Hal
JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.1.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Kotabaru 1
1.1.2. Pengertian dan Proses Penyusunan RPJPD 2
1.2. Maksud dan Tujuan 3
1.3. Landasan Hukum 4
1.4. Hubungan RPJPD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya. 4
1.5 Sistimatika Penyusunan 5
BAB II. KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH 6
2.1. Kondisi & Analisis. 6
2.1.1. Geomorfologis dan Lingkungan Hidup 6
2.1.2 Demografis 8
2.1.3 Ekonomi dan Sumber Daya Alam 12
2.1.3.1. Makro Ekonomi 12
2.1.3.2. Pertanian 20
2.1.3.2.1. Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan 20
2.1.3.2.2. Kelautan dan Perikanan 34
2.1.3.2.35 Kehutanan 44
2.1.3.3. Industri dan Perdagangan 50
2.1.3.4. Sumbedaya Alam 55
2.1.4. Sosial Budaya dan Agama 57
2.1.5. Prasarana dan Sarana 60
2.1.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 69
2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah 73
BAB III. VISI, MISI & ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 88
3.1. Visi 88
3.2. Misi 89
3.3. Arah Pembangunan Jangka Panjang 90
3.3.1 Arah Umum 90
3.3.1.1 Bidang Sumber Daya Manusia 90
3.3.1.2 Bidang Ekonomi 92
3.3.1.3 Bidang Prasarana dan Sarana 97
3.3.1.4 Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 103
3.3.1.5 Bidang Politik, Pemerintahan dan Hukum 105
3.3.2 Peran Sub Wilayah Pembangunan 109
BAB IV. PENUTUP 111
KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Lampiran
iv
No Judul Lampiran
v
Bab 1 1
Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Bumbu dan Pasir. Pada tahun 1959 (berdasar Undang Undang Nomor 27
tanggal 29 Desember 1959) wilayah Kabupaten Kotabaru mencakup
wilayah tadi dikurangi wilayah Pasir.
Kabupaten Kotabaru telah melakukan berbagai upaya
pembangunan dalam wilayah tersebut diatas selama masa 40 tahun. Mulai
tahun 1999 yaitu sejak keluarnya Undang Undang Nomor 2 Tahun 1999
tentang Otonomi Daerah, Propinsi Kalimantan Selatan yang tadinya
memiliki 11 kabupaten-kota menjadi 13 kabupaten-kota. Kabupaten
Kotabarupun mengalami pemekaran dimana lima dari 20 kecamatan
membentuk kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten tanah Bumbu.
Kabupaten Tanah Bumbu diresmikan pada tanggal 8 April 2003 oleh
Menteri Dalam negeri berdasarkan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2003
tanggal 25 Pebruari 2003. Dengan adanya pemekaran Kabupaten
Kotabaru saat ini memiliki 20 kecamatan.
Kabupaten Kotabaru telah memiliki 13 orang bupati sebagai
kepala daerah yang mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan.
Nama bupati dan periode pemerintahannya adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Nama Nama Bupati Kotabaru
1950-2007
No Nama Bupati Periode Keterangan
1 M.Yamani 1950-1951
2 Abdul Rasjid 1951-1955
3 Iberahim Sedar 1955-1958
4 H.Abdul Muluk 1958-1959
5 H.A.Hudairi 1960-1963
6 Basarindu 1963-1969
7 H.M.Zain Yunan 1969-1969
8 H.Gt.Syamsir Alam 1969-1980
9 N. Sutejo 1980-1985 Masih Hidup
10 H.M.R.Husin 1985-1990 Masih Hidup
11 Tata M.Anwar 1990-1995 Masih hidup
12 MBA Bektam 1995-2000 Masih hidup
13 H.Sjachrani Mataja 2000-sekarang
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM
KABUPATEN KOTABARU
BAB III VISI. MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN
KOTABARU
BAB IV PENUTUP
BAB II
KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM
DAERAH
KEADAAN WILAYAH
Iklim
• Kabupaten Kotabaru memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan.
• Suhu udara yang terjadi pada 2005, paling tinggi mencapai 32,1oC
dan paling rendah 22,5 oC. Keduanya terjadi pada bulan September.
• Jumlah curah hujan pada tahun 2005 yang terendah adalah 94,1 mm
(November) sedangkan tertinggi 359,3 mm (Maret).
• Kecepatan Angin pada 2005 berkisar antara 8/350 knot (Juni) dan
20/350 knot (Januari). Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan
Februari sebesar 29 knot, dan terendah bulan September 12 knot.
• Penyinaran matahari berkisar antara 24% (Desember) - 56%
(September).
ANALISIS
2.1.2. DEMOGRAFI
ANALISIS
Proyeksi Peluang (Demografi)
• Interaksi yang lebih intens dengan dunia yang lebih luas baik
regional maupun internasional membuka peluang terhadap
akses ke sumber-sumber baru yang mungkin lebih baik dan
lebih murah dimana sebelumnya tidak ada.
• Berbagai hasil informasi dan teknologi yang menambah
wawasan dan komitmen bagi pembangunan kesehatan,
pendidikan, ekonomi, budaya, dan spiritual.
Sisi Penawaran
• Kabupaten Kotabaru memiliki berbagai potensi ekonomi baik
sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal yang
tersebar diberbagai wilayah. Sumber daya alam yang ada
meliputi kawasan hutan, tanah atau lahan, bahan tambang dan
mineral, perairan, wilayah kelautan dan kepulauan.
