Anda di halaman 1dari 33

JUDUL

pg. 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah-Nya
sehingga penyusunan laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Velly Kukinul, S.T., M.T. M.Sc, selaku dosen pembimbing mata kuliah Praktek
Perencanaan Wilayah.

2. Teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini.

Laporan dengan judul ”Laporan Pendahuluan – Pengembangan Ekonomi Lokal


Kabupaten Mojokerto” ini disusun sebagai tugas mata kuliah Praktek Perencanaan Wilayah
dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
Dalam proses penyelesaian laporan ini tentunya banyak kekurangan, baik dari pengambilan
referensi data maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini.
Demikianlah laporan penelitian ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat
memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah Praktek
Perencanaan Wilayah

Surabaya, 17 Februari 2019

Tim Penulis

pg. 2
DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 2
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Dan Sasaran ....................................................................................................................... 6
1.4 Ruang Lingkup Wilayah .................................................................................................................. 6
1.5 Kerangka Berpikir ............................................................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 9
2.1.1 RTRW Jawa Timur ................................................................................................................... 9
2.1.2 RTRW Kabupaten Mojokerto................................................................................................ 10
2.1.3 RPJP Kabupaten Mojokerto ................................................................................................. 12
2.1.4 RPJMD Mojokerto .................................................................................................................. 18
2.2 Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) ....................................................................................... 23
2.2.1 Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) ................................................................................ 23
2.3 Teori Pengembangan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ................................... 29
2.3.1 Teori Pengembangan Wilayah ............................................................................................. 29
2.3.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ................................................................................ 31

pg. 3
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pengembangan wilayah pada dasarnya memiliki tujuan agar suatu wilayah dapat
berkembang menuju tingkatan perkembangan yang lebih diinginkan. Salah satu hal yang perlu
dipertimbangkan dalam hal pengembangan wilayah adalah dalam hal pengembangan sektor.
Suatu wilayah dapat dikatakan berkembang apabila berkembangnya sektor unggulan atau sektor
potensial yang ada di wilayah tersebut. Salah satu sektor yang sering mendapat perhatian lebih
dari pemerintah dalam hal pengembangan wilayah adalah sektor industri. Sektor perindustrian
sendiri merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional dalam
upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur sesuai dengan yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam pembangunan ekonomi daerah, setiap daerah selalu dihadapi oleh berbagai
tantangan baik eksternal maupun internal. Persoalan yang dihadapi daerah tidak jauh dari
persoalan ekonomi, sehingga setiap daerah dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya
dalam mendorong pertumbuhan ekonominya. Pengembangan ekonomi dengan memanfaatkan
potensi sumber daya lokal diperlukan guna merangsang kegiatan ekonomi, sehingga dengan
melihat potensi dan kondisi sumber daya lokal sangat diperlukan untuk dapat terus tumbuh dan
berkembang. Dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah dapat dilakukan melalui
pengembangan ekonomi lokal daerah berdasarkan potensi sektor unggulan yang dimiliki daerah
tersebut.

Mojokerto sebagai sebuah bagian dari sistem metropolitan Gerbangkertasusila memiliki


peran sebagai daerah pendukung bagi daerah inti (Kota Surabaya). Hal ini kemudian membuat
Mojokerto seperti halnya daerah pendukung Kota Surabaya lainnya menjadi pusat kegiatan
industri yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan di Kota Surabaya. Hal ini dibuktikan
dengan kontribusi nilai PDRB sektor industri pengolahan bagi nilai PDRB total Kabupaten
Mojokerto atas dasar harga berlaku yang mencapai 52,15% atau senilai 37 triliun dari total 70
triliun. Lebih lanjut lagi jika dilihat dari komponen pembentuk sector industri pengolahan maka
industri makanan dan minuman menjadi penyumbang terbesar yakni senilai kurang lebih 17 triliun
(BPS Kabupaten Mojokerto, 2018).

Industri pengolahan makanan dan minuman di Kabupaten Mojokerto didominasi oleh


industri-industri besar baik yang berlokasi di kawasan industri maupun tidak. Namun selain
industri-industri besar tersebut Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten

pg. 4
Mojokerto juga berkontribusi dalam PDRB Kabupaten Mojokerto. Hal ini dapat dilihat dari
komoditas oleh-oleh khas Kabupaten Mojokerto yang didominasi oleh hasil produksi UMKM.
Beberapa diantaranya yang berupa produk makanan yakni Onde-onde dan juga Kerupuk
Rambak. Selain itu komoditas produksi UMKM Kabupaten Mojokerto yang lainnya berupa non-
makanan adalah produksi tas dan sepatu yang berbahan baku kulit sapi.

Hingga tahun 2017, data dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Mojokerto
terdapat sebanyak 155.354 unit usaha mikro aktif di wilayah Kabupaten Mojokerto. Sedangkan
secara nasional terdapat 62 juta unit UMKM di seluruh Indonesia dengan tenaga kerja yang
terserap mencapai 116 juta orang. Melihat besarnya potensi dan manfaat yang dihasilkan dari
adanya sektor UMKM dalam membangun perekonomian bangsa dengan keterlibatan masyarakat
yang besar, maka pemerintah baik pusat maupun daerah mencoba untuk membuat kebijakan-
kebijakan yang mendorong agar sektor UMKM dapat terus tumbuh. Di level pemerintah pusat
terdapat kebijakan terbaru yang memotong pajak penghasilan bagi UMKM menjadi hanya 0,5%.
Kemudian di level pemerintah daerah khususnya di Kabupaten Mojokerto, pemerintah Kabupaten
Mojokerto memasukkan pengembangan ekonomi lokal ke dalam misi pemerintahan. Diantara
poin pengembangan ekonomi lokal yang dimaksud adalah pembinaan terhadap UMKM yang ada
di Kabupaten Mojokerto dengan harapan baik jumlah unit maupun hasil produksi UMKM akan
meningkat di masa yang akan datang.

Maka dari itu, didasarkan dari potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Mojokerto, diperlukan
sebuah konsep pengembangan yang linier dengan rencana pengembangan ekonomi lokal yang
dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Konsep pengembangan ekonomi yang
dirasa cukup linier dan mendukung pengembangan ekonomi lokal adalah konsep
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Dalam konsep PEL itu sendiri peran serta dan sinergi
semua stakeholder merupakan nilai penting dalam mewujudkan keberhasilan konsep ini. Adapun
pengembangan dalam konsep PEL ini didasarkan kepada prinsip-prinsip PEL seperti ekspor,
cluster, kemitraan, pemberdayaan serta pemasaran. Melalui prinsip-prinsip dalam konsep ini
diharapkan dapat menjawab persoalan yang dihadapi dan menjadi pendorong dalam
pengembangan ekonomi di Kabupaten Mojokerto.

