

tentang pengaruh pemberian terapi islamic self healing terhadap

penerimaan diri pasien yang menjalani hemodialisa

3. Bagi RSUD kota Mataram

Sebagai masukan bagi RSUD kota Mataram untuk bisa meberikan

terapi islamic self healing pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa dengan penerimaan diri kurang baik.

4. Bagi responden

Dengan adanya terapi islmaic self healing diharapkan pasien mampu

meningkatkan perimaan diri terhadap apa yang di alaminya sekarang.

1.4.3. Institusi pendidikan

1. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar

terutama mengenai pengaruh pemberian terapi Islamic self healing

dengan penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa.

2. Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa

keperawatan Yarsi Mataram, khususnya yang berkaitan pengaruh

pemberian terapi Islamic self healing dengan penerimaan diri pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.


1.5. Ruang lingkup

Penelitian ini termasuk dalam dalam ruang lingkup penelitian keperawatan

medical bedah yang bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh terapi Islamic

self healing dengan penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa. Adapun variable independen yang akan di teliti yaitu terapi islamic

self healing dan variable dependen yaitu penerimaan diri. Penelitian ini

menggunakan desain pre eksperimental one grup dan instrument penelitian

penggunakan kusioner.

1.6. Keaslian penelitian


No Judul Metodologi Hasil Persamaan Dan
Penulis Penelitian Penelitian Perbedaan
1 Terapi Penelitian ini bersifat Terapi Islamic Persamaan :
islami self kualitatif dengan self healing a. Menggunakan
healing menggunakan desain memberikan variable independen
terhadap Action dampak positif yaitu Terapi islami
quality of Research.Jumlah terhadap self healing
life pada pasien partisipan Quality Of
klien gagal pada penelitian Life pada Perbedaan :
ginjal sebanyak 5 orang. pasien gagal a. Variable dependen
kronik Metode pengambilan ginjal kronik yaitu quality of life
dengan sampel dengan yang Sekarang :
terapi purposive sampling. menjalani penerimaan diri
hemodialisa Pengumpulan data hemodialisa, b. Penelitian ini
(Errick, Try dengan semi struktur terutama pada bersifat kualitatif.
dan Yuni wawancara, psikologis Sekarang :
2016) observasi dan kuantitatif.
dikumentasi c. Desain penelitian
ini menggunakan
action research
Sekarang : desain
pre eksprimental
one grub
d. Jumlah sampel 5
orang
Sekarang :
e. Tempat dan waktu
No Judul Metodologi Hasil Persamaan Dan
Penulis Penelitian Penelitian Perbedaan
2. Gambaran Desain penelitian ini Hasil Persamaan :
Penerimaan adalah deskriptif penelitian a. Variable
diri pasien dengan pendekatan menunjukkan penerimaan diri
gagalginjal survei. Populasi sebagian besar b. Jenis penelitian
kronik yang sebanyak 78 pasien responden kuantitatif
menjalani diambil mengalami c. Alat ukur
hemodialisa menggunakan teknik penerimaan menggunakan
(Alfatur, total sampling. Alat diri kurang kusioner
abdul & pengambilan data baik (73,1%).
trimawati penerimaan diri Perbedaan :
2019) diukur dengan a. Desain penelitian
kuesioner. Analisis ini menggunakan
data menggunakan deskriptif dengan
analisis univariat pendekatan survey
Sekarang
menggunakan
desain pre
eksperimental one
grub
b. Jumlah polulasi :
78
Sekarang :
c. jumlah sampel
d. waktu dan tempat

3. Pengaruh Penelitian ini Pelitian ini Persamaan :


penerimaan menggunakan memberikan a. Variable
diri metode survei, bukti empiris penerimaan diri
terhadap Yaitu menggunakan adanya b. Jenis penelitian
penyusuaia kuesioner sebagai hubungan kuantitatif
n diri alat pengumpul data. sebab akibat c. Alat ukur
penderita Penelitian ini antara menggunakan
lupus. merupakan penerimaan kusioner
(paramit & penelitian non- diri dan
Margaret eksperimen dengan penyesuaian Perbedaan :
2003) tujuan explanatory. diri penderita a. Penelitian ini
lupus, dimana menggunakan
semakin tinggi Variable
penerimaan indipenden
diri maka penyusuain diri.
semakin tinggi b. Sekarang : terapi
penyesuaian Islamic self
dirinya. healing
c. Metode survey
No Judul Metodologi Hasil Persamaan Dan
Penulis Penelitian Penelitian Perbedaan
d. Jumlah populasi
dan sampel
e. Waktu dan tempat

4. The effect Penelitian Kesehatan Persamaan :


of prayer on eksperimental, mental untuk a. Variable penelitian
mental dilakukan pada 88 kelompok uji terapi doa
health of pasien dengan desain mengalami b. Jenis penelitian
hemodyalys pre and post tes grub peningkatan di kuantitatif
is patients desain, evaluasi banding c. Penelitian
(Nia seyyed menggunakan dengan eksperimen
hs, 2009) kuesioner. kolompok d. Alat ukur
control menggunakan
kuesioner
Perbedaan :
a. Penelitian ini
menggunakan pre
and post tes grub
desain
b. Pre eksperimental
one grub
c. populasi 88 orang
d. waktu dan tempat

Anda mungkin juga menyukai