Anda di halaman 1dari 118

DAFTAR ISI

Hal
JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.1.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Kotabaru 1
1.1.2. Pengertian dan Proses Penyusunan RPJPD 2
1.2. Maksud dan Tujuan 3
1.3. Landasan Hukum 4
1.4. Hubungan RPJPD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya. 4
1.5 Sistimatika Penyusunan 5
BAB II. KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH 6
2.1. Kondisi & Analisis. 6
2.1.1. Geomorfologis dan Lingkungan Hidup 6
2.1.2 Demografis 8
2.1.3 Ekonomi dan Sumber Daya Alam 12
2.1.3.1. Makro Ekonomi 12
2.1.3.2. Pertanian 20
2.1.3.2.1. Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan 20
2.1.3.2.2. Kelautan dan Perikanan 34
2.1.3.2.35 Kehutanan 44
2.1.3.3. Industri dan Perdagangan 50
2.1.3.4. Sumbedaya Alam 55
2.1.4. Sosial Budaya dan Agama 57
2.1.5. Prasarana dan Sarana 60
2.1.6. Politik, Pemerintahan dan Hukum 69
2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah 73
BAB III. VISI, MISI & ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 88
3.1. Visi 88
3.2. Misi 89
3.3. Arah Pembangunan Jangka Panjang 90
3.3.1 Arah Umum 90
3.3.1.1 Bidang Sumber Daya Manusia 90
3.3.1.2 Bidang Ekonomi 92
3.3.1.3 Bidang Prasarana dan Sarana 97
3.3.1.4 Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 103
3.3.1.5 Bidang Politik, Pemerintahan dan Hukum 105
3.3.2 Peran Sub Wilayah Pembangunan 109
BAB IV. PENUTUP 111
KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nama Nama Bupati Kotabaru 1950-2007 2

Tabel 2 Kelautan Dan Perikanan Terbangun 2007 – 2026 81

Tabel 3 Sasaran Pembangunan SDM` Kab. Kotabaru 2007 – 2026 91

Tabel 4 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Menurut Sektor


Kab. Kotabaru 2007 – 2026 95

Tabel 5 Sasaran Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB


Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 (%) 96

Tabel 6 Sasaran Indikator Makro dan Kesejahteraan


Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 97

Tabel 7 Sasaran Indikator Sarana dan Prasarana


Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 99

iii
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 TOTAL PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KOTABARU TAHUN 1996 -2005


2 KEPADATAN PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTABARU TAHUN 2004 -2005
TOTAL PENDUDUK KOTABARU MENURUT KELOMPOK UMUR 1996, 1997, DAN
3 2004
TENAGA KERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA KOTABARU 1996 -
4 2005
5 ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM)
MENURUT JENJANG PENDIDIKAN DI KOTABARU 2005/2006
6 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) 2004-2005 TIAP KABUPATEN DI KALSEL
7 KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KOTABARU 1996 – 2005
8 JUMLAH UNIT USAHA SEKTOR INDUSTRI KABUPATEN KOTABARU1995 - 2005
9 JUMLAH KOPERASI KABUPATEN KOTABARU 1995 - 2005
10 NILAI PDRB DAN PERTUMBUHANNYA KABUPATEN KOTABARU 2000 – 2005
11 DISTRIBUSI SEKTORAL PDRB KAB KOTABARU 2001-2003
12 DISTRIBUSI SEKTORAL PDRB KAB KOTABARU 1995 -2005
13 BEBERAPA INDIKATOR MAKRO DAN KESEJAHTERAAN KAB KOTABARU 1996 -2005
14 PERKEMBANGAN SIMPANAN MASYARAKAT KAB KOTABARU 2003
PERKEMBANGAN KREDIT DAN VALAS MENURUT PENGGUNAAN DI KOTABARU
15 2003
16 NILAI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KAB KOTABARU 1995 -2005
17 NILAI DANA PERIMBANGAN YANG DITERIMA KAB KOTABARU 1996 – 2005
18 NILAI EKSPOR MENURUT JENIS BARANG (Rp) KAB KOTABARU 1995 -2005
19 LUAS TANAM, RUSAK, PANEN, PRODUKSI DAN RATA-RATA PRODUKSI TANAMAN
PADI SAWAH KAB KOTABARU 1995 -2005
20 LUAS TANAM, RUSAK, PANEN, PRODUKSI DAN RATA-RATA PRODUKSI TANAMAN
PADI LADANG KAB KOTABARU 1995 -2005
21 PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT PER JENIS PENGUSAHAAN KAB KOTABARU
1995 -2005
22 POPULASI PETERNAKAN KAB KOTABARU 1995 -2005
23 TINGKAT PRODUKSI KOMODITI TERNAK KOTABARU 1995 -2005
24 TINGKAT KONSUMSI KOMODITI TERNAK KAB KOTABARU 1995 -2005
25 JUMLAH UNIT USAHA SEKTOR INDUSTRI KAB KOTABARU 1995 -2005
26 PRODUKSI SEKTOR INDUSTRI KAB KOTABARU 1995 -2005
27 INVESTASI SEKTOR INDUSTRI KAB KOTABARU 1995 -2005
28 JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI KAB KOTABARU 1995 -2005
29 NILAI EKSPOR MENURUT JENIS BARANG (Rp) KAB KOTABARU 1995 -2005
30 VOLUME EKSPOR MENURUT JENIS BARANG (Rp) KAB KOTABARU 1995 -2005
31 SARANA AIR BERSIH KAB KOTABARU 1995 -2005
32 KONDISI JALAN BERDASARKAN JENIS PERMUKAAN MENURUT KELAS JALA KAB
KOTABARU 1995 -2005
33 JUMLAH KENDARAAN BERDASARKAN GOLONGAN KAB KOTABARU 1995 -2005
34 JUMLAH DAN KONDISI JEMBATAN KAB KOTABARU 2005
35 JUMLAH SARANA KESEHATAN KAB KOTABARU 1995 -2026
36 JUMLAH SEKOLAH TK di KOTABARU 1995 -2005
37 JUMLAH SEKOLAH SD di KOTABARU 1995 -2005
38 JUMLAH SEKOLAH SMP di KOTABARU 1995 -2005
39 JUMLAH SEKOLAH SMA di KOTABARU 1995 -2005
40 PRASARANA TELEKOMUNIKASI (TELKOM) KAB KOTABARU 1995 -2005
41 SARANA PERIBADATAN KAB KOTABARU 1995 -2005
42 DATA KELISTRIKAN KAB KOTABARU 1995 -2005

iv
No Judul Lampiran

43 JUMLAH PEGAWAI MENURUT PENDIDIKAN KAB KOTABARU 1995 -2005


44 PDRB MENURUT SEKTOR KAB KOTABARU 2000 – 2026
45 PDRB SEKTOR PERTANIAN MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026
PDRB SEKTOR PERTAMBANGAN MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 –
46 2026
47 PDRB SEKTOR INDUSTRI MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026
PDRB SEKTOR GAS, AIR, DAN LISTRIK MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU
48 2006 – 2026
49 PDRB SEKTOR BANGUNAN MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026
PDRB SEKTOR PERDAGANGAN MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 –
50 2026
PDRB SEKTOR TRANSPORTASI &KOMUNIKASI PER SUBSEKTOR KAB KOTABARU
51 2006 – 2026
52 PDRB SEKTOR BLKBB MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU 2006 – 2026
PDRB SEKTOR JASA DAN LK LAINNYA MENURUT SUBSEKTOR KAB KOTABARU
53 2006 – 2026
54 PERDIKSI KEBUTUHAN JALAN DAN JEMBATAN
55 PERKIRAAN KEBUTUHAN AIR BERSIH
56 PERKIRAAN KEBUTUHAN LISTRIK
57 PERKIRAAN KEBUTUHAN JUMLAH SARANA DAN LAHAN

v
Bab 1 1
Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

1.1.1. SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA KABUPATEN


KOTABARU

Pada tahun 1905 Belanda mulai menapakkan kakinya di Pulau


Laut dimana wilayah ini sebelumnya sudah berdiri Kerajaan Kusan.
Penjajahan Belanda atas Pulau Laut ini merupakan akhir dari kekuasaan
Raja Pulau Laut. Kekuasaan Belanda atas Pulau Laut juga berakhir
setelah Jepang berhasil mengalahkan mereka pada tahun 1945. Pada
tahun itu pulalah rakyat didaerah Kalimantan Tenggara ini melakukan
perjuangan kemerdekaan sampai dengan Bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Salah satu tanda betapa heroiknya perjuangan rakyat diwilayah
Kalimantan Tenggara ini adalah sejarah pertempuran 7 Pebruari 1946 di
Pagatan dimana banyak putra bangsa yang berguguran dalam
mempertahankan harga diri sebagai sebagai sebuah bangsa. Rakyat
melawan dengan sengit terhadap Belanda yang mencoba memecah belah
bangsa dengan mendirikan pemerintahan dengan nama Dewan
Kalimantan Tenggara dan lanschap lanchapnya. Rakyat, terutama
pemudanya, bersatu padu untuk merealisasikan keinginan mereka untuk
bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan ini
memperoleh hasil dengan keluarnya Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 4 April 1950 dimana intinya adalah Kalimantan
Tenggara merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia.
Pada tanggal 29 Juni 1950 melalui Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor C17/15/3 daerah Kabupaten
Tenggara diubah statusnya menjadi salah satu kabupaten dalam wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan dengan nama Kabupaten Kotabaru yang
dipimpin oleh Bupati Muhammad Yamani. Selanjutnya pada tanggal 30
Juni 1950 Pemerintah Pusat mengeluarkan peraturan pembentukan
Lembaga legislatif dengan nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) yang berlaku untuk seluruh daerah Republik Indonesia.
Wilayah Kabupaten Kotabaru pada mulanya (berdasar Undang
Undang Nomor 3 Tahun 1950) mencakup kewedanaan Pulau Laut, Tanah

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 1 2
Pendahuluan

Bumbu dan Pasir. Pada tahun 1959 (berdasar Undang Undang Nomor 27
tanggal 29 Desember 1959) wilayah Kabupaten Kotabaru mencakup
wilayah tadi dikurangi wilayah Pasir.
Kabupaten Kotabaru telah melakukan berbagai upaya
pembangunan dalam wilayah tersebut diatas selama masa 40 tahun. Mulai
tahun 1999 yaitu sejak keluarnya Undang Undang Nomor 2 Tahun 1999
tentang Otonomi Daerah, Propinsi Kalimantan Selatan yang tadinya
memiliki 11 kabupaten-kota menjadi 13 kabupaten-kota. Kabupaten
Kotabarupun mengalami pemekaran dimana lima dari 20 kecamatan
membentuk kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten tanah Bumbu.
Kabupaten Tanah Bumbu diresmikan pada tanggal 8 April 2003 oleh
Menteri Dalam negeri berdasarkan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2003
tanggal 25 Pebruari 2003. Dengan adanya pemekaran Kabupaten
Kotabaru saat ini memiliki 20 kecamatan.
Kabupaten Kotabaru telah memiliki 13 orang bupati sebagai
kepala daerah yang mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan.
Nama bupati dan periode pemerintahannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1
Nama Nama Bupati Kotabaru
1950-2007
No Nama Bupati Periode Keterangan
1 M.Yamani 1950-1951
2 Abdul Rasjid 1951-1955
3 Iberahim Sedar 1955-1958
4 H.Abdul Muluk 1958-1959
5 H.A.Hudairi 1960-1963
6 Basarindu 1963-1969
7 H.M.Zain Yunan 1969-1969
8 H.Gt.Syamsir Alam 1969-1980
9 N. Sutejo 1980-1985 Masih Hidup
10 H.M.R.Husin 1985-1990 Masih Hidup
11 Tata M.Anwar 1990-1995 Masih hidup
12 MBA Bektam 1995-2000 Masih hidup
13 H.Sjachrani Mataja 2000-sekarang

1.1.2. PENGERTIAN DAN PROSES PENYUSUNAN RPJP DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah


merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 20 (dua puluh) tahun. RJPJ ini selanjutnya akan digunakan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 1 3
Pendahuluan

sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka


Menengah (RPJM) Daerah untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahunan.
RJPJ ini merupakan dokumen perencanaan yang bersifat makro dengan
cakupan visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang daerah yang
penyusunannya harus dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan
seluruh unsur pelaku pembangunan. Proses penyusunan RPJP Daerah
dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut :
Pertama, penyiapan rancangan RPJP Daerah dimana kegiatan ini
dibutuhkan guna mendapat gambaran awal dari visi, misi, dan arah
pambangunan daerah.
Kedua, musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang)
jangka panjang daerah dilaksanakan untuk mendapat masukan dan
komitmen dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap
RPJP Daerah.
Ketiga, penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah dimana
seluruh masukan dan komitmen hasil Musrenbang Jangka Panjang
Daerah menjadi masukan utama dan penyempurnaan rancangan RPJP
Daerah, menjadi rancangan akhir RPJP Daerah.
Keempat, penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah
dibawah koordinasi Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.
Rancangan akhir RPJP Daerah beserta lampirannya disampaikan kepada
DPRD sebagai inisiatif Pemerintah Daerah untuk diproses lebih lanjut
menjadi Peraturan Daerah Tentang RPJP Daerah.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

RPJP Kabupaten Kotabaru sebagai dokumen perencanaan


pembangunan kabupaten untuk jangka waktu 20 tahun ke depan,
ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi
acuan bagi seluruh komponen daerah kabupaten (pemerintah, masyarakat
dan dunia usaha), didalam mewujudkan cita-cita dan tujuan kabupaten
sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang telah disepakati
bersama. Dengan demikian seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-
masing pelaku pembangunan diharapkan menjadi bersifat sinergis,
koordinatif dan melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap
dan pola tindak.
RPJP Daerah juga menjadi acuan bagi Kepala Daerah dalam
membuat Visi dan Misinya yang implementasinya akan dituangkan dalam
Rencana Pembanguan Jangka Menengah (RPJM). RJPM ini merupakan
arah pembangunan yang ingin dicapai dalam jangka lima tahun sesuai

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 1 4
Pendahuluan

masa bhakti Kepala Daerah. Program dan kegiatan yang direncanakan


dibuat sesuai dengan batas kewenangan dengan mempertimbangkan
kemampuan kapasitas keuangan daerah. Hal ini diterapkan agar terjadi
kesinambungan dalam pembangunan daerah yang tujuan akhirnya adalah
terciptanya kesejahteraan rakyat yang adil dan merata seperti
diamanatkan dalam UUD 1945.

1.3. LANDASAN HUKUM

Landasan idiil dari RPJP ini adalah Pancasila dan landasan


Konstitusional UUD 1945, sedangkan landasan operasional adalah RPJP
Nasional dan RPJP Daerah (Propinsi) serta seluruh ketentuan
perundangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan daerah,
yaitu:
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.
7. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 50/2020/SJ Thn 2005
tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah &RPJM
Daerah

1.4. HUBUNGAN RPJP DAERAH DENGAN DUKUMEN


PERENCANAAN LAINNYA

Seperti halnya kabupaten yang lain Kabupaten Kotabaru


merupakan bagian integral dari Propinsi Kalimantan Selatan, sementara
Propinsi Kalimantan Selatan adalah bagian integral dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan kegiatan pembangunan yang
dilaksanakannya. Ini menuntut terciptanya keserasian dan
kesinambungan pembangunan antar daerah kabupaten dalam propinsi,
antara kabupaten-kabupaten dengan propinsi, antar propinsi dan antara
propinsi-propinsi dengan pembangunan pada tingkat nasional.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 1 5
Pendahuluan

Sesuai pula dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), penyusunan RPJP
Kabupaten Kotabaru ini juga mengacu pada RPJP Provinsi Kalimantan
Selatan dimana RPJP Propinsi Kalimantan Selatan mengacu pada RPJP
Nasional. Mengacu kepada rencana yang berada diatasnya ini justru
dalam arti mengupayakan pengembangan diri secara optimal sesuai
dengan potensi dan memampuan serta kebutuhan riil yang dimiliki oleh
kabupaten ini sendiri. Hubungan dengan daerah lain dalam kerangka yang
lebih luas menjadi peluang bagi terbangunnya sinergi yang lebih mantap
agar seluruh kegiatan pembangunan berjalan lebih efisien dan efektif.
RPJP Kabupaten Kotabaru diarahkan secara simultan untuk
mendukung visi pembangunan jangka panjang Kalimantan Selatan :
Kalimantan Selatan 2025 Yang Maju dan Sejahtera.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Kotabaru


Tahun 2007 – 2026 ditulis dengan sistematika, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
BAB II KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM
KABUPATEN KOTABARU
BAB III VISI. MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN
KOTABARU
BAB IV PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 6
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

BAB II
KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM
DAERAH

2.1. KONDISI DAN ANALISIS

2.1.1. GEOMORFOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP

KEADAAN WILAYAH

Letak Geografis dan Batas Administrasi Wilayah


• Kabupaten Kotabaru berada dibagian tenggara Propinsi Kalimantan
Selatan dengan ibukotanya terletak di pulau Laut Utara.
• Secara geografis Kabupaten Kotabaru terletak antara 02°20’ – 4O56’’
Lintang Selatan dan 115°29’’ – 116O30” sedang pada koordinat UTM X
= 331.931 – 450.530 m dan Y = 9,453.901 – 9.744.170 m.
• Kabupaten ini mempunyai batas batas sebagai berikut, di sebelah utara
dengan Propinsi Kalimantan Timur, sebelah selatan dengan Laut Jawa,
sebelah timur dengan Selat Makasar dan sebelah barat dengan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara,
Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tanah Bumbu.
• Kabupaten Kotabaru memiliki luas 9.422,73 km2 (942.273 ha) atau
sekitar 25% luas Propinsi Kalimantan Selatan. Dengan luas ini
Kabupaten Kotabaru merupakan kabupaten terluas diantara 13
kabupaten dan kota di Propinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten
Kotabaru terdiri atas 18 kecamatan dgn 195 desa.

Topografi atau Morfologi


• Kondisi alam kabupaten Kotabaru terdiri atas daerah pantai, dataran
rendah dan perbukitan/pegunungan.
• Wilayah pantai sebelah timur merupakan daerah datar. Dari sini
kearah barat fisiknya bergelombang sampai berbukit.
• Pada bagian barat terdapat pegunungan mulai dari selatan ke
utara. Pegunungan ini yang dikenal dengan nama pegunungan
Meratus membentang sampai ke wilayah propinsi Kalimantan
Timur.
• Menurut ketinggian dari permukaan laut, daerah dengan ketinggian
lebih dari 25 – 100 m merupakan daerah terluas yaitu seluas
457.728 Ha. Sedangkan daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000
m seluas 6.410 Ha, 0-7 m seluas 80.563 ha, >7-25 m seluas

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 7
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

167.237 ha, >100-500 m seluas 164.942 ha, dan >500-1000 m


seluas 65.393 ha.
• Berdasar kelerengan untuk kelerengan 0 s.d. 2 % berjumlah
104.337 ha; 2 s.d. 15% 615.394 ha; 15 s.d. 40% 166.394 ha dan
diatas 40% 56.148 ha.
• Menurut jenis tanahnya, sebagian besar daratan merupakan jenis
tanah PMK (Podsolik Merah Kuning) seluas 355.758 ha. Selain itu
ada jenis Latosol 57.800 ha, 154.220 ha PMKL (Podsolik Merah
Kuning Litosol dan Latosol), KPMK (Komplek Podsolik Merah Kuning)
180.500 ha dan Alluvial 193.995 ha.
• Data tahun 2004 menyebutkan bahwa penggunaan lahan di Kotabaru
mencapai 942.273 ha, terdiri dari Lahan pemukiman/kampung seluas
11.256 ha, industri 803 ha, pertambangan 20.353 Ha, sawah 5.651 ha,
pertanian lahan kering semusim 7.450 ha, kebun campuran 40.003 ha,
perkebunan 103.928 ha, padang/semak belukar/alang-alang 392.660
Ha, hutan 351.873 ha, perairan darat 274 ha, tanah terbuka 1.071 ha,
dan lain-lain 6.951 ha.

Iklim
• Kabupaten Kotabaru memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan.
• Suhu udara yang terjadi pada 2005, paling tinggi mencapai 32,1oC
dan paling rendah 22,5 oC. Keduanya terjadi pada bulan September.
• Jumlah curah hujan pada tahun 2005 yang terendah adalah 94,1 mm
(November) sedangkan tertinggi 359,3 mm (Maret).
• Kecepatan Angin pada 2005 berkisar antara 8/350 knot (Juni) dan
20/350 knot (Januari). Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan
Februari sebesar 29 knot, dan terendah bulan September 12 knot.
• Penyinaran matahari berkisar antara 24% (Desember) - 56%
(September).

ANALISIS

Proyeksi Peluang (Geomorfologi dan Lingkungan Hidup)


• Tapal batas akan semakin jelas karena masing masing daerah
tetangga dalam era otonomi daerah akan lebih memperhatikan batas
wilayah mereka sehingga tata ruang untuk kabupaten Kotabaru bisa
diperjelas dan dipertegas.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 8
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Proyeksi Ancaman (Geomorfologi dan Lingkungan Hidup)


• Ilegal mining dan illegal logging cenderung mempengaruhi tata ruang
yang disepakati
• Era otonomi daerah bisa menimbulkan ancaman atas tapal batas
dengan tetangga mengingat
• Pengelolaan sumberdaya (lahan, ikan, dll) lintas batas cenderung
mengaburkan perbatasan yang sesuai dengan wilayah administrasi
• Masih ada kemungkinan penggunaan lahan yang merupakan proyek
pusat tanpa persetujuan daerah sehingga menggangu penerapan tata
ruang yang sudah disepakati didaerah.

Proyeksi Keberhasilan (Geomorfologi dan Lingkungan Hidup)


• Masih tersedia luasan lahan yang dapat dikembangkan untuk
mendukung berbagai sektor terutama sektor industri
• Terdapat kecenderungan kecamatan (desa) semakin memperhatikan
masalah pemanfaatan lahan dan lingkungan masing masing mengingat
dampak pembangunan dimasa lalu kurang menguntungkan penduduk
lokal
• Intensitas kepeduliaan masyarakat lewat LSM LSM atas lingkungan
cenderung meningkat sehingga ini akan mendorong pemanfaatan
lahan dan lingkungan menjadi lebih sesuai dengan standar yang
ditentukan.

Proyeksi Permasalahan (Geomorfologi dan Lingkungan Hidup)


• Kecenderungan berubahnya kondisi geografis morfologis karena
semakin pesatnya kegiatan pembangunan cukup besar mengingat
disatu sisi lahannya terbentang luas dan sulit terjangkau; disisi lain
tenaga kerja profesional cenderung meningkat tidak sebanding dengan
kebutuhan pembangunan.
• Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan
berbagai peralatan yang berkaitan dengan teknis pemantauan dan
pengukuran.

2.1.2. DEMOGRAFI

KONDISI SAMPAI SAAT INI


• Penduduk Kabupaten Kotabaru pada tahun 1997 berjumlah
195.710 jiwa. Sampai dengan tahun 2004 jumlah penduduk ini
bertambah terus dengan rata rata pertumbuhan sebesar 4%.
Tahun 2005 penduduk menjadi 260.093 jiwa. Ini menunjukkan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 9
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

bahwa telah terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 1,5%


(Lampiran 1).
• Jumlah kelahiran relatif rendah. Data tahun 1996-2001
menunjukkan bahwa Crude Birth Rate berada dibawah angka
20. Begitu pula Crude Death Rate nampaknya yaitu selalu
dibawah angka 10 per seribu. Rendahnya angka ini
kemungkinan karena kurang cermatnya rekaman data kelahiran
dan kematian.
• Secara rata rata pada tahun 2005 wilayah Kotabaru dihuni
sebanyak 28 jiwa per km2. Kepadatan penduduk ini bervariasi
antara kecamatan dengan kecamatan Pulau Sembilan yang
terpadat (1.165 jiwa/km2) disusul oleh kec.Pulau Laut Utara (464
jiwa/km2). Kepadatan penduduk dikecamatan lainnya berkisar
antara 5 jiwa (Hampang) dan 56 jiwa/km2(Lampiran 2)
• Kecamatan dengan penduduk yang paling jarang terdapat di
Kecamatan Hampang, Kelumpang Barat, dan Sungai Durian
masing-masing dengan tingkat kepadatan penduduknya hanya
5 jiwa, 8 jiwa dan 8,5 jiwa per km2.
• Menurut struktur umurnya, penduduk Kotabaru pada tahun 2004
terdiri dari berumur 0-4 tahun sebanyak 11,71%, 5-14 tahun
sebanyak 19,94%, 15-64 tahun sebanyak 66,11%, dan 65 tahun
keatas sebanyak 2,62%, dengan dependency rationya 52,15
(Lampiran 3).
• Keadaan ini masih menunjukkan ciri-ciri penduduk muda
sebagaimana umumnya terdapat dalam negara berkembang.
Akan tetapi terlihat perkembangan yang baik dimana jumlah
usia produktif dan usia tua meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa ratio ketergantungan berkurang dan kesehatan yang
baik telah meningkatkan usia harapan hidup.
• Jumlah penduduk miskin pada tahun 2004 sebesar 15,5 ribu
jiwa atau 6,04% yang berarti telah menurun dari tahun
sebelumnya 2003 yakni sebesar 17,2 ribu jiwa atau 6,82%.
• Dilihat dari sektor bekerjanya, sebanyak 69,14% penduduk
Kotabaru bekerja disektor pertanian, 16,10% bekerja bukan
disektor pertambangan, dan 11,35% di sektor Industri. Proporsi
penduduk yang bekerja disektor lain relatif sangat kecil di bawah
2%, hanya sektor Pengangkutan yang tertinggi 1,06%.
(Lampiran 4)
• Pemerataan pendidikan berdasarkan jenjang pendidikan, terlihat
Angka Partisifasi Kotor (APK) pendidikan TK sebesar 37,37; SD
sebesar 112,40% (tdk termasuk Paket A), SMP 68,10% (tdk

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 10
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

termasuk Paket B), dan SMA 26,96% (tdk termasuk Paket B)


penduduk miskin mempunyai tingkat pendidikan tidak tamat SD,
39,52% (Lampiran 5).
• Kualitas penduduk mengalami peningkatan dilihat dari
perkembangan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Kotabaru dimana pada tahun 2004 sebesar 68,2
menjadi 69,2 pada tahun 2005, sementara angka IPM untuk
Kalimantan Selatan pada tahun 2005 menunjukkan angka
sebesar 67,4 dan IPM rata-rata nasional sebesar 69,0. Ditinjau
dari peringkatnya Kotabaru pada 2005 di Kalimantan Selatan
berada pada urutan ketiga namun secara nasional menempati
urutan 204. Artinya lebih rendah dari nilai tengah IPM secara
nasional (Lampiran 6).
• Angka harapan hidup di Kotabaru pada 2004 adalah 63,5 dan
pada 2005 adalah 63,9. Angka ini lebih tinggi dari angka untuk
Kalimantan Selatan yaitu pada tahun 2004 adalah 61,6 dan
tahun 2005 sebesar 62,1. Secara nasional tingkat harapan
hidup pada 2004 adalah 67,6 dan pada 2005 adalah 68,1 tahun
(Lampiran 6).
• Angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas pada tahun 2004
mencapai 93,5% dan pada 2005 adalah 94%. Pada periode
yang sama Kalimantan Selatan pada tahun 2004 sebesar 93,3%
dan tahun 2005 sebesar 95,3% (Lampiran 6).
• Tingkat enrollment atau rata-rata lama sekolah juga masih
dibawah rata-rata Kalsel yang untuk Kotabaru pada tahun 2005
sepanjang 7 tahun sementara Kalsel 7,3 tahun (Lampiran 6).
• Faktor lain yang menentukan pembangunan manusia adalah
tingkat pengeluaran riil perkapita dimana untuk Kotabaru pada
tahun 2005 sebesar Rp. 639,8 ribu,- sedangkan Kalsel pada
tahun 2005 sebesar Rp.622,7 ribu (Lampiran 6).