Untuk menjalankan atau merealisasikan rencana pengembangan ekonomi lokal yang


dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto, diperlukan sebuah kerangka kerja yang
jelas. Kerangka kerja yang dimaksud berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung
pengembangan ekonomi lokal baik dalam aspek non-spasial maupun aspek spasial. Hanya

pg. 5
dengan sinergi kedua aspek tersebut lah maka rencana pengembangan ekonomi lokal dapat
terwujud dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Perkembangan jumlah UMKM yang semakin meningkat menunjukkan bahwa terdapat
potensi ekonomi lokal yang bisa dikembangkan. Hal tersebut diperkuat dengan adanya program
pengembangan ekonomi lokal yang dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Mojokerto tahun 2016-
2021, berupa program pembinaan dan stimulus bagi UMKM. Maka selanjutnya rumusan masalah
pada penelitian ini adalah ”bagaimana konsep pengembangan kawasan pengembangan ekonomi
lokal dengan prioritas pengembangan UMKM di Kabupaten Mojokerto?”

1.3 Tujuan Dan Sasaran


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan konsep pengembangan ekonomi
lokal berbasis UMKM. Adapun sasaran penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi kondisi eksisting kawasan pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten


Mojokerto

2. Identifikasi potensi dan masalah kawasan pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten


Mojokerto

3. Menentukan wilayah pengembangan kawasan pengembangan ekonomi lokal di


Kabupaten Mojokerto

4. Merencanakan konsep dan program pengembangan kawasan pengembangan


ekonomi lokal di Kabupaten Mojokerto

5. Merencanakan pola ruang dan struktur ruang kawasan pengembangan ekonomi lokal
di Kabupaten Mojokerto

1.4 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup dari penelitian ini adalah Kabupaten Mojokerto, yang kemudian
dispesifikkan menjadi area fokusan dalam pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten
Mojokerto. Adapun Kabupaten Mojokerto memiliki luas sebesar 47.995 km2. Dengan batas
administrasi adalah sebagai berikut:

Batas Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Lamongan

Batas Timur : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan

pg. 6
Batas Selatan : Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan

Batas Barat : Kabupaten Jombang dan Kabupaten Malang

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Mojokerto

pg. 7
1.5 Kerangka Berpikir

pg. 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Kebijkan

2.1.1 RTRW Jawa Timur


Di dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 5 tahun 2012 tentang
RTRW Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa tujuan penataan ruang provinsi
Jawa Timur adalah “terwujudnya ruang wilayah provinsi berbasis agribisnis dan jasa
komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan melalui
pengembangan sistem agropolitan dan metropolitan”. Untuk mencapai tujuan
tersebut dirumuskan kebijakan pengembangan wilayah berdasarkan struktur ruang
melalui pengoptimalan sistem perkotaan nasional seperti PKN (Pusat Kegiatan
Nasional) PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal)

Kabupaten Mojokerto dalam RTRW Provinsi termasuk Pusat Kegiatan Nasional


dalam Wilayah pengembangan Gerbangkertosusila Plus yang merupakan suatu
kawasan metropolitan inti pengembangan wilayah di Jawa Timur dengan fungsi
Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan,
peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata,
transportasi, industri. Selain menjadi Pusat Kegiatan Nasional, Gerbangkertosusila
juga termasuk kawasan strategis provinsi (KSP) yang memiliki nilai strategis dalam
berbagai aspek, terutama dari aspek ekonomi. Berikut beberapa rencana
pengembangan atau pembangunan yang termasuk Kawasan strategis provinsi :

 Kawasan Industri Berteknologi Tinggi (High Tech Industrial Park/HTIP) di Kota


Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo;

 Kawasan Ekonomi Unggulan (KEU) berupa Lamongan Integrated Shorebase


(LIS) di Kabupaten Lamongan, Kawasan ekonomi Madura di Kepulauan
Madura, Industri Perhiasan Gemopolis di Kabupaten Sidoarjo;

 Kawasan Metropolitan, berupa Kawasan di Kaki Jembatan Suramadu di


Kabupaten Bangkalan, Kawasan Kaki Jembatan Suramadu di Kota Surabaya,
Kawasan Pusat Bisnis (Central Bussines District/CBD) Surabaya,

pg. 9
 Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi, meliputi: Sidoarjo dan
sekitarnya, Gresik dan sekitarnya, Tuban dan sekitarnya, Bangkalan dan
sekitarnya;

2.1.2 RTRW Kabupaten Mojokerto


Kabupaten Mojokerto yang termasuk dalam bagian KSN Gerbangkertosusila
memiliki kegiatan ekonomi yang fokus pada sektor pertanian atau tanaman pangan.
Hal tersebut tertuang dalam tujuan penataan ruang Kabupaten Mojokerto yang
berbunyi “Mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Mojokerto sebagai basis tanaman
pangan regional, industri, perdagangan dan jasa, serta pariwisata yang berdaya saing
dan memperhatikan keberlanjutan terhadap lingkungan hidup serta pemerataan
pembangunan”.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Mojokerto juga ikut mendukung


tujuan penataan ruang dari RTRW Kab. Mojokerto 2012-2032 diantaranya :

a. Pengembangan kawasan agropolitan;

b. Pengembangan kawasan industri, perdagangan dan jasa serta kegiatan


pariwisata yang mendukung sektor pertanian

c. Pengembangan sistem pusat kegiatan secara berimbang antara wilayah


Utara dan Selatan;

d. Pelaksanaan mitigasi dan pengembangan manajemen risiko pada kawasan


rawan bencana;

e. Pengembangan interkoneksi prasarana dan sarana lokal terhadap prasarana


dan sarana nasional, regional, dan lokal untuk mendukung potensi wilayah;

f. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana


telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang dapat mendukung
peningkatan dan pemerataan pelayanan masyarakat, serta pelestarian
lingkungan;

g. Pemulihan kawasan lindung yang telah beralih fungsi dan pencegahan


meluasnya alih fungsi kawasan lindung;

h. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan budi daya untuk


mendukung perekonomian wilayah sesuai daya dukung lingkungan;

pg. 10
i. Penentuan kawasan strategis yang mendukung pengembangan sektor
ekonomi potensial, pengembangan wilayah Utara, dan daya dukung
lingkungan hidup

j. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Untuk mendukung kebijakan tersebut terutama dengan poin a dan b yang


berhubungan dengan kegiatan ekonomi Kabupaten Mojokerto maka dirumuskan
strategi pengembangan sebagai berikut :

 Mengembangkan pusat agropolitan untuk mendorong pertumbuhan kawasan


perdesaan

 Mengoptimalkan fungsi kawasan pertanian

 Menekan pengurangan luasan lahan sawah beririgasi teknis

 Mempertahankan luasan kawasan pertanian secara ketat serta meningkatkan


produktivitas lahan pertanian

 Mengendalikan perkembangan industri besar dan menengah hanya pada


lokasi zona industri dan atau peruntukan industri serta kawasan industri;

 Memantapkan peran dan meningkatkan kegiatan perdagangan tradisional


dengan membatasi pertumbuhan pasar modern hanya di pusat ibu kota
kecamatan;

 Menyelaraskan kegiatan perdagangan tradisional dan modern

 Mengendalikan perkembangan kegiatan di sekitar kawasan perdagangan dan


jasa.