• Dalam enam tahun terakhir, 2000-2005, secara keseluruhan
kemampuan ekonomi dalam menyerap tenaga kerja berjalan
lambat yakni hanya 1,37% pertahun. Sebagian besar sektor
berkecendrungan positif, namun terdapat 2 (dua) sektor yang
Sisi Permintaan
• Indikator kesejahteraan yang sedikit lebih indikatif dari PDRB
adalah PDRB/kap. Dalam beberapa tahun terkhir angka ini
menunjukkaan tingkat yang cukup tinggi. PDRB/kap atas dasar
harga konstan 2000 pada 2003 adalah sebesar Rp.12,89 juta,
2004 Rp.sebesar 14,37% dan pada 2005 sebesar Rp.14,95 juta
sehingga selama rentang 2000-2005 telah naik dengan rata-rata
sebesar 6,38%. Pada tahun 2003 sendiri telah tumbuh sebesar
2,78%, tahun 2004 tumbuh 11,49% dan tahun 2005 tumbuh
dengan 4,02% dari tahun sebelumnya (Lampiran 13).
• Nilai pengeluaran riil perkapita masyarakat Kotabaru cenderung
terus meningkat. Pada tahun 2000 hanya Rp.609.300,- naik
pada 2004 dan 2005 masing-masing menjadi Rp.631.100,- dan
Rp.639.800,-. Hal ini sebagai salah satu komponen membentuk
tingkat IPM yang juga terus naik dari tahun 2004 sebesar 68,2
hingga 2005 menjadi 69,5. Namun peringkat IPM ini ditingkat
propinsi tetap pada urutan 3 (tiga) (Lampiran 13).
• Perkembangan jumlah penduduk miskin terlihat pula cukup
menggembirakan namun berfluktuasi. Pada tahun 2002
penduduk miskin sebanyak 6,60%. Pada 2003 angka ini naik
menjadi 6,83%. Namun sejalan dengan perkembangan ekonomi
yang berhasil dicapai jumlahnya pada 2004 menurun hingga
hanya 6,04% (Lampiran 13).
• Tingkat pendapatan perkapita yang relatif cukup tinggi
merupakan potensi yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi lewat adanya kemampuan daya beli masyarakat melalui
kegiatan konsumsi, tabungan dan Investasi.
• Berdasarkan data simpanan masyarakat dalam berbagai bentuk
di Perbankan selama tahun 2003 tercatat secara rata-rata
sebesar Rp.292.255,21juta atau secara kumulatif sebesar
Rp.3.507.062,-juta. Secara rinci terdiri dari Giro dengan rata-rata
sebesar Rp.103.999,83juta, Deposito dengan rata-rata sebesar
Rp.39.178,93juta, dan Tabungan dengan rata-rata sebesar
Rp.149.076,46juta (Lampiran 14).
• Sementara itu perkembangan kredit dan Valas menurut jenis
penggunaan selama tahun 2003 berjumlah Rp.63.627,-juta terdiri
dari kredit modal kerja Rp.31.491,-juta, kredit Investasi
Rp.8.021,-juta, dan kredit Konsumsi Rp.24.115,-juta (Lampiran
15).
• Kegiatan Investasi dunia usaha Kotabaru dilakukan baik melalui
fasilitas penanaman modal koordinatif maupun dengan inisiatif
pengusaha itu sendiri.
• Kemampuan keuangan pemerintah kabupaten melalui
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terlihat meningkat dengan stabil.
Selama rentang 1996-2005 PAD tumbuh dengan 60,25%
pertahun. Sedangkan pada rentang 2003-2005 (setelah pisah
dengan Tanah Bumbu) pertumbuhannya sebesar 16,79%
(Lampiran 16).
• Secara rinci sumber PAD terdiri dari pendapatan Retribusi, Pajak
Daerah, Laba BUMD, dan Penerimaan Lainnya. Penerimaan
Lainnya yang menyumbang paling besar yakni 57,16% pada
2005, selama 1996-2005 telah tumbuh 181,69%. Pada periode
2003-2005 pendapatan ini hanya tumbuh dengan 25,22%
(Lampiran 16).
• Penyumbang PAD terbesar kedua adalah Pajak Daerah dengan
22,39% pada 2005. Pendapatan ini tumbuh 46,70% pertahun
selama 1996-2005. Akan tetapi pada 2003-2005 ia menurun
dengan rata-rata –(minus)0,33% pertahun. (Lampiran 16).
• Retribusi yang menyumbang 16,55% bagi PAD 2005 tumbuh
sebesar 9,24% pertahun selama periode 1996-2005 dan mampu
tumbuh 28,56% pertahun selama 2003-2005 (Lampiran 16).
• Sedangkan Laba BUMD telihat semakin menurun tingkat
pertumbuhannya. Pada periode 1996-2005 pendapatan ini
tumbuh rata-rata 19,02% dan telah menurun pada rentang 2003-
2005 menjadi –(minus)4,57% (Lampiran 12).
• Pertumbuhan sumber PAD paling pesat selama rentang 2003-
2005 adalah Retribusi (23,23%) disusul Penerimaan Lain
(22,82%). Sumber lainnya, yakni Pajak Daerah dan Laba BUMD
justru turun masing-masing dengan (-)3,08% dan (-)5,05%
(Lampiran 16).
• Dana Perimbangan yang diterima Kotabaru pada 2005 berjumlah
Rp.245.433.597.170,- yang terbagi atas Dana Alokasi Umum
Rp.122.129.000.000,- (49,76%), Dana Alokasi Khusus
Rp.1.509.520.974,- (0,61%), Bagi Hasil Pajak
Rp.32.539.215.729,- (13,26%) dan Bagi Hasil Bukan Pajak
Rp.Rp.89.255.860.467,- (36,37%) (Lampiran 17).