ANALISIS
Proyeksi Peluang (Demografi)
• Interaksi yang lebih intens dengan dunia yang lebih luas baik
regional maupun internasional membuka peluang terhadap
akses ke sumber-sumber baru yang mungkin lebih baik dan
lebih murah dimana sebelumnya tidak ada.
• Berbagai hasil informasi dan teknologi yang menambah
wawasan dan komitmen bagi pembangunan kesehatan,
pendidikan, ekonomi, budaya, dan spiritual.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 11
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Proyeksi Ancaman (Demografi)


• Dalam dua dasa warsa kedepan kehidupan sosial masyarakat
Kotabaru akan menghadapi era keterbukaan yang lebih luas.
Era globalisasi makin kental dengan berbagai dampak yang
dibawanya seperti budaya dan gaya hidup yang tidak cocok
dengan akar budaya masyarakat yang kontraproduktif terhadap
kualitas SDM.
• Migrasi masuk akan bertambah deras termasuk yang berasal
dari luar negeri pada era globalisasi. Umumnya migrasi masuk
ditandai dengan keterampilan keahlian yang lebih baik dari
penduduk lokal sehingga ini akan merebut kesempatan kerja
yang memang sulit diisi oleh tenaga kerja lokal.

Proyeksi Permasalahan (Demografi)


• Kualitas yang rendah seperti ditunjukkan posisi Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kotabaru
menunjukkan gambaran beban yang semakin berat dalam
menghadapi persaingan pasar bebas.
• Dari komposisi demografi Kotabaru sudah merasakan sedikit
jebakan demografis sebagai dampak lain dari menigkatnya mutu
kesehatan dalam bentuk menurunnya kematian bayi dan balita
dibarengi dengan meningkatnya tingkat harapan hidup.
• Meski angka pengangguran terbuka relatif rendah akan tetapi
terdapat kecendrungan untuk meningkat terutama akibat
dampak krisis moneter dan perubahan harga-harga yang terjadi
dalam tiga tahun terkhir yang mengakibatkan korporasi perlu
mengkalkulasi ulang struktur ongkos produksi perusahaan.
• IPM Kotabaru berada diurutan ke 3 dari 13 Kabupaten/Kota di
Kalsel. Tingkat ini tidak rendah, namun untuk bersaing di tingkat
nasional (peringkat 204) maupun global tentu masih perlu
ditingkatkan.
• Meski terus membaik, indikator kesehatan seperti angka
harapan hidup, angka kematian bayi, angka kurang gizi pada
balita, disparitas status kesehatan antar wilayah di Kotabaru
masih rendah dan lebih rendah dari sebagian besar daerah lain
di Kalsel.
• Pada aspek pendidikan, indikator melek huruf, enrollment serta
capaian tingkat pendidikan tertinggi di Kotabaru juga masih
rendah yakni karena yang paling dominan hanya tamat SD. Hal
ini harus segera ditingkatkan secara konsisten karena

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 12
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

menyangkut mutu SDM yang urgent dalam menjalankan


pembangunan.
• Sementara penyediaan lapangan kerja untuk klasifikasi
pendidikan relatif tinggi masih perlu ditingkatkan karena untuk
kategori ini tingkat pengangguran relatif masih tinggi.
• Fakta bahwa tingkat pengeluaran riil perkapita untuk Kotabaru
nilainya masih rendah menggambarkan bahwa tingkat hidup
masyarakat Kotabaru masih belum jauh dari tingkat rendah
(subsistens).

Proyeksi Keberhasilan (Demografi)


• Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif terkendali
Kotabaru relatif lebih ringan bebannya dalam menghadapi
desakan jumlah penduduk.
• Hal ini memberi kesempatan luas bagi daerah untuk menata
pembangunannya dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya yang ada secara efisien dan efektif.
• Angka pengangguran terbuka yang selama ini dapat
dikendalikan sehingga relatif paling rendah di Kalsel dapat
menjadi landasan yang kuat bagi terciptanya tingkat
produktifitas dan produksi yang tinggi dalam ekonomi.
• Hal terakhir menjadi sangat penting terutama dalam menghadapi
perkembangan dalam dua dasa warsa kedepan.

2.1.3. EKONOMI DAN SUMBERDAYA ALAM

2.1.3.1. MAKRO EKONOMI

KONDISI SAMPAI SAAT INI

Sisi Penawaran
• Kabupaten Kotabaru memiliki berbagai potensi ekonomi baik
sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal yang
tersebar diberbagai wilayah. Sumber daya alam yang ada
meliputi kawasan hutan, tanah atau lahan, bahan tambang dan
mineral, perairan, wilayah kelautan dan kepulauan.
• Dalam enam tahun terakhir, 2000-2005, secara keseluruhan
kemampuan ekonomi dalam menyerap tenaga kerja berjalan
lambat yakni hanya 1,37% pertahun. Sebagian besar sektor
berkecendrungan positif, namun terdapat 2 (dua) sektor yang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 13
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

menurun dalam penyerapan tenaga kerja, yakni sektor


konstruksi (-4,47%) dan sektor Transportasi & komunikasi (-
7,04%). Sementara pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
tenaga paling pesat dalam periode ini adalah sektor Jasa
Keuangan dengan 21,04% dan Perdagangan dengan 6,50%
(Lampiran 7).
• Angkatan kerja terus tumbuh dari 191.247 pada th 2000, menjadi
192.159 pada 2001 dan 206.877 pada 2002 (rata-rata tumbuh
sebesar 4,07% pertahun). Dari komposisi penduduk berdasarkan
lapangan pekerjaan yang ditekuni terlihat masih didominasi
sektor pertanian. Secara lebih detail sebaran lapangan kerja
penduduk 2005 sebagai berikut: 69,14% di sektor pertanian,
kemudian 16,10% di sektor pertambangan, lalu 11,35% di sektor
manufaktur dan berikutnya 1,06% di sektor transportasi dan
komunikasi. Sektor lainnya hanya dapat menyediakan lapangan
pekerjaan di bawah 1%, yakni perdagangan, hotel, dan restoran
0,84%, listrik gas dan air 0,81%, jasa keuangan0,57% dan
bangunan 0,13%. Angka pengangguran terbuka cukup
berfluktuasi karena pada th 2000 sebesar 2,96 menjadi 2.16
pada 2001 dan naik lagi menjadi 2,47 pada 2002 (Lampiran 7).
• Jumlah unit usaha sektor industri pada tahun 2004 terdapat
sebanyak 1.217 unit dan pada 2005 sebanyak 2.940 unit yang
tersebar dalam berbagai lapangan yakni Industri Makanan dan
Minuman, Tekstil, Kayu, Kimia, Mineral Non Logam, Dasar
Logam, Logam, dan lainnya, dengan dominasi kelompok
makanan dan Minuman sebanyak 1.321 unit. Selama enam
tahun terakhir ini, dari 2000-2005, telah terjadi peningkatan
jumlah unit usaha industri dengan rata-rata sebesar 20,10%
pertahun. Namun sebelumnya, dari 2000-2004, secara rata-rata
jumlahnya justru telah menurun sebesar 10,26%. Hanya saja
pada tahun 2005 terjadi kenaikan yang sangat signifikan yakni
sebesar 141,58%. Secara umum pertumbuhan jumlah unit
industri memiliki kecendrungan positif kecuali jenis Tekstil dan
Kulit, Kimia & Karet & Plastik, serta Barang dari Logam yang
negatif atau cenderung terus menurun (Lampiran 8).
• Jumlah Koperasi yang bergerak disemua sektor ekonomi pada
2004 adalah sebanyak 129 buah. Pada tahun 2005 menjadi 149
(naik 15,50%). Hingga 2004 sebenarnya kecendrungannya
menurunan dimana pada tahun 2000 telah berjumlah 192 unit.
Selama periode 2000-2005 ini jumlah koperasi menurun dengan
rata-rata minus (-) 3,05% pertahun (Lampiran 9)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 14
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kotabaru atas dasar


harga konstan 2000, pada tahun 2005 sebesar Rp.3.648.381,35
juta, yang berarti telah tumbuh 1,28% dari 2004 yang mencapai
Rp.3.602.210,44 juta. Tahun 2004 tumbuh sebesar 13,98% dari
tahun 2003. Sementara itu, tingkat pertumbuhan tahun
sebelumnya yakni tahun 2003 adalah 12,07% dan 2002 adalah
4,45%%. Dengan menggunakan angka PDRB tahun 2000-2005
yang telah mengeluarkan bagian Tanah Bumbu, pertumbuhan
rata-ratanya sebesar 8,19% (Lampiran 10).
• Sejak pemekaran Kabupaten dimana terdapat 5 dari 20
kecamatan memisahkan diri menjadi kabupaten Tanah Bumbu
maka Kotabaru kehilangan sekitar 26,43% PDRBnya (Lampiran
11).
• Sektor yang tumbuh pesat diatas rata-rata adalah Bank dan
Lembaga Kuangan dengan 31,62% disusul Perdagangan,
Angkutan, dan Jasa-jasa Lain, dengan masing masing 12,40%,
11,83%, dan 7,70%. Akan tetapi sebagian sektor yang tumbuh
pesat tersebut memiliki share yang rendah, yakni BLKL dengan
1,69% dan Jasa lain 2,25%. Sektor yang secara simultan tumbuh
tinggi dan memiliki share yang signifikan adalah perdagangan
dengan share 18,00% dan Angkutan yang memiliki share
12,35% dari PDRB (Lampiran 12).
• Selama rentang 4 tahun terakhir (2002-2005), dibanding dengan
sebelum pemisahan Tanah Bumbu, terjadi perubahan drastis
dalam struktur produksi sektoral perekonomian. Pada tahun
2001 nilai PDRB selain didominasi sektor pertanian (29,92%)
juga disumbang dengan signifikan oleh sektor pertambangan &
penggalian (26,43%). Setelah dipisahkan bagian Tanah Bumbu
maka peranan sektor pertambangan dan penggalian turun
drastis yakni hanya menyumbang 0,34% - 0,43%, selama 2002 -
2004, meski naik kembali pada 2005 menjadi sebesar 16,68%
(Lampiran 12).
• Kondisi tersebut menyebabkan sektor pertanian menjadi
semakin dominan dengan share antara 44,17% – 46,65% pada
tiga tahun terakhir dan 37,47% pada 2005. Sebelumnya, selama
periode 1995 – 2001 berperan antara 24,20% – 37,38%.
• Penyumbang paling besar sektor pertanian adalah sub sektor
perikanan 61,17% dan perkebunan 28,32%. Perkembangan ini
sejalan dengan peningkatan peran Jasa Transportasi terutama
transportasi laut yang berperan 8,31% dari seluruh PDRB 2005.
Ini menunjukan kondisi Kotabaru sebagai wilayah kelautan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 15
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

berperan besar dan potensial untuk terus dikembangkan


(Lampiran 12).

Sisi Permintaan
• Indikator kesejahteraan yang sedikit lebih indikatif dari PDRB
adalah PDRB/kap. Dalam beberapa tahun terkhir angka ini
menunjukkaan tingkat yang cukup tinggi. PDRB/kap atas dasar
harga konstan 2000 pada 2003 adalah sebesar Rp.12,89 juta,
2004 Rp.sebesar 14,37% dan pada 2005 sebesar Rp.14,95 juta
sehingga selama rentang 2000-2005 telah naik dengan rata-rata
sebesar 6,38%. Pada tahun 2003 sendiri telah tumbuh sebesar
2,78%, tahun 2004 tumbuh 11,49% dan tahun 2005 tumbuh
dengan 4,02% dari tahun sebelumnya (Lampiran 13).
• Nilai pengeluaran riil perkapita masyarakat Kotabaru cenderung
terus meningkat. Pada tahun 2000 hanya Rp.609.300,- naik
pada 2004 dan 2005 masing-masing menjadi Rp.631.100,- dan
Rp.639.800,-. Hal ini sebagai salah satu komponen membentuk
tingkat IPM yang juga terus naik dari tahun 2004 sebesar 68,2
hingga 2005 menjadi 69,5. Namun peringkat IPM ini ditingkat
propinsi tetap pada urutan 3 (tiga) (Lampiran 13).
• Perkembangan jumlah penduduk miskin terlihat pula cukup
menggembirakan namun berfluktuasi. Pada tahun 2002
penduduk miskin sebanyak 6,60%. Pada 2003 angka ini naik
menjadi 6,83%. Namun sejalan dengan perkembangan ekonomi
yang berhasil dicapai jumlahnya pada 2004 menurun hingga
hanya 6,04% (Lampiran 13).
• Tingkat pendapatan perkapita yang relatif cukup tinggi
merupakan potensi yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi lewat adanya kemampuan daya beli masyarakat melalui
kegiatan konsumsi, tabungan dan Investasi.
• Berdasarkan data simpanan masyarakat dalam berbagai bentuk
di Perbankan selama tahun 2003 tercatat secara rata-rata
sebesar Rp.292.255,21juta atau secara kumulatif sebesar
Rp.3.507.062,-juta. Secara rinci terdiri dari Giro dengan rata-rata
sebesar Rp.103.999,83juta, Deposito dengan rata-rata sebesar
Rp.39.178,93juta, dan Tabungan dengan rata-rata sebesar
Rp.149.076,46juta (Lampiran 14).
• Sementara itu perkembangan kredit dan Valas menurut jenis
penggunaan selama tahun 2003 berjumlah Rp.63.627,-juta terdiri
dari kredit modal kerja Rp.31.491,-juta, kredit Investasi
Rp.8.021,-juta, dan kredit Konsumsi Rp.24.115,-juta (Lampiran

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 16
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

15).
• Kegiatan Investasi dunia usaha Kotabaru dilakukan baik melalui
fasilitas penanaman modal koordinatif maupun dengan inisiatif
pengusaha itu sendiri.
• Kemampuan keuangan pemerintah kabupaten melalui
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terlihat meningkat dengan stabil.
Selama rentang 1996-2005 PAD tumbuh dengan 60,25%
pertahun. Sedangkan pada rentang 2003-2005 (setelah pisah
dengan Tanah Bumbu) pertumbuhannya sebesar 16,79%
(Lampiran 16).
• Secara rinci sumber PAD terdiri dari pendapatan Retribusi, Pajak
Daerah, Laba BUMD, dan Penerimaan Lainnya. Penerimaan
Lainnya yang menyumbang paling besar yakni 57,16% pada
2005, selama 1996-2005 telah tumbuh 181,69%. Pada periode
2003-2005 pendapatan ini hanya tumbuh dengan 25,22%
(Lampiran 16).
• Penyumbang PAD terbesar kedua adalah Pajak Daerah dengan
22,39% pada 2005. Pendapatan ini tumbuh 46,70% pertahun
selama 1996-2005. Akan tetapi pada 2003-2005 ia menurun
dengan rata-rata –(minus)0,33% pertahun. (Lampiran 16).
• Retribusi yang menyumbang 16,55% bagi PAD 2005 tumbuh
sebesar 9,24% pertahun selama periode 1996-2005 dan mampu
tumbuh 28,56% pertahun selama 2003-2005 (Lampiran 16).
• Sedangkan Laba BUMD telihat semakin menurun tingkat
pertumbuhannya. Pada periode 1996-2005 pendapatan ini
tumbuh rata-rata 19,02% dan telah menurun pada rentang 2003-
2005 menjadi –(minus)4,57% (Lampiran 12).
• Pertumbuhan sumber PAD paling pesat selama rentang 2003-
2005 adalah Retribusi (23,23%) disusul Penerimaan Lain
(22,82%). Sumber lainnya, yakni Pajak Daerah dan Laba BUMD
justru turun masing-masing dengan (-)3,08% dan (-)5,05%
(Lampiran 16).
• Dana Perimbangan yang diterima Kotabaru pada 2005 berjumlah
Rp.245.433.597.170,- yang terbagi atas Dana Alokasi Umum
Rp.122.129.000.000,- (49,76%), Dana Alokasi Khusus
Rp.1.509.520.974,- (0,61%), Bagi Hasil Pajak
Rp.32.539.215.729,- (13,26%) dan Bagi Hasil Bukan Pajak
Rp.Rp.89.255.860.467,- (36,37%) (Lampiran 17).
• Selama periode 2003-2005 Dana Perimbangan telah tumbuh
dengan rata-rata 10,14% pertahun. Perkembangan periode ini
menunjukkan DAU dan DAK menurun masing-masing dengan –

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 17
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

(minus)11,98% dan –(minus)25,00%. Sementara itu Bagi Hasil


Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak naik masing-masing dengan
36,31% dan 124,98% (Lampiran 17).
• Kemapuan Ekspor kabupaten Kotabaru telah tumbuh dengan
rata-rata 13.40% per tahun selama rentang sepuluh tahun
terakhir. Antara tahun 2002-2004 rata-rata pertumbuhan ekspor
Kotabaru adalah 33,58%, dengan pertumbuhan tertinggi Batu
Bara dengan 34,03%. Komoditas lain yakni udang beku, ikan
beku, plywood dan moulding justru menurun (Lampiran 18).
• Kecendrungan tahunan ekspor in sangat fluktuatif. Pertumbuhan
ekspor pada 2001 sempat mencapai 58,90% ditandai dengan
peningkatan tajam ekspor udang beku. Akan tetapi pada 2002
nilai ekspor justru turun minus(-)1,46% ditandai dengan turunnya
dengan tajam ekspor produk Moulding. Ekspor pada 2004
ditandai dengan munculnya komoditas baru yakni CPO (1,95%),
semen (0,18%), dan Bijih Besi (0,08%). Namun tentunya tetap
saja ekspor batu bara (97,22%) yang masih mendominasi nilai
ekspor ini (Lampiran 18).

ANALISIS

Proyeksi Peluang (Makro Ekonomi)


• Era otonomi daerah menciptakan kesempatan bagi Kotabaru
untuk secara mandiri mengelola perekonomiannya secara
profesional untuk kepentingan masyarakat didaerahnya sendiri.
• Globalisasi dan keterbukaan yang semakin meluas menjanjikan
peluang bagi akses kepada sumber-sumber input baik kapital,
teknologi dan skill secara bebas dan murah. Disamping itu juga,
era ini membuka peluang pemasaran lebih luas bagi produk dan
komoditas dengan daya saing tinggi yang harus bisa diciptakan.
• Trend kerjasama ekonomi dalam pengembangan strategi dan
perangkat pendukungnya secara luas dalam hubungan dengan
dunia luar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh kotabaru.

Proyeksi Ancaman (Makro Ekonomi)


• Era otonomi daerah pada gilirannya juga menciptakan tantangan
yang mesti di hadapi karena menuntut penanganan secara
mandiri.
• Setiap negara didunia akan bersiap untuk menghadapi
persaingan global yang makin bebas. Keunggulan skill,
teknologi, dan kualitas produk yang dimiliki pihak luar dapat

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 18
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

memasuki dan menjadi ancaman bagi keberlangsungan produksi


didaerah.
• Ancaman kelangkaan energi dan sumber daya air di dunia
mengharuskan Kotabaru secara ekonomis mampu mengelola
sumber-sumber dayanya secara efisien dan mencari berbagai
alternatif pemenuhan hal tersebut.

Proyeksi Permasalahan (Makro Ekonomi)


• Kemampuan teknis, skill, teknologi dan profesionalitas yang
masih rendah dimiliki oleh daerah menyebabkannya tidak mudah
untuk mengontrol, merencanakan dan mengawasi secara
optimal seluruh kegiatan eksporasi dan eksploitasi sumber daya
alam sehingga terjadi berbagai aktifitas illegal di lapangan
kehutananan, pertambangan dan perikanan.
• Ketersediaan data dan informasi serta mutu perangkat teknologi
informasinya yang masih ketinggalan menyebabkan sulitnya
mengidentifikasi SDA yang dimiliki. Dampaknya adalah setiap
kebijakan dan tindakan menjadi selalu terlambat.
• Walaupun pendapatan perkapita terlihat terus meningkat serta
tingkat pengangguran terbuka cenderung terus menurun, namun
terdapat kecendrungan penyerapan tenaga kerja yang sangat
lambat hanya 0,41% pertahun sementara angkatan kerja pada
periode yang sama tumbuh dengan 4,07% sehingga tingkat
pengangguran terbuka pada 2005 sebesar 2,47%.
• Gairah sektor industri terindikasikan menurun yang terlihat dari
menurunnya jumlah unit industri serta lambatnya pertumbuhan
produksi. Meski demikian pada 2005 sudah terlihat pulih bahkan
menunjukkan peningkatan yang drastis.
• Belum terbentuknya kawasan sentra industri dan perdagangan
yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal yang mampu
bersaing di tataran regional, nasional, bahkan global.
• Perkembangan koperasi disemua sektor ekonomi pun terlihat
semakin menurun. Hal ini dapat menjadi gambaran pola
perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat dalam bentuk
UKM yang juga cenderung menurun. Padahal perkembangan
UKM sebagai sarana otomatis pemerataan distribusi asset dan
kemakmuran bagi rakyat.
• Masih lemahnya struktur dan kapasitas kelembagaan ekonomi
masyarakat sehingga motivasi kewirausahaan dan tingkat
partisifasi dalam gerak roda perekonomian sangat rendah.
• Berkurangnya sebagian jumlah produksi, khususnya hasil

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 19
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

tambang batubara, yang mengharuskan dicarinya sumber


pendapatan baru sebagai pengganti.
• Sektor pertanian diharapkan berperan besar namun produksi
dan penyerapan terhadap tenaga kerjanya tumbuh lambat.
• Lepasnya wilayah Tanah Bumbu meski tidak terlalu besar
pengaruhnya bagi masyarakat namun signifikan menurunkan
sebagian sumber pendapatan pemerintah. Hal ini terlihat dari
menurunnya PAD dari sumber Pendapatan Pajak dan Laba
BUMD. Penurunan serupa juga dialami pada besarnya Dana
Perimbangan dibanding periode sebelumnya.
• Belum mapannya sarana-prasarana perekonomian bagi setiap
kegiatan ekonomi baik produksi, distribusi maupun konsumsi
yang dapat menjamin terselenggaranya mobilitas yang cepat,
lancar, layak dan optimal.
• Nilai Ekspor Kotabaru masih didominasi komoditas Batu Bara
yang merupakan sumber daya yang dapat habis. Oleh
karenanya perlu dipikirkan agar pengelolaannya jangan
membahayakan masa depan dan hasilnya benar-benar dapat
dinikmati oleh masyarakat.
• Lambatnya perkembangan sektor pertanian, Industi dan UKM
membawa dampak pada lambatnya penyerapan tenaga kerja.
Perlambatan ini juga mempengaruhi tingkat perekonomian
masyarakat. Jumlah penduduk miskin relatif masih tinggi dan
perkembangannya cukup fluktuatif.

Proyeksi Keberhasilan (Makro Ekonomi)


• SDA yang melimpah dari darat, laut sampai kepulauan
merupakan potensi besar pengembangan ekonomi Kotabaru.
• Kegairahan sektor produktif berupa tumbuhnya investasi bagi
pengembangan SDA jika dikelola dengan profesional, akan
menyebabkan rantai produksi dan pertumbuhan ekonomi yang
menjanjikan.
• Dominasi sektor pertanian dalam produksi dan penyerapan
tenaga kerja saat ini merupakan potensi besar untuk
pengembangan konsep agribisnis, terutama bagi sumberdaya
perairan dan kelautan yang belum optimal dikembangkan.
• Angkutan laut yang secara simultan tinggi dalam share dan
pertumbuhan dapat menjadi andalan. Kotabaru potensial
sebagai area pelabuhan besar dan utama bagi Kalsel terutama
jika dikaitkan dengan letak Kotabaru yang relatif paling strategis
sebagai tempat transit dari berbagai penjuru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 20
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Peran sub sektor perkebunan dan perikanan yang besar dalam


pertanian menjadi dasar yang kuat bagi perlunya komitmen
untuk pengembangan agribisnis dan agroforestry.
• Pertumbuhan Bank & Lembaga Keuangan Lainnya dan Jasa
Lainnya yang tinggi menunjukkan ketersediaan sarana
intermediasi sumber keuangan dan pelayanan yang dapat
meningkatkan mobilisasi bagi pertumbuhan dunia usaha dan
bidang lainnya.
• Nilai ekspor komoditas dan produk cement, CPO, dan bijh besi
menjadi sumber pendapatan devisa baru.