Salah satu kawasan ekonomi potensial di Kabupaten Mojokerto berada di


Kecamatan Bangsal dan Mojosari. Kedua kecamatan tersebut diarahkan menjadi
kawasan industri kecil-menengah yang dimaksudkan untuk menyediakan aktivitas
produksi masyarakat dalam skala kecil hingga menengah seperti halnya kerajinan,
pengolahan makanan dan lain lain. Kawasan industri kecil menengah dikembangkan
dengan memperhatikan potensi ekonomi yang ada pada kecamatan Bangsal dan
Mojosari. Potensi ekonomi yang dimiliki kedua kecamatan tersebut menurut RTRW

pg. 11
adalah sebagai produksi perikanan tangkap dengan komoditas utama yaitu ikan lele
yang sudah difasilitasi pemerintah dengan membangun sarana berupa unit
pembenihan rakyat (UPR) dan Pasar Ikan yang bertujuan meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi dari hasil budidaya perikanan masyarakat.

2.1.3 RPJP Kabupaten Mojokerto


“Visi pembangunan daerah Kabupaten Mojokerto”

Berdasarkan kondisi Kabupaten Mojokerto saat ini, modal dasar yang dimiliki oleh
Kabupaten Mojokerto, dan tantangan yang akan dihadapi oleh Kabupaten Mojokerto
dalam 20 tahun mendatang serta rangka melaksanakan amanat pembangunan yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; serta Visi dan Misi Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025
maka Visi pembangunan daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2005-2025 adalah :

“Kabupaten mojokerto yang maju, adil, makmur, tentram, dan beradab.”

Untuk mengetahui atau mengukur tingkat keberhasilan visi tersebut maka perlu
dijelaskan ukuran mengenaik kemajuan, keadilan, kemakmuran, ketentraman dan
keberadaban yang ingin dicapai oleh Kabupaten Mojokerto, yang kemudian
dijabarkan sebagai berikut :

 Kabupaten Mojokerto yang maju maksudnya adalah dalam proses


pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2005-
2025, segala aspek kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Mojokerto selalu
berkembang menuju ke posisi atau kondisi yang lebih baik. Unsur kemajuan
yang ingin diwujudkan atau dicapai oleh Kabupaten Mojokerto, adalah maju
dalam bidang pembangunan : sosial-budaya, ekonomi (pertanian, industri,
perdagangan, dan pariwisata), infrastruktur, politik dan hukum; serta
ketentraman dan ketertiban.

 Kabupaten Mojokerto yang adil maksudnya adalah dalam proses


pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2005-
2025, semua anggota masyarakat Kabupaten Mojokerto mempunyai
kesempatan dan mendapat perlakuan yang sama dalam segala bidang
pembangunan sesuai dengan tingkat kemampuannya dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Kabupaten Mojokerto. Unsur atau

pg. 12
indikator keadilan yang ingin diwujudkan atau dicapai oleh Kabupaten
Mojokerto adalah : adil dalam bidang pembangunan ekonomi, sosial dan
budaya, politik, hukum, dan keamanan.

 Kabupaten Mojokerto yang makmur maksudnya adalah dalam proses


pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2005-
2025, semua anggota masyarakat Kabupaten Mojokerto mampu memenuhi
kebutuhan ekonominya secara layak. Unsur atau indikator kemakmuran yang
ingin diwujudkan atau dicapai oleh Kabupaten Mojokerto adalah : kemampuan
memenuhi kebutuhan ekonomi secara layak, peningkatan produksi pertanian
dan hasil-hasil perdesaan, jumlah pengangguran semakin berkurang, dan
jumlah penduduk miskin semakin berkurang Misi pembangunan daerah
Kabupaten Mojokerto.

 Kabupaten Mojokerto yang tentram maksudnya adalah dalam proses


pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2005-
2025, semua anggota masyarakat Kabupaten Mojokerto merasa aman,
damai, dan tenang di dalam lingkungan yang tertib. Unsur atau indicator
ketentraman yang ingin diwujudkan atau dicapai oleh Kabupaten Mojokerto
adalah terpeliharanya persatuan dan tidak adanya kekacauan akibat :
perselisihan atau perbedaan Suku, Agama, Ras, dan antar Golongan (SARA),
dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

 Kabupaten Mojokerto yang beradab maksudnya adalah dalam proses


pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2005-
Kabupaten Mojokerto yang beradab maksudnya adalah dalam proses
pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2005-
2025, semua anggota masyarakat Kabupaten Mojokerto telah maju tingkat
kehidupan (kecerdasan dan kebudayaan) lahir batinnya serta mereka mampu
melakukan dan membuat sesuatu yang lebih banyak dan lebih baik. Unsur
atau indikator keberadaban yang ingin diwujudkan atau dicapai oleh
Kabupaten Mojokerto, adalah: keimanan dan ketaqwaan anggota masyarakat
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), etos
kerja SDM, dan wisata budaya/religi.