• Selama periode 2003-2005 Dana Perimbangan telah tumbuh
dengan rata-rata 10,14% pertahun. Perkembangan periode ini
menunjukkan DAU dan DAK menurun masing-masing dengan –
ANALISIS
Tanaman Padi
• Perkembangan sektor pertanian sangat didukung oleh potensi daerah
yang agraris dengan sumberdaya lahan sawah seluas 51.384 ha,
dimana yang sudah dimanfaatkan untuk tanaman padi sawah adalah
seluas 8.898 ha atau 17,32 %. Berdasarkan karakteristik potensi
daerah di wilayah Kecamatan Pulau Laut Timur, Pulau Laut Utara,
Pamukan Utara, Pulau Laut Barat dan Kelumpang Selatan merupakan
sentra produksi padi sawah dengan rata-rata produksi 4,24 ton per
hektar. Rata-rata produksi ini lebih tinggi dari rata-rata propinsi 3,43
ton per hektar (Lampiran 19).
• Selain padi sawah, pada daerah dataran tinggi diusahakan juga padi
ladang yang pada tahun 2004 meliputi areal seluas 5.150 ha, dengan
rata produksi 1,97 ton per hektar. Sentra produksi padi ladang berada
di Kecamatan Sungai Durian, Pulau Laut Timur, Pulau Laut Utara,
Kelumpang Hulu, Hampang dan Kelumpang Tengah (Lampiran 20).
• Dari 18 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kotabaru, produksi padi
sawah tertinggi dihasilkan oleh Kecamatan Pulau Laut Timur dengan
jumlah produksi sebesar 13.611 ton atau 32,58% dari total produksi
kabupaten, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pulau Laut Utara dan
Pamukan Utara dengan produksi masing-masing sebesar 6.257 ton
dan 4.086 ton atau 14,98% dan 9,78% dari total produksi padi sawah
Kabupaten Kotabaru (BPS Kotabaru, 2005).
Tanaman Palawija
• Selain padi, pada subsektor tanaman pangan juga terdapat potensi
untuk mengembangkan komoditas palawija, seperti jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubijalar. Dibanding tanaman
palawija lainnya, jagung memiliki potensi besar untuk dikembangkan,
kemudian diikuti oleh komoditas ubikayu, kacang tanah, kedelai,
ubijalar dan kacang hijau.
• Pada tahun 2004 luas areal tanaman jagung mencapai 2.950 ha atau
28,8% dari total luas areal tanam palawija di Kabupaten Kotabaru,
dengan jumlah produksi 6.318 ton dan produktivitas 2,03 ton per
hektar. Produksi jagung terbesar berasal dari Kecamatan Hampang,
yaitu sebesar 3.075 ton atau 48,67% dari total produksi Kabupaten
Kotabaru (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).
• Untuk produksi terbesar komoditas palawija lainnya, yaitu ubikayu
berasal dari Kecamatan Pulau Laut Selatan sebesar 6.000 ton
(16,02%), kacang tanah dari Kecamatan Hampang 412 ton (12,02%),
kedelai dari Kecamatan Kelumpang Tengah 750 ton (28,21%), ubijalar
dari Kecamatan Pamukan Utara 610 ton (12,83%) dan kacang hijau
dari Kecamatan Pulau Laut Utara 75 ton (15,37%) (BPS Kab.Kotabaru,
1996-2005).
• Luas tanam dan luas panen tanaman palawija selama 10 tahun terakhir
mengalami peningkatan yang bervariasi diantara masing-masing
komoditas. Untuk komoditas jagung, luas tanam dan luas panen rata-
rata meningkat sebesar 0,08% dan 29,42%; ubikayu sebesar 9,57%
dan 11,58%; kacang tanah sebesar 3,35% dan 15,24%; kedelai 3,61%
dan 9,54%; ubijalar 8,60% dan 10,13%; kacang hijau 1,61% dan
10,98%. lebih tinggi/meningkat dari tahun 1995 (BPS Kab.Kotabaru,
1996-2005).
• Produksi dan produktivitas tanaman palawija dalam kurun waktu 10
tahun terakhir cukup berfluktuasi, namun secara keseluruhan
mengalami rata-rata pertumbuhan yang menaik setiap tahunnya.
Peningkatan produksi tertinggi dialami oleh jagung (45,69%) dan
terendah adalah ubikayu (12,80%). Sedangkan untuk tingkat
pertumbuhan produktivitas tertinggi dialami juga oleh jagung (6,68%)
dan terendah juga ubikayu (1,09%) (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005,
Kab.Kotabaru dalam Angka Tahun 1995-2004) (BPS Kab.Kotabaru,
1996-2005).
Tanaman Sayuran
• Luas panen tanaman sayuran di Kabupaten Kotabaru pada tahun 2004
seluas 1.297 ha, luas ini relatif kecil bila dibandingkan dengan luas
panen komoditas pangan lainnya, yakni hanya sebesar 3,59% dari luas
total tanaman pangan Kabupaten Kotabaru. Dari beberapa jenis
sayuran yang diusahakan di Kabupaten Kotabaru, yang cukup dominan
dimana luas panennya relatif lebih besar adalah kacang panjang,
terong, sawi, cabe, dan tomat. Kacang panjang memiliki luas panen
terbesar dibanding sayuran lainnya, yakni seluas 294 ha atau 22,67%
Tanaman Buah-buahan.
• Luas areal tanaman buah-buahan pada tahun 2004 adalah 7.326,80
ha. Komoditas buah-buahan yang dominan diusahakan dilihat dari
luas tanaman yang menghasilkan adalah pisang, mangga pulau,
durian, nangka, rambutan, jeruk besar, belimbing dan duku/langsat.
Pisang. memiliki luas areal panen paling besar yakni 1.004,75 ha atau
13,71% dari luas total tanaman buah-buahan di Kabupaten Kotabaru,
kemudian diikuti oleh mangga (12,15%), durian (11,68%), nangka
(11,50%, rambutan (11,45%), jeruk besar (11,11%), belimbing (5,80%)
dan duku/langsat (5,68%). Dilihat dari perkembangan luas panen dan
produksinya, semua jenis komoditas buah-buahan cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
b. Kondisi Perkebunan.