2.1.3.2.1.TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN & PETERNAKAN

KONDISI SAMPAI SAAT INI

a. Kondisi Tanaman Pangan

Tanaman Padi
• Perkembangan sektor pertanian sangat didukung oleh potensi daerah
yang agraris dengan sumberdaya lahan sawah seluas 51.384 ha,
dimana yang sudah dimanfaatkan untuk tanaman padi sawah adalah
seluas 8.898 ha atau 17,32 %. Berdasarkan karakteristik potensi
daerah di wilayah Kecamatan Pulau Laut Timur, Pulau Laut Utara,
Pamukan Utara, Pulau Laut Barat dan Kelumpang Selatan merupakan
sentra produksi padi sawah dengan rata-rata produksi 4,24 ton per
hektar. Rata-rata produksi ini lebih tinggi dari rata-rata propinsi 3,43
ton per hektar (Lampiran 19).
• Selain padi sawah, pada daerah dataran tinggi diusahakan juga padi
ladang yang pada tahun 2004 meliputi areal seluas 5.150 ha, dengan
rata produksi 1,97 ton per hektar. Sentra produksi padi ladang berada
di Kecamatan Sungai Durian, Pulau Laut Timur, Pulau Laut Utara,
Kelumpang Hulu, Hampang dan Kelumpang Tengah (Lampiran 20).
• Dari 18 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kotabaru, produksi padi
sawah tertinggi dihasilkan oleh Kecamatan Pulau Laut Timur dengan
jumlah produksi sebesar 13.611 ton atau 32,58% dari total produksi
kabupaten, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pulau Laut Utara dan
Pamukan Utara dengan produksi masing-masing sebesar 6.257 ton
dan 4.086 ton atau 14,98% dan 9,78% dari total produksi padi sawah
Kabupaten Kotabaru (BPS Kotabaru, 2005).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 21
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Untuk padi ladang, produksi tertinggi dihasilkan oleh Kecamatan


Sungai Durian, dengan jumlah produksi sebesar 1.628 ton atau 18,26%
dari total produksi kabupaten, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pulau
Laut Utara dan Pulau Laut Timur dengan produksi masing-masing
sebesar 1.248 ton dan 894 ton atau 14,00% dan 10,03% dari total
produksi padi ladang Kabupaten Kotabaru (BPS Kotabaru, 2005).
• Luas lahan--sawah maupun lahan kering--belum sepenuhnya dapat
dimanfaatkan secara optimal sebagi akibat antara lain karena
terbatasnya ketersediaan tenaga kerja (manusia, ternak maupun
mesin); tingkat kesuburan tanah yang rendah; belum tersedianya
saluran dan drainase yang baik dan memenuhi syarat; terbatasnya
modal petani; dan letak lahan yang cukup jauh dari lokasi pemukiman
petani (Laporan tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan
Kab.Kotabaru Tahun 2004).
• Luas tanam dan luas panen padi sawah maupun padi ladang pada 10
tahun terakhir (tahun 1995-2004) cukup berfluktuatif antara lain karena
pengaruh alam seperti el nino pada tahun 1997 dan la nina pada tahun
1998. Namun secara keseluruhan tetap menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang terus menaik dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 10,22% dan 27,42% untuk luas tanam dan luas panen padi
sawah, serta sebesar 5,92% dan 36,15% untuk padi ladang.
• Hal yang sama juga terjadi pada produksi padi sawah dan ladang
namun secara keseluruhan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan
yang terus menaik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 25,59%
untuk padi sawah dan 39,69% untuk padi ladang.
• Dengan semakin intensifnya pengelolaan usahatani dan makin
tingginya input teknologi yang digunakan petani, maka produktivitas
padi pada tahun 2004 juga mengalami kenaikan.bila dibanding tahun-
tahun sebelumnya, yaitu masing-masing 4,24 ton per hektar untuk padi
sawah dan 1,97 ton per hektar untuk padi ladang. Rata-rata tingkat
pertumbuhan produktivitas adalah 0,17% untuk padi sawah dan 1,08%
untuk padi ladang (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

Tanaman Palawija
• Selain padi, pada subsektor tanaman pangan juga terdapat potensi
untuk mengembangkan komoditas palawija, seperti jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubijalar. Dibanding tanaman
palawija lainnya, jagung memiliki potensi besar untuk dikembangkan,
kemudian diikuti oleh komoditas ubikayu, kacang tanah, kedelai,
ubijalar dan kacang hijau.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 22
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Pada tahun 2004 luas areal tanaman jagung mencapai 2.950 ha atau
28,8% dari total luas areal tanam palawija di Kabupaten Kotabaru,
dengan jumlah produksi 6.318 ton dan produktivitas 2,03 ton per
hektar. Produksi jagung terbesar berasal dari Kecamatan Hampang,
yaitu sebesar 3.075 ton atau 48,67% dari total produksi Kabupaten
Kotabaru (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).
• Untuk produksi terbesar komoditas palawija lainnya, yaitu ubikayu
berasal dari Kecamatan Pulau Laut Selatan sebesar 6.000 ton
(16,02%), kacang tanah dari Kecamatan Hampang 412 ton (12,02%),
kedelai dari Kecamatan Kelumpang Tengah 750 ton (28,21%), ubijalar
dari Kecamatan Pamukan Utara 610 ton (12,83%) dan kacang hijau
dari Kecamatan Pulau Laut Utara 75 ton (15,37%) (BPS Kab.Kotabaru,
1996-2005).

• Luas tanam dan luas panen tanaman palawija selama 10 tahun terakhir
mengalami peningkatan yang bervariasi diantara masing-masing
komoditas. Untuk komoditas jagung, luas tanam dan luas panen rata-
rata meningkat sebesar 0,08% dan 29,42%; ubikayu sebesar 9,57%
dan 11,58%; kacang tanah sebesar 3,35% dan 15,24%; kedelai 3,61%
dan 9,54%; ubijalar 8,60% dan 10,13%; kacang hijau 1,61% dan
10,98%. lebih tinggi/meningkat dari tahun 1995 (BPS Kab.Kotabaru,
1996-2005).
• Produksi dan produktivitas tanaman palawija dalam kurun waktu 10
tahun terakhir cukup berfluktuasi, namun secara keseluruhan
mengalami rata-rata pertumbuhan yang menaik setiap tahunnya.
Peningkatan produksi tertinggi dialami oleh jagung (45,69%) dan
terendah adalah ubikayu (12,80%). Sedangkan untuk tingkat
pertumbuhan produktivitas tertinggi dialami juga oleh jagung (6,68%)
dan terendah juga ubikayu (1,09%) (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005,
Kab.Kotabaru dalam Angka Tahun 1995-2004) (BPS Kab.Kotabaru,
1996-2005).

Tanaman Sayuran
• Luas panen tanaman sayuran di Kabupaten Kotabaru pada tahun 2004
seluas 1.297 ha, luas ini relatif kecil bila dibandingkan dengan luas
panen komoditas pangan lainnya, yakni hanya sebesar 3,59% dari luas
total tanaman pangan Kabupaten Kotabaru. Dari beberapa jenis
sayuran yang diusahakan di Kabupaten Kotabaru, yang cukup dominan
dimana luas panennya relatif lebih besar adalah kacang panjang,
terong, sawi, cabe, dan tomat. Kacang panjang memiliki luas panen
terbesar dibanding sayuran lainnya, yakni seluas 294 ha atau 22,67%

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 23
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

dari total luas panen sayuran di Kabupaten Kotabaru (BPS


Kab.Kotabaru, 1996-2005).
• Selama kurun waktu 4 tahun terakhir (tahun 2001-2004), luas panen
dan produksi sebagian besar tanaman sayuran mengalami kenaikan
pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 25,11% dan 81,36% untuk
kacang panjang, 20,17% dan 28,14% untuk terong, 13,11% dan
28,01% untuk cabe, serta 48,48% dan 107,77% untuk tomat.
Tanaman sawi sendiri meski luas panennya menunjukkan trend
pertumbuhan menaik sebesar 25,18%, namun produksinya mengalami
penurunan sebesar rata-rata 5,64% per tahun. Terjadinya penurunan
ini diakibatkan produktivitas tanaman yang cenderung menurun, yaitu
sebesar rata-rata 17,53% per tahun. Adapun kawasan sentra produksi
komoditas sayuran ini berada di Kecamatan Pulau Laut Utara (BPS
Kab.Kotabaru, 2002-2005, Kab.Kotabaru dalam Angka Tahun 2001-
2004) (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

Tanaman Buah-buahan.
• Luas areal tanaman buah-buahan pada tahun 2004 adalah 7.326,80
ha. Komoditas buah-buahan yang dominan diusahakan dilihat dari
luas tanaman yang menghasilkan adalah pisang, mangga pulau,
durian, nangka, rambutan, jeruk besar, belimbing dan duku/langsat.
Pisang. memiliki luas areal panen paling besar yakni 1.004,75 ha atau
13,71% dari luas total tanaman buah-buahan di Kabupaten Kotabaru,
kemudian diikuti oleh mangga (12,15%), durian (11,68%), nangka
(11,50%, rambutan (11,45%), jeruk besar (11,11%), belimbing (5,80%)
dan duku/langsat (5,68%). Dilihat dari perkembangan luas panen dan
produksinya, semua jenis komoditas buah-buahan cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Benih, pupuk, perlindungan tanaman, panen, dan pasca panen


• Untuk memenuhi kebutuhan benih, komoditas pangan di Kabupaten
Kotabaru dikoordinasikan dengan instansi terkait seperti BPSB, OPB,
penangkar dan lainnya untuk menghasilkan kelas benih BS – FS dan
FS – SS dari Balai Benih Induk (BBI) dan Balai Benih Utama (BBU).
Data perkembangan keperluan dan penyediaan benih di Kabupaten
Kotabaru tahun 2004 untuk komoditi padi, jagung, kedelai dan kacang
tanah menunjukkan kondisi defisit, artinya persediaan benih yang ada
di Kabupaten Kotabaru masih belum mencukupi.
• Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) dan benih bersertifikat masih
terbatas. Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman petani mengenai
pentingnya benih bersertifikat bagi petani.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 24
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Penggunaan pupuk oleh petani belum memperhatikan tepat waktu,


tepat dosis, dan tepat jenis. Hal ini disebabkan antara lain karena
masih rendahnya daya beli petani, disamping belum seluruh KUD
menyediakan kios penyaluran pupuk.
• Organisme pengganggu tanaman (OPT), kekeringan dan kebanjiran
merupakan salah satu penyebab kehilangan hasil. Luas serangan dan
kerusakan tanaman padi di Kabupaten Kotabaru masih cukup rendah,
yaitu sekitar 0,25 % dari luas tanam total (BPS Kabupaten Kotabaru,
2004). Jenis serangan terbesar berupa serangan hama tikus seluas 35
ha atau 100 % dari luas total area yang terserang.
• Pada tanaman pangan, kehilangan hasil dalam menangani pasca
panen masih cukup besar yakni sekitar 12,77% (meski dibawah rata-
rata KalSel 17-18 %) dari produksi yang dihasilkan. Hal ini antara lain
disebabkan oleh terbatasnya kemampuan petani dalam penyediaan
alat pasca panen sendiri.

Penyediaan dan kebutuhan beras.


• Berdasarkan data produksi padi tahun 1999 – 2003, diketahui bahwa
Kabupaten Kotabaru mengalami surplus beras. Perhitungan surplus
tersebut adalah dengan mengurangkan produksi dengan keperluan
benih guna penanaman kembali, pakan ternak, konsumsi rumah
tangga, industri, losses atau kehilangan hasil serta buffer stock. Pada
tahun 2005, Kotabaru termasuk wilayah dengan ketersediaan beras
selama 8 bulan.
• Surplus beras selama kurun waktu lima tahun mengalami penurunan
yang fluktuatif, Penurunan ini terjadi disebabkan oleh makin
bertambahnya tingkat konsumsi, yang diindikasikan melalui
peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Kotabaru setiap tahunnya.
Walaupun perkembangan produksi padi selalu terjadi peningkatan
namun penambahan produksi tersebut masih di bawah peningkatan
jumlah penduduk setiap tahunnya (Laporan tahunan Dinas Pertanian
dan Peternakan Kab.Kotabaru Tahun 2004)

b. Kondisi Perkebunan.

Luas Lahan dan Pemanfaatannya


• Perkembangan subsektor perkebunan di Kabupaten Kotabaru sangat
didukung oleh adanya potensi lahan kering untuk tanaman perkebunan
yang luasnya mencapai 1.397.585 ha, dimana yang sudah
dimanfaatkan pada tahun 2003 sebesar 156.214 ha atau 11,18 % (BPS
Kab.Kotabaru 2004).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 25
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Kotabaru, potensi lahan


perkebunan terbesar terdapat di Kecamatan Pamukan Utara, kemudian
diikuti Kecamatan Kelumpang Selatan dan Kecamatan Pulau Laut
Utara. (Laporan Tahunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kab.Kotabaru, 2004).
• Pencapaian luas areal tanaman perkebunan meningkat 9,32 % dari
123.722,59 ha tahun 2003 menjadi 135.249,80 ha pada tahun 2004
(BPS Kabupaten Kotabaru, 2004-2005). Komoditas perkebunan yang
diusahakan meliputi karet, kelapa sawit, kelapa hibrida, kelapa dalam,
kopi, kakao, lada, cengkeh, kemiri, sagu, aren, vanili dan kayu manis.
• Dari sisi luas areal pertanaman, komoditas yang paling dominan
adalah kelapa sawit 91,81 %, disusul oleh kelapa dalam 2,38 %, kopi
1,66% dan karet 1,65%.
• Luas areal tanaman kelapa sawit tidak saja dominan di Kabupaten
Kotabaru bila dibandingkan terhadap luas total tanaman perkebunan ,
tetapi juga di Kalimantan Selatan, dimana luas areal kelapa sawit
Kabupaten Kotabaru mencapai 62,72% dari luas total tanaman kelapa
sawit yang terdapat di Kalimantan Selatan. Kondisi ini menunjukkan
bahwa kelapa sawit memiliki keunggulan dibanding komoditas lainnya.
• Selain kelapa sawit, Kotabaru juga memiliki komoditas lada yang luas
tanamnya juga paling luas dibanding kabupaten lainnya, yaitu
mencapai 397 ha atau 33,63% dari luas tanaman tersebut di
Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk komoditas kelapa dalam,
kabupaten ini berada diurutan keempat setelah Kabupaten Batola, HSS
dan HST, dengan luas areal mencapai 7,58% dari luas tanaman
tersebut di Kalimantan Selatan (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).
• Pada sub sektor perkebunan ini, potensi yang dapat dikembangkan
adalah komoditas kelapa sawit, lada, kelapa dalam, kopi dan karet.
Khusus untuk usaha perkebunan kelapa sawit, luas tanam terbesar
terdapat di Kecamatan Pamukan Utara mencapai 29,36% dari total
luas areal kelapa sawit Kotabaru. Areal tanaman kelapa sawit tahun
2004 seluas 124.945 ha, meningkat sebesar 10,00 % jika
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya seluas 113.586 ha.
• Secara keseluruhan luas areal tanaman perkebunan di Kabupaten
Kotabaru tahun 2004 rata-rata mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya. Areal tanaman kelapa sawit pada tahun 2004 seluas
124.945 ha, areal ini meningkat sebesar 10% jika dibandingkan areal
tahun sebelumnya seluas 113.586 ha. Areal tanaman lada, kelapa
dalam, kopi dan karet juga mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 5,87%, 0,10%, 0,29%, dan 4,39% dibanding tahun

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 26
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

sebelumnya (BPS Kabupaten Kotabaru dan Laporan Dinas Kehutanan


dan Perkebunan, 2004) (BPS Kab.Kotabaru, 1996-2005).

Produksi dan produktivitas


• Dari beberapa komoditas perkebunan yang potensial untuk
dikembangkan di Kabupaten Kotabaru, produksi kelapa sawit
menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan yaitu
meningkat 0,5 % dari 808.024,54 ton (tahun 2003) menjadi 811.887,78
ton (2004). Di Kabupaten Kotabaru produksi kelapa sawit tertinggi
terdapat di Kecamatan Pamukan Utara sebesar 228.145,50 ton atau
28,10% dari total produksi Kotabaru pada tahun 2004 (Lampiran 21)
• Usaha perkebunan lada, kelapa dalam, kopi dan karet hampir tersebar
merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Kotabaru. Kalau dilihat
produksi dari keempat komoditas ini, produksi tertinggi dicapai oleh
karet, yaitu sebanyak 2.885,38 ton, kemudian diikuti kelapa dalam
2.179,51 ton, kopi 908,32 ton dan lada 221,43 ton (BPS Kotabaru,
2005).
• Produksi tertinggi untuk masing-masing komoditas adalah karet
terdapat di Kecamatan Sungai Durian sebesar 490,32 ton atau 16,99%
dari produksi Kotabaru. Selanjutnya produksi tertinggi kelapa dalam di
Kecamatan Pulau Laut Utara 580,60 (26,64%), kopi di Kecamatan
Pamukan Utara 517,24 ton (56,94%) dan lada terdapat di Kecamatan
Pulau Laut Timur sebesar 65,60 ton atau 29,63% dari total produksi
lada Kotabaru (BPS Kotabaru, 2005).
• Dibanding tahun 2003 produksi lada, kelapa dalam dan kopi mengalami
stagnasi pertumbuhan pada tahun 2004 (produksinya tetap sama
dengan tahun 2003), yaitu masing-masing sebesar 221,43 ton,
2.179,51 ton dan 908,32 ton. Namun bila dilihat dari kecenderungan
selama 10 tahun terakhir (1995-2004) produksi lada dan kopi
menunjukkan tingkat pertumbuhan yang meningkat, yakni masing-
masing rata-rata sebesar 13,72% dan 9,29% per tahun. Sedangkan
kelapa dalam trend produksinya turun rata-rata 2,20% per tahun (BPS
Kotabaru, 2005).
• Dari sisi produktivitas kelapa sawit menunjukkan perkembangan yang
cukup menggembirakan dimana pada tahun 2004 tingkat
produktivitasnya sebesar 6,50 ton/ha. Komoditas lainnya, seperti lada
0,56 ton/ha, kelapa dalam 0,81 ton/ha, kopi 0,44 ton/ha dan karet 1,35
ton/ha (BPS Kotabaru, 2005).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 27
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Input Produksi
• Untuk pemenuhan kebutuhan bibit komoditas perkebunan, terutama
bibit karet di Kabupaten Kotabaru dilaksanakan oleh para petani
penangkar yang telah dibina oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
Kegiatan ini sebenarnya sudah mengarah pada kegiatan agribisnis
yakni subsistem agribisnis hulu, sebagai kegiatan ekonomi/industri
yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian. Penggunaan klon
unggul masih terbatas pada klon tertentu saja. Ini disebabkan belum
tersedianya kebun entres dengan klon terbaru sedangkan untuk bibit
kelapa sawit umumnya didatangkan dari luar Kalimantan, yaitu dari
Sumatera Utara.
• Dengan luas lahan perkebunan yang tersedia, bagaimanapun masih
tidak sebanding dengan kemampuan tenaga manusia untuk
mengolahnya. Untuk itu maka peran alat dan mesin pertanian sangat
membantu dalam meningkatkan kemampuan petani. Dalam rangka
pengembangan lahan, untuk tanaman perkebunan dilakukan dengan
pembuatan dan pemeliharaan teras dan rorak.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)


• Dalam upaya memberikan contoh kepada petani agar dapat
meningkatkan produksi tanaman perkebunan, maka telah dilakukan
gerakan massal pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman)
seperti gerakan pengendalian jamur akar putih dan gerakan
pengendalian kering alur sadap pada karet. OPT pada karet didominasi
oleh penyakit jamur akar putih (JAP). Penyakit ini timbul biasanya
karena kelembaban kebun yang tinggi. OPT pada kelapa umumnya
adalah hama Oryctes sp. OPT pada kelapa sawit masih disebabkan
oleh serangan tikus dan babi serta sebagian adanya penyakit bercak
daun, sedangkan pada kopi sebagian besar karena serangan bubuk
buah dan penyakit bercak daun

c. Kondisi Peternakan
Lahan Pengembangan dan Pemanfaatannya
• Pada Sub Sektor Peternakan tersedia lahan penggembalaan/ padang
rumput bagi pengembangan ternak besar seluas 39.621 ha.
• Selama periode tahun 2003–2005 jumlah populasi ternak besar (sapi
dan kerbau) dan ternak kecil (kambing dan babi) maupun ternak
unggas (itik, ayam potong dan ayam buras) cenderung menaik.
Dengan kata lain, secara keseluruhan populasi ternak di Kabupaten
Kotabaru mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu rata-
rata 39,72% per tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 28
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Populasi ternak besar naik dari 17.215 ekor tahun 2003 menjadi
21.897 ekor tahun 2005, atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar
13,60% per tahun, dimana untuk sapi naik rata-rata 14,58% per tahun
dan kerbau 11,98%. Jumlah populasi ternak kerbau lebih dari dua kali
jumlah populasi ternak sapi.
• Populasi ternak kecil selama kurun waktu 2003 – 2005 juga
mengalami kenaikan dari 12.587 ekor menjadi 17.946 ekor, atau
mengalami kenaikan rata-rata 21,29% per tahun, dimana untuk ternak
kambing naik rata-rata 19,57% dan babi 12,99%. Populasi ternak kecil
yang dominan adalah kambing.
• Perkembangan populasi ternak unggas mengalami pertumbuhan yang
terus meningkat setiap tahunnya, dengan laju pertumbuhan mencapai
40,40% per tahun (2003 – 2005). Perkembangan yang paling pesat
terjadi pada ternak ayam ras pedaging atau ayam potong, dari 425.550
ekor menjadi 897.457 ekor (meningkat rata-rata 64,42% per tahun).
Ayam buras juga mengalami peningkatan, yaitu rata-rata 24,84% per
tahun (dari 499.263 ekor menjadi 773.495 ekor). Demikian pula, itik
mengalami kenaikan dari 78.267 ekor menjadi 142.605 ekor (naik
35,21% per tahun) (Lampiran 22).
• Bibit ternak sebagian besar masih tergantung dari luar Kotabaru.

Produksi dan Konsumsi


• Produksi daging berbagai jenis ternak selama periode 2003-2005
mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan yaitu rata rata
sebesar 39,06%/tahun. Tahun 2003 produksi daging sebanyak 929.051
ekor dan tahun 2005 naik menjadi 1.654.774 ekor
• Produksi daging untuk ternak besar naik dari 2.837 ekor tahun 2003
menjadi 3.274 ekor tahun 2005, atau mengalami kenaikan rata-rata
sebesar 7,70% per tahun, dimana untuk sapi naik rata-rata 12,05% per
tahun dan kerbau 7,33%. Jumlah produksi ternak kerbau lebih besar
dari jumlah produksi ternak sapi.
• Produksi daging untuk ternak kecil selama kurun waktu 2003 – 2005
juga mengalami kenaikan dari 2.623 ekor menjadi 3.954 ekor, atau
mengalami kenaikan rata-rata 25,37% per tahun, dimana untuk ternak
kambing naik rata-rata 27,48% dan babi 46,87%. Jumlah produksi
ternak kecil yang dominan adalah kambing.
• Perkembangan produksi ternak unggas mengalami pertumbuhan yang
terus meningkat setiap tahunnya, dengan laju pertumbuhan mencapai
39,19% per tahun (2003 – 2005). Perkembangan yang paling pesat
terjadi pada ternak ayam ras pedaging atau ayam potong, dari 839.880
ekor menjadi 3.589.708 ekor (meningkat rata-rata 62.29% per tahun).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 29
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Ayam buras juga mengalami peningkatan, yaitu rata-rata 9,21% per


tahun (dari 624.228 ekor menjadi 813.143 ekor). Demikian pula, itik
mengalami kenaikan dari 29.483 ekor menjadi 38.695 ekor atau naik
14,72% per tahun (Lampiran 23).
• Konsumsi daging berbagai jenis ternak selama periode 2003-2005
mengalami peningkatan cukup menggembirakan yaitu rata-rata
sebesar 30,82%/tahun. Tahun 2003 konsumsi daging sebanyak
875.520 ekor dan tahun 2005 naik menjadi 1.415.277 ekor.
Meningkatnya konsumsi ini disebabkan peningkatan jumlah penduduk
dan kesadaran masyarakat akan gizi dan kesehatan.
• Konsumsi daging untuk ternak besar turun dari 1.000 ekor tahun 2003
menjadi 868 ekor tahun 2005, atau mengalami penurunan rata-rata
sebesar13,20% per tahun.
• Konsumsi daging untuk ternak kecil selama kurun waktu 2003 – 2005
mengalami kenaikan dari 332 ekor menjadi 532 ekor, atau mengalami
kenaikan rata-rata 30,12% per tahun
• Perkembangan konsumsi ternak unggas mengalami pertumbuhan
meningkat setiap tahunnya, dengan laju pertumbuhan mencapai
30,87% per tahun (2003 – 2005). (TERNAK 8)

Penyakit Hewan
• Penyakit menular yang dapat dipantau pada hewan/ternak di
Kab.Kotabaru baik secara laboratoris maupun klinis adalah Rabies,
Brucellosis (Kluron menular pada sapi) dengan keadaan negatif,
Penyakit ngorok pada sapi, Parasit Darah, Newcastle Disease
(tetelo pada ayam) yang diduga ada hampir di seluruh Kabupaten
Kotabaru, Fasciolosis (cacing hati). Penyakit Demam Tiga Hari,
Penyakit Kambing, serta penyakit-penyakit lain pada unggas.
• Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan melalui vaksinasi,
eliminasi dan pengobatan sudah banyak dilakukan oleh Dinas
Peternakan dan Perikanan, akan tetapi masih belum optimal.
Pengendalian ini juga sangat tergantung pula pada pemeliharaan yang
dilakukan peternak dan lingkungannya.

ANALISIS

Proyeksi Peluang (Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan)


• Kebijakan otonomi daerah (UU No.32 tahun 2004 dan PP No.25 tahun
2000 tentang Keuangan Daerah) memberikan kewenangan luas bagi
daerah dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembangunan termasuk pertanian di daerahnya dan juga berkewajiban

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 30
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

menjaganya agar terjaga kelestariannya sehingga diperoleh manfaat


yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
• Melalui desentralisasi semakin besar peluang sektor swasta untuk
berperan dalam pembangunan pertanian di perdesaan. Dengan visi
baru ini sektorpertanian menjadi satu mencakup aktivitas-aktivitas yang
terkait mulai dari subsistem hulu sampai subsistem hilir.
• Adanya globalisasi yang berarti terciptanya pasar bebas telah
membuka peluang bagi usaha bidang pertanian/agribisnis dalam
kemitraan maupun kesempatan pemasaran dan pembelian.
• Semakin meningkatnya permintaan terhadap produk-produk pertanian,
perkebunan dan peternakan di masa mendatang, merupakan peluang
pasar yang sangat besar.
• Pencanangan Program Revitalisasi Sub Sektor Perkebunan melalui
pengembangan komoditas kelapa sawit, karet dan kakao oleh
Pemerintah Pusat merupakan peluang besar yang dapat diraih
Kabupaten Kotabaru untuk semakin memacu pengembangan
komoditas perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet.
• Pembangunan peternakan propinsi telah diarahkan untuk
mewujudkan Kalimantan Selatan sebagai daerah sumber bibit sapi
potong tahun 2010.
• Semakin berkembangnya teknologi tepat guna dapat dimanfaatkan
bagi pengembangan peternakan yang lebih produktif.
• Adanya komitmen aparatur untuk meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat.
• Tersedianya potensi sumberdaya lahan dan angkatan kerja yang
belum termanfaatkan diluar peternakan menciptakan peluang agribisnis
yang besar di masa depan
• Semakin meningkatnya konsumsi masyarakat akan protein hewani,
merupakan tantangan yang harus dihadapi bidang peternakan terlebih
lagi dengan terus meningkatnya jumlah penduduk.