“Misi pembangunan daerah Kabupaten Mojokerto”

pg. 13
Untuk mewujudkan visi tersebut di depan, akan dilakukan melalui pelaksanaan
misi pembangunan daerah Kabupaten Mojokerto, yakni sebagai berikut:

i. Mewujudkan pemerataan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dalam


bidang ekonomi, sosial dan budaya, politik, hukum, dan keamanan tanpa
mentoleransi adanya diskriminasi.

ii. Misi ini merupakan upaya untuk meningkatkan pemerataan pembangunan di


daerah Kabupaten Mojokerto guna: mengurangi kesenjangan sosial secara
menyeluruh; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran; menyediakan
akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta
sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam
berbagai aspek kehidupan bermasyarakat termasuk gender.

iii. Mewujudkan masyarakat yang demokratis berdasarkan hukum yang


berkeadilan.

iv. Misi ini merupakan upaya untuk memantapkan kelembagaan demokrasi agar
menjadi lebih kokoh guna memperkuat peran serta masyarakat sipil dalam
proses politik dan pembangunan; meningkatkan kualitas pelaksanaan
otonomi daerah; menjamin perkembangan dan kebebasan media dalam
mengomunikasikan kepentingan masyarakat; meningkatkan budaya
masyarakat dalam menghormati dan mentaati penegakan hukum secara adil,
konsekuen, dan tidak diskriminatif.

v. Meningkatkan kesetaraan gender dalam kehidupan bermasyarakat.

vi. Misi ini merupakan upaya untuk mengurangi masalah (patologi relasi sosial)
yang bernama “ketidaksetaraan gender” yang selama ini terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat, melalui kebijakan pembangunan yang
mengarusutamakan gender selaras dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

vii. Mewujudkan kerukunan antar sesama anggota masyarakat yang dilandasi


oleh nilai-nilai keagamaan dan Hak Asasi Manusia (HAM).

viii. Misi ini merupakan upaya untuk memelihara dan menumbuh kembangkan
kerukunan internal dan antar umat beragama; melaksanakan interaksi antar
budaya; menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan daerah Kabupaten

pg. 14
Mojokerto dalam kehidupan sehari-hari guna memantapkan persatuan dan
landasan spiritual, moral, serta etika pembangunan bangsa dan daerah
Kabupaten Mojokerto.

ix. Mewujudkan kondisi masyarakat yang aman, damai dan tenang, di dalam
lingkungan yang tertib.

x. Misi ini merupakan upaya untuk membangun kapabilitas lembaga


ketentraman dan ketertiban (Trantib) masyarakat serta memantapkan
kemampuan dan meningkatkan profesionalisme anggota satuan-satuan
ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Mojokerto; memotivasi anggota
masyarakat untuk selalu mentaati peraturan yang berlaku dan ikut berperan
aktif dalam sistim pengamanan bersama.

xi. Mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan pendapatan masyarakat,


peningkatan produksi pertanian dan hasil-hasil perdesaan, penurunan jumlah
keluarga miskin, dan penurunan jumlah pengangguran.

xii. Misi ini merupakan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan industri,


meningkatkan produksi pertanian, produk unggulan perdesaan, jasa, dan
pariwisata; memperluas lapangan kerja dan menurunkan
jumlahpengangguran; meningkatkan pendapatan riil dan kemakmuran; serta
menurunkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Mojokerto.

xiii. Mewujudkan pengelolaan dan pelestarian Sumber Daya Alam (SDA) dan
Lingkungan Hidup secara berkelanjutan.

xiv. Misi ini merupakan upaya untuk menata dan memanfaatkan SDA secara
optimal dan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup, sehingga
SDA yang ada di Kabupaten Mojokerto dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.

xv. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anggota masyarakat Kabupaten


Mojokerto kepada Tuhan yang Maha Esa.

xvi. Misi ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas anggota masyarakat
dalam memahami simbul dan substansi nilai-nilai keagamaan; dan kualitas
anggota masyarakat dalam mengamalkan substansi nilai-nilai keagamaan.

pg. 15
xvii. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Kabupaten Mojokerto yang
berkualitas.

xviii. Misi ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan SDM Kabupaten
Mojokerto untuk: menguasai, menerapkan, dan menciptakan IPTEK yang
unggul sehingga kualitas keahlian dan keterampilan menjadi semakin tinggi;
daya inovasi, imajinasi dan kreatifitas menjadi semakin baik.

xix. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Kabupaten Mojokerto yang


beretos kerja tinggi.

xx. Misi ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas kedisiplinan,


profesionalisme, dan produktifitas SDM Kabupaten Mojokerto agar mampu
berprestasi yang tinggi dan/atau mereka mampu menghasilkan jumlah produk
atau jasa yang lebih banyak dan dengan kualitas produk yang lebih baik.

xxi. Menjadikan Kabupaten Mojokerto sebagai pusat tujuan wisata Budaya dan
religius di Jawa Timur.

xxii. Misi ini merupakan upaya untuk memperbaiki dan menyempurnakan


pengelolaan dan pelestarian budaya dan situs-situs peninggalan Kerajaan
Majapahit sehingga anggota masyarakat tertarik untuk mengunjunginya, serta
mengintensifkan kegiatan untuk mempromosikan situs-situs peninggalan
Kerajaan Majapahit.

Tahapan dan Skala Prioritas RPJPD Kabupaten Mojokerto Tahun 2005-2025

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ke-1 (2006 –2010)

Pada tahap pertama RPJM ini diarahkan pada peningkatan kegiatan ekonomi dan
pendapatan masyarakat yang yang berbasis pada sektor industri, jasa, pariwisata,
pertanian, koperasi, usaha mikro, usaha kecil dan menengah.

Dengan indicator keberhasilan berupa :

 peningkatan kesejahteraan masyarakat.

 pemerataan hasil-hasil pembangunan.

 penurunan angka kemiskinan serta jumlah pengangguran.

pg. 16
“Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ke–2 (2011 –2015)”

Pada tahap ke-2 RPJM ini diarahkan untuk memantapkan penataan kembali
pembangunan di segala bidang sehingga kesejahteraan masyarakat dan pemerataan
hasil-hasil pembangunan menjadi semakin baik, jumlah penduduk miskin terus
menurun dan angka pengangguran juga terus berkurang. Sehingga pada tahap ini
struktur ekonomi Kabupaten Mojokerto menjadi semakin baik.

Dengan indicator keberhasilan berupa :

 Semakin berkembangnya sektor industri, jasa, pariwisata, koperasi, usaha


mikro, usaha kecil dan menengah yang di dukung sektor pertanian yang
handal

“Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ke–3 (2016 – 2020)”

Pada tahap ke-3 RPJM ini diarahkan untuk memantapkan pembangunan


Kabupaten Mojokerto secara menyeluruh dan terpadu dengan menekankan kepada
percepatan, pemerataan pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.

“Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ke–4 (2021 – 2025)”

Pada tahap ke-3 RPJM ini diarahkan untuk mewujudkan Kabupaten Mojokerto
yang maju, adil, makmur, tentram, dan beradab melalui percepatan, pemerataan
pembangunan di segala bidang, pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana
dan terkendali, serta memacu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Struktur
ekonomi berbasis sektor industri, jasa, pariwisata, koperasi, usaha mikro, usaha kecil
dan menengah yang didukung oleh sektor pertanian yang semakin terpadu dan
semakin handal.