Input Produksi
• Untuk pemenuhan kebutuhan bibit komoditas perkebunan, terutama
bibit karet di Kabupaten Kotabaru dilaksanakan oleh para petani
penangkar yang telah dibina oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
Kegiatan ini sebenarnya sudah mengarah pada kegiatan agribisnis
yakni subsistem agribisnis hulu, sebagai kegiatan ekonomi/industri
yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian. Penggunaan klon
unggul masih terbatas pada klon tertentu saja. Ini disebabkan belum
tersedianya kebun entres dengan klon terbaru sedangkan untuk bibit
kelapa sawit umumnya didatangkan dari luar Kalimantan, yaitu dari
Sumatera Utara.
• Dengan luas lahan perkebunan yang tersedia, bagaimanapun masih
tidak sebanding dengan kemampuan tenaga manusia untuk
mengolahnya. Untuk itu maka peran alat dan mesin pertanian sangat
membantu dalam meningkatkan kemampuan petani. Dalam rangka
pengembangan lahan, untuk tanaman perkebunan dilakukan dengan
pembuatan dan pemeliharaan teras dan rorak.
c. Kondisi Peternakan
Lahan Pengembangan dan Pemanfaatannya
• Pada Sub Sektor Peternakan tersedia lahan penggembalaan/ padang
rumput bagi pengembangan ternak besar seluas 39.621 ha.
• Selama periode tahun 2003–2005 jumlah populasi ternak besar (sapi
dan kerbau) dan ternak kecil (kambing dan babi) maupun ternak
unggas (itik, ayam potong dan ayam buras) cenderung menaik.
Dengan kata lain, secara keseluruhan populasi ternak di Kabupaten
Kotabaru mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu rata-
rata 39,72% per tahun.
• Populasi ternak besar naik dari 17.215 ekor tahun 2003 menjadi
21.897 ekor tahun 2005, atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar
13,60% per tahun, dimana untuk sapi naik rata-rata 14,58% per tahun
dan kerbau 11,98%. Jumlah populasi ternak kerbau lebih dari dua kali
jumlah populasi ternak sapi.
• Populasi ternak kecil selama kurun waktu 2003 – 2005 juga
mengalami kenaikan dari 12.587 ekor menjadi 17.946 ekor, atau
mengalami kenaikan rata-rata 21,29% per tahun, dimana untuk ternak
kambing naik rata-rata 19,57% dan babi 12,99%. Populasi ternak kecil
yang dominan adalah kambing.
• Perkembangan populasi ternak unggas mengalami pertumbuhan yang
terus meningkat setiap tahunnya, dengan laju pertumbuhan mencapai
40,40% per tahun (2003 – 2005). Perkembangan yang paling pesat
terjadi pada ternak ayam ras pedaging atau ayam potong, dari 425.550
ekor menjadi 897.457 ekor (meningkat rata-rata 64,42% per tahun).
Ayam buras juga mengalami peningkatan, yaitu rata-rata 24,84% per
tahun (dari 499.263 ekor menjadi 773.495 ekor). Demikian pula, itik
mengalami kenaikan dari 78.267 ekor menjadi 142.605 ekor (naik
35,21% per tahun) (Lampiran 22).
• Bibit ternak sebagian besar masih tergantung dari luar Kotabaru.
Penyakit Hewan
• Penyakit menular yang dapat dipantau pada hewan/ternak di
Kab.Kotabaru baik secara laboratoris maupun klinis adalah Rabies,
Brucellosis (Kluron menular pada sapi) dengan keadaan negatif,
Penyakit ngorok pada sapi, Parasit Darah, Newcastle Disease
(tetelo pada ayam) yang diduga ada hampir di seluruh Kabupaten
Kotabaru, Fasciolosis (cacing hati). Penyakit Demam Tiga Hari,
Penyakit Kambing, serta penyakit-penyakit lain pada unggas.
• Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan melalui vaksinasi,
eliminasi dan pengobatan sudah banyak dilakukan oleh Dinas
Peternakan dan Perikanan, akan tetapi masih belum optimal.
Pengendalian ini juga sangat tergantung pula pada pemeliharaan yang
dilakukan peternak dan lingkungannya.
ANALISIS
tangkap pancing dan purse saine (gae). Sedangkan untuk jenis alat
tangkap lainnya relatif tetap, bahkan terjadi kenaikan jumlah bagan
tancap (84,78%) dan pancing tonda (100%). Hal ini menunjukkan
bahwa meskipun secara keseluruhan jumlah alat tangkap cenderung
menurun, tetapi jumlah alat tangkap kapasitas besar mengalami
kenaikan. Pada usaha penangkapan udang jumlah kapal penangkap
mengalami peningkatan.
• Jumlah armada penangkapan ikan berdasarkan ukuran pada tahun
2004, yaitu sebanyak 2.024 Kapal Motor berukuran dibawah 5 GT,
589 Kapal Motor berukuran antara 5 – 10 GT, 123 Kapal Motor
berukuran 10 – 20 GT, 259 Perahu Motor dan 251 Perahu Tanpa
Motor. Banyaknya kapal motor yang berukuran dibawah 5 GT, perahu
motor dan perahu tanpa motor yang digunakan, mencirikan operasi
penangkapan ikan dilakukan oleh nelayan Kabupaten Kotabaru
berada pada perairan dangkal atau berkutat pada Jalur Ia (0 – 3 mil
laut) dan Jalur Ib (3 – 6 mil laut).