Proyeksi Ancaman (Tanaman Pangan, Perkebunan & Peternakan)


• Makin bertambahnya tingkat konsumsi, yang diindikasikan melalui
peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Kotabaru setiap tahunnya
menyebabkan surplus beras selama kurun waktu lima tahun
mengalami penurunan yang fluktuatif. Walaupun produksi padi selalu
meningkat namun penambahan produksi tersebut masih di bawah
peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya.
• Adanya globalisasi –yang mengakibatkan semakin terbukanya pasar
dan meningkatnya persaingan--, berimplikasi akan semakin
meningkatnya tuntutan kebijakan pertanian yang berlandaskan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 31
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

mekanisme pasar (market oriented) dan semakin berperannya selera


konsumen (demand driven) dalam menentukan aktivitas di sektor ini.
• Kualitas produk pertanian yang berasal dari luar (import) --karena
berbagai faktor terutama faktor teknologi dan kebijakan internal negara
masing masing-- lebih baik dari yang dihasilkan daerah ini.
• Kondisi iklim yang kadang sulit diprediksi, merupakan ancaman
tersendiri bagi pengembangan usaha di bidang pertanian.
• Penyakit ternak yang makin berkembang variasinya (dan turunannya)
yang makin tak terbatasi penyebarannya diprediksi menjadi ancaman
yang nyata bagi usaha peternakan. Disisi lain upaya penanggulangan
berbabagai macam penyakit tersebut diatas yang sudah dan sedang
dilakukan oleh pemerintah terutama pemerintah pusat masih
terkendala oleh berbagai faktor khususnya faktor teknologi.
• Persaingan antar daerah sebagai konskuensi adanya otonomi daerah
yang sering ditafsirkan sebagai upaya pembangunan

Proyeksi Keberhasilan (Tanaman Pangan, Perkebunan &


Peternakan)
• Adanya komitmen untuk merubah orientasi pembangunan pertanian
dari pendekatan produksi menjadi “pendekatan agribisnis” sebagai
bentuk “revitalisasi sektor pertanian”.
• Tersedianya potensi dan sumberdaya pertanian yang cukup besar
seperti masih tersedianya sumberdaya lahan pertanian yang belum
dimanfaatkan serta banyaknya sumberdaya manusia atau angkatan
kerja yang berusaha di sektor pertanian menciptakan potensi besar
agribisnis di masa depan.
• Pertumbuhan luas tanam, luas panen, dan produksi tanaman pangan
(padi, palawija dan sayuran) dan perkebunan yang semakin menaik.
• Tahun 1999 – 2003 Kabupaten Kotabaru mengalami surplus beras. Ini
menunjukkan adanya potensi keunggulan dalam hal ketahanan pangan
daerah.
• Peluang Kotabaru untuk tetap menjadi produsen terbesar/utama kelapa
sawit di Kalimantan Selatan sangat besar, karena potensi sumberdaya
yang memadai baik melalui pengembangan areal baru maupun
peningkatan produktivitas.
• Luas areal kelapa sawit Kotabaru merupakan terbesar di Kalimantan
Selatan (62,72%).Ini menunjukkan bahwa kelapa sawit memiliki
keunggulan dibanding komoditas lainnya.
• Penggunaan bibit perkebunan dari para petani penangkar yang dibina
oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan sudah mengarah pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 32
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

kegiatan agribisnis yakni subsistem agribisnis hulu (kegiatan


ekonomi/industri yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian.
• Tingginya rata-rata tingkat pertumbuhan kebutuhan minyak sawit dunia
yang mencapai 7,7% per tahun dan tingginya komitmen Pemerintah
Pusat terhadap pengembangan komoditas kelapa sawit melalui
program revitalisasi subsektor perkebunan sangat mendukung
keberhasilan pengembangan komoditas ini.
• Kondisi alam Kotabaru sangat sesuai bagi pengembangan berbagai
jenis ternak diantaranya menyediakan berbagai vegetasi sebagai
sumber pakan alami dan dapat diolah dalam jumlah besar.
• Dari seluruh populasi ternak yang ada, ternak yang paling dominan
diusahakan adalah jenis unggas namun jenis ternak besar pun dapat
berkembang dengan baik.
• Tingginya rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi produk ternak per
tahun (30,82%) akan sangat mendukung keberhasilan pengembangan
komoditas peternakan.

Proyeksi Permasalahan (Tanaman Pangan,Perkebunan &


Peternakan)
• Data perkembangan keperluan dan penyediaan benih di Kabupaten
Kotabaru tahun 2004 menunjukkan bahwa persediaan benih yang ada
di Kabupaten Kotabaru masih belum mencukupi, sehingga untuk
mencukupinya masih sangat tergantung dari luar.
• Penggunaan Varietas Unggul dan benih bersertifikat masih terbatas.
Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman petani mengenai
pentingnya benih bersertifikat.
• Penggunaan pupuk oleh petani belum memperhatikan tepat waktu,
tepat dosis, dan tepat jenis.
• Pada tanaman pangan, kehilangan hasil dalam menangani pasca
panen masih cukup tinggi dari produksi yang dihasilkan. Hal ini antara
lain disebabkan oleh terbatasnya kemampuan petani dalam
penyediaan alat pasca panen sendiri. Organisme pengganggu
tanaman (OPT), kekeringan dan kebanjiran juga merupakan salah satu
penyebab kehilangan hasil.
• Masih terbatasnya sarana-prasarana dan akses petani bagi
pengembangan sektor pertanian daerah, misalnya lantai jemur,
gudang penyimpanan, kios saprodi, jalan usahatani, peralatan, mesin-
mesin pertanian, dan sumber pembiayaan.
• Masih rendahnya kuantitas dan kualitas petugas/aparat dalam
mendukung program pembangunan pertanian, seperti masih

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 33
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

kurangnya tenaga penyuluh yang berperan penting bagi keberhasilan


sektor pertanian.
• Belum optimalnya pemanfaatan lahan yang disebabkan antara lain oleh
a.terbatasnya tenaga kerja (baik manusia, ternak kerja maupun
mesin/traktor), b.tingkat kesuburan tanah yang rendah, c.belum
tersedianya saluran irigasi &drainase yang baik dan memenuhi syarat,
d.terbatasnya modal petani untuk mengelola usahataninya-dan
e.adanya beberapa lahan yang cukup jauh dari domisili petani.
• Semakin berkurangnya minat petani dalam melaksanakan diversifikasi
usahatani, terutama dalam mengusahakan komoditas sayuran.
• Masih tingginya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
OPT pada karet didominasi oleh penyakit jamur akar putih (JAP), pada
kelapa dalam umumnya adalah hama Oryctes sp, pada kelapa sawit
disebabkan oleh serangan tikus dan babi serta sebagian adanya
penyakit bercak daun, sedangkan pada kopi sebagian besar karena
serangan bubuk buah dan penyakit bercak daun
• Industri pengolahan kelapa sawit yang ada hanya mampu
memproduksi CPO sebagai produk antara dan belum mampu
menghasilkan produk akhir yang akan memberikan nilai tambah yang
jauh lebih besar. Nilai tambah terbesar dari komoditas ini justeru
dinikmati oleh daerah lain di luar Kotabaru dan Kalimantan Selatan
yang memiliki industri-industri berbahan baku CPO.
• Walaupun angkatan kerja yang berusaha di sektor pertanian cukup
besar, tetapi kualitas SDM atau petani masih relatif rendah.
• Masih rendahnya produktivitas induk pada peternakan, mutu bakalan
yang ada masih kurang, Average Daily Gain (rata-rata pertambahan
berat per hari) masih rendah, dan pemanfaatan teknologi masih
rendah.
• Masih lemahnya kelembagaan peternak, masih banyak peternak yang
menjalankan usaha ternaknya dengan skala subsisten dengan
manajemen usahatani yang lemah serta pengendalian penyakit ternak
masih lemah.
• Produksi ternak dijual dalam keadaan hidup dan homogen, belum ada
produk yang terstandarisasi (grading). Hal ini menyebabkan nilai jual
yang diterima oleh peternak rendah dan bila hal ini dibiarkan akan
mempengaruhi keberlangsungan usaha ternak.
• Di bidang pemasaran, sistem pemasaran belum tertata dengan baik
dan bargaining position (posisi tawar) peternak masih lemah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 34
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

2.1.3.2.2. KELAUTAN DAN PERIKANAN

KONDISI SAMPAI SAAT INI


• Potensi sumberdaya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang
dimiliki Kotabaru belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan
yang ada cenderung bersifat kegiatan parsial atau pragmentatif dan
belum membentuk kegiatan holistik atau integrated. Padahal wilayah
ini mengkontribusi nilai manfaat penting baik ekspor, perdagangan
antar pulau maupun lokal termasuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
• Pesisir dan pulau-pulau kecil yang ada dalam wilayah Kabupaten
Kotabaru selama ini kurang mendapat sentuhan kebijakan
pembangunan karena pada umumnya terpencil, kondisi transportasi
yang sangat kurang memadai, serta sarana dan prasarana terbatas
(misalnya jalan, listrik, telekomunikasi dan air bersih)
• Kabupaten Kotabaru merupakan kantong produksi perikanan terbesar
di Provinsi Kalimantan Selatan, baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya. Produksi perikanan Kalsel pada tahun 2004
sebanyak 176.642,7 ton, 66% dihasilkan dari penangkapan di laut,
27% dihasilkan dari penangkapan di perairan umum, dan 7% dari
perikanan budidaya. Terdapat 9.358 Rumah Tangga Perkanan (RTP)
perairan laut, 44.625 RTP perairan umum dan 9.288 RTP budidaya
termasuk pembudidaya tambak.
• Pada tahun 2004 produksi perikanan di Kabupaten Kotabaru
52.101,06 ton. Ini merupakan 29% dari produksi ikan hasil tangkapan
Kalimantan Selatan dimana kontribusi terbesar diperoleh dari ikan
hasil tangkapan di laut yaitu sekitar 94 % sedangkan 6% lainnya
dihasilkan dari perikanan budidaya.
• Potensi lestari perikanan tangkap adalah 57.600 ton. Angka produksi
sudah sekitar 85% dari angka potensi lestari. Angka tersebut sudah
melampaui potensi sumberdaya ikan tersedia yang boleh ditangkap
sepanjang tahun karena melebihi angka 80% dari MSY (maximum
sustainable yield) berdasarkan komitmen internasional mengenai
perikanan yang dibuat Food and Agriculture Organization (FAO) dan
Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Dari data
tersebut hanya ada sedikit lagi ruang (space) yang tersisa untuk
penambahan produksi. Walau ikan termasuk sumberdaya yang dapat
pulih namun harus ada yang tersisa dalam jumlah cukup untuk hidup
dan berkembang biak kembali.
• Jumlah alat tangkap yang digunakan selama periode 2001 – 2004
cenderung menurun. Rata-rata penurunan jumlah alat tangkap per
tahun adalah 9,56%. Penurunan cukup besar terjadi pada jenis alat

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 35
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

tangkap pancing dan purse saine (gae). Sedangkan untuk jenis alat
tangkap lainnya relatif tetap, bahkan terjadi kenaikan jumlah bagan
tancap (84,78%) dan pancing tonda (100%). Hal ini menunjukkan
bahwa meskipun secara keseluruhan jumlah alat tangkap cenderung
menurun, tetapi jumlah alat tangkap kapasitas besar mengalami
kenaikan. Pada usaha penangkapan udang jumlah kapal penangkap
mengalami peningkatan.
• Jumlah armada penangkapan ikan berdasarkan ukuran pada tahun
2004, yaitu sebanyak 2.024 Kapal Motor berukuran dibawah 5 GT,
589 Kapal Motor berukuran antara 5 – 10 GT, 123 Kapal Motor
berukuran 10 – 20 GT, 259 Perahu Motor dan 251 Perahu Tanpa
Motor. Banyaknya kapal motor yang berukuran dibawah 5 GT, perahu
motor dan perahu tanpa motor yang digunakan, mencirikan operasi
penangkapan ikan dilakukan oleh nelayan Kabupaten Kotabaru
berada pada perairan dangkal atau berkutat pada Jalur Ia (0 – 3 mil
laut) dan Jalur Ib (3 – 6 mil laut).
• Perikanan Kabupaten Kotabaru sebagaimana perikanan Indonesia
yang masih sangat tergantung dengan produksi ikan hasil tangkapan
di laut yang berhadapan dengan isu strategis dan aktualnya yaitu over
fishing dan under fishing, kerusakan habitat, mutu hasil tangkapan,
IUU fishing (Illegal, un-reported and un-regulated fishing), dan
penjualan ikan di laut.

Lahan Pengembangan
• Secara administratif, Kabupaten Kotabaru --disamping Tanah Bumbu,
Tanah laut, Banjar dan Barito Kuala--memiliki hak pengelolaan wilayah
laut. Dibanding dengan keempat kabupaten tersebut, Kabupaten
Kotabaru bersifat spesifik yaitu memiliki banyak pulau kecil dengan
berbagai karakteristiknya. Dalam perkembangannya wilayah ini
menjadi pusat kegiatan ekonomi, terutama dibidang transportasi laut,
pariwisata dan perikanan.
• Luas wilayah daratan mencapai kurang lebih 9.422,73 km2, termasuk
pulau-pulau kecil. Luas laut sekitar 38.490 km2 dengan panjang garis
pantai sekitar 825 km.
• Jika dihubungkan antara panjang garis pantai dengan wewenang
pengelolaan atas laut oleh kabupaten (sejauh 4 mil dari garis pantai),
maka luasan potensi laut seakan tidak signifikan. Akan tetapi karena
kotabaru adalah kabupaten kepulauan di Provinsi Kalimantan Selatan
maka selain memiliki wilayah pesisir dan laut, juga memiliki sejumlah
pulau kecil di dalam wilayah administrasinya. Pulau yang dimiliki
Kotabaru berjumlah 90 dengan pengelompokkan pulau yang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 36
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

berpenghuni 33 buah, pulau yang tidak berpenghuni 57 buah, pulau


yang memiliki nama 49 buah dan pulau yang tidak memiliki nama 41
buah. (data yang dibuat pada tanggal 20 Juni 2003 oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru).

• Pesisir, laut dan pulau-pulau kecil merupakan lahan pengembangan


potensial untuk usaha perikanan, disamping lahan daratan. Pulau-
pulau kecil berpenghuni, umumnya menjadi tempat pendaratan ikan
(fish landing) secara tradisonal baik secara almiah maupun buatan
(bentuk dermaga, dimana nelayan atau masyarakat setempat
menyebutnya dengan jembatan).
• Potensi luasan lahan yang dapat dikembangkan untuk perikanan dan
lain-lain adalah perairan laut seluas 38.490 km2, perairan umum
168.050 ha, lahan yang dapat dijadikan tambak (budidaya air payau)
seluas 52.900 ha, lahan budidaya ikan air tawar (kolam) seluas 269 ha
• Sejumlah 11 wilayah administrasi kecamatan potensial dapat dijadikan
wilayah untuk pengembangan penangkapan ikan di laut maupun
pembudidayaan ikan di laut, kecuali Kecamatan Kalumpang Hulu,
Hampang, sungai Durian dan Pamukan Utara. Disamping laut
sebagai lahan usaha, kegiatan usaha perikanan telah berkembang di
sejumlah desa, yaitu nelayan laut menempati 119 desa pantai dan
nelayan perairan umum menempati 7 desa. Sedangkan pembudidaya
ikan air tawar menempati 21 desa.
• Luasan laut secara spesifik sudah mulai dikembangkan kearah
perikanan budidaya dengan didukung fasilitas yang sudah ada berupa
Balai Budidaya Ikan Pantai (BBIP) di Teluk Tamiang.

Sumber Daya Manusia Dan Kelembagaan

• Menurut data tahun 2004, sejumlah 18.846 orang terlibat langsung di


bidang perikanan dengan pelaku 1.349 RTP, meliputi berbagai peran
yaitu sebagai Nelayan laut 15.961 orang, Nelayan perairan umum 788
orang, Pembudidaya ikan air payau (tambak) 1.356 orang,
Pembudidaya ikan air tawar (kolam) 55 orang, Pembudidaya rumput
laut 362 orang, Pengusaha dan buruh perikanan 160 orang, dan
Wanita/taruna pembudidaya ikan 164 orang.
• Kelompok Pembudidaya Ikan dan Nelayan sampai saat ini sudah
terbentuk baik atas usaha sendiri maupun yang mendapat penguatan
modal dari pemerintah mencakup pembudidaya ikan kerapu 11
kelompok, pembudidaya rumput laut 12 kelompok, pembudidaya air
tawar 10 kelompok, pembudidaya tambak 49 kelompok. Tetapi, saat

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 37
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

ini pembudidaya yang bergerak di bidang budidaya air tawar belum


terbentuk dan masih berskala perorangan.
• Ada 8 Kelompok Nelayan yang sebagian besar berdiri atas usaha
sendiri dan terdapat kelembagaan penyuluh dengan nama Balai
Penyuluh Perikanan (BPP) Dinas Kelautan dan Perikanan. Ini sebagai
wadah formal untuk berinteraksi antara penyuluh dan pembina dari
Dinas Kelautan dan Perikanan ataupun nelayan/pembudidaya ikan
dan penyuluh dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan
usaha perikanan.
• Secara formal Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten mempunyai
tenaga penyuluh sebanyak 23 orang, yang terdiri dari PNS 20 orang,
dan honorer 3 orang. Tenaga penyuluh tersebut berjenjang
pendidikan sarjana (10 orang), Diploma III (9 orang) dan SLTA (1
orang). Tenaga ini dibutuhkan untuk pelayanan kepada masyarakat
dengan cakupan 10 wilayah kecamatan potensial di bidang perikanan.
• Berbagai program pembangunan pembangunan kelautan dan
perikanan yang telah dan akan terus dilaksanakan, diantaranya adalah
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dan pelatihan-
pelatihan. Beberapa pelatihan yang dilaksanakan dalam tahun 2004,
antara lain : pelatihan pengolahan rumput laut di Desa Teluk Tamiang,
Pelatihan pembudidaya rumput laut di Desa Teluk Sirih, Pelatihan
pembudidaya rumput laut di Desa Lontar Selatan, Pelatihan
permesinan dan perkapalan dan Pelatihan SKK 30 mil serta Pelatihan
SKK 60 mil di UPMB Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Kotabaru, Pelatihan bandeng presto di Kecamatan Pamukan Selatan,
Pelatihan bandeng presto di Ratu Intan..

Produksi dan Konsumsi

• Potensi sumberdaya ikan di laut yang dapat di tangkap (MSY) di


Kabupaten Kotabaru sebanyak 57.600 ton per tahun sementara data
produksi pada tahun 2004 sebanyak 49.092 ton. Produksi perikanan
tangkap di laut pada tahun 2004 mencapai 49.010,50 ton dengan nilai
Rp 540.992.270.000,00. Produksi perikanan tangkap yang cukup
tinggi tersebut memungkinkan untuk mencukupi konsumsi seluruh
masyarakat di wilayah Kabupaten Kotabaru sendiri, juga masih bisa
atau ada kelebihan untuk diperdagangkan antar pulau maupun
diekspor. Komoditi perikanan tangkap di laut yang dihasilkan,
diantaranya berupa jenis udang dan ikan, seperti udang brown, udang
bintik, udang tiger, udang white, lobster, tongkol, tenggiri, bawal,
kembung, otek, dan gulama.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 38
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Jumlah produksi penangkapan ikan di laut selama periode 1996 –


2004 relatif tetap atau dengan fluktuasi yang sangat kecil, dengan
rata-rata kenaikan produksi per tahun hanya sebesar 0,80%.
Kenaikan produksi tertinggi terjadi pada tahun 1997 yaitu 29,76%.
Setelah tahun tersebut, kenaikan jumlah produksi tidak ada yang
melebihi 20%.
• Produksi ikan hasil tangkapan di laut, tertinggi di Kecamatan Pulau
laut utara sebesar 9796,8 ton, urutan kedua yaitu Kecamatan Pulau
Laut Barat sebesar 7153,0 ton dan terbesar ketiga adalah Kecamatan
Pulau Laut Selatan sebesar 6289,2 ton. Produksi ikan ini sangat erat
hubungannya dengan jumlah unit penangkap yang ada di kecamatan
tersebut yang juga jumlahnya merupakan terbanyak dibandingkan
dengan kecamatan yang lain. Produksi perikanan laut Kotabaru yang
relatif tetap tersebut seiring dengan jumlah rumah tanga perikanan
(RTP) dan jumlah alat tangkap yang kenaikannya cukup berfluktuasi.
Secara keseluruhan, angka produksi sudah melampaui potensi
sumber daya ikan tersedia, yaitu melebihi angka 80% dari MSY
berdasarkan komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat
Food and Agriculture Organization (FAO) dan Code of Conduct for
Responsible Fisheries (CCRF).
• Produksi ikan hasil tangkapan di perairan umum (darat) dari 3 wilayah
administrasi kecamatan terbesar, yaitu Kecamatan Pulau Laut Timur,
Kelumpang Utara dan Pamukan Selatan dalam periode 1996 - 2004
mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Hasil tangkapan tahun
1996 sebanyak 2.897, 3 ton dan pada tahun 2004 sebanyak 690,5 ton.
Dari rentang waktu periode ini terjadi penurunan sebesar 76%.
• Produksi ikan hasil budidaya di perairan payau (tambak) cenderung
mengalami kenaikan. Pada tahun 1996 dihasilkan sejumlah 452,4 ton
dan tahun 2004 dihasilkan sejumlah 2.026,69 ton. Dari rentang waktu
ini produksi ikan hasil budi daya di perairan payau sebesar 77%
• Produksi ikan hasil budidaya di perairan umum (darat) mengalami
kenaikan yang sangat pesat, yaitu pada tahun 1996 dihasilkan
sejumlah 454,5 ton dan 2004 sejumlah 9.300,74 ton. Dalam rentang
waktu ini, produksi ikan hasil budidaya mengalami kenaikan sebesar
95%.
• Produksi ikan hasil budidaya di laut (termasuk rumput laut), masih
terus dicoba dalam bentuk kaji terap. Hingga tahun 2004 pelaku
usaha di bidang ini melibatkan sejumlah 362 pembudidaya ikan
dengan jumlah produksi 126,8 ton rumput laut kering.
• Angka konsumsi ikan tahun 2005 untuk Kalimantan Selatan adalah
sebanyak 43,22 kg per kapita per tahun. Angka ini telah melebihi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 39
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

target 34,00 kg per kapita. Tim Peneliti Fakultas Perikanan Unlam


(2005), angka konsumsi ikan Kabupaten Kotabaru sebanyak 35,91 kg
per kapita per tahun. Hasil penangkapan ikan di laut masih dapat
memenuhi konsumsi masyarakat terhadap ikan laut, bahkan apabila
produksi ikan hasil tangkapan di laut dianggap tetap, konsumsi ikan
laut masih dapat terpenuhi.

ANALISIS

Proyeksi Peluang (Perikanan & Kelautan)


• Adanya peraturan yang mendukung perkembangan perikanan dan
kelautan berupa Resolusi PBB Nomor I/4 Tahun 1972 tentang
Penamaan pulau dalam rangka pembakuan nama geografis dan
wilayah negara dan UU RI No. 17 Tahun 1985 yang mengesahkan
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982.
• Undang-Undang No. 32 tahun 2004 memberikan mandat otonomi
bagi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan (ekploarasi, eksploatasi
dan konservasi) sumberdaya wilayah laut sejauh 12 mil laut yang
diukur dari garis pantai ke arah laut oleh daerah provinsi, dan
sejauh sepertiga dari wilayah laut Daerah Propinsi adalah wilayah
Daerah Kabupaten/Kota.
• Terbentuknya Departemen Kelautan Dan Perikanan RI (2001) dan
kelembagaan perikanan di daerah sesauai dengan otonomi daerah
(UU No.32/2004) akan menciptakan program perikanan yang
bersinergis antara pusat, provinsi dan daerah kabupaten/kota.
• Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1983
tentang Pengaturan Zona Ekonomi Eksluisif Indonesia (ZEEI).
Indonesia mempunyai hak kewenangan memanfaatkan Zona
Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km2 yang menyangkut eksplorasi,
eksploitasi dan pengelolaan sumber daya hayati dan non hayati,
penelitian dan yurisdiksi mendirikan instalasi atau pulau buatan.
• Isu Globalisasi dalam bentuk kerjasama rejional --General
Agreement on Tariff and Trade (GATT), April 1994; AFTA (Asean
Free Trade Area) dengan cakupan negara-negara anggota Asean;
NAFTA (North America Free Trade Area) dengan cakupan Amerika
Serikat, Kanada dan Meksiko; APEC (Asia Pacipic Economic
Community) dengan cakupan negara-negara di kawasan Asia
Pasifik; Uni Eropa (European Union) dengan cakupan negara-
negara di kawasan Eropa—memberi peluang luas untuk
peningkatan perdagangan dunia, penurunan tariff barrier dan non
tariff barrier serta peningkatan Intellectual Property dan investasi.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 40
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Adanya trend perikanan dunia (permintaan pasar dan peningkatan


produksi), trend gaya hidup abad 21 (older generation, people on
the run, food to become more international), dan beralihnya
konsumsi daging hewan darat ke daging ikan.
• Peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan serta
semakin menipisnya sumber daya alam di daratan, membuat
sumber daya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil akan
menjadi tumpuan bagi pembangunan mendatang.

Proyeksi Ancaman (Perikanan & Kelautan)


• Lautan merupakan sumberdaya paling terbatas perlindungan dan
pengaturannya padahal dengan dengan adanya prinsip open
access --bahwa perairan adalah milik bersama (common property)-
hampir semua negara di dunia memiliki akses ke lautan dengan
kepentingan dan nilai yang berbeda-beda cenderungan
menimbulkan keretakan hubungan antar negar.
• Pihak (nelayan) luar yang masuk ke wilayah pengelolaan perikanan
Kabupaten Kotabaru dalam musim tertentu setiap tahun yang
umumnya menggunakan armada yang modern menimbulkan
kerugian (konflik) bagi daerah pada umumnya dan bagi nelayan
Kabupaten Kotabaru pada khususnya.
• Peningkatan pemanfaatan wilayah daratan, pesisir dan laut oleh
banyak sektor seperti: eksploitasi hutan tanpa kendali, konversi
lahan, pengerukan/penimbunan, pemukiman, pembuangan limbah,
lahan tambak, pelabuhan khusus angkutan batubara, penggunaan
trawl, pertambangan, dan penambangan pasir laut akan
menimbulkan abrasi, kekeruhan, ekosistem rusak pencemaran
muara, penurunan kualitas air laut, vegetasi dan sungai.
• Kekeliruan pemahaman akan otonomi daerah atas hak
pengelolaan wilayah laut kearah pengaplingan laut atau seakan
daerah berdaulat atas laut menjurus pada konflik perebutan
sumberdaya ikan dalam satuan wilayah penangkapan.
• Adanya konflik ketika nelayan lokal membuat persepsi dan
menentukan sendiri batas wilayah penangkapan yang tidak boleh
dimasuki oleh nelayan luar daerah Kotabaru (perbedaan persepsi
antar kelompok nelayan secara ekonomis, sosial maupun secara
ekologis)
• Laut yang menjadi wilayah pengelolaan Kabupaten Kotabaru
sebagai barometer penangkapan ikan di Kalimantan Selatan di
anggap sudah mengarah pada tingkat kejenuhan dan penuh sesak
dengan kapal-kapal penangkap ikan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 41
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Liberalisasi perdagangan untuk meningkatkan volume


perdagangan dunia sehingga produksi (persaingan) meningkat.