Dengan indicator keberhasilan berupa :

 Struktur ekonomi bertambah kuat ditandai dengan pertumbuhan ekonomi dan


PDRB Kabupaten Mojokerto yang makin tinggi.

 Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat ditunjukkan oleh makin


tinggi dan meratanya tingkat pendapatan masyarakat

pg. 17
2.1.4 RPJMD Mojokerto
Visi Misi Dalam RPJM Kabupaten Mojokerto 2016 – 2021

Dalam RPJM Kabupaten Mojokerto 2016 – 2021 memiliki visi untuk 5 (lima) tahun
kedepan yang menjadi visi pembangunan pemerintahan Kabupaten Mojokerto untuk
periode tahun 2016 – 2021 adalah:

“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Mojokerto yang Mandiri, Sejahtera, dan


Bermartabat Melalui Penguatan dan Pengembangan Basis Perekonomian,
Pendidikan, serta Kesehatan.”

Penjelasan lebih lanjut untuk memahami visi yang ada dalam RPJMD Kabupaten
Mojokerto adalah sebagai berikut :

a. Mandiri

Kemandirian suatu daerah tercermin antara lain pada ketersediaan sumber


daya manusia nerkualitas yang mamou memenuhi tuntutan kebutuhan dan
klemajuan pembangunannya, kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur
penegak hukum dalam menjalankan tugasnya; ketergantungan pembiayaan
pembiayaan yang bersumber dari daerah yang makin kokoh sehingga
ketergantungan sumber dari luar daerah menjadi kecil; dan kemampuan
memenuhi sendiri kebutuhan pokok.

b. Sejahtera

Yang dimaksud sejahtera dalam hal ini memiliki arti bahwa kebutuhan dasar
masyarakat Kabupaten Mojokerto telah terpenuhi secara lahir dan batin.
Masyarakat dapat memperoleh pelayanan publik dalam hal perekonomian,
pendidikan, dan kesehatan yang berkualitas, merata, dan terjangkau.
Sejahtera juga memiliki arti tingginya mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
masyarakat Kabupaten Mojokerto, yang disertai dengan kelayakan tingkat
kesejahteraan ekonomi dalam keseimbangan dengan konservasi dan
perlingdungan lingkungan hidup serta tingkat kesejahteraan sosial-budaya.

c. Bermartabat

Bermartabat dalam hal ini memiliki arti terkait dengan simbolisasi dari
kebersaran nilai yang dijunjung tinggi oleh leluhur.

pg. 18
d. Pengembangan basis perekonomian

Yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu manajemen sumber daya melalui
kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi barang serta asa untuk memenuhi
kebutuhan permintaan dan penawaran serta dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan.

e. Pendidikan

Yang dimaskud dalam hal ini adalah suatu usaha serta proses bimbingan bagi
setiap individu untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih
tinggi mengenai objek tertentu serta untuk membentuk kepribadian yang baik
serta unggul.

f. Kesehatan

Yang dimaksud dalam hal ini adalah kondisi yang stabil dari badan, jiwa dan
lingkungan, meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang prinsip – prinsip
kesehatan individu maupun keluarga serta sarana dan prasarana yang
menunjang sehingga memungkinkan setiap orang untuk hidup secara sosial
dan ekonomis.

Dalam misi Pemerintah Kabupaten Mojokerto untuk periode 2016-2021 No. 3


disebutkan bahwa pemerintah akan membangun kemandirian ekonomi yang
berdimensi kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui penguatan
struktur ekonomi yang berorientasi pada pengembangan jaringan infrastruktur,
UMKM, agrobisnis, agroindustry, dan pariwisata.

Strategi dan arahan yang perlu ditempuh untuk mewujudkan program pembangunan
yang mendukung Misi 3 adalah sebagai berikut :

 Peningkatan pembangunan ekonomi;

 Peningkatan pembangunan infrastruktur;

 Pengentasan kemiskinan;

 Penanganan pengurangan angka pengangguran, perbaikan iklim


ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan;

 Peningkatan hasil produksi pertanian;

pg. 19
 Peningkatan produksi hasil peternakan;

 Peningkatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam untuk


penguatan basis agrobisnis;

 Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.

Dengan ukuran untuk mengetahui keberhasilan Misi tersebut dengan melihat tingkat
kesejahteraan ekonomi yang diukur dengan :

 Rendahnya tingkat kemiskinan.

 Ketahanan pangan yang mantap.

 Menurunnya tingkat pengangguran.

 Pendapatan perkapita yang layak dan pertumbuhan ekonomi yang mantap

 Terjaganya kualitas lingkungan hidup.

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan

Untuk mewujudkan misi nomor 3 yaitu membangun kemandirian ekonomi yang


berdimensi kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui penguatan
struktur ekonomi yang berorientasi pada pengembangan jaringan infrastruktur,
UMKM, agrobisnis, agroindustry, dan pariwisata. pencapaian tujuan dan sasaran
dilakukan melalui kebijakan umum dan program pembangunan untuk mencapai
tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien yang dijabarkan dalam tujuan,
sasaran, kebijakan umum, serta program sebagaimana berikut:

Tujuan : Pemerataan pertumbuhan ekonomi sesuai potensi daerah yang dimiliki


Kabupaten Mojokerto.

Sasaran :

1. Terciptanya peran serta masyarakat dalam pembangunan ekonomi


berdimensi kerakyatan;

2. Terciptanya infrastruktur perekonomian dalam peningkatan pemberdayaan


lingkungan sosial ekonomi;

pg. 20
3. Tumbuh dan berkembangnya usaha agrobisnis, agroindustri, dan pariwisata
serta ketertiban UMKM secara aktif.

Strategi :

1. Meningkatkan pembangunan ekonomi;

2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur;

3. Mengentaskan kemiskinan;

4. Menangani pengurangan angka pengangguran perbaikan iklim


ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan;

5. Meningkatkan hasil produksi pertanian;

6. Meningkatkan produksi hasil peternakan;

7. Meningkatkanperlindungan dan konservasi sumber daya alam untuk


penguatan basis agrobisnis;

8. Mengembangkan sarana dan prasarana pariwisata.

Kebijakan Umum :

1. Peningkatan pembangunan ekonomi;

2. Peningkatan pembangunan infrastruktur;

3. Pengentasan kemiskinan;

4. Penanganan pengurangan angka pengangguran perbaikan iklim


ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan;

5. Peningkatan hasil produksi pertanian;

6. Peningkatan produksi hasil peternakan;

7. Peningkatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam untuk


penguatan basis agrobisnis;

8. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.