• Perikanan Kabupaten Kotabaru sebagaimana perikanan Indonesia
yang masih sangat tergantung dengan produksi ikan hasil tangkapan
di laut yang berhadapan dengan isu strategis dan aktualnya yaitu over
fishing dan under fishing, kerusakan habitat, mutu hasil tangkapan,
IUU fishing (Illegal, un-reported and un-regulated fishing), dan
penjualan ikan di laut.
Lahan Pengembangan
• Secara administratif, Kabupaten Kotabaru --disamping Tanah Bumbu,
Tanah laut, Banjar dan Barito Kuala--memiliki hak pengelolaan wilayah
laut. Dibanding dengan keempat kabupaten tersebut, Kabupaten
Kotabaru bersifat spesifik yaitu memiliki banyak pulau kecil dengan
berbagai karakteristiknya. Dalam perkembangannya wilayah ini
menjadi pusat kegiatan ekonomi, terutama dibidang transportasi laut,
pariwisata dan perikanan.
• Luas wilayah daratan mencapai kurang lebih 9.422,73 km2, termasuk
pulau-pulau kecil. Luas laut sekitar 38.490 km2 dengan panjang garis
pantai sekitar 825 km.
• Jika dihubungkan antara panjang garis pantai dengan wewenang
pengelolaan atas laut oleh kabupaten (sejauh 4 mil dari garis pantai),
maka luasan potensi laut seakan tidak signifikan. Akan tetapi karena
kotabaru adalah kabupaten kepulauan di Provinsi Kalimantan Selatan
maka selain memiliki wilayah pesisir dan laut, juga memiliki sejumlah
pulau kecil di dalam wilayah administrasinya. Pulau yang dimiliki
Kotabaru berjumlah 90 dengan pengelompokkan pulau yang
ANALISIS
2.1.3.2.3. KEHUTANAN
KONDISI SAMPAI SAAT INI
• Luas hutan di Kabupaten Kotabaru sangat dominan. Luas hutan di
Kalimantan Selatan berdasarkan SK Menhut Nomor 453 tahun 1999
adalah 1,8 juta ha dan berdasarkan RTRWP 2000 1,6 juta ha.
Kawasan hutan Kalimantan Selatan tersebut lebih seperempatnya
berada di Kabupaten Kotabaru.
• Luas kawasan hutan Kotabaru berdasarkan RTRWK 2002 adalah
450.679 ha, luas ini paling kecil dibandingkan luas kawasan hutan
berdasarkan SK Menhut dan RTRWP 2000, masing-masing 544.997 ha
dan 515.477 ha.
• Luas kawasan hutan berdasarkan RTRWK 2002 tersebut di atas, dibagi
ke dalam beberapa fungsi hutan, yaitu hutan lindung 181.153 ha, hutan
produksi terbatas 11.385 ha, hutan produksi tetap 250.578 ha, dan
hutan konversi 1.563 ha.
• Sampai saat ini belum diperoleh data berapa luas areal yang telah
dieksploitasi dan lahan kritis.
ANALISIS
ANALISIS
ANALISIS
ANALISA
Transportasi
• Panjang jalan di Kab.KOTABARU tahun 2005 adalah 1.074,247 Km
terdiri dari Jalan Negara 148,000 Km (13,78%), Jalan Provinsi
134,200 Km (12,49%), Jalan Kabupaten 792,047 Km (73,73%)
(Lampiran 32).
• Jalan Negara adalah jalan yang menghubungkan antara ibukota
propinsi kondisi jaringan jalan negara di Kabupaten KOTABARU
tahun 2005 sepanjang 148,000 Km dalam keadaan Baik 56,75 Km
(38,34%), Sedang 29,5 Km (19,93%), rusak berat 24,500 Km
(16,55%) dan rusak 37,250 Km (25,17%), yang seharusnya
merupakan wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat /
Negara. (Lampiran 32)
• Jalan Provinsi adalah jalan yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan ibukota kabupaten dan antar ibukota Kabupaten. Kondisi
jaringan jalan provinsi di Kabupaten KOTABARU tahun 2005
sepanjang 134,200 Km dalam keadaan Baik 38,35 Km (28,57%),
Sedang 48,95 Km (36,48%), rusak berat 26,400 Km (19,67%) dan
rusak 20,500 Km mencapai (15,28%), yang seharusnya merupakan
wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Provinsi. (Lampiran
32)
• Jalan Kabupaten adalah jalan yang menghubungkan antar ibukota
Kabupaten dan Lokal Primer/ibukota Kecamatan. Kondisi jaringan
jalan Kabupaten di Kabupaten KOTABARU tahun 2005 sepanjang
792,047 Km dalam keadaan Baik 187,82 Km (23,71%), Sedang
295,06 Km (37,25%), rusak berat 184,65 Km (23,31%) dan rusak
126,515 Km (15,97%), yang seharusnya merupakan wewenang dan
tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten. (Lampiran 32)
Perumahan/Permukiman
Lahan yang digunakan untuk permukiman sampai dengan tahun 2005
adalah 9.679 Ha, lokasi permukiman terbesar berada di 2 Kecamatan
yakni Pulau Laut Utara dan Kelp. Selatan yakni 1.562 Ha. Di Pulau
Laut Utara terdapat 71.077 penduduk (27,73%) lahan permukiman
Kesehatan
Tahun 2005, di Kabupaten Kotabaru terdapat 1 buah Rumah Sakit ,
22 buah Puskesmas, 69 buah Puskesmas Pembantu, 3 buah Apotik,
20 buah toko obat, 12 buah Balai pengobatan, 397 buah posyandu,
39 orang dokter, 95 orang Bidan serta 70 orang tenaga medis lainnya.