Proyeksi Permasalahan (Perikanan & Kelautan)


• Pengelolaan selama ini lebih terfokus pada wilayah daratan,
termasuk daratan pulau besar (wilayah daratan Pulau Kalimantan)
padahal menurut U.U No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Pemerintah Kabupaten mengelola wilayah sepanjang 4 mil
dari garis pantai, atau sepertiga dari wilayah yang dikelola oleh
Propinsi.
• Pulau-pulau kecil umumnya berada pada wilayah terpencil dengan
aksesibilitas rendah sehingga akan semakin ketertinggalan jauh
dari jangkauan pembangunan padahal keberadaannya sangat
strategis untuk berbagai sektor pembangunan (bisa menjadi muara
konflik).
• Program pengembangan/pengelolaan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Kotabaru belum terformulasikan secara jelas dan
mempromosikan perencanaan pengelolaan sumberdaya laut,
pesisir dan pulau-pulau kecil baru menyentuh tingkat instansi
pemerintahan terkait dan belum banyak menyentuh masyarakat
lokal secara keseluruhan yang menghuni wilayah pesisir apalagi
pulau-pulau kecil terpencil.
• Pemanfaatan Ruang dan Potensi Konflik. Dalam RTRW Kabupaten
Kotabaru penekanan pembangunan masih menitik beratkan pada 4
(empat) jenis karakteristik sumberdaya alam yaitu sumberdaya
lahan sumberdaya hutan, sumberdaya mineral dan sumberdaya air
(permukaan dan potensi air tanah). Dengan perkataan lain, bahwa
pembangunan masih berbasis pemanfaatan sumberdaya alam di
darat dengan segala keterbatasannya sementara sumberdaya alam
di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil belum mendapat
perhatian yang spesifik.
• Peningkatan produksi budidaya tambak (udang dan bandeng) selalu
diringi oleh peningkatan/pembukaan luas lahan yang pada
gilirannya akan merambah dan mengurangi luasan mangrove.
• Provinsi Kalimantan Selatan (termasuk Kabupaten Kotabaru), belum
mempunyai Rencana (blue print) Pembangunan Kelautan Dan
Perikanan. Sebagai kantong produksi perikanan, Kabupaten
Kotabaru belum memiliki Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP),
baik RPP berdasarkan jenis alat tangkap atau jenis ikan maupun
wilayah penangkapan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 42
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Wilayah Pengelolaan Perikanan Kabupaten Kotabaru belum


memiliki Rencana Pengelolaan Perikanan Tangkap yang mengacu
kepada prinsip sustainability dan ekosistem perairan serta
kepentingan sosio-ekonomi para pengguna (stakeholders) sesuai
dengan komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat
Food and Agriculture Organization (FAO) dan Code of Conduct for
Responsible Fisheries (CCRF) atau Kode Etik Perikanan yang
Bertanggung Jawab (KEPBJ).
• Aturan aturan lokal di Kabupaten Kotabaru tentang penangkapan
ikan yang berlaku di masyarakat setempat secara kelembagaan
belum mampu mengakomodir seluruh kepentingan nelayan.
• Adanya kelemahan atau keterbatasan kemampuan nelayan
Kotabaru tradisional (kapal tangkap dibawah 5 GT, jauhnya tempat
penjualan ikan mendorong nelayan menjual hasil tangkapan pada
pengumpul ditengah laut, rendahnya akses nelayan akan fasilitas
pembiayaan, konflik internal antar nelayan)
• Perluasan areal tambak untuk meningkatkan produksi
udang/bandeng telah merambah ke hutan konservasi (hutan
mongrov). Disatu sisi tambak yang ada di lahan konservasi sudah
lama ada sebelum kawasan konservasi tersebut ditetapkan.
• Secara sosiologis, karakteristik nelayan berbeda dengan petani
sehubungan dengan perbedaan karakteristik sumberdaya alam
yang tersedia. Petani berhadapan dengan sumber daya yang
terkontrol, sementara nelayan menghadapi sumber daya yang
hingga kini masih bersifat open access dan common property. Laut
wilayah pengelolaan perikanan Kabupaten Kotabaru, hingga saat ini
masih dianggap oleh nelayan berpotensi sebagai daerah
operasional dalam penangkapan ikan. Upaya penangkapan
(motorisasi dan diversifikasi penggunaan alat tangkap) yang selalu
meningkat akan berpengaruh terhadap ikan hasil tangkapan.
• Perkembangan teknologi mendorong mobilitas tinggi --peasant
fisher menjadi post-peasant fisher-- dari ke daerah penangkapan
ikan yang lebih jauh. Ini cenderung mengarah pada penyalah
gunaan peruntukan zona penangkapan. Dan peningkatan operasi
penangkapan akan memicu masalah pengalokasikasian
sumberdaya ikan dalam satuan wilayah penangkapan.
• Keterbatasan sumberdaya alam di darat sudah sampai pada batas
yang mengkhawatirkan. Ini tentu akan mendorong pergeseran basis
dari pemanfaatan intensif (padat modal & teknologi) di darat ke
pemanfaatan di laut dan pulau kecil terpencil.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 43
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Luasan laut potensial untuk perikanan budidaya sudah mulai


dimanfaatkan untuk aplikasi teknologi budidaya ikan dan rumput
laut, demikian pula halnya budidaya ikan air tawar yang mulai
dikembangkan. Persoalannya adalah pemanfaatan di kabupaten
Kotabaru selama ini telah menimbulkan pencemaran perairan
sebagai habitat ikan yang masih sulit solusinya.

Proyeksi Keberhasilan (Perikanan & Kelautan)


• Kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil memiliki potensi
pembangunan yang dapat dikembangkan dengan dukungan
ekosistem dengan produktivitas hayati maupun non-hayati yang
cukup tinggi.
• Potensi laut Kotabaru bukan hanya biodatanya tapi juga mencakup
sumberdaya mineral, tambang, jalur transportasi, wisata bahari,
bioteknologi dan benda-benda berharga yang terkandung
didalamnya. Pemnafaatannya ssuai dengan Pasal 18 A UUD 1945
jo UU 32/04 (Keselarasan dan keadilan) dan Pasal 33 ayat 3 UUD
1945.
• Pengelolaan wilayah pesisir dan laut pada prinsipnya tidak terlepas
dari strategi pengelolaan daratan. Namun dirasakan intensitas
pemanfaatan sumberdaya wilayah daratan sangat tinggi,
sementara dampaknya berpengaruh terhadap wilayah pesisir
sebagai satu kesatuan sistem wilayah darat dan laut.
• Kebijakan pembangunan perikanan mengupayakan pemanfaatan
sumber daya perikanan secara optimal untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas secara berkelanjutan guna
menyediakan ikan untuk konsumsi dan bahan baku industri. Upaya
peningkatan produksi dan produktivitas sumber daya perikanan
dapat meningkatkan lapangan pekerjaan serta meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan
• Wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Kotabaru
memiliki potensi sumber daya alam yang sangat strategis didukung
oleh pengaruh perairan Laut/Selat Sulawesi dan Laut Jawa.
Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber daya yang
potensial dan aktual dapat dikembangkan dan dikelola. Diantara
sumber daya perikanan tersebut, perikanan tangkap merupakan
usaha kegiatan yang eksis turun-temurun. Dibandingkan dengan
kabupaten lain yang memiliki wewenang pengelolaan laut di
Kalimantan Selatan, Kabupaten Kotabaru secara eksisting sebagai
kantong produksi ikan hasil tangkapan di laut disamping sebagai
kabupaten kepulauan. Walaupun sumber daya perikanan tangkap

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 44
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

masih dianggap sangat potensial, namun secara umum belum


dimanfaatkan secara optimal hingga terjadi kecenderungan
penurunan.
• Luas perairan laut potensial dalam wilayah pengelolaan perikanan
Kabupaten Kotabaru dapat dikembangkan kepada peningkatan
luasan lapangan usaha bagi kegiatan perikanan budidaya. Dalam
bidang perikanan tangkap, perkembangannya dapat diarahkan dari
nelayan yang beroperasi di perairan pantai agar dapat beroperasi
lebih jauh lagi ke tengah laut dan revitalisasi kearifan lokal nelayan
Kabupaten Kotabaru dalam pengelolaan perikanan tangkap yang
selalu berupaya mengklaim kesepakatan lokalnya, seperti alokasi
perikanan bagan (set lift net by light), alokasi perikanan gondrong
(trammel net) , gae (purse seine), lampara dasar (mini trawl) dan
rengge (gill net).
• Dukungan potensi aktual dari pulau-pulau kecil berpenghuni
dimana keberadaan fish landing (alamiah dan buatan) pada
beberapa tempat dapat ditingkatkan tipe perkembangannya yang
sesuai dengan Kelas Pelabuhan Perikanan.

2.1.3.2.3. KEHUTANAN
KONDISI SAMPAI SAAT INI
• Luas hutan di Kabupaten Kotabaru sangat dominan. Luas hutan di
Kalimantan Selatan berdasarkan SK Menhut Nomor 453 tahun 1999
adalah 1,8 juta ha dan berdasarkan RTRWP 2000 1,6 juta ha.
Kawasan hutan Kalimantan Selatan tersebut lebih seperempatnya
berada di Kabupaten Kotabaru.
• Luas kawasan hutan Kotabaru berdasarkan RTRWK 2002 adalah
450.679 ha, luas ini paling kecil dibandingkan luas kawasan hutan
berdasarkan SK Menhut dan RTRWP 2000, masing-masing 544.997 ha
dan 515.477 ha.
• Luas kawasan hutan berdasarkan RTRWK 2002 tersebut di atas, dibagi
ke dalam beberapa fungsi hutan, yaitu hutan lindung 181.153 ha, hutan
produksi terbatas 11.385 ha, hutan produksi tetap 250.578 ha, dan
hutan konversi 1.563 ha.
• Sampai saat ini belum diperoleh data berapa luas areal yang telah
dieksploitasi dan lahan kritis.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 45
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Adanya kawasan hutan yang luas ini menyebabkan industri kehutanan


cukup banyak terdapat disini, yaitu 22 buah dengan produksi mencapai
49.000 m3. Industri ini menyerap tenaga kerja ribuan orang.
• Sampai tahun 2005 ada dua perusahaan IUPHHK (Izin Usaha
Pengusahaan Hasil Hutan Kayu) di Kotabaru yaitu PT Inhutani II dan
PT Kodeco Timber, masing-masing dengan luas 128.328 ha dan
99.570 ha. Produksi kayu dari kedua IUPHHK tersebut sangat rendah.
Hal ini ditunjukkan dari realisasi produksi PT Kodeco Timber (2003)
hanya 23,6 m3/ha.
• Yang masih menggembirakan adanya produksi kayu yang berasal dari
IPKM/R yang sangat signifikan yang tiap tahun lebih dari 20 ribu meter
kubik, bahkan pada tahun 2004 mencapai 46 ribu meter kubik (tetapi
tidak ada data yang menunjukkan angka produksi tsb dihasilkan dari
areal seluas berapa).
• Yang sangat menggembirakan adalah adanya produksi kayu dari hutan
tanaman industri. Ada kecenderungan menaik produksi kayu dari
tahun ke tahun, 109,3 ribu meter kubik tahun 2003 naik menjadi 240,2
ribu meter kubik tahun 2004. Namun, tidak tercatat produksi pada
tahun 2005.
• Untuk suatu pembangunan kehutanan yang berkelanjutan, seyogyanya
penanaman kembali di areal bekas penebangan dilaksanakan. Data
yang tersedia hanya data reboisasi dan penghijauan yang dilaksanakan
oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan saja. Luas penanaman
kembali selayaknya minimal sama dengan luas areal HTI yang
ditebang tahun sebelumnya.
• Kondisi kehutanan di Kabupaten Kotabaru umumnya juga menghadapi
tantangan yang besar dimasa yang akan datang, berupa pesatnya:
Deforestasi sumberdaya hutan, penebangan liar, kegiatan perladangan,
kebakaran hutan, perubahan fungsi hutan, penebangan oleh
IUPHHKHA, HTI, dan kegiatan pertambangan.
• Kontribusi bidang kehutanan terhadap penerimaan asli daerah (PAD)
berupa dana PSDH, DR dan Retribusi Hasil Hutan berdasarkan Data
Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru menunjukkan penurunan setiap
tahunnya.
• Pada tahun 2003 PAD dari bidang kehutanan sebesar 4 milyar lebih,
terdiri dari PSDH 4.01 milyar, DR $ 1,14 juta, dan retribusi 637,7 juta
rupiah, sedangkan tahun 2005 kurang dari dua milyar, yang terdiri dari
PSDH 582,4 juta dan DR $ 188,2 ribu saja.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 46
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

ANALISIS

Proyeksi Peluang (Kehutanan)


• Departemen Kehutanan telah mengeluarkan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Kehutanan (RPJPK) Tahun 2005 – 2006 yang
merupakan perencanaan strategis makro bidang kehutanan yang dapat
berfungsi sebagai pedoman untuk penyusunan rencana kehutanan
jangka panjang di daerah.
• Dengan keluarnya UU No. 22 tahun 1999 kemudian direvisi dengan UU
No. 32 tahun 2004 tentang otonomo daerah maka secara substansial
daerah otonom berhak mengelola sumberdaya alam termasuk hutan
dan berkewajiban menjaganya kelestariannya. Daerah memiliki
peluang dan kesempatan untuk menghapus beberapa peraturan
kehutanan yang bertentangan dengan pembangunan kehutanan yang
berkelanjutan, sebaliknya dapat menerbitkan peraturan baru bidang
kehutanan dalam rangka mendorong pelaksanaan manajemen hutan
lestari, memantapkan keberadaan mitra kehutanan dan potensi serta
partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan kehutanan
dengan berbasiskan masyarakat, sehingga produksi hutan bisa
ditingkatkan
• Pembangunan kehutanan tidak terlepas dari pemberdayaan
masyarakat. Adanya kesepakatan mengenai Mekanisme
Pembangunan Bersih (Clean Development Mecanism, CDM) yang
dikenal dengan Protokol Kyoto dan telah diratifikasi oleh Indonesia,
merupakan peluang yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan
hutan secara lestari. Dengan melaksanakan program ini pada
masyarakat, hasil akan diperoleh dengan tanpa menebang hutan yang
ditanam. Berbagai produk yang berasal dari hutan harus berasal dari
hutan yang dikelola secara berkelanjutan (lestari) aakan mendapat
sertifikat yang berpotensi besar untuk berkompetisi dipasar
internasional.
• Produk hutan yang dapat menghasilkan pendapatan bagi daerah
ataupun masyarakat bukan hanya dari kayu. Banyak produk yang
mungkin dapat dihasilkan hutan, dikenal dengan istilah Hasil Hutan
Bukan Kayu (Non Timber Forest Product, NTFP). Produk ini tidak
hanya berupa hasil hutan berupa damar, rotan, dan atau getah tetapi
bisa juga berupa wisata lingkungan (ecoturism). Dengan
mengeksploitasi hutan secara tidak berkelanjutan akan menghilangkan
potensi NTFP tersebut. Kebutuhan pasar dan peluang investasi di
sektor ini cukup besar.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 47
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Proyeksi Ancaman (Kehutanan)


• Tafsiran sempit akan makna desentralisasi dan otonomi daerah
cenderung membuat pejabat di daerah memanfaatkan sumberdaya
alam tidak terkecuali hutan semaksimal mungkin –dengan alasan untuk
memperoleh PAD yang tinggi—yang bertendensi menimbulkan ego
sektoral yang mengganggu pembangunan yang berkelanjutan.
• Demand akan produk kehutanan sangat besar. Berdasarkan laporan
FAO (1990) kebutuhan produk kehutanan, seperti kayu lapis, kayu
gergajian, bubur kayu, moulding, dan furniture akan terus meningkat.
Pada tahun 2010 kebutuhan konsumsi kayu berbasis panel global
diperkirakan mencapai 320,4 juta meter kubik atau naik 256% dari
tahun 1990. Data statistik Kehutanan Kabupaten Kotabaru (2005)
menunjukkan bahwa produksi kayu hanya 26,7 ribu meter kubik,
sementara produksi kayu mencapai 49 ribu meter kubik.
Kekurangannya bisa didatangkan dari luar daerah, namun tidak
menutup kemungkinan kayu itu berasal dari kegiatan illegal logging
(ekgiatan sangat menguntungkan karena tidak membayar pajak) baik
dari daerah tersebut maupun dari dari Kabupaten Kotabaru sendiri
yang semuanya merupakan ancaman bagi pembangunan
berkelanjutan.
• Kebutuhan lahan hutan dari sektor lainnya terutama pertanian,
perkebunan, dan pertambangan juga mengancam kelestarian hutan.
Perkebunan dan HTI umumnya jenisnya homogen, sementara hutan
alam heterogen. Dengan demikian kegiatan perkebunan dan HTI
termasuk pembangunan yang tidak memperhatikan keragaman hayati
(merusak fungsi hutan). Pertambangan yang melakukan penggalian di
areal hutan Kotabaru merupakan ancaman yang serius kelestarian
hutan mengingat hanya faktor finansiil yang menjadi indikatornya.
Dibidang pertanian pembukaan lahan pertanian baru oleh petani kecil
dengan cara tebas bakar (slash and burn) tidak terlalu berpengaruh
terhadap luasan lahan hutan yang hilang tetapi ketika petani modern
muncul dengan teknik dan bantuan peralatan mekanis maka kawasan
yang dialih gunakan bisa sangat luas (hingga puluhan kilometer
persegi). Ditambah dengan kegiatan ladang berpindah dan kebakaran
hutan ujungnya adalah terjadinya penggundulan hutan yang sangat
substansiil. Ini pada gilirannya akan merugikan daerah dalam skala
besar.
• Lemahnya penegakan hukum atas illegal logging –walaupun akhir
akhir ini terdapat kemajuan—masih merupakan faktor penting yang
bisa menghambat pembangunan daerah sektor kehutanan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 48
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Proyesi Keberhasilan (Kehutanan)


• Kotabaru yang memiliki potensi sumberdaya hutan yang besar
dengan ditunjang oleh kondisi ekologisnya masih menjanjikan harapan
Data menunjukkan telah terjadi pergeseran komoditi kayu yang berasal
dari hutan alam ke hutan tanaman. Pembangunan kehutanan yang
berkelanjutan dapat dicapai dengan pembangunan hutan tanaman.
Potensi hasil hutan non kayu juga sangat besar dan ini merupakan
sumber kekuatan yang belum optimal didayagunakan.
• Paradigma pengelolaan hutan telah berubah, yaitu dari paradigma
pengelolaan hutan konvensional (timber extraction dan timber
management) keparadigma pengelolaan hutan yang baru (forest
resources management dan forest ecosystem management). Dalam
melaksanakan pengelolaan hutan yang berkelanjutan telah tersedia
kriteria dan indikatornya, yang dibuat oleh Organisasi Perdagangan
Kayu Internasional. Pemerintah Indonesia telah pula meratifikasi
kesepakatan tersebut.
• Sumberdaya manusia merupakan faktor yang berpengaruh secara
signifikan dalam pembangunan dan pengelolaan hutan di daerah.
Sumberdaya manusia yang tersedia pada dinas kehutanan di
Kabupaten Kotabaru secara kuantitatif dan kualitatif cukup memadai
dan akan mampu bertanggung jawab merencanakan, melaksanakan,
mengawasi dan mengevaluasi setiap kegiatan yang terkait dengan
kehutanan. Apalagi setelah kebijakan otonomi daerah yang terdapat
dalam UU No. 32 tahun 2004 yang secara substansial memberikan
kewenangan luas bagi daerah dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembangunan. Daerah otonom berhak
mengelola sumberdaya alam dan juga berkewajiban menjaganya agar
terjaga kelestariannya. Selain SDM yang tersedia pada Dinas yang
mengurus kehutanan juga tersedia SDM yang ada pada IUPHHKHA
dan IUPHHKHT. Jumlah yang sangat signifikan jika dikelola dengan
baik sehingga dapat berperan dengan benar dalam kegiatan
pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
• Sebagian besar masyarakat Indonesia umumnya dan Kabupaten
Kotabaru khususnya sudah sangat akrab dengan hutan. Masyarakat di
sekitar hutan Kotabaru telah mempunyai kearifan lokal yang tidak
sedikit dalam membangun hutan. Misalnya: hutan jati yang ditanam
masyarakat, kebun buah, kebun karet, dan kebun rotan. Keberhasilan
ini merupakan modal untuk pelaksanaan pengelolaan hutan yang
berkelanjutan. Apalagi pemerintah kabupaten memberikan dukungan
terhadap kearifan lokal tersebut.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 49
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Proyeksi Permasalahan (Kehutanan)


• Sumberdaya manusia yang profesional sangat terbatas padahal
sangat diperlukan untuk membangun kehutanan di Kotabaru.
Profesional dapat diartikan sebagai sesuatu profesi untuk mengerjakan
atau mempraktekan sesuatu kegiatan berdasarkan atas profesi tertentu
yang dimilikinya, dilakukan dalam rangka mendapatkan imbalan
(insentif) tertentu dan dengan syarat-syarat pekerjaan tertentu. Dalam
pengertian ini, professional dapat dicirikan dengan tiga kriteria, yaitu:
keahlian, pengetahuan, dan moral. Ketiga kriteria tersebut merupakan
satu kesatuan yang utuh. Salah satu kriteria tidak terpenuhi maka SDM
profesional tidak diperoleh. Kriteria ahli dan berpengetahuan gampang
saja dipenuhi, namun kriteria moral sangat sulit terpenuhi.

• Sudah merupakan gambaran umum bahwa masyarakat sekitar hutan


mempunyai tingkat sosial ekonomi yang rendah. Tingkat pendidikan
dan pelayanan kesehatan rendah. Sementara pendapatan rumah
tangga mereka demikian juga. Oleh karena itu, dengan adanya cukong
penebangan liar memberikan modal kerja dengan segera mereka
melakukannya. Adanya penebangan liar ini sudah pasti akan terjadi
pengurangan sumberdaya hutan. Pengurangan sumberdaya hutan
karena penebangan dan penggundulan kemungkinan besar akan
memunculkan kantong-kantong kemiskinan baru. Bila dicermati lebih
jauh kehadiran perusahaan-perusahaan di wialayah mereka lebih
banyak membawa masalah bagi penduduk setempat terutama
berkaitan dengan operasionalnya, perusahaan telah merusak kebun
rotan, menebang tanaman masyarakat dan menutup akses pada
sumberdaya hutan yang merupakan sumber kehidupan bio-sosial-
budaya masyarakat setempat. Kondisi inilah yang merupakan
permasalahan dalam pengelolaan hutan yang lestari.
• Komitmen daerah terhadap pembangunan yang berkelanjutan sangat
diperlukan dalam pengelolaan hutan yang lestari. Adanya keinginan
masyarakat dan pemerintah daerah (legislatif dan eksekutif) untuk tidak
melakukan “tukar guling” hutan dipegunungan meratus dimasa lalu
merupakan modal kuat yang perlu terus dikembangkan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 50
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

2.1.3.3. INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

KONDISI SAMPAI DENGAN SAAT INI


• Di Kabupaten Kotabaru jumlah industri terbagi dalam tiga jenis
industri yaitu industri kecil (formal dan informal), industri menengah
dan industri besar. Jenis industri kecil mengalami kenaikan dari tahun
2002 berjumlah 1160 bertambah menjadi 1217 pada tahun 2005
begitu juga dalam jumlah tenaga kerja, pada tahun 2002 berjumlah
2782 orang bertambah menjadi 2847orang pada tahun 2005. Dinas
Perindagkop
• Luas alokasi kawasan industri mencapai 5.106 Ha (0,54%) yang
tersebar di delapan kecamatan. Alokasi terluas pada kecamatan
Kelumpang Hilir sebesar 2.192 Ha (42,92%) sedangakan alokasi
terkecil pada kecamatan Kelumpang Hulu sebesar 163 Ha (3,19%).
RTRW Kab. Kotabaru
• Jumlah industri di Kabupaten Kotabaru pada tahun 1995 sebanyak
4.179 unit usaha sedangkan tahun 2005 berjumlah 2.940 unit usaha,
pertumbuhan selama 10 tahun terakhir sebesar 5,77% sedangkan
untuk 5 tahun terakhir antara tahun 2001 sebanyak 2.087 sampai
tahun 2005 sebanyak 2.940 pertumbuhannya 20,10% (Lampiran 25).
• Perkembangan berdasarkan jenis industri yang terbagi dalam industri
makanan dan minuman, tekstil, kertas, kayu, kimia, mineral non
logam, dasar logam dan logam. Pada tahun 2005 berjumlah 2.940
unit usaha dengan didominasi oleh jenis industri makanan dan
minuman sebanyak 1321 unit. Selama lima tahun terakhir ini terjadi
pertumbuhan jumlah unit usaha yang sangat besar yakni 20,10%.
Pertumbuhan terbesar pada jenis industri barang dari kertas dan
percetakan sebesar 71,02%, Kimia 54,4%, Industri lain 53,48%, Kayu
dan barang dari rotan 52,20%, barang galian 51% dan industri Logam
31,4%, sedangkan industri tekstil terjadi penurunan (-9,01%)
(Lampiran 25).
• Produksi sektor industri mengalami pertumbuhan pada tahun 2001
sebesar 11.792.194 naik menjadi 21.875.607 pada tahun 2005.
selama lima tahun terakhir terjadi pertumbuhan 181,14%. (Lampiran
26)
• Investasi tidak mengalami kelesuan malah menunjukan pertumbuhan
lima tahun terakhir;pada tahun 2001 sebesar 3.609.469 juta rupiah
naik pada tahun 2005 menjadi 5.991.008 juta rupiah dengan rata-rata
pertumbuhan 19,88%. Nilai investasi terbesar pada tahun 2005
terdapat pada industri Kayu dan rotan sebesar 2.714.218 juta rupiah
diikuti jenis industri makanan dan minuman sebesar 2.627.790 juta

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 51
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

rupiah. Pertumbuhan investasi terbesar terjadi pada industri kayu dan


rotan sebesar 1,55% sedangkan pada industri kimia terjadi
penuruanan (-0,32%). (Lampiran 27)
• Perkembangan berdasarkan jumlah tenaga kerja pada sektor industri,
dari tahun 2001 berjumlah 4.684 orang, turun pada tahun 2005 yang
berjumlah 3.560 orang. Selama lima tahun terakhir terjadi
pertumbuhan jumlah tenaga kerja yakni atau -3,22%. (Lampiran 28)
• Sektor industri merupakan salah satu sektor utama dalam
perekonomian di kabupaten Kotabaru, berdasarkan data PDRB lima
tahun terakhir yaitu tahun 2001-2005 pada tahun 2001 sebesar Rp
226.684,00 dan tahun 2005 sebesar Rp 255.399,00 juta, jadi dalam
tiga tahun terakhir rata-rata pertumbuhan PDRB sektor industri
sebesar 2,8% (BPS, 2005).
• Kontribusi sektor industri pada PDRB dari tahun 2001 sekitar 2,04%
menjadi 1,36% pada tahun 2005 (BPS, 2005).
• Sebagian besar skala usaha pada sektor industri masih berskala kecil
dan pemasaran hanya lokal atau disekitar wilayah Kabupaten
Kotabaru dan kota Banjarmasin.
• Untuk Mengembangkan unit usaha disektor industri, maka perhatian
khusus ditujukan untuk menumbuh kembangkan UKM dan Koperasi
yang potensial.Jumlah koperasi dikabupaten Kotabaru 149 pada
tahun 2005.
• Perusahaan perdagangan di Kabupaten Kotabaru berdasarkan
golongan usaha dapat dibedakan menjadi Perdagangan besar 12
perusahaan, Perdagangan Menengah 6 perusahaan dan
perdagangan kecil sebanyak 119 perusahaan selama tahun
2004.(Dinas Perindagkop, RTRW)
• Kontribusi sektor Perdagangan (perdagangan besar, hotel dan
restoran) atas PDRB dikabupaten kotabaru tahun 2001 berjumlah Rp
408.604 juta sedangkan tahun 2004 berjumlah Rp 656.845 juta
dengan pertumbuhan rata-rata 12,4%.
• Pada tahun 2001 Nilai ekspor sebesar 437.786.731 US $ sedangkan
pada tahun 2005 dengan nilai ekspor sebesar 741.900.569 US $.
Pertumbuhan nilai ekspor sebesar 33,5%. Pertumbuhan ini
disebabkan pada tahun 2004 adanya ekspor dari semen, biji besi dan
cpo (Lampiran 29-30).
• Komoditi ekspor tahun 2005 didominasi oleh ekspor semen dengan
volume 59.729,05 ton.dengan nilai sebesar Rp 1.370.775 juta, CPO
dengan volume ekspor 33.200.00 ton dengan dinilai sebesar Rp
11.688.250 juta dan batubara volume ekspor sebesar 29.184.343,77

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 52
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

ton dengan nilai Rp 852.864.922,9 juta (Lampiran 29-30).