Dari 8 kebijakan umum yang ada, semua kebijakan tersebut diteruskan kedalam
bentuk program yang adalah instrument kebijakan yang berisi kegiatan untuk

pg. 21
dilaksanakan agar mencapai tujuan dan sasaran. Dengan program untuk setiap
kebijakan adalah sbb:

Program Kebijakan Umum 1 :

a. Program perencanaan pembangunan ekonomi;

b. Program transmigrasi regional.

Program Kebijakan Umum 2 :

a. Program pengembangan perumahan;

b. Program lingkungan sehat perumahan;

c. Program pengembangan infrastruktur pedesaan;

d. Program pembanguna jalan dan jembatan;

e. Program rehabilitasi / pemeliharaan jalan dan jembatan;

f. Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ;

g. Program peningkatan pelayanan angkutan;

h. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi.

Program Kebijakan Umum 3 :

a. Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan;

b. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa.

Program Kebijakan Umum 4 :

a. Program pengembangan industri kecil dan menengah;

b. Program pengembangan sentra-sentra industri potensial;

c. Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan;

d. Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan;

e. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha


kecil menengah;

f. Program peningkatan kerjasama perdagangan internasional;

pg. 22
g. Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja;

h. Program peningkatan kesempatan kerja;

i. Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan;

j. Program pengembangan kemitraan;

k. Program pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan

l. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya;

m. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi;

n. Program penciptaan iklim usaha UKM yang kondusif.

Program Kebijakan Umum 5 :

a. Program peningkatan ketahanan pangan (pertanian/perkebunan);

b. Program peningkatan kesejahteraan petani;

c. Program pengembangan budidaya perikanan.

Program Kebijakan Umum 6 :

a. Program peningkatan produksi hasil peternakan.

Program Kebijakan Umum 7 :

a. Program pengembangan pengelolaan dan konservasi sungai, waduk dan

sumber daya air lainnya;

b. Program pengembangan pengelolaan air minum dan air limbah.

Program Kebijakan Umum 8 :

a. Program pengembangan destinasi wisata;

b. Program pengembangan pemasaran wisata.

2.2 Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)


2.2.1 Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah (Local and Regional Economic
Development) yang pendekatannya berfokus kepada pemanfaatan dan optimalisasi

pg. 23
sumberdaya dan kompetensi daerah dalam menggerakkan perekonomian daerah
untuk mengatasi persoalan kemiskinan, pengangguran dan menciptakan
pembangunan berkelanjutan menemukan momentumnya di tengah arus ekonomi
global. Strategi pengembangan ekonomi daerah yang tepat diharapkan mampu
mengenali dan menggali potensi ekonomi produktif yang berdaya saing (knowledge
based economy) sekaligus berbasis sumber daya daerah (local resources based
economy).

Secara nasional Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah penting, hal ini
dikarenakan ada beberapa alasan utama, antara lain adalah:

1. Perekonomian daerah adalah bagian integral dari perekonomian nasional,


sehingga apabila kinerja perekonomian daerah bagik maka secara agregat,
kinerja perekonomian nasional pun akan baik juga.

2. Sesuai dengan kerangka Kebijakan Desentralisasi & Otonomi daerah, bahwa


PELD adalah urusan pilihan daerah

3. Wilayah Indonesia luas dengan kondisi dan potensi unggulan daerah yang
beragam, oleh karena itu:

 Potensi ekonomi lokal akan lebih efektif dan efisien jika dikelola oleh Daerah.

 PEL merupakan kebutuhan/strategi nasional dalam rangka meningkatkan


kualitas pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing daerah maupun
nasional.

 PEL menggunakan pendekatan kewilayahan & bottom-up dapat menjadi


koreksi atas pendekatan sektoral.

1) Peningkatan kesempatan berusaha. Pengembangan ekonomi lokal dan


daerah yang berbasis kepada komoditi unggulan lokal maka akan
meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat lokal maupun investor.

2) Penyerapan tenaga kerja. Pembangunan ekonomi lokal dan daerah akan


memberikan upah yang lebih baik, manfaat, dan peluang untuk maju bagi para
pekerja.

pg. 24
3) Retensi Bisnis. Bisnis merasa dihargai oleh masyarakat dan, pada gilirannya,
lebih masyarakat akan cenderung untuk tinggal di daerah tersebut, dan akan
memberikan memberikan kontribusi bagi perekonomian daerah tersebut.

4) Diversifikasi Ekonomi. Basis ekonomi yang beragam akan membantu


memperluas pengembangan ekonomi lokal dan mengurangi kerentanan
masyarakat untuk satu bidang usaha.

5) Basis ekonomi yang lebih kuat berarti pelayanan publik tidak terlalu
bergantung kepada pengaruh antar pemerintah dan aliansi, yang dapat
berubah kebijakannya pada setiap pemilihan kepala daerah.

6) Peningkatan Basis Pajak dari Dunia Usaha dan Masyarakat. Peningkatan


kesempatan berusaha dan bekerja akan meningkatakn pendapatan
masyarakat dan dunia usaha yang disebabkan oleh pembangunan ekonomi,
peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur lokal.

7) Kualitas Hidup . Peningkatan basis pajak yang lebih lanjut akan meningkatkan
pajak lokal dan peningkatan kesempatan bekerja akan meningkatkan

kesejahteraan ekonomi bagi seluruh masyarakat, termasuk standar kualitas hidup


masyarakat.

1) Pengakuan Produk Lokal. Pembangunan ekonomi lokal yang sukses sering


terjadi ketika barang yang diproduksi secara lokal dikonsumsi di pasar lokal,
nasional maupun internasional.

2) Peningkatan Daya Saing. Pengembangan ekonomi lokal dengan fokus


pengembangan komoditi unggulan daerah dalam bentuk klaster dapat
meningkatkan daya saing daerah dalam rangka menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015

pg. 25
Pengembangan ekonomi lokal merupakan suatu bentuk proses pembangunan
masyarakat, yang mencakup pembentukan institusi – institusi baru, pembangunan
industri alternatif dan perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan
produk/jasa yang lebih baik, identifikasi pasar baru,
alih IPTEK dan pengembangan usaha baru. Isu
utama pembangunan ekonomi dalam konsep
pengembangan ekonomi lokal merupakan formulasi
kebijakan – kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada kekhasan atau karakteristik khusus
yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. PEL
memiliki beberapa aspek utama yaitu proses
manajemen, kelompok sasaran, faktor lokasi, kesinergian dan fokus kebijakan,
pembangunan berkelanjutan, dan tata pemerintahan.