(Lampiran 36)
Energi
Potensi energi yang cukup besar adalah batubara dengan potensi ±
700 juta ton (termasuk kabupaten tanah bumbu) (RIPPDA,2006)
Pendidikan
Tahun 2005, terdapat 109 buah sekolah TK baik negeri maupun
swasta, SD 245 buah sekolah terdapat 620 ruang kelas kondisi baik,
369 ruang kondisi Rusak Berat, SMP 54 buah, SMA 23 buah
(Lampiran 37-40).
Dari tingkat SD – SMP sudah tersedia hampir disemua kecamatan,
tingkat SMA belum tersedia di Pulau Sembilan, Pulau Laut Tengah,
Kelumpang Barat, Hampang, Sungai Durian, Kelumpang Tengah,
Kelumpang Utara, dan Pamukan Selatan. (BPS, 2005)
Telematika
• Jumlah produksi pulsa tahun 2003 di Kabupaten Kotabaru terdiri dari
domestik 4.297.567 dan SLJJ 57.236.119. (Lampiran 41).
• Adanya Radio Siaran Pemerintah Daerah Kabupaten yang
diharapkan sebagai sarana penyebaran informasi.
• Pemanfaatan internet masih terbatas pada instansi-instansi
pemerintah dan swasta dengan skala besar seperti PT.Arutmin dan
beberapa perusahaan Batubara, sementara masyarakat umumnya
hanya yang berada dikawasan perkotaan.
Sarana Peribadatan
• Tahun 2005, terdapat 248 buah Mesjid, 338 buah Musholla, 29 buah
Gereja, 7 buah Pura, dan 4 buah Vihara. (Lampiran 42)
Listrik
• Kebutuhan listrik di Kabupaten KOTABARU dilayani dengan sistem
Kotabaru yang merupakan bagian dari sistem Kalimantan Selatan,
Analisis
Proyeksi Peluang (Prasarana dan Sarana)
Transportasi
• Peningkatan aktivitas perekonomian penduduk membutuhkan
penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang lebih baik dan
lebih banyak.
• Memungkinkan keterlibatan dunia usaha swasta dan masyarakat
dalam pengelolaan lapangan udara.
• Pengoperasian lapangan terbang dengan kapasitas yang lebih
banyak, sehingga aksesibilitas ke dan dari wilayah Kotabaru menjadi
semakin baik apalagi dengan rusaknya beberapa ruas jalan negara
dan propinsi dibeberapa Kabupaten yang dilalui. Pendangkalan alur
di muara Banjar memberikan peluang yang besar untuk
pembangunan pelabuhan samudra di Kabupaten Kotabaru.
• Kedalaman laut yang memungkinkan untuk berlabuhnya kapal-kapal
bermuatan besar.
• Banyaknya pulau-pulau yang terpisah oleh laut yang membutuhkan
transportasi laut.
• Peluang investasi dengan adanya infrastruktur transportasi yang baik.
Perumahan/Permukiman
• Peruntukan lahan untuk kawasan permukiman yang terencana
(RTRWK)
• Memungkinkan adanya keterlibatan dunia usaha swasta dan
masyarakat dalam penyediaan perumahan dan fasilitas
pendukungnya.
• Kebijakan Menteri Perumahan dengan program Pembangunan rumah
sehat, memungkinkan tersedianya hunian berkualitas (bagi
masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah).
• Meningkatnya kepedulian terhadap sanitasi dasar melalui perilaku
hidup bersih dan sehat dalam rangka mencapai Indonesia Sehat
2010.
• Meningkatnya kepedulian masyarakat, kualitas pengelolaan, dan
keterlibatan swasta dan masyarakat dalam mengelola persampahan.
Listrik
• Terbukanya kemungkinan untuk pihak swasta dan Pemerintah
Kabupaten untuk terlibat dalam penyediaan ketenagalistrikan dengan
dikeluarkannya UU No.003 tahun 2005 tentang Investasi swasta dan
Pemerintah daerah.
• UU No.009 tahun 2005 tentang Pembelian Tenaga Listrik dan sewa
menyewa.
Transportasi
• Topografi wilayah Kabupaten Kotabaru yang terpisah pulau-pulau
memerlukan investasi yang tinggi.
• Gundulnya kawasan hutan yang merusak daerah tangkapan air
(catchment area) ketika musim hujan sering mengakibatkan banjir
dan merusak jalan.
Perumahan/Permukiman
• Keterbatasan sumber air baku dan kapaitas produksi PDAM yang
sudah maksimal hanya mampu memberikan cakupan layanan
sebesar 17,31% untuk sambungan rumah dan untuk sambungan kran
umum/MCK
• Bila musim hujan yang diikuti air laut pasang pada kawasan dataran
rendah /bantaran sungai terjadi banjir.
Listrik
Ketergantungan penyediaan listrik kepada BBM yang semakin hari
jumlahnya semakin berkurang dan biaya pengolahan listrik yang
semakin mahal.
Transportasi
• Mayoritas jalan darat di Kabupaten masih berupa tanah 200,350 Km
(23,65%) dan kerikil 300,150 Km (35,43%) yang sensitip pada
perubahan cuaca.
• Semakin tingginya angka kerusakan Jalan dan Jembatan Kabupaten
. Jalan rusak berat 184,65 Km (23,31%) dan rusak 126,515 Km
(15,97%), Jembatan dari 178 buah yang Rusak 81 buah dan Rusak
berat 12 buah.
• Kurangannya alat-alat berat untuk perbaikan dan pembuatan jalan
yang dimiliki oleh dinas Pekerjaan Umum.
• Belum memiliki terminal kota yang sesuai dengan standar
Operasional Belum disyahkannya Perda Timbangan Fortable sebagai
payung hukum pelaksanaan di Lapangan.
• Terbatasnya landasan pacu bandara sehingga saat ini hanya bisa
melayani pesawat-pesawat berbadan kecil (kapasitas penumpang 18
orang).
• Kondisi pelabuhan-pelabuhan laut di kota-kota Kecamatan masih
memprihatinkan.