ANALISIS

Proyeksi Peluang (Industri & Perdagangan)


• Kotabaru mempunyai kedalaman laut yang sangat cocok untuk
dioperasikannya pelabuhan samudra sehingga akses keluar terutama
pulau Jawa dan pulau Sulawesi lebih mudah. Ini akan membuka lebih
luas peluang pasar ekspor.
• Munculnya teknologi baru dibidang informasi dan komunikasi yang
akan sangat menunjang kemampuan untuk akses pasar secara cepat
dan terbuka
• Peluang pasar di kawasan regional Kalimantan dan akses pasar ke luar
pulau Kalimantan (Jawa/Bali dan Sulawesi) sangat terbuka, terlebih
lagi dengan terbuka luasnya peluang pasar ekspor, paling tidak akan
lebih mudahnya akses pasar ke kawasan Asia Tenggara dalam rangka
kerjasama rejional seperti AFTA, serta ekspor ke seluruh kawasan
dunia lainnya mulai 2020.
• Tidak gampang tertembusnya pasar domestik oleh produk-produk
sejenis dari impor (barriers to entry secara alamiah cukup kuat) karena
tingkat kecanggihan teknologi yang digunakan rendah (teknologi
sederhana sampai madya) dan tidak memerlukan ketrampilan yang
tinggi.

Proyeksi Ancaman (Industri & Perdagangan)


• Persaingan dari produk-produk industri yang berasal dari impor akan
semakin tajam sebagai akibat dari semakin terbukanya lalulintas
perdagangan sebagai konsekwensi dari globalisasi dan liberalisasi
ekonomi (komitmen terrhadap WTO).
• Kekurang mampuan sektor industri memenuhi tuntutan konsumen akan
mutu produk yang semakin tinggi dibandingkan dengan mutu produk
sejenis dari buatan daerah lain atau luar negeri
• Ketergantungn yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku,
bahan penolong, barang setengah jadi dan komponen lainnya.
• Persaingan dari produk-produk industri baik yang berasal dari Semakin
bergesernya jiwa dan perilaku usaha masyarakat yang berbasis
ekonomi kerakyatan dengan semangat kekeluargaan (koperasi) ke
arah ekonomi liberal / kapitalis yang berdasarkan kekuatan modal dan
persaingan bebas.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 53
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Proyeksi Permasalahan (Industri & Perdagangan)


• Kelemahan pengaturan dan penegakan hukum dapat mengancam
semakin terdesaknya industri kecil dan menengah oleh usaha besar
yang secara agresif dapat memasuki wilayah usaha yang sepantasnya
diperuntukan bagi industri kecil dan menengah
• Kemampuan dan agrevitas mengakses pasar para pengusaha masih
terbatas.
• Belum meluasnya dukungan infra-struktur yang memadai bagi sentra-
sentra produk (lahan/kawasan industri, akses jalan, listrik, komunikasi,
pengolahan limbah, laboratarium pengujian mutu).
• Keterkaitan antara sektor industri dan sektor industri dengan sektor
ekonomi lainnya relatif masih lemah (forward and backward linkage
lemah).
• Produk-produk hasil industri dan komoditi perdagangan kebanyakan
pemasarannya masih bersifat lokal belum mempunyai daya tembus ke
pasar nasional bahkan pasar dunia/ ekspor.
• Pola pemasaran produk Industri dan UKM masih konvensional yaitu
dengan menunggu pesanan.
• Termarginalkannya peran koperasi dalam perekonomian akibat
kelemahan dalam manajemen koperasi dengan SDM koperasi masih
belum profesional.
• SDM yang terlibat dalam sektor industri, perdagangan, koperasi dan
UKM belum banyak yang berkualifikasi kewirausahaan yang handal
dan profesional. Pengusaha-pengusaha pada umumnya masih belum
mampu memenuhi permintaan pasar yang menuntut kestabilan mutu,
jumlah pesanan yang besar, delivery cepat dan tepat waktu.
• Kemampuan permodalan masih terbatas dan kemampuan mengakses
sumber-sumber dana/permodalan juga terbatas antara lain terbentur
masalah kolateral, biaya konsultasi, biaya promosi penjualan
(pameran, brosur, biaya pengujian mutu, pengiriman sampel dsb), yang
diperparah pula dengan belum konsistennya keberpihakan sektor
keuangan dan perbankan kepada pengembangan sektor industri
khususnya UKM.

Proyeksi Keberhasilan (Industri & Perdagangan)


• Masih potensialnya ketersedian sumberdaya alam, termasuk dari
perkebunan dan sumber daya laut untuk mengembangkan industri kecil
dan menengah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 54
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Tersedianya SDM angkataan kerja dalam jumlah besar yang masih


belum terdayagunakan secara produktif. Jumlah penduduk Kabupatan
kotabaru tahun 2005 sebesar 255.904 Jiwa .
• Potensinya peluang pasar dalam negeri bagi produk industri yang
menggunakan bahan baku dari sektor pertanian dan perikanan
• Besarnya dukungan politis, keberpihakan kebijakan dan komitmen
pemerintah dan masyarakat bagi pengembangan sektor Industri,
Perdagangan, Koperasi dan UKM. Diperkuat lagi dengan besarnya
partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam sektor industri,
perdagangan, koperasi dan UKM.
• Masyarakat Kabupaten Kotabaru sudah terkenal memilik jiwa
kewirausahaan yang baik dan budaya kerja kreatif yang tergambar dari
banyaknya sentra industri dan UKM seperti sentra makanan olahan
(panganan) dan sebagainya.
• Potensialnya peluang pasar di dalam negeri bagi produk industri yang
menggunakan bahan baku dari sektor pertanian dan berskala
menengah seperti makanan olahan, pengolahan hasil buah-buahan,
dan industri makanan rakyat . Khusus komoditi CPO merupakan salah
satu unggulan daerah yang mempunyai nilai jual dan daya saing di
pasar dalam dan luar negeri.
• Partisipasi dan kesadaran masyarakat (pengrajin, pengusaha,
pedagang) untuk terlibat dalam berbagai event promosi baik tingkat
lokal maupun nasional.
• Dukungan pemanfaatan teknologi dibidang informasi dan komunikasi
yang akan sangat menunjang kemampuan untuk akses pasar secara
cepat.
• Tersedianya dana-dana perkuatan bagi industri, pengusaha
perdagangan, koperasi dan UKM baik akses perbankan maupun
melalui program kebijakan sektoral.
• Sektor Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
mempunyai fleksibilitas dan ketahananyang tinggi dalam mengantipasi
dan menyesuaikan diri terhadap dinamika perubahan/perkembangan
pasar, karena diuntungkan oleh dominannya tumpuan pasar domestik
(khususnya produk-produk barang konsumsi tradisional) serta kuatnya
akar pada penggunaan input sumber daya daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 55
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

2.1.3.4. SUMBER DAYA ALAM

KONDISI SAMPAI SAAT INI.

• Sumberdaya hutan di Kabupaten Kotabaru sangat dominan. Luas


Kawasan hutan adalah 450.679 ha, yang terdiri dari hutan lindung
181.153 ha, hutan produksi terbatas 11.385 ha, hutan produksi tetap
250.578 ha, dan hutan konversi 1.563 ha.
• Kualitas hutan cukup mengkhawatirkan ditinjau dari produktivitasnya
yang hanya 23,6 m3/ha. Bencana alam berupa banjir dan kesulitan air
(terutama di Ibukota Kabupaten) karena rusaknya hutan bukan suatu
hal yang tidak mungkin.
• Deposit batubara diperkirakan 80 juta ton dan bahkan sampai 300 juta
ton untuk kedlaman 150 meter. Luas areal tambang batubara yang
telah dieksploatasi semakin meningkat setiap tahun. Ekploatasi yang
asalnya cuma 93,57 (2001) menjadi 364,41 ha (2002), 2978,52 ha
(2003), 1981,67 ha (2004( dan 6345,5 ha (2005).
• Dalam bentuk tonase telah diekploatasi batubara sebanyak
1.997.365,65 ton (2002), 5 065 966 ton (2003), 15.684.003 ton (2004)
dan 18.044.566 ton (2005).
• PT Arutmin pemegang PKP2B merupakan perusahaan dengan skala
besar yang telah beroperasi sejak tahun 80 di delapan kecamatan.
Disamping Arutmin terdapat beberapa PKP2B dan puluhan
perusahaan lokal (kecil) yang memegang ijin Kuasa Penambangan.
• Biji biji besi yang depositnya diperkirakan sebesar 86 juta ton berada
di P. Sebuku. Selain itu diperkirakan deposit biji besi juga terdapat di
Sungai Kupang, Gunung Kukusan, Gunung Gumpa, Pulau Laut dan
Tanjung Senakin. Data dari Dinas Pertambangan Kotabaru
menunjukkan bahwa lahan yang sudah dieksploatasi untuk biji
meliputi areal 9528 ha. Dalam bentuk tonage telah digali biji besi
sebanyak 59.530 ton (2004) dan 737.168 ton (2005).
• Selain batubara dan biji besi Kotabaru juga memiliki emas, batu
gamping, batu gunung, kerikil, pasir kwarsa dan kaolin.

ANALISIS

Proyeksi Peluang (Sumber Daya Alam)

• Peluang pasar globalisasi sangat tinggi, sementara potensi SDA


daerah kabupaten Kotabaru berupa hutan dan kelautan merupakan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 56
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

kekayaan yang berlimpah baik yang dapat diperbaharui maupun yang


tidak bisa diperbaharui.
• Sumberdaya mineral yang potensinya besar ini merupakan
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.
• Kondisi potensi yang sangat besar tersebut dapat mengundang
investor untuk berinventasi di daerah ini.
• Kerjasama regional, sangat mudah dibangun karena potensi SDA
daerah sangat diperlukan oleh daerah lain.
• Kebijakan Pemerintah Pusat untuk mengatasi illegal mining, illegal
logging dan illegal fishing semakin memperbesar pencapaian
kelestarian lingkungan

Proyeksi Ancaman (Sumber Daya Alam)


• Adanya gangguan supply energi (misalnya, listrik dan BBM) dan air
baku
• Pemanfaatan SDA cenderung merusak lingkungan hidup baik yang
legal apalagi yang illegal.
• Tingginya demand akan SDA mengakibatkan rangsangan terhadap
terjadinya illegal mining, illegal logging dan illegal fishing
• Praktik illegal mining, logging, dan fishing masih tinggi dan mendapat
dukungan dari pihak tertentu.

Proyeksi Keberhasilan (Sumber Daya Alam)


• Luas kawasan hutan yang sangat besar yakni meliputi sepertiga luas
hutan Kalimantan Selatan.
• Laut, pesisir dan pulau pulau kecil menyimpan potensi yang besar
untuk menuju lingkungan hidup yang sehat selaras dengan
pembangunan
• Respon positive pimpinan daerah berupa Peraturan Bupati tentang
pelarangan penambangan batubara di Pulau Laut.
• Berkembangnya organisasi kemasyarakatan yang peduli akan
kelestarian lingkungan hidup
• Kabupaten Kotabaru dalam pengelolaan SDA dan Lingkungan
mempunyai posisi yang strategis

Proyeksi Permasalahan (Sumber Daya Alam)


• Tidak tersedianya data dasar (base line data) yang komprehensif dan
integratif sehingga perencanaan yang disusun belum menghasilkan
produk yang optimal. Selain itu juga mengakibatkan terjadi tumpang
tindih penggunaan lahan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 57
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Kemampuan dan pelaksanaan reklamasi dan rehabilitasi bekas areal


tambang dan juga hutan dan lahan terbatas. Baik dari segi finansial
maupun komitmen dari pengusaha pertambangan dan kehutanan.
• Wilayah pesisir dan laut sekitar kegiatan pembangunan cenderung
menjadi „tong sampah“.
• Dukungan terhadap penyelenggaraan good mining practice masih
terbatas di level daerah.
• Terbatasnya SDM dan sarana pengelolaan untuk SDA Hutan,
mineral, air, ikan dan kelautan.
• Munculnya berbagai kepentingan yang memanfaatkan wilayah
persisir (pantai) memperbesar kerusakan lingkungan (abrasi).

2.1.4. SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA

KONDISI SAMPAI SAAT INI


• Struktur sosial masyarakat Kotabaru terbentuk dari suku asli Melayu
Banjar dan Dayak, pendatang dari daerah lain seperti dari Sumatera,
Jawa, Sulawesi, Bali, Lombok dan lain-lain serta suku campuran
(Mixed Family ) hasil pencampuran antar suku yang terjadi melalui
adanya perkawinan.
• Dengan jumlah penduduk 255.904 jiwa , berbagai unsur kesukuan ini
menjadikan Kotabaru multi etnik dan heterogen namun menyatu
secara harmonis dalam kehidupan sehari-hari karena sifat
keterbukaan penduduk aslinya berpadu dengan pendatang yang
pandai berbaur.
• Pembinaan kehidupan beragama telah berjalan yang diarahkan
kepada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan kualitas kerukunan umat beragama
dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan
peningkatan moral, untuk membangunan masyarakat.
• Untuk mendukung bidang tersebut diberikan bantuan melalui
Anggaran Belanja Rutin seperti untuk kegiatan pembinaan LPTQ,
bantuan kepada pembinaan yang dilaksanakan organisasi/lembaga-
lembaga keagamaan ataupun kelompok-kelompok masyarakat,
Bantuan terhadap rumah-rumah ibadah terutama rumah-rumah
ibadah yang berada dipedesaan, pelayanan dan bimbingan kepada
jamaah haji.
• Sampai saat ini terdapat 248 buah mesjid, 338 buah Langgar/
Mushalla, 29 buah Gereja, 7 buah pura, 4 buah vihara dan yang
lainnya sebanyak 23 buah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 58
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Dalam pembangunan kelembagaan sosial dan budaya,


pembangunan wawasan nasional, berbangsa, dan bernegara;
menyelesaikan dan mengendalikan masalah-masalah
kemasyarakatan lokal yang sensitif; menyempurnakan reformasi
birokrasi sipil dan TNI-Polri; Sebagai wadah aspirasi sosial baik yang
menjalankan advokasi ataupun pemberdayaan, terdapat sejumlah
LSM yang saat ini begitu aktif berperan dalam pembangunan
sekaligus menjalankan fungsi kontrol sekaligus mitra pemerintah
dalam menjalankan amanah rakyat.

ANALISA

Proyeksi Peluang (Sosial Budaya dan Agama)


• Adanya tekad pemerintah pusat untuk lebih menciptakan dan
menjalin hubungan yang harmonis antar etnis dan agama seperti cuti
bersama untuk pegawai negeri sipil dan militer.
• Semakin berkembangnya teknologi informasi semakin menambah
informasi dari luar yang bisa menambah wawasan masyarakat
tentang interrelasi masyarakat secara sosial budaya dan agama.
• Semakin bertambahnya arus migrasi dari luar Kotabaru yang
berbeda etnis (seperti Jawa dan Sumatera) menambah kemungkinan
untuk melakukan pembauran secara nasional.
• Konflik intern dalam berbagai negara sebagai akibat campurtangan
asing mendorong lebih kuat keinginan untuk memperoleh
keharmonisan dalam masyarakat.

Proyeksi Ancaman (Sosial Budaya dan Agama)


• Krisis ekonomi yang berlangsung khususnya dari 1997 sampai
dengan 2000 masih membawa dampak buruk bagi tingkat
kesejahteraan masyarakat sehingga banyak yang terjerumus
sebagai penyandang berbagai masalah sosial.
• Meskipun sejak tahun 2000 kita sudah memasuki tahap pemulihan
namun masih terdapat masalah yang akan terus membebani usaha
peningkatan dan pemberdayaan masyarakat.
• Derasnya arus informasi dari luar membawa serta budaya yang tidak
sesuai dengan kepribadian masyarakat yang luhur karenanya dapat
melunturkan budaya kebersamaan dan gotong royong, rasa hormat
pada orang lain, keimanan dan ketaqwaan, bahkan sebaliknya bisa
menumbuhkan individualisme, hedonisme dan pragmatisme, serta
kemalasan dan sikap serba ingin instant.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 59
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Masih terdapatnya masyarakat pedalaman yang kurang informasi


dan kurang mendapat pendekatan secara intensif sehingga rawan
terhadap hasutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Terlebih jika kesenjangan ekonomi semakin melebar sementara
kehidupan mereka tidak diberdayakan dengan sungguh-sungguh.
• Euforia kebebasan era reformasi sering membawa kecendrungan
pemanfaatan kedudukan & sarana politik secara berlebihan.
• Akibatnya timbul berbagai konflik yang tidak esensial namun tidak
bekesudahan yang didasari atas kepentingan pribadi semata,
kebebasan berpendapat yang tidak terarah dan tidak bertanggung
jawab, serta merebaknya perilaku amoral dan asusila.

Proyeksi Keberhasilan (Sosial Budaya dan Agama)


• Jumlah masyarakat multikulutr dengan potensi budaya yang luhur,
pembauran yang harmonis, dan sikap kerja keras yang hidup di
Kotabaru dengan damai dapat menjadi paduan dalam menciptakan
masyarakat Kotabaru yang produktif dan berkualitas.
• Meningkatnya perhatian seluruh pihak akan pentingnya pembinaan
bidang sosial, budaya menjadi pintu yang lebar bagi dilaksanakannya
berbagai kegiatan yang dapat membina (empowering) masyarakat
menjadi lebih berkualitas (high capacity) secara lahir dan bathin,
memiliki kepedulian dan kesadaran (awareness) akan perannya
untuk secara aktif melaksanakan fungsi sebagai masyarakat yang
partisipatif dalam pembangunan.
• Masyarakat agamis merupakan salah satu modal dasar yang dapat
dikembangkan menuju pemerintahan dan masyarakat yang sadar
akan tanggung jawabnya dalam kehidupan bernegara.
• Berkembangnya kepedulian masyarakat terutama generasi pemuda
yang terdidik akan persoalan pembangunan turut mewujudkan
pembangunan yang beorientasi kepada rakyat.

Proyeksi Permasalahan (Sosial Budaya dan Agama)


• Kemampuan pemerintah daerah Kotabaru untuk menanggulangi
PMSK cenderung semakin terbatas dengan perkembangan kegiatan
ekonomi dengan berbagai dampak negatifnya .
• Belum ada hasil penelitian yang menunjukkan adanya korelasi antara
ritual keagamaan dan implementasi nilai nilai dari ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk kalangan pemerintahan
dan pelaku bisnis di Kotabaru

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 60
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Modus pendidikan (ceramah) agama yang selama ini berlangsung


bersifat satu arah kurang mendukung penciptaan manusia
berkualitas.
• Kemampuan ekonomi masyarakat Kotabaru yang rendah cenderung
mendorong ketergantungan individu kepada pihak lain (kurang
mandiri dan kurnag produktif) sehingga secara sosiologis dan
psikologis kurang menguntungkan bagi pembangunan daerah.
• Pemerintah daerah belum menempatkan secara jelas peranan
agama dalam perencanaannya.
• Euforia kebebasan dan era reformasi telah membawa masyarakat
kedalam kancah praktik politik dan kebebasan bersuara secara
akseleratif sehingga disatu sisi merupakan hal positif pada sisi lain
turut mengganggu kehidupan sosial (misalnya danya demo demo
yang mengganggu ketertiban dalam masyarakat).

2.1.5. PRASARANA DAN SARANA

KONDISI SAAT INI

Sumber Daya Air


• Sumber daya air di Kabupaten Tanah Laut bersumber dari Air hujan,
Air Permukaan, dan Air Bawah Tanah.
• Air hujan dengan curah hujan tertinggi pada bulan Nopember – April,
dan terendah bulan Mei – Oktober.
• Air permukaan bersumber dari aliran sungai (DAS) antara lain;
sungai serongga, sungai sampanahan, sungai manunggal, sungai
cengal, sungai cantung, Sungai bantilan besar dan sungai bangkalan.
• Air bawah tanah yang berpotensi tinggi terletak di kecamatan hulu,
sungai durian dan pamukan selatan.
• Dengan jumlah penduduk Kabupaten KOTABARU sebanyak 260.093
jiwa Tahun 2005 dan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 2,82%
pertahun. Selama 10 tahun terakhir tercatat jumlah pelanggan PDAM
sebanyak 6.223 dengan produksi 2.822.592 M3 dan kapasitas
produksi 100 Lt/Dt, jumlah yang terjual 2.187.765 M3, tingkat
kebocoran 21%, pertumbuhan pelanggan rata-rata pertahun sebesar
5,84% dan pertumbuhan produksi rata-rata pertahun sebesar 11,49%
dengan penyusutan rata-rata sebesar -1,47 % pertahun (Lampiran
31).
• Kurangnya ketersediaan dan kualitas air baku akibat rusaknya daerah
tangkapan air di hulu. Sumber air baku yang dipergunakan oleh

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 61
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

PDAM Kabupaten KOTABARU bersumber dari pegunungan yaitu


pengunungan Ulin, Gunung Mandin, Gunung Tirawan, dan Gunung
Perak. Pada musim normal mencapai 110 lt/detik dan musim kemarau
hanya mencapai 30% (33 lt/detik) (hasil wawancara), dengan sistem
gravitasi menjangkau 2 Kecamatan melalui IKK Sungai Kupang dan
IKK Kotabaru. Pada umumnya wilayah yang belum terlayani PDAM
terkait dengan bentuk morfologis wilayah yang sebagian didominasi
oleh pegunungan dan terletak pada pulau-pulau terpisah. (BPS
Kotabaru, 2004).
• Pada umumnya air yang disalurkan kepada masyarakat belum melalui
proses pengolahan sehingga kualitas air masih kurang memadai
terutama pada musim hujan.

Transportasi
• Panjang jalan di Kab.KOTABARU tahun 2005 adalah 1.074,247 Km
terdiri dari Jalan Negara 148,000 Km (13,78%), Jalan Provinsi
134,200 Km (12,49%), Jalan Kabupaten 792,047 Km (73,73%)
(Lampiran 32).
• Jalan Negara adalah jalan yang menghubungkan antara ibukota
propinsi kondisi jaringan jalan negara di Kabupaten KOTABARU
tahun 2005 sepanjang 148,000 Km dalam keadaan Baik 56,75 Km
(38,34%), Sedang 29,5 Km (19,93%), rusak berat 24,500 Km
(16,55%) dan rusak 37,250 Km (25,17%), yang seharusnya
merupakan wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat /
Negara. (Lampiran 32)
• Jalan Provinsi adalah jalan yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan ibukota kabupaten dan antar ibukota Kabupaten. Kondisi
jaringan jalan provinsi di Kabupaten KOTABARU tahun 2005
sepanjang 134,200 Km dalam keadaan Baik 38,35 Km (28,57%),
Sedang 48,95 Km (36,48%), rusak berat 26,400 Km (19,67%) dan
rusak 20,500 Km mencapai (15,28%), yang seharusnya merupakan
wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Provinsi. (Lampiran
32)
• Jalan Kabupaten adalah jalan yang menghubungkan antar ibukota
Kabupaten dan Lokal Primer/ibukota Kecamatan. Kondisi jaringan
jalan Kabupaten di Kabupaten KOTABARU tahun 2005 sepanjang
792,047 Km dalam keadaan Baik 187,82 Km (23,71%), Sedang
295,06 Km (37,25%), rusak berat 184,65 Km (23,31%) dan rusak
126,515 Km (15,97%), yang seharusnya merupakan wewenang dan
tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten. (Lampiran 32)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 62
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Kondisi jalan lingkungan perkotaan dan pedesaan di 18 Kecamatan di


Kabupaten KOTABARU tahun 2005, di 195 desa/kelurahan terutama
yang menghubungkan pusat permukiman dan kegiatan perekonomian
masyarakat pada umumnya masih tanah sepanjang 362,496 Km
(45,77%) dan kerikil sepanjang 154,349 Km (19,49%), Aspal 275,202
Km (32,48%).(Lampiran 32)
• Bandara Stagen melayani penerbangan Balikpapan – Kotabaru –
Banjarmasin PP dengan frekuensi 4 kali dalam seminggu untuk rute
Kotabaru – Banjarmasin PP, dan 1 kali seminggu untuk rute Kotabaru
- Balikpapan dengan pesawat Cassa 212 seri 200 dengan kapasitas
penumpang 18 orang, tahun 2004 dibuka rute baru Kotabaru –
Surabaya PP dengan pesawat ATR – 42 dengan kapasitas
penumpang 48 orang, karena besarnya subsidi untuk penerbangan ini
maka untuk sementara dihentikan.(Pemda, 2005)
• Transportasi darat tahun 2005 terdiri dari : Mobil Penumpang 595
buah (3,50%), Mobil Beban 820 buah (4,83%), Mobil Bus 16 buah
(0,09%), Sepeda Motor 15.558 buah (91,58) .(Lampiran 33).
• Mayoritas alat transportasi darat yang digunakan oleh penduduk
adalah kendaraan roda 2 hal ini sangat berhubungan dengan
topografi wilayah dan juga jarak tempuh yang relatif pendek sehingga
moda ini lebih diminati.
• Kondisi jembatan di Kabupaten KOTABARU tahun 2005 Jumlah
Jembatan 327 buah terdiri dari : Beton 88 buah (26,91%), Besi 20
buah ( 6,12%), Kayu 214 buah (65,44%), Lainnya 5 buah (1,53%)
(Tabel P.Darat7 T-38-a), dari 178 buah, Kondisinya baik 13 buah,
Sedang 72 buah, Rusak 81 buah dan Rusak berat 12 buah.
(Lampiran 34)
• Pelabuhan Laut terdiri dari 2 kawasan yakni ; Kotabaru dan Gunung
Batu Besar dengan 43 buah pelabuhan dan 10.485 armada, jumlah
penumpang 16.766 orang. Aktivitas di 2 kawasan pelabuhan ini
adalah Kawasan Pelabuhan Kotabaru aktivitas bongkar
16.564.588,44 Ton /M³,muat 114.221.625,68 Ton /M³, Kawasan
Pelabuhan Gunung Batu aktivitas bongkar 1.749.000 Ton /M³, muat
60.493.441,70 Ton /M³ Pelabuhan Udara; Stagen hanya terjadi
aktivitas bongkar yakni 182.968 Ton /M³.(Lampiran 35).