Sumber: Hariyoga, 2007

Pembahasan mengenai aspek dalan Heksagonal Pengembangan Ekonomi Lokal


adalah sebagai berikut:

1) Kelompok Sasaran, terbagi menjadi 3 yaitu: Investor luar yang mencakup


mengenai Peraturan tentang kemudahan investasi, informasi prospek bisnis,
kapasitas berusaha dan hukum, keamanan, kampanye, pusat pelayanan
investasi. Serta bagi Pelaku Usaha Lokal berupa peraturan mengenai: Modal,
promosi, peningkatan teknologi manajemen dan kelembagaan, serta adanya
peraturan bagi Pelaku Usaha Baru berupa Pelatihan kewirausahaan,
pendampingan dan monitoring, insentif,dan kecepatan izin usaha.

2) Faktor Lokasi, terbagi atas 3 faktor yaitu:

 Faktor lokasi terukur, Akses ke dan dari lokasi, akses ke pelabuhan laut dan
udara, sarana transportasi, infrastruktur komunikasi, infrastruktur energi,
ketersediaan air bersih, tenaga kerja terampil,Jml Lembaga Keuangan lokal,

 Faktor lokasi tdk terukur untuk dunia usaha, Peluang kerjasama, Lembaga
Penelitian

pg. 26
 Faktor lokasi tidak terukur individual, Kualitas: pemukiman, lingkungan,
fasilitas pendidikan dan pelatihan, pelayanan kesehatan,sarana, dan etos
kerja SDM.

3) Keterkaitan dan Fokus Kebijakan, terbagia atas:

 Perluasan ekonomi, dengan kebijakan berupa investasi, promosi, persaingan


usaha, peran Perusahaan Daerah, jaringan usaha, informasi tenaga kerja,
pengembangan keahlian.

 Pemberdayaan masyarakat, dengan kebijakan berupa Pemberdayaan


Masyarakat berbasis kemitraan swasta, pengurangan kemiskinan

 Serta Pembangunan wilayah dengan kebijakan: kawasan pusat pertumbuhan,


pengembangan Komunitas, kerjasama antar daerah, tata ruang PEL, jaringan
usaha antar sentra, sistem industri berkelanjutan

4) Pembangunan berkelanjutan dengan aspek:

 Ekonomi: Pengembangan Industri pendukung, perusahaan dgn Business


Plan, perusahaan dgn inovasi.

 Sosial: Kontribusi thd kesejahteraan, Pengembangan Ekonomi Lokal dan


adat/kelembagaan lokal.

 Lingkungan: Penerapan amdal, daur ulang, kebijakan Konservasi Sumber


Daya Alam.

5) Tata Pemerintahan, berupa:

 Kemitraan Pemerintah dan dunia usaha: infrastruktur,promosi, dan


perdagangan, pembiayaan

 Reformasi Sektor Publik: sistem insentif, restrukturisasi organisasi


pemerintahan, prosedur pelayanan publik

 Pengembangan Organisasi: Berupa Asosiasi industri seperti pada


status,peran,manfaat

6) Proses Manajemen, yang terbagi atas:

pg. 27
 Diagnosa secara partisipatif , berupa Analisis dan Pemetaan: potensi
ekonomi, daya saing, kondisi politis lokal, serta identifikasi stakeholder

 Perencanaan dan Implementasi secara partisipatif, Diagnosis vs


perencanaan, jumlah stakeholder, sinkronisasi (sektoral&spasial),
implementasi vs perencanaan

 Monev secara partisipatif, berupa Keterlibatan stakeholder: indikator &


monev, frekuensi: monev & diskusi pemecahan masalah, hasil monev vs
perencanaan yg akan datang

Tahapan Pengembangan Ekonomi Lokal terbagi atas 5 tahap, diantaranya adalah:

1. Pengembangan dan Penguatan Kemitraan Strategis PEL

Pada tahap pertama, terdapat langkah-langkah dalam pelakasanaannya,


diantranya adalah identifikasi stakeholder, dan pembentukan dan
pengembangan forum kemitraan Pembangunan Ekonomi Lokal.Tahap
pertama adalah Identifikasi Stakeholder. Tujuannya untuk Mengindentifikasi
stakeholder kunci yang berperan dalam mempengaruhi dan yang terkena
dampak suatu kebijakan dalam pengembangan ekonomi lokal guna
mengetahui stakeholder kunci dalam pengembangan ekonomi lokal. Cara
mengidentifikasi dapat melalui forum KPEL (bila ada) atauBappeda dan
asosiasi/forum bisnis.
Selanjutnya adalah tahap pembentukan dan Pengembangan Forum
Kemitraan PEL , dengan tujuan untuk membangun kemitraan strategis antara
pemerintah dunia usaha pada daerah yang belum membentuk forum
kemitraan PEL, dan memperluas keanggotaan forum kemitraan PEL pada
daerah yang sudah memiliki forum kemitraan PEL, luaran dari tahap ini adalah
dibentuk dan diperluasnya forum kemitraan PEL dengan cara membantu
pemerintah dalam menyusun rencana dan anggaran yang berkaitan dengan
PEL, Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan
ekonomi lokal, serta Memberi masukan dan saran kepada pemerintah dalam
menyusun kebijakan PEL

2. Kajian Cepat Status PEL

pg. 28
Pada tahap ini terbagi menjadi empat langkah, yaitu pengumpulan data,
analisis data, pemetaan status PEL, dan identifikasi faktor pengungkit PEL.
Pada tahap pengumpulan data bertujuan sebagai mengumpulkan informasi
melalui FGD, yang selanjutnya akan dianalisa melalui dengan menggunakan
Rapid Assessment Techniques for Local Economic Development (RALED).
Selanjutnya adalah memetakan PEL pada suatu wilayah ataupun status PEL
suatu komoditi pada suatu wilayah dengan output komoditi pada suatu wilayah
yang dapat dipetakan. Pada aspek PEL, < 50% buruk, 50-75% baik, > 75%
sangat baik. Pada tahap terakhirm disusun identifikasi faktor pengungkit PEL.

3. Penyusunan Rencana dan Anggaran

Pada tahap penyusunan rencana dan anggaran, terdapat 3 tahap yang


dijalankan, yaitu menyusun SKPD secara terpadu, penyusunan rencana
bisnis, serta mengintegrasi dalam dokume perencanaan daerah, baik dalam
jangka pendek maupun jangka menengah.

4. Pelaksanaan

Pada tahap ini dijalankan rencana dan rencana bisnis PEL yang telah
disusun sebelumna sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Outputnya berupa
kebijakan.