• Rendahnya mutu pelayanan laut.
• Besarnya dana yang harus disediakan untuk melakukan perawatan,
perbaikan, dan pembangunan prasarana dan sarana transportasi.
Perumahan/Permukiman
• Fasilitas untuk penyediaan air bersih sudah dipergunakan secara
maksimal sehingga bila ada peningkatan permintaan air bersih tidak
bisa dilayani secara optimal.
• Peningkatan kebutuhan akan rumah terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk sebesar 2,82% pertahun untuk semua jenis
kavling rumah (Besar, Sedang, dan Kecil) memerlukan dana investasi
yang tinggi.
• Fasiltas untuk perumahan/permukiman berupa ruang terbuka hijau di
pusat kota masih belum memadai., fasilitas peribadatan, Fasum,dan
fasilitas perekonomian
Listrik
Kondisi wilayah KOTABARU yang relatif bergunung-gunung dan
terpisah pulau-pulau mengakibatkan kerapatan beban rendah
sehingga untuk pembangunan jaringan PLN membutuhkan dana yang
relatif tinggi sementara dihadapkan pada masalah klasik yakni
keuangan (terbatasnya dana investasi)
Transportasi
• Mengupayakan sumber-sumber dana yang didapat dari masyarakat
pengguna jasa agar dapat digunakan untuk membiayai rehabilitasi
dan pemeliharaan infrastruktur (ear marking).
• Perpanjangan landasan pacu bandara sehingga dapat didarati
pesawat berbadan besar.
• Tingginya aktivitas bongkar muat di beberapa Pelabuhan laut
memungkinkan semakin besar masukan bagi PAD.
• Terbukanya kesempatan berusaha bagi beberapa Kecamatan yang
masih terisolir dengan terbangunnya jaringan jalan dan pembangunan
pelabuhan yang representatif.
Perumahan/Permukiman
• Adanya kemandirian penduduk untuk membangun perumahan yang
sehat dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian.
• Penyediaan kawasan pemukiman yang terencana dengan baik
memungkinkan terlaksananya pembangunan perumahan yang sehat.
• Tersedianya fasilitas untuk perumahan/permukiman berupa ruang
terbuka hijau , fasilitas peribadatan, Fasum,dan fasilitas
perekonomian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang baik.
Listrik
• Tingginya angka pertumbuhan pelanggan diamati dalam 10 tahun
terakhir diketahui rata-rata pertumbuhan pelanggan 0,92% atau 25
pelanggan/tahun.
• Energi surya atau energi alternatif lainnya untuk pembangkit listrik
ANALISA
Tabel 2
Kelautan Dan Perikanan Terbangun 2007 – 2026
PREDIKSI 2007 – 2011 2012 - 2016 2017 - 2021 2022 – 2026
Pertumbuhan 6,9 % - 7,5% 9% 10% 10%
Sumber Daya Ikan Kuota penangkapan Posisi optimum Posisi optimum Posisi optimum
dan Lingkungan posisi MSY
Konservasi
Daerah Penegakan hukum Pengaturan Pengaturan Pengaturan
Penangkapan berbasis kelautan dan
(fishing ground) perikanan
Pengaturan/pembatasa
n daerah penangkapan
Sumber Daya Pendidikan dan Penguasaan IPTEK Kualitas Kualitas aparat,
Manusia dan ketrampilan aparat, dan Informasi aparat, nelayan,
Kelembagaan nelayan, pembudidaya Kemampuan dan nelayan, pembudidaya
ikan ketrampilan pembudidaya dan pelaku
Penguatan nelayan dan pelaku usaha.
Kelembagaan menangkap ikan di usaha.
(pengelolaan dan lepas pantai
pengawasan) Mantapnya
Rencana Pengelolaan pengawasan dan
Perikanan pengendalian
penangkapan ikan
Perikanan Tangkap
Perairan Laut Pelabuhan Khusus Industri Industri Industri berbasis
Sarana prasarana penangkapan lepas berbasis bisnis perikanan
penangkapan pantai perikanan
Pengaturan jenis dan tangkap :
jumlah alat tangkap Industri
(tradisional dan penangkapan
modern) (termasuk ikan
Mutu hasil tangkapan hias)
dan pemasaran. Industri
Perairan Umum Pembatasan jumlah alat Usaha skala rumah pengolahan
tangkap tangga ikan
Perikanan Budidaya
Perairan Laut Sarana prasarana Usaha skala rumah Industri Industri berbasis
budidaya laut tangga berbasis bisnis perikanan
Usaha skala rumah Usaha skala perikanan
tangga dan industri budidaya :
pengembangan (manufactur) Industri ikan
intensifikasi dan mutu hias
Perairan Payau Sarana prasarana Usaha skala rumah Industri
budidaya tambak tangga pembenihan
Revitalisasi usaha Industri
tambak potensial budidaya ikan
(termasuk 50% tambak Industri
tidur) pengolahan
Normalisasi lahan ikan
tambak
Perairan Umum Sarana prasarana
(Tawar) budidaya kolam
Usaha RT dan
pengembangan
intesifikasi mutu
*) industri adalah kumpulan usaha kegiatan sejenis
BAB III
VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN KOTABARU
3.1. VISI
3.2. MISI
Tabel 3
Sasaran Pembangunan SDM Kab. Kotabaru 2007 – 2026
Indikator
Tahap
Pendidikan Harapan IPM Sosbud Agama
Hidup
I Terpenuhinya 65 thn 72 Tersedianya
(2007-2011) wajib belajar 9 thn wadah
pengembangan
II Terpenuhinya 66 thn 74 Optimalnya
(2012-2016) wajib belajar 12 wadah
thn pengembangan
III Terpenuhi tenaga 68 thn 77 Terkendalinya
(2017-2021) profesional konflik & PMKS
IV Terpenuhi tenaga 70 thn 80 Terkendalinya
(2022-2026) profesional dgn konflik & PMKS
strata tinggi
(2) Terciptanya efisiensi dan efektifitas dalam sistem distribusi yang dapat
menjamin kepastian berusaha dengan berbagai kebijakan yang pada
dasarnya dapat mendorong :
a. Perluasan kesempatan berusaha secara adil termasuk untuk
mendapatkan akses pada sumberdaya ekonomi
b. Terujudnya sistem tata niaga yang kondusif tanpa tumpang tindih
regulasi
c. Persaingan yang sehat dan perlindungan yang layak bagi KUKM
Tabel 4
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Menurut Sektor
Kab. Kotabaru 2007 - 2026
Tabel 5
Sasaran Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB
Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 (%)
Tahap I (2007-2011) :
• teridentifikasinya potensi sumberdaya alam pada daerah yang
sudah lama diperkirakan menyimpan kandungan dalam jumlah
besar.