Perumahan/Permukiman
ƒ Lahan yang digunakan untuk permukiman sampai dengan tahun 2005
adalah 9.679 Ha, lokasi permukiman terbesar berada di 2 Kecamatan
yakni Pulau Laut Utara dan Kelp. Selatan yakni 1.562 Ha. Di Pulau
Laut Utara terdapat 71.077 penduduk (27,73%) lahan permukiman

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 63
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

(16,14%) ada indikasi diwilayah ini padat penduduk (lahan


permukiman tidak memadai). (BPS, 2005)

Kesehatan
ƒ Tahun 2005, di Kabupaten Kotabaru terdapat 1 buah Rumah Sakit ,
22 buah Puskesmas, 69 buah Puskesmas Pembantu, 3 buah Apotik,
20 buah toko obat, 12 buah Balai pengobatan, 397 buah posyandu,
39 orang dokter, 95 orang Bidan serta 70 orang tenaga medis lainnya.
(Lampiran 36)

Energi
ƒ Potensi energi yang cukup besar adalah batubara dengan potensi ±
700 juta ton (termasuk kabupaten tanah bumbu) (RIPPDA,2006)

Pendidikan
ƒ Tahun 2005, terdapat 109 buah sekolah TK baik negeri maupun
swasta, SD 245 buah sekolah terdapat 620 ruang kelas kondisi baik,
369 ruang kondisi Rusak Berat, SMP 54 buah, SMA 23 buah
(Lampiran 37-40).
ƒ Dari tingkat SD – SMP sudah tersedia hampir disemua kecamatan,
tingkat SMA belum tersedia di Pulau Sembilan, Pulau Laut Tengah,
Kelumpang Barat, Hampang, Sungai Durian, Kelumpang Tengah,
Kelumpang Utara, dan Pamukan Selatan. (BPS, 2005)

Telematika
• Jumlah produksi pulsa tahun 2003 di Kabupaten Kotabaru terdiri dari
domestik 4.297.567 dan SLJJ 57.236.119. (Lampiran 41).
• Adanya Radio Siaran Pemerintah Daerah Kabupaten yang
diharapkan sebagai sarana penyebaran informasi.
• Pemanfaatan internet masih terbatas pada instansi-instansi
pemerintah dan swasta dengan skala besar seperti PT.Arutmin dan
beberapa perusahaan Batubara, sementara masyarakat umumnya
hanya yang berada dikawasan perkotaan.

Sarana Peribadatan
• Tahun 2005, terdapat 248 buah Mesjid, 338 buah Musholla, 29 buah
Gereja, 7 buah Pura, dan 4 buah Vihara. (Lampiran 42)

Listrik
• Kebutuhan listrik di Kabupaten KOTABARU dilayani dengan sistem
Kotabaru yang merupakan bagian dari sistem Kalimantan Selatan,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 64
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

tahun 2002 jumlah produksi 98.717 MWH, terpasang 17.956 MWH,


terjual 74.152 MWH, dipakai sendiri 486 MWH dan susut 24.079
MWH.(BPPT,2005)
• Pelanggan PLN sampai dengan tahun 2005 adalah 29.830 pelanggan
dengan daya tersambung 23.583.550 VA, jumlah produksi 26.652.438
KwH, terjual 28.800.165 KwH.Untuk memenuhi kebutuhan listrik di
pasok dari unit lain sebesar 2.147.735KwH.(Lampiran 43)
• Pelanggan listrik terbesar adalah Rumah tangga yang berada dalam
kelompok R1 25.099 Pelanggan dan R2 50 Pelanggan.(Lampiran 43)

Analisis
Proyeksi Peluang (Prasarana dan Sarana)

Sumber Daya Air


• Pencanangan Indonesia sehat tahun 2010 oleh Pemerintah Pusat, air
bersih sebagai salah satu penunjang keberhasilan pencanangan
tersebut akan mendapatkan perhatian yang cukup significant.
• Memperbaiki kawasan hutan yang berfungsi sebagai daerah
tangkapan air (catchment area) yang gundul akibat aktivitas illegal
logging dan illegal minning
• Keberadaan UU No. 7 tahun 2004 tentang pengaturan tata cara dan
prosedur pengelolaan sumber-sumber air.

Transportasi
• Peningkatan aktivitas perekonomian penduduk membutuhkan
penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang lebih baik dan
lebih banyak.
• Memungkinkan keterlibatan dunia usaha swasta dan masyarakat
dalam pengelolaan lapangan udara.
• Pengoperasian lapangan terbang dengan kapasitas yang lebih
banyak, sehingga aksesibilitas ke dan dari wilayah Kotabaru menjadi
semakin baik apalagi dengan rusaknya beberapa ruas jalan negara
dan propinsi dibeberapa Kabupaten yang dilalui. Pendangkalan alur
di muara Banjar memberikan peluang yang besar untuk
pembangunan pelabuhan samudra di Kabupaten Kotabaru.
• Kedalaman laut yang memungkinkan untuk berlabuhnya kapal-kapal
bermuatan besar.
• Banyaknya pulau-pulau yang terpisah oleh laut yang membutuhkan
transportasi laut.
• Peluang investasi dengan adanya infrastruktur transportasi yang baik.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 65
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Memungkinkan semakin banyak aktivitas produktif yang dapat


dilakukan oleh penduduk dengan terbukanya suatu kawasan dengan
terbangunnya pelabuhan yang representatif.

Perumahan/Permukiman
• Peruntukan lahan untuk kawasan permukiman yang terencana
(RTRWK)
• Memungkinkan adanya keterlibatan dunia usaha swasta dan
masyarakat dalam penyediaan perumahan dan fasilitas
pendukungnya.
• Kebijakan Menteri Perumahan dengan program Pembangunan rumah
sehat, memungkinkan tersedianya hunian berkualitas (bagi
masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah).
• Meningkatnya kepedulian terhadap sanitasi dasar melalui perilaku
hidup bersih dan sehat dalam rangka mencapai Indonesia Sehat
2010.
• Meningkatnya kepedulian masyarakat, kualitas pengelolaan, dan
keterlibatan swasta dan masyarakat dalam mengelola persampahan.

Listrik
• Terbukanya kemungkinan untuk pihak swasta dan Pemerintah
Kabupaten untuk terlibat dalam penyediaan ketenagalistrikan dengan
dikeluarkannya UU No.003 tahun 2005 tentang Investasi swasta dan
Pemerintah daerah.
• UU No.009 tahun 2005 tentang Pembelian Tenaga Listrik dan sewa
menyewa.

Proyeksi Ancaman (Prasarana dan Sarana)

Sumber Daya Air


• Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke
tahun, dengan pertumbuhan 2,82%
• Sumber air baku yang debit airnya rendah terutama pada saat musim
kemarau.
• Aktivitas illegal logging dan illegal minning yang merusak kawasan
hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area).
• Pengelolaan sumber air baku oleh masyarakat sekitar yang
cenderung menyebabkan pemborosan karena menggunakan
teknologi yang terbatas.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 66
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Transportasi
• Topografi wilayah Kabupaten Kotabaru yang terpisah pulau-pulau
memerlukan investasi yang tinggi.
• Gundulnya kawasan hutan yang merusak daerah tangkapan air
(catchment area) ketika musim hujan sering mengakibatkan banjir
dan merusak jalan.

Perumahan/Permukiman
• Keterbatasan sumber air baku dan kapaitas produksi PDAM yang
sudah maksimal hanya mampu memberikan cakupan layanan
sebesar 17,31% untuk sambungan rumah dan untuk sambungan kran
umum/MCK
• Bila musim hujan yang diikuti air laut pasang pada kawasan dataran
rendah /bantaran sungai terjadi banjir.

Listrik
ƒ Ketergantungan penyediaan listrik kepada BBM yang semakin hari
jumlahnya semakin berkurang dan biaya pengolahan listrik yang
semakin mahal.

Proyeksi Permasalahan (Prasarana dan Sarana)

Sumber Daya Air


• Pengolahan air yang representatif belum tersedia sehingga kualitas
air rendah terutama pada musim hujan
• Kondisi pipanisasi yang telah usang dan tidak memenuhi standard.
• Tingkat kebocoran yang tinggi dan usaha perbaikan yang sulit
dilakukan akibat posisi pipa di tengah badan jalan.
• Rendahnya tarif air yang berlaku belum mampu menutupi biaya
operasional.
• Kekurangan tenaga perencana yang ahli dan profesional
• Kekurangan dana untuk melakukan investasi secara mandiri dan
meningkatkan kesejahteraan pegawai yang masih rendah

Transportasi
• Mayoritas jalan darat di Kabupaten masih berupa tanah 200,350 Km
(23,65%) dan kerikil 300,150 Km (35,43%) yang sensitip pada
perubahan cuaca.
• Semakin tingginya angka kerusakan Jalan dan Jembatan Kabupaten
. Jalan rusak berat 184,65 Km (23,31%) dan rusak 126,515 Km

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 67
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

(15,97%), Jembatan dari 178 buah yang Rusak 81 buah dan Rusak
berat 12 buah.
• Kurangannya alat-alat berat untuk perbaikan dan pembuatan jalan
yang dimiliki oleh dinas Pekerjaan Umum.
• Belum memiliki terminal kota yang sesuai dengan standar
Operasional Belum disyahkannya Perda Timbangan Fortable sebagai
payung hukum pelaksanaan di Lapangan.
• Terbatasnya landasan pacu bandara sehingga saat ini hanya bisa
melayani pesawat-pesawat berbadan kecil (kapasitas penumpang 18
orang).
• Kondisi pelabuhan-pelabuhan laut di kota-kota Kecamatan masih
memprihatinkan.
• Rendahnya mutu pelayanan laut.
• Besarnya dana yang harus disediakan untuk melakukan perawatan,
perbaikan, dan pembangunan prasarana dan sarana transportasi.

Perumahan/Permukiman
• Fasilitas untuk penyediaan air bersih sudah dipergunakan secara
maksimal sehingga bila ada peningkatan permintaan air bersih tidak
bisa dilayani secara optimal.
• Peningkatan kebutuhan akan rumah terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk sebesar 2,82% pertahun untuk semua jenis
kavling rumah (Besar, Sedang, dan Kecil) memerlukan dana investasi
yang tinggi.
• Fasiltas untuk perumahan/permukiman berupa ruang terbuka hijau di
pusat kota masih belum memadai., fasilitas peribadatan, Fasum,dan
fasilitas perekonomian
Listrik
ƒ Kondisi wilayah KOTABARU yang relatif bergunung-gunung dan
terpisah pulau-pulau mengakibatkan kerapatan beban rendah
sehingga untuk pembangunan jaringan PLN membutuhkan dana yang
relatif tinggi sementara dihadapkan pada masalah klasik yakni
keuangan (terbatasnya dana investasi)

Proyeksi Keberhasilan (Prasarana dan Sarana)

Sumber Daya Air


• Pertumbuhan pelanggan rata-rata pertahun sebesar 5,84%.
• Pembuatan waduk-waduk baru untuk penampungan air hujan sebagai
sumber air baku mengingat rusaknya catchment area.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 68
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Pembangunan pipanisasi dan perlengkapan lainnya untuk


operasionalisasi waduk yang telah selesai.
• Pembangunan pengolahan air bersih (WTP).
• Melakukan effektifitas penagihan kepada pelanggan
• Melakukan pembenahan dan perbaikan jaringan pipa.
• Melakukan pengaturan klasifikasi pelanggan dan penyesuaian tarif.
• Memperluas jaringan pelayanan kepada Kecamatan-kecamatan yang
belum terlayani

Transportasi
• Mengupayakan sumber-sumber dana yang didapat dari masyarakat
pengguna jasa agar dapat digunakan untuk membiayai rehabilitasi
dan pemeliharaan infrastruktur (ear marking).
• Perpanjangan landasan pacu bandara sehingga dapat didarati
pesawat berbadan besar.
• Tingginya aktivitas bongkar muat di beberapa Pelabuhan laut
memungkinkan semakin besar masukan bagi PAD.
• Terbukanya kesempatan berusaha bagi beberapa Kecamatan yang
masih terisolir dengan terbangunnya jaringan jalan dan pembangunan
pelabuhan yang representatif.

Perumahan/Permukiman
• Adanya kemandirian penduduk untuk membangun perumahan yang
sehat dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian.
• Penyediaan kawasan pemukiman yang terencana dengan baik
memungkinkan terlaksananya pembangunan perumahan yang sehat.
• Tersedianya fasilitas untuk perumahan/permukiman berupa ruang
terbuka hijau , fasilitas peribadatan, Fasum,dan fasilitas
perekonomian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang baik.

Listrik
• Tingginya angka pertumbuhan pelanggan diamati dalam 10 tahun
terakhir diketahui rata-rata pertumbuhan pelanggan 0,92% atau 25
pelanggan/tahun.
• Energi surya atau energi alternatif lainnya untuk pembangkit listrik

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 69
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

2.1.6. POLITIK, PEMERINTAHAN DAN HUKUM

KONDISI SAMPAI SAAT INI


• Belum adanya sistem informasi manajemen (SIM) dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. (LPJ Bupati Ktb, 2005).
• Belum adanya peraturan daerah mengenai implementasi prinsip-
prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipatif dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Kotabaru. (Data
Bagian Hukum Pemda Ktb, 2006).
• Belum terpolanya penerapan sistem prestasi kerja di kalangan
pegawai negeri sipil kabupaten Kotabaru. (LPJ Bupati Ktb, 2005).
• Masih rendahnya dan mahalnya pelayanan publik oleh pemerintahan
kecamatan. (Survei GG Fisip Unlam, 2006).
• Adanya peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam merespon
kebijakan pembangunan, seperti demontrasi/unjuk rasa dan
pengaduan. (Dinas Kesbanglimas dan LPJ Bupati Ktb, 2005).
• Adanya peningkatan jumlah organisasi pemuda setiap tahun di
seluruh kecamatan, seperti karang taruna, KNPI, AMPI, organisasi
Muhammadiyah, dll. (Lampiran 44).
• Adanya kerjasama pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru dengan
PTN dalam pendidikan formal S1, S2 aparatur pemerintahan daerah.
(LPJ Bupati Ktb, 2005).
• Adanya jumlah, komposisi dan pertumbuhan pegawai negeri
kabupaten kotabaru, khususnya yang lulus SD, lulus SMP dan lulus
diploma mengalami penurunan sedangkan yang lulus SLTA dan lulus
S1+ mengalami kenaikan. (Lampiran 45).
• Adanya forum Muspida yang dilaksanakan secara formal (bergiliran
antar instansi) maupun informal (setiap pertemuan/acara) sebagai
media koordinasi antara instansi vertikal di daerah, seperti Kodim
1004/kotabaru, pangkalan TNI Angkatan Laut Kotabaru, kepolisian
resort kotabaru kejaksanaan negeri kotabaru dan pengadilan negeri
kotabaru. (LPJ Bupati Ktb, 2005).
• Adanya pelaksanaan penjaringan aspirasi masyarakat melalui
kegiatan musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan
untuk merumuskan RPJM (rencana pembangunan jangka menengah)
dan Renstra-SKPD (rencana strategis satuan kerja perangkat
daerah). (LPJ Bupati Ktb, 2005).
• Adanya pemekaran wilayah kecamatan baru. (LPJ Bupati Ktb, 2005).
• Adanya pengadaan buku administratif kantor bagi pemerintahan
kecamatan dan pemerintahan desa. (LPJ Bupati Ktb, 2005).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 70
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Adanya pemberdayaan SDM aparatur pemerintahan kecamatan


melalui program kemampuan teknis dan manajerial. (LPJ Bupati Ktb,
2005).
• Adanya pemberdayaan SDM aparat pemerintahan desa melalui
program pelatihan dan pembinaan. (LPJ Bupati Ktb, 2005).
• Semakin meningkatnya tingkat kejahatan terhadap kepentingan
umum di Kabupaten Kotabaru. (Lampiran 46).
• Cukup tingginya produk peraturan daerah yang dihasilkan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru bersama dengan DPRD
Kabupaten Kotabaru sekitar 13 buah pada tahun 2005 dan 14 buah
tahun 2006. (Bagian Hukum Pemda Ktb, 2006).

ANALISA

Proyeksi Peluang (politik, pemerintahan dan hukum)


• Komitmen visi nasional tahun 2007 -2026, sebagai dasar arahan
pembangunan di wilayah provinsi.
• Komitmen visi provinsi tahun 2007 – 2026, sebagai dasar arahan
pembangunan daerah kabupaten.
• Komitmen visi tahun 2006 – 2025, yaitu Kotabaru yang Maju, Adil dan
Sejahtera. Visi ini sebagai pedoman dalam penetapan misi dan arah
pembangunan ke depan selama 20 tahun Kabupaten Kotabaru.
• Penetapan Provinsi Kalsel mulai tahun 2005 sebagai pilot proyek
penyelenggaraan Good Governance, yang secara otomatis
mengharuskan kabupaten Kotabaru sebagai bagian kabupaten yang
ada di wilayah provinsi Kalsel untuk menerapkan Good Governance
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berdasarkan
prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas dan prinsip partisipasi.
• UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang berprinsip
otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab mendorong terciptanya
inisiatif pemerintahan daerah untuk mengelola daerah dalam
kerangka negara kesatuan republik Indonesia.
• Kebijakan RTRW, salah satunya menbentuk kawasan perkantoran
mendorong kondusifnya penyelenggaraan sistem informasi
manajemen dalam Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.
• Perkembangan informasi dan teknologi yang pesat mendorong
peningkatan kapabilitas Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 71
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Proyeksi Ancaman (politik, pemerintahan dan hukum)


• Peningkatan partisipasi politik masyarakat yang non konvensional
cenderung akan melahirkan anarkhisme yang berdampak pada
stabilitas jalannya penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten
Kotabaru.
• Peningkatan kejahatan ketertiban umum di masyarakat cenderung
akan menimbulkan sikap-sikap merusak, yang akhirnya berimplikasi
pada instabilitas jalannya proses pembangunan di masyarakat..
• Peningkatan pengembangan dan pembangunan wilayah daerah
cenderung menimbulkan konflik di wilayah perbatasan dengan
kabupaten lainnya.

Proyeksi Permasalahan (politik, pemerintahan dan hukum)


• Belum adanya sistem informasi manajemen di Pemerintah Daerah
Kabupaten Kotabaru menjadi kendala dalam analisis jabatan, diskripsi
pekerjaan dan perencanaan kepegawaian yang sesuai dengan asas
the right man on the right place serta pelayanan publik.
• Belum adanya peraturan daerah mengenai implementasi prinsip
transparansi, prinsip akuntabilitas dan prinsip partisipatif dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten kotabaru sehingga
kurang menjamin kepastian hukum dan kondisi kerja pegawai negeri
dalam rangka untuk melakukan perbaikan kinerja dalam pelayanan
publik.
• Semakin meningkatnya tingkat kejahatan terhadap ketertiban umum
kurang mendorong terciptanya tertib hukum dan budaya hukum di
masyarakat.
• Belum terpolanya penerapan sistem prestasi kerja di kalangan
pegawai negeri sipil menjadi kendala peningkatan kinerja pegawai
negeri sipil yang efektif dan efesien.
• Masih rendahnya dan mahalnya pelayanan publik oleh pemerintahan
kecamatan menjadi kendala peningkatan pelayanan publik.

Proyeksi Keberhasilan (politik, pemerintahan dan hukum)


• Produktivitas peraturan daerah oleh pemerintah daerah Kabupaten
Kotabaru dan DPRD Kabupaten Kotabaru yang cukup banyak sekitar
13 buah tahun 2005 dan 14 buah tahun 2006 mendorong kondisi
jaminan kepastian hukum dan hubungan fungsional antara
pemerintah daerah dan DPRD dalam menangani persoalan-persoalan
di daerah.
• Kerjasama pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru dengan PTN dan
instansi lainnya dalam pemberdayaan SDM aparatur dan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 72
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

pengembangan organisasi pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru


mendorong pada semakin meningkatkan kinerja manajemen
pemerintahan daerah dalam pelayanan publik.
• Peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam merespon kebijakan
pembangunan mendorong terciptanya pembangunan yang partisipatif.
• Peningkatan jumlah organisasi pemuda di wilayah kecamatan
mendorong terciptanya tata kelola kelompok-kelompok kepentingan di
masyarakat.
• Penyelenggaraan Forum Muspida secara formal dan informal
sebagai sarana koordinasi antar instansi vertikal mendorong
terwujudnya dan terpeliharanya stabilitas nasional dan pembangunan
nasional di daerah.
• Pelaksanaan penjaringan aspirasi masyarakat melalui kegiatan
musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan untuk
merumuskan RPJM (rencana pembangunan jangka menengah) dan
Renstra-SKPD (rencana strategis satuan kerja perangkat daerah)
mendorong terciptanya pemerintahan daerah Kabupaten Kotabaru
yang aspiratif, dinamis dan katalisator dalam program pembangunan
dan pelayanan publik.
• Jumlah, komposisi dan pertumbuhan pegawai negeri kotabaru yang
menunjukkan peningkatan derajat pendidikan pegawai negeri sipil dari
tahun ke tahun mendorong semakin kondusif kinerja dan keahlian
pegawai negeri sipil.
• Pemekaran wilayah kecamatan baru mendorong perluasan jangkauan
dan koordinasi pemerintah daerah dalam pembangunan dan
pelayanan publik.
• Pengadaan buku administratif kantor di pemerintahan kecamatan dan
pemerintahan desa mendorong terciptanya tertib administrasi kantor
dalam pelayanan publik.
• Pemberdayaan SDM aparatur pemerintahan kecamatan dibidang
teknis dan manajerial mendorong peningkatan kemampuan
manajerial aparatur pemerintahan kecamatan dalam pembangunan
dan pelayanan publik.
• Pemberdayaan SDM aparatur pemerintahan desa dibidang pelatihan
dan pembinaan mendorong peningkatan kemampuan mental dan
keahlian aparatur pemerintahan desa dalam pembangunan dan
pelayanan publik.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 73
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

2.2. PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH

PREDIKSI KONDISI DEMOGRAFI

• Jumlah penduduk Kotabaru sampai dengan dua puluh tahun


kedepan akan tumbuh dengan rata-rata 2,65% pertahun sehingga
diperkirakan pada 2026 mencapai 445.996 jiwa. Hal ini dilalui secara
bertahap dimana pada 2011 diperkirakan berjumlah 304.430 jiwa,
kemudian 2016 mencapai 349.436 jiwa, dan 2021 menjadi 390.147
jiwa (hasil prediksi).
• Dari segi kualitasnya berdasarkan indikator IPM yang merupakan
komposit indikator kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan
ekonomi, maka berdasarkan kecendrungan yang dialami Kotabaru
akan mencapai tingkat IPM 73,78. Namun dengan dukungan
kebijakan dan usaha optimal, SDM Kotabaru diharapkan dapat
bertransformasi sehingga memiliki kualitas yang tinggi yang dilalui
melalui tahap I mencapai tingkat 72, tahap II menjadi 74, kemudian
tahap III 77 dan tahap IV menjadi 80. Jika
• Keadaan ini dibarengi dengan meningkatnya harapan hidup yang
pada 2011 dapat mencapai 65 tahun, pada 2016 mencapai 66
tahun, pada 2021 mencapai 67 tahun dan akhirnya pada 2026
mencapai 68. Jika mengikuti trend yang ada dan tanpa usaha yang
lebih maksimal dari yang telah dilakukan tingkat harapan hidup
hanya mencapai 66 tahun pada 2026.
• Dari aspek tigkat pendidikan, SDM Kotabaru meningkat rata-rata
pendidikannya ditandai dengan meningkatnya rata-rata tingkat
enrollment. Dari kecendrungan yang ada maka baru pada 2026
baru dapat menuntaskan wjib berlajar 9 tahun. Melalui usaha yang
keras dan kebutuhan yang mendesak akan peningkatan SDM maka
diharapkan WB 9 sudah tuntas pada tahap I, 12 tahun pada tahap II,
dan pemenuhan tenaga profesional sejak tahap ketiga.
• Sementara itu, berdasarkan kecendrungan yang terjadi, tingkat
melek huruf juga akan mencapai sebesar 100% 2026.
• Pembinaan pendidikan semakin berkembang sejalan dengan
kebutuhan dan kesadaran masyarakat. Selain pendidikan formal
juga berjalan pendidikan non-formal dan wadah pembinaan
swadaya masyarakat yang berfokus pada peningkatan skills (teknis,
jasa, bahasa, dll) serta mental spiritual keagaaman.
• Kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
semakin tinggi dan berstandar sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk ibu dan anak.
• Partisipasi pemuda dalam pembangunan yang semakin membaik
seiring dengan budaya olah raga yang makin meluas dikalangan
masyarakat.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 74
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Dengan berjalannya berbagai upaya pemberdayaan, pelayanan,


rehabilitasi dan perlindungan sosial maka Kotabaru akan berhasil
mengendalikan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

PREDIKSI KONDISI MAKRO EKONOMI

• Tingkat ekonomi Kotabaru yang ditunjukkan melalui besarnya nilai


PDRB diharapkan akan terus meningkat dimasa mendatang.
Peningkatan PDRB akan dicapai dengan pemanfaatan seoptimal
mungkin berbagai peluang dan faktor penentu keberhasilan yang
ditujukan untuk lebih meningkatkan produktifitas, daya saing,
profesionalitas, dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara lebih
merata.
• Tingkat pertumbuhan rata-rata yang dicapai antara 2000 sampai
dengan 2005, sebesar 8,19%, di tahun 2007 sampai 2026
nampaknya akan menurun jika dilihat berdasarkan trend
pertumbuhannya. Jika tidak digenjot, maka ekonomi hanya tumbuh
rata-rata 4,23% pertahun. Keadaan ini ditandai dengan minimnya
perkembangan sektor industri yang hanya tumbuh 2,19% pertahun,
sektor pertanian dengan 3,85% pertahun, dan jasa-jasa 4,08%
pertahun. Pertumbuhan lebih dimotori oleh sektor perdagangan
yang tumbuh 5,05% pertahun dan pertambangan dengan 4.07%.
Kedua sektor ini cukup berpengaruh karena memiliki share yang
dominan pada PDRB setelah sektor pertanian. Keadaan ini tentu
jauh dari ideal dimana kita mengharapkan sektor industri dan
seluruh proses industrialisasi yang berkembang sementara sektor
primer khususnya pertambangan perlu ditekan.
• Dengan laju pertumbuhan penduduk, yang jika tidak dikendalikan
mencapai 3,50% pertahun, dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi
yang hanya 4.23% maka hanya terdapat peningkatan pendaptan riil
perkapita sebesar 0,73% saja, suatu hasil yang sangat minim sekali.
Karenanya diperlukan strategi yang tepat untuk menggerakan sektor
riil, khususnya dengan mengembangkan industri, jasa, dan
perdagangan berbasi sumberdaya lokal yang melimpah di Kotabaru.
• Trend penurunan iklim usaha selama rentang 1995-2004 yang
terlihat dari penurunan jumlah unit industri dan koperasi cenderung
akan berlanjut. Namun jika kita mampu memanfaatkan semua
potensi dan peluang yang ada untuk menciptakan iklim usaha yang
kondusif, niscaya perkembangan yang sebaliknya justru akan
terjadi.
• Tingkat pertumbuhan yang cukup diharapkan mampu menurunkan
tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin. Dengan
menggenjot pertumbuhan yang dimotori pertanian, industri,
perdagangan dan transportasi sebesar 8,30% pertahun pada
rentang 2007-2026 akan mampu menurunkan pengangguran secara

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 75
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

berturut-turut dari tahun 2011, 2016, dan 2021 menjadi 2,45%,


2,25%, dan 2,00% sehingga untuk selanjutnya sampai 2026
dipertahankan maksimal 2,00%t.
• Jumlah penduduk miskin diharapkan juga dapat diturunkan dengan
adanya pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada kekuatan
ekonomi loka. Penduduk miskin akan bisa diatasi sehingga pada
2026 jumlahnya bisa diturunkan menjadi hanya 2,35%. Ini telah
memenuhi target nasional dibawah 5%.
• Intensitas kerja sama dibidang investasi, inovasi teknologi, promosi
dan pemasaran baik regional, maupun global perlu terus
ditingkatkan. Hal ini khususnya ditujukan untuk menciptakan
percepatan industrialisasi yang berbasis sumber daya lokal secara
lebih produktif, efisien dan berkesinambungan.