5. Monitoring dan Evaluasi

Tahapan monitoring dan evalusai secara partisipatif oleh seluruh pemangku


kepentingan guna pembangunan wilayah yang berkelanjutan.

2.3 Teori Pengembangan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah


2.3.1 Teori Pengembangan Wilayah
Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah
diartikan sebagai kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Dalam kerangka pembangunan nasional, perencanaan pengembangan wilayah
dimaksudkan untuk memperkecil perbedaan pertumbuhan kemakmuran antar
wilayah atau antar daerah. Di samping itu, diusahakan untuk memperkecil perbedaan
kemakmuran antara perkotaan dan pedesaan (Jayadinata, 1999). Sehingga batasan
wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan tetapi seringkali bersifat dinamis. Wilayah

pg. 29
sendiri merupakan daerah yang memiliki karakteristik yang sama baik secara alam
maupun manusia yang memiliki batas administratif yang jelas sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan dalam undang-undang yang berlaku
Secara garis besar, teori perkembangan wilayah di bagi atas 4 (empat) kelompok
yaitu: Kelompok pertama adalah teori yang memberi penekanan kepada
kemakmuran wilayah (local prosperity). Kelompok kedua menekankan pada
sumberdaya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat mempengaruhi
keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable production
activity). Kelompok ini sering disebut sebagai sangat peduli dengan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Kelompok ketiga memberikan perhatian
kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di tingkat lokal sehingga
kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung jawab (resposnsible) dan
berkinerja bagus (good). Kelompok keempat perhatiannya tertuju kepada
kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi (people prosperity).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah
antara lain dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional, terbentuknya sistem
perkotaan, dan mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan wilayah dan
perkembangan wilayah sesungguhnya tidak bermakna sama. Pertumbuhan dan
perkembangan wilayah merupakan suatu proses kontiniu hasil dari berbagai
pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu wilayah.
Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan struktural.
Wilayah tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor (sektor theory)
dan teori tahapan perkembangan (development stages theory). Teori sektor diadopsi
dari Fisher dan Clark yang mengemukakan bahwa berkembangnya wilayah, atau
perekonomian nasional, dihubungan dengan transformasi struktur ekonomi dalam
tiga sektor utama, yakni sektor primer (pertanian, kehutanan dan perikanan), serta
sektor tertier (perdagangan, transportasi, keuangan dan jasa). Perkembangan ini
ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di sektor
primer, meningkat di sektor tersier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu
di sektor sekunder
Menurut Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2005) prinsip-prinsip dasar dalam
pengembangan wilayah adalah:
1. Sebagai growth center Pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal
wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spread effect)

pg. 30
pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara
nasional.

2. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pengembangan antar


daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan
wilayah.

3. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi dari


daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan.

4. Dalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar harus juga menjadi


prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan.

2.3.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonmi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat


secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai
tambah (value added) yang terjadi. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa
bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga
kerja dan teknologi) yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran
daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai
tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer
payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat
aliran dana dari luar wilayah.

a. Model Basis Ekspor (Eksport-Base Model)

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah hakikatnya ditentukan oleh besarnya


Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage) yang dimiliki oleh daerah
tersebut. Apabila suatu daerah tertentu dapat mendorong pertumbuhan
sektor-sektor yang mempunyai keuntungan kompetitif sebagai basis untuk
kegiatan ekspor, maka pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan
akan meningkat cepat. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan ekspor
tersebut akan memberikan dampak berganda (multiplier effect) yang cukup
besar bagi perekonomian daerah bersangkutan (North, 1956).

Sebuah daerah dikatakan memiliki keunggulan kompetitif (Competitive


Advantage), dalam memproduksi barang tertentu, X, mempunyai opportunity
cost yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah-daerah perdagangan

pg. 31
yang lain. Daerah memiliki berbagai sumber daya, seperti tanah, sumber daya
alam, modal, tenaga kerja, dan teknologi keahlian. Biaya produksi antar
daerah berbeda, karena sumber daya yang tidak merata. Efisisensi
mensyaratkan bahwa daerah dengan opportunity cost yang lebih rendah,
mengekspor barang ke daerah yang mempunyai opportunity cost yang lebih
tinggi (Edwards, 2007).

b. Model Interregional Income

Richardson (1978), mentaksir ekspor sebagai fakor yang berada dalam


sistem perekonomian daerah bersangkutan (endogeneous variable) yang
fluktuasinya ditentukan oleh perkembangan kegiatan perdagangan
antarwilayah. Kegiatan perdagangan antarwilayah tersebut dibagi atas barang
konsumsi dan barang modal. Agar analisis menjadi lebih realistis, maka model
antar region ini dimasukkan pula unsur pemerintah yang ditampilkan dalam
bentuk penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah serta kegiatan
investasi sesuai dengan prinsip Teori Ekonomi Keynes (Tarigan, 2005).

c. Shift-Share Analysis

Analisis Shift-Share mengidentifikasi peranan ekonomi nasional dan


kekhususan daerah bersangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah
bersangkutan. Mengikuti (Blair, 1991), menunjukan bahwa peningkatan
produksi atau nilai tambah suatu sektor di tingkat daerah dapat diuraikan atas
tiga bagian, antara lain:

 Regional Share adalah merupakan komponen pertumbuhan ekonomi daerah


yang disebabkan oleh faktor luar yaitu: peningkatan kegiatan ekonomi daerah
akibat kebijaksanaan nasional yang berlaku padaseluruh daerah.

 Proportionality Shift (Mixed Shift) adalah komponen pertumbuhan


ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik,
yaitu berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhanya cepat seperti sektor
insutri.
 Differential Shift (Competitive Shift) adalah komponen pertumbuhan
ekonomi daerah karena spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur

pg. 32
pertumbuhan inilah yang merupakan keuntungan kompetitif daerah yang
dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah bersangkutan.

d. Model Neo-klasik

Menurut (Richardson, 1978), kesimpulan dari model ini dikenal sebagai


Hipotesis Neo-klasik yang digambarkan oleh Grafik

Grafik 1. Neo Klasik

Sesuai dengan grafik di atas, hipotesis yang dapat ditarik sebagai


berikut. Pertama, kemajuan teknologi, peningkatan investasi dan
peningkatan jumlah dan tenaga kerja suatu wilayah berhubungan positif
dengan pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Kedua, pada
permulaan proses pembangunan, ketimpangan regional cenderung
meningkat, tetapi setelah titik maksimum bila pembangunan terus
dilanjutkan, maka ketimpangan pembangunan antardaerah akan
berkurang dengan sendirinya.

pg. 33

Anda mungkin juga menyukai