• terimplementasinya sebagian tata ruang secara fungsional
• semakin luasnya rehabilitasi hutan dan lahan kritis.
• terbentuknya kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan
hidup terutama pada kalangan generasi muda
• diberlakukannya secara bertahap pelaksanaan hukum yang
mendukung upaya pelestarian lingkungan hidup.
• Teridentifikasinya hutan dan lahan yang berkaitan dengan hak
ulayat.
• Semakin tertatanya pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan
pertambangan
Tahap II (2012-2016):
• tersusunnya base line data yang reliabel untuk semua
sumberdaya alam
• terpenuhinya rehabilitasi hutan dan lahan
Tahap IV (2022-2026):
• dapat dipertahankannya pemanfaatan sumberdaya alam sesuai
prinsip MSY yang selaras dengan kelestarian lingkungan hidup.
• tegaknya hukum tanpa diskriminasi bagi setiap pelanggaran akan
ketentuan pelestarian hutan dan lingkungan hidup .
• terpeliharanya kualitas lingkungan hidup sesuai standar yang
berlaku.
WILAYAH
Berdasarkan pendekatan
potensi sumberdaya alam
PERTANIAN KEHUTANAN PERIKANAN PERTAMBANGAN
Pangan Rehabilitasi Tangkap Batubara
• PL Utara • P Laut • PLaut B,U,T,S • P Laut
• PL Barat • P Sebuku • P Sebuku • P Sebuku
• PL Timur • P Sembilan • Kpg Tengah
• Klpg Utara • Klpg U+S • Klpg Selatan
• Pamukan Sel
• Sampanahan
BD Per-Umum
• PL B+T+S
• Klpg U,T,S,H
• Pamkn U+S
• Sampanahan
INDUSTRI dan
PERDAGANGAN didukung dengan
• Klpg Hulu (Tajun) Infra struktur
• Mekar Putih Struktur
• Kotabaru Supra Struktur
menuju
BAB IV
PENUTUP
BAPPEDA & BPS KOTABARU, 2002, Analisis situasi ibu dan anak tahun 2001
BAPPEDA & BPS KOTABARU, 2004, Analisis situasi ibu dan anak tahun 2003
BAPPEDA & BPS KOTABARU, 2005, Analisis situasi ibu dan anak tahun 2004
BAPPEDA KOTABARU, 2000, Data dan analisa penyusunan revisi RTRK
BAPEDA & DIREKTORAT TATA LINGKUNGAN GEOLOGI DAN KAWASAN
PERTAMBANGAN KOTABARU, 2005, Laporan Akhir Perencanaan Tata
Ruang & Pengelolaan Lingkungan Kota Alternatif Sebelimbing Kab. Kotabaru
Kalimantan Selatan Berdasarkan Aspek Geologi Lingkungan.
BAPEDA KOTABARU, 2004, Monografi desa Kec. P. Laut Utara
BPS KOTABARU, 1996, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1995
BPS KOTABARU, 1997, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1996
BPS KOTABARU, 1998, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1997
BPS KOTABARU, 1999, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1998
BPS KOTABARU, 2000, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1999
BPS KOTABARU, 2001, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2000
BPS KOTABARU, 2002, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2001
BPS KOTABARU, 2003, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2002
BPS KOTABARU, 2004, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2003
BPS KOTABARU, 2005, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2004
BPS KOTABARU, 2003, Indeks Pembangunan Manusia Kotabaru tahun 2002
BPS KOTABARU, Ikhtisar statistik Kabupaten Kotabaru
BPS KOTABARU, 1996, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1995
BPS KOTABARU, 1997, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1996
BPS KOTABARU, 1998, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1997
BPS KOTABARU, 1999, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1998
BPS KOTABARU, 2000, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1999
BPS KOTABARU, 2001, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2000
BPS KOTABARU, 2002, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2001
BPS KOTABARU, 2003, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2002
BPS KOTABARU, 2004, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2003
BPS KOTABARU, 2005, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2004
BPS KOTABARU, 2006, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2005
BPS KOTABARU, 1996, PDRB 1993 - 1995
BPS KOTABARU, 1997, PDRB 1994 – 1996
BPS KOTABARU, 1999, PDRB 1996 – 1998
BPS KOTABARU, 2002, PDRB 1999 – 2001
BPS KOTABARU, 2003, PDRB 2000 – 2002
BPS KOTABARU, 2004, PDRB 2001 – 2003
BPS KOTABARU, 2005, PDRB 2002 – 2004
BPS & PEMERINTAH KAB. KOTABARU, 2004, Peta Ketenagakerjaan Kab.
Kotabaru Tahun 2004
BPS KOTABARU, 1998, Potensi Desa Kec. kelumpang Utara
DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2001, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2000