PREDIKSI KONDISI PERTANIAN TANAMAN PANGAN

• Pemerintah melalui koordinasi yang baik dengan institusi swasta dan


publik lainnya akan melakukan pengembangan yang mencakup
infrastruktur, pengembangan industri benih unggul, pengembangan
dana penguatan agroindustri di perdesaan, pengembangan
informasi pasar, melakukan restrukturisasi pasar dan kebijakan
perdagangan, pengembangan sektor swasta, usaha mikro, kecil dan
menengah, keberlanjutan lingkungan serta peningkatan
produktivitas perdesaan. Semua kebijakan di atas idealnya
dilakukan secara transparan dan dikomunikasikan kepada semua
stakeholders yang terlibat dalam pembangunan pertanian dan
perdesaan.
• Adanya globalisasi yang berarti terciptanya pasar bebas telah
membuka peluang bagi usaha bidang agribisnis dalam kemitraan
maupun kesempatan pemasaran.
• Dengan berpijak pada kebijakan di atas dan melihat ketersediaan
potensi dan sumberdaya pertanian yang cukup besar, seperti
tersedianya sumberdaya lahan pertanian yang cukup luas dan
belum termanfaatkan, serta banyaknya sumberdaya manusia yang
terlibat pada sektor pertanian, maka dapat diprediksikan bahwa
kondisi sektor pertanian tanaman pangan di masa mendatang
memberikan harapan yang besar untuk dapat berkembang baik.
• Tingkat pertumbuhan luas tanam, luas panen dan produksi tanaman
pangan (padi, palawija dan sayuran) selama 10 tahun terakhir
(1995-2004) dengan trend menaik merupakan suatu kekuatan yang
memberikan harapan besar bagi pengembangan sub-sektor ini di
masa mendatang.
• Padi merupakan komoditas tanaman pangan utama untuk
dikembangkan. Hal ini tidak saja karena padi merupakan bahan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 76
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

makanan pokok bagi masyarakat, melainkan juga karena Kabupaten


Kotabaru memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan padi, hal
ini dapat dilihat dari tingkat produktivitasnya yang cukup tinggi.
• Komoditas tanaman pangan lainnya yang telah diusahakan yang
layak untuk dikembangkan adalah jagung dan ubi kayu. Komoditas
ini mempunyai peluang sebagai produk industri hilir yang bernilai
tinggi dengan permintaan yang tinggi, diantaranya jagung sebagai
bahan baku pakan ternak serta sebagai bahan baku bagi keperluan
industri lainnya, dan ubi kayu sebagai bahan baku gaplek, tapioka
maupun sebagai bahan baku bagi keperluan industri lainnya.
• Di masa mendatang, pengembangan agroindustri perdesaan
sebagai bagian dari konsep agribisnis merupakan langkah yang
sangat strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian
tanaman pangan dan pendapatan masyarakat perdesaan .

PREDIKSI KONDISI PERTANIAN TANAMAN PERKEBUNAN

• Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kotabaru telah


mengambil kebijakan merubah orientasi pembangunan perkebunan
yang semula berdasarkan pendekatan produksi menjadi
“pendekatan agribisnis”. Kebijakan ini diambil guna dapat mencapai
fokus pembangunan sektor pertanian Kabupaten Kotabaru, yakni :
• Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada
kemampuan produksi, keragaman sumberdaya pangan serta
kelembagaan dan budaya lokal.
• Mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan
membangun keunggulan kompetitif produk-produk daerah
berdasarkan kompetisi dan keunggulan komparatif sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang bersangkutan.
• Kebijakan otonomi daerah yang terdapat dalam UU No.22 tahun
1999 dan PP No.25 tahun 2000 secara substansial memberikan
kewenangan luas bagi daerah dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembangunan. Daerah otonom berhak
mengelola seluruh potensi sumberdaya pertanian di daerahnya dan
juga berkewajiban menjaganya agar terjaga kelestariannya
sehingga diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat.
• Melalui dampak desentralisasi, pemerintah telah beralih dari sikap
mendominasi di masa lalu menuju pada partisipasi masyarakat. Hal
ini berimplikasi kepada semakin besarnya peran sektor swasta
dalam pembangunan pertanian di perdesaan. Dengan visi baru ini,
maka pertanian tidak lagi dipandang sebagai sektor yang terpisah-

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 77
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

pisah, namun menjadi lebih luas, dimana mencakup aktivitas-


aktivitas yang terkait mulai dari subsistem hulu sampai hilir.
• Pemerintah yang baik dituntut untuk mendorong koordinasi antara
institusi swasta dan publik, mencakup : pengembangan infrastruktur,
pengembangan industri benih, pengembangan dan penguatan
agroindustri di perdesaan, pengembangan informasi pasar,
merestruktur pasar dan kebijakan perdagangan, pengembangan
sektor swasta, usaha mikro, kecil dan menengah, keberlanjutan
lingkungan, serta peningkatan produktivitas pedesaan. Semua
kebijakan di atas semestinya dilakukan secara transparan dan
dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders yang terlibat dalam
pembangunan pertanian dan perdesaan.
• Adanya globalisasi yang berarti terciptanya pasar bebas telah
membuka peluang bagi usaha bidang pertanian/agribisnis dalam
kemitraan maupun kesempatan pemasaran.
• Dengan berpijak pada kebijakan di atas dan melihat ketersediaan
potensi dan sumberdaya pertanian yang cukup besar di Kabupaten
Kotabaru, seperti tersedianya sumberdaya lahan pertanian yang
cukup luas dimana diantaranya masih banyak yang belum
termanfaatkan disamping banyaknya sumberdaya manusia atau
angkatan kerja yang berusaha di sektor pertanian, maka dapat
diprediksikan bahwa kondisi sektor pertanian tanaman perkebunan
di masa mendatang memberikan harapan yang besar untuk dapat
berkembang dengan baik.
• Selama kurun waktu 10 tahun terakhir (1995-2004) tingkat
pertumbuhan luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas
tanaman perkebunan secara umum menunjukkan pertambahan
yang semakin menaik. Kondisi ini merupakan kekuatan dan
memberikan harapan yang besar bagi pengembangan dimasa
mendatang.
• Pada sub sektor perkebunan, potensi yang dapat dikembangkan
adalah komoditas kelapa sawit, kelapa dalam, kopi, karet dan lada.
Usaha perkebunan lada, kelapa dalam, kopi dan karet hampir
tersebar merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Kotabaru.
Sentra produksi kelapa sawit di Kecamatan Pamukan Utara, karet di
Kecamatan Sungai Durian, kelapa dalam di Kecamatan Pulau Laut
Utara, kopi di Kecamatan Pamukan Utara dan lada di Kecamatan
Pulau Laut Timur.
• Dari sisi produsi, kelapa sawit menunjukkan perkembangan produksi
yang produksi yang paling besar diantara berbagai komoditas
perkebunan yang ada. Produksi kelapa sawit meningkat dari
808.024,54 ton pada tahun 2003 menjadi 811.887,78 ton pada
tahun 2004. Komoditas ini mempunyai peluang sebagai produk
industri hilir yang bernilai tinggi, seperti Crude Palm Oil (CPO), olein,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 78
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

strearin, gliserin, dan pupuk organik. Dengan kata lain, prospek


kelapa sawit ke depan sangat baik. Hal ini didukung oleh semakin
meningkatnya permintaan industri berbahan baku kelapa sawit,
majunya teknologi yang digunakan industri (misalnya industri
pangan dan biofuel), berkembangnya teknologi di bidang teknis
budidaya dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
kesehatan.
• Luasnya potensi lahan yang belum tertangani memberikan peluang
untuk pengembangan kelapa sawit rakyat dengan skala usaha
ekonomi 2-4 ha/KK. Pengembangan kelapa sawit rakyat ini
dilakukan dengan pola kemitraan usaha yang melibatkan
perusahaan besar atau perkebunan besar swasta.
• Di masa mendatang, pengembangan agroindustri perdesaan
sebagai bagian dari konsep agribisnis merupakan langkah yang
sangat strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian
tanaman perkebunan dan meningkatkan pendapatan masyarakat
perdesaan. Untuk mendukung terwujudnya pengembangan
agroindustri perdesaan perlu difasilitasi dengan: (a) penerapan
teknologi dan sarana hasil perkebunan di sentra-sentra produksi, (b)
pengembangan infrastruktur penunjang seperti listrik, jalan akses
dan komunikasi, (c) pengembangan akses terhadap permodalan,
serta (d) peningkatan mutu, efisiensi produksi dan pemasaran.

PREDIKSI KONDISI PETERNAKAN

• Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kotabaru telah


mengambil kebijakan merubah orientasi pembangunan perkebunan
yang semula berdasarkan pendekatan produksi menjadi
“pendekatan agribisnis”. Kebijakan ini diambil guna dapat mencapai
fokus pembangunan sektor pertanian Kabupaten Kotabaru, yakni :
• Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada
kemampuan produksi, keragaman sumberdaya pangan serta
kelembagaan dan budaya lokal.
• Mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan
membangun keunggulan kompetitif produk-produk daerah
berdasarkan kompetisi dan keunggulan komparatif sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang bersangkutan.
• Kebijakan otonomi daerah yang terdapat dalam UU No.32 tahun
2004 dan PP No.25 tahun 2000 secara substansial memberikan
kewenangan luas bagi daerah dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembangunan. Daerah otonom berhak
mengelola seluruh potensi sumberdaya pertanian di daerahnya dan
juga berkewajiban menjaganya agar terjaga kelestariannya

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 79
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

sehingga diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi


masyarakat.
• Melalui dampak desentralisasi, pemerintah telah beralih dari sikap
mendominasi di masa lalu menuju pada partisipasi masyarakat. Hal
ini berimplikasi kepada semakin besarnya peran sektor swasta
dalam pembangunan pertanian di perdesaan. Dengan visi baru ini,
maka pertanian tidak lagi dipandang sebagai sektor yang terpisah-
pisah, namun menjadi lebih luas, dimana mencakup aktivitas-
aktivitas yang terkait mulai dari subsistem hulu sampai hilir.
• Pemerintah yang baik dituntut untuk mendorong koordinasi antara
institusi swasta dan publik, mencakup : pengembangan infrastruktur,
pengembangan industri bibit, pengembangan dan penguatan
agroindustri di perdesaan, pengembangan informasi pasar,
merestruktur pasar dan kebijakan perdagangan, pengembangan
sektor swasta, usaha mikro, kecil dan menengah, keberlanjutan
lingkungan, serta peningkatan produktivitas pedesaan. Semua
kebijakan di atas semestinya dilakukan secara transparan dan
dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders yang terlibat dalam
pembangunan pertanian dan perdesaan.
• Adanya globalisasi yang berarti terciptanya pasar bebas telah
membuka peluang bagi usaha bidang pertanian/agribisnis dalam
kemitraan maupun kesempatan pemasaran.
• Dengan berpijak pada kebijakan di atas dan melihat ketersediaan
potensi dan sumberdaya pertanian yang cukup besar di Kabupaten
Kotabaru, seperti tersedianya sumberdaya lahan pertanian yang
cukup luas dimana diantaranya masih banyak yang belum
termanfaatkan disamping banyaknya sumberdaya manusia atau
angkatan kerja yang berusaha di sektor pertanian, maka dapat
diprediksikan bahwa kondisi peternakan di masa mendatang
memberikan harapan yang besar untuk dapat berkembang dengan
baik.
• Pada sub sektor peternakan, potensi yang dapat dikembangkan
adalah komoditas ayam potong, ayam buras, itik, kambing dan sapi
• Di masa mendatang, pengembangan agroindustri perdesaan yang
menggunakan bahan baku daging, susu dan telur, sebagai bagian
dari konsep agribisnis merupakan langkah yang sangat strategis
untuk meningkatkan nilai tambah produk peternakan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan.

PREDIKSI KONDISI KELAUTAN DAN PERIKANAN


• Keberadaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil sangat
strategis untuk berbagai kepentingan. Eksistensi Kabupaten
Kotabaru sebagai daerah kepulauan memiliki nilai strategis, baik

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 80
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

dalam manfaat ekonomis dan ekologis (memiliki kandungan


sumberdaya alam yang sangat bernilai dengan ekosistem yang
spesifik), maupun kontribusinya bagi manfaat politis dan
hankamnas, baik dalam skala regional maupun nasional hingga
internasional.
• Seiring pelaksanaan otonomi daerah, arti pulau sebagai sumberdaya
wilayah menjadi sangat penting. Data yang lengkap dan status
kewenangan pengelolaan yang jelas tentang keberadaan pulau
dalam suatu wilayah administrasi Kabupaten Kotabaru dapat
menghindari konflik antar daerah dalam pengelolaan sumberdaya
yang dimiliki. Ini akan mencapai tujuan pembangunan melalui
pengembangan sumberdaya alam serta dalam rangka pemanfaatan
optimal sumberdaya, pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.
• Sumberdaya wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil mempunyai
potensi dan mampu memenuhi tingkat pertumbuhan ekonomi
secara pesat, disamping menimbulkan dampak negatif baik
terhadap kelangsungan sumberdaya alam hayati dan non-hayati
maupun permasalahan terhadap perkembangan sosial ekonomi.
Hal ini seiring dengan kepentingan berbagai sektor kegiatan yang
memanfaatkan wilayah tersebut. Pemanfaatan wilayah pesisir, laut
dan pulau-pulau kecil akan semakin meningkat seiring dengan
makin meningkatnya aktivitas pembangunan berbagai sektor,
seperti : perikanan (budidaya dan penangkapan ikan), sarana
perhubungan, kehutanan dan perkebunan, pertanian, pariwisata
dan lokasi pemukiman. Akibat kegiatan sektor ini, maka wilayah
pesisir menjadi wilayah kegiatan banyak sektor dengan
kepentingannya masing-masing dan akan muncul karena benturan
kepentingan dari berbagai kegiatan tersebut.
• Perikanan dapat dijadikan sebagai tolak ukur pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup dalam satu sistem pemanfaatan.
Ia pun dapat dijadikan sebagai indikator kerusakan dan bencana,
seperti over fishing dan under fishing, kerusakan habitat, mutu hasil
tangkapan, IUU fishing (Illegal, un-reported dan un-regulated fishing)
bukan lagi menjadi isu strategis dan aktual. Demikian pula halnya
isu yang terkait dengan eksploitasi tak terkendali dalam
penangkapan ikan dan kerusakan lingkungan perairan sebagai
habitat sumber daya ikan.
• Perikanan Kotabaru sebagaimana Perikanan Indonesia, dihadapkan
pada era liberalisasi perdagangan yang ditandai dengan adanya
perubahan term of trade dimana rintangan-rintangan perdagangan
lambat laun semakin hilang (seperti subsidi dan tarif), serta arus lalu
lintas modal antar negara semakin meningkat yang menimbulkan
pula adanya Foreign Direct Investment (FDI). Isu perdagangan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 81
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Tabel 2
Kelautan Dan Perikanan Terbangun 2007 – 2026
PREDIKSI 2007 – 2011 2012 - 2016 2017 - 2021 2022 – 2026
Pertumbuhan 6,9 % - 7,5% 9% 10% 10%
Sumber Daya Ikan Kuota penangkapan Posisi optimum Posisi optimum Posisi optimum
dan Lingkungan posisi MSY
Konservasi
Daerah Penegakan hukum Pengaturan Pengaturan Pengaturan
Penangkapan berbasis kelautan dan
(fishing ground) perikanan
Pengaturan/pembatasa
n daerah penangkapan
Sumber Daya Pendidikan dan Penguasaan IPTEK Kualitas Kualitas aparat,
Manusia dan ketrampilan aparat, dan Informasi aparat, nelayan,
Kelembagaan nelayan, pembudidaya Kemampuan dan nelayan, pembudidaya
ikan ketrampilan pembudidaya dan pelaku
Penguatan nelayan dan pelaku usaha.
Kelembagaan menangkap ikan di usaha.
(pengelolaan dan lepas pantai
pengawasan) Mantapnya
Rencana Pengelolaan pengawasan dan
Perikanan pengendalian
penangkapan ikan
Perikanan Tangkap
Perairan Laut Pelabuhan Khusus Industri Industri Industri berbasis
Sarana prasarana penangkapan lepas berbasis bisnis perikanan
penangkapan pantai perikanan
Pengaturan jenis dan tangkap :
jumlah alat tangkap Industri
(tradisional dan penangkapan
modern) (termasuk ikan
Mutu hasil tangkapan hias)
dan pemasaran. Industri
Perairan Umum Pembatasan jumlah alat Usaha skala rumah pengolahan
tangkap tangga ikan
Perikanan Budidaya
Perairan Laut Sarana prasarana Usaha skala rumah Industri Industri berbasis
budidaya laut tangga berbasis bisnis perikanan
Usaha skala rumah Usaha skala perikanan
tangga dan industri budidaya :
pengembangan (manufactur) Industri ikan
intensifikasi dan mutu hias
Perairan Payau Sarana prasarana Usaha skala rumah Industri
budidaya tambak tangga pembenihan
Revitalisasi usaha Industri
tambak potensial budidaya ikan
(termasuk 50% tambak Industri
tidur) pengolahan
Normalisasi lahan ikan
tambak
Perairan Umum Sarana prasarana
(Tawar) budidaya kolam
Usaha RT dan
pengembangan
intesifikasi mutu
*) industri adalah kumpulan usaha kegiatan sejenis

internasional yang berbasiskan sumberdaya alam, khususnya untuk


komoditi perikanan terkait pula dengan isu lingkungan hidup.
• Sejalan dengan desentralisasi wewenang pengelolaan, maka peran
pemerintah daerah akan menjadi semakin besar dan penting.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 82
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

Demikian pula hak rakyat yang secara tradisional memiliki hukum


yang tidak tertulis dengan kelembagaan lokalnya di dalam
pengelolaan akan menjadi semakin penting, karena inisiatif
kebijakan pengaturan tidak lagi menggunakan pendekatan dari atas
ke bawah, melainkan sebaliknya. Pemberlakuan aturan lokal yang
tidak tertulis oleh masyarakat setempat dalam berbagai kasus telah
terbukti lebih efektif dibandingkan aturan-aturan tertulis yang
ditetapkan oleh pemerintah (sentralisasi). Untuk hak rakyat
(nelayan) atas pengelolaan perikanan tangkap yang bersumber dari
aturan lokal tidak tertulis selayaknya direvitalisasi dan diakui
keabsahannya antara aspirasi masyarakat lokal dan kepentingan
nasional. Upaya revitalisasi tersebut mencakup aspek-aspek
pengembangan norma, sistem dan mekanisme kelembagaan adat,
serta penerapan sanksi. Dalam melakukan tindakan pengelolaan,
untuk ini dibutuhkan suatu rencana pengelolaan (management plan)
yang intinya adalah sesuatu kegiatan normatif yang boleh atau tidak
boleh dilakukan di suatu zona, dimulai dari pengumpulan data dan
informasi secara sistematik untuk pengembangan strategi ke bentuk
aksi yang spesifik untuk memperoleh keluaran yang diharapkan
yaitu produksi ikan hasil tangkapan yang optimal dan
berkembangnya usaha budidaya ikan di laut.
• Terpenuhinya kualitas SDM, sarana prasarana dan tersususun serta
terwujudnya program kelembagaan dalam bentuk Rencana
Pengelolaan Perikanan di perairan laut wilayah Kabupaten Kotabaru
akan menciptakan penangkapan ikan yang optimal dan
berkelanjutan (terbangun pada 2012 – 2026) seiring dengan industri
berbasis perikanan tangkap yang terbangun pada 2017 – 2021
hingga terbangunnya industri berbasis bisnis perikanan pada 2021 –
2026.

PREDIKSI KONDISI KEHUTANAN

• Setelah adanya intervensi atau pembangunan yang dilakukan dalam


bidang kehutanan, maka kondisi kehutanan di Kabupaten Kotabaru
diprediksi:
• Sesuai dengan luas hutan yang sangat dominan dibandingkan
dengan kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan, maka produksi
kayu di daerah ini minimal 25% dari produksi kayu di Kalimantan
Selatan. Produksi kayu tidak hanya berasal dari hutan alam dan
hutan tanaman tetapi juga dari hutan rakyat yang dikelola secara
berkelanjutan. Sementara luas kawasan hutan yang ada sekarang
dapat dipertahankan.
• Jumlah lahan kritis semakin berkurang dengan adanya program
rehabilitasi hutan dan lahan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 83
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Masyarakat sekitar hutan lebih sejahtera. Keterlibatan mereka


dalam pembangunan kehutanan semakin nyata. Mereka sebagai
subjek karena pembangunan kehutanannya berbasiskan
masyarakat, yang dikenal dengan Community Base Forest
Management, CBFM. Masyarakat sekitar hutan mempunyai
kelembagaan yang kokoh dan transparan, sehingga posisi tawar
mereka menjadi kuat.
• Produksi hutan bukan hanya berupa kayu, tetapi ada diversifikasi.
Misalnya, hasil hutan non kayu (damar, rotan, sarang burung, air,
dan lain-lain), produksi carbon, dan berkembangnya ekowisata.
Produk tersebut bukan hanya berupa barang mentah tetapi sudah
berupa barang jadi.
• Sumberdaya manusia kelembagaan kehutanan yang ada lebih
profesional untuk mengelola hutan secara lestari.

PREDIKSI KONDISI INDUSTRI DAN PERDAGANGAN


• Berdasarkan perkembangan produksi sektor industri maka sektor
industri Kabupaten Kotabaru pada dua dekade ke depan akan
mengalami pertumbuhan dengan tahap-tahap sebagai berikut: Lima
tahun kedepan (2011) tumbuh sebesar 16,79% tahun, kemudian
tumbuh menjadi 9,13% tahun pada lima tahun kedua, lalu sebesar
6,26% tahun pada lima tahun ketiga dan 4,77% tahun pada akhir
dasawarsa kedua (2026).
• Dalam hal tenaga kerja dan Investasi, berdasarkan perkembangan
selama empat tahun sebelumnya (2002-2005) (pertumbuhannya
negatif) maka jumlah tenaga kerja dan investasi pada sektor
industri akan semakin menurun hingga tahun 2026. Oleh karenanya
diperlukan kebijakan yang dapat mendorong perkembangan
kegiatan industri misalnya dengan pengembangan agroindustri
dalam kerangka agribisnis dan bisnis perikanan.
• Dengan adanya sumber daya alam disektor pertani berupa
perkebunan kelapa sawit yang menghasilakan CPO maka
diharapakan pada masa mendatang dapat dibangun pabrik minyak
minyak goreng, begitu juga dengan sumber daya perikanan yang
masih potesial dapat dibangun industri bahan pakan dan industri
pengalengan ikan ( RTRW 2005)
• Selain itu prospek industri pengolahan baik produk prtanian maupun
sumberdaya alam bagi industri besar dapat dimungkinkan
dikembangkan industri ; Industri pellet biji besi, Destilasi batu bara
kalori rendah menjadi BBM, Industri biodiesel dari bahan baku
tepung tapioka maupun minyak jarak (RTRW 2005)
• Berdasarkan kontribusi sektor industri pada PDRB pada dua dekade
ke depan akan mencapai tingkat pertumbuhandengan tahap-tahap
sebagai berikut: Lima tahun kedepan (2011) adalah Rp.93.272,33

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 84
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

ribu, kemudian naik sebesar Rp 94.742,33 ribu pada lima tahun


kedua mengalami kenaikan, sebesar Rp 96.212,33 ribu pada lima
tahun ketiga dan sebesar Rp. 97.682,33 ribu pada lima tahun
keempat (2026).
• Berdasarkan perkembangan dari PDRB sektor perdagangan pada
kelompok perdagangan, hotel dan restoran yang telah dicapainya
maka Kabupaten Kotabaru pada dua dekade ke depan maka
pertumbuhan PDRB dengan tahap-tahap sebagai berikut: Lima
tahun kedepan (2011) adalah sebesar Rp 245.035,67 ribu,
kemudian naik menjadi Rp 279.505,67 ribu pada lima tahun kedua,
lalu sebesar Rp 313.975,67 ribu pada lima tahun ketiga dan Rp
348.445,67 ribu pada lima tahun keempat (2026).
• Dari hasil proyeksi kedepan, Perkembangan ekspor Kabupaten
Kotabaru pada dua dekade ke depan pertumbuhan sebagai berikut:
Lima tahun kedepan (2011) adalah sebesar Rp 1.788.670.676 atau
sebesar 9,59%, kemudian naik menjadi Rp 2.564.941.457atau
sebesar 6,44% pada lima tahun kedua, sebesar Rp 3.341.212.237
atau sebesar 4,87 % pada lima tahun ketiga dan Rp 4.117.483.618
atau 3,91% pada lima tahun keempat (2026).
• Kegiatan perdagangan di Kabupaten Kotabaru didukung beberapa
pelabuahan, Realisaasi pembangunan pelabuhan samudera di
Simpang Empat dekat pelabuhan lama untuk kegiatan perdagangan
dalam skala besar, serta jalan tembus Batulicin-Kandangan dan
jalan tembus ke Propinsi Kaltim sebagai prasarana pendukung
kegiatan perdagangan.

PREDIKSI KONDISI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

• Kecenderungan kerusakan lingkungan hidup meningkat, walaupun


demikian kondisinya nanti akan dapat diminimalisir bahkan dalam
kondisi lingkungan yang ideal, apabila intervensi seperti dalam arah
pembangunan dapat diimplementasikan.
• Penyediaan air baku semakin berkurang seiring dengan degradasi
kualitas lingkungan. Upaya reklamasi dan rehabilitasi akan dapat
meningkatkan penyediaan air baku secara bertahap.
• SDA makin terkuras tanpa nilai tambah, bahkan potensi SDA
cenderung berkurang akibat pencemaran. Kondisi tersebut dapat
diatasi dengan melaksanakan arah pembangunan yang diusulkan.
• Sumber daya ikan sebagai sumber daya dapat pulih, masih ada
potensi yang dapat dimanfaatkan dengan melakukan upaya
pengelolaan penangkapannya. Terbangunnya konservasi sumber
daya ikan dan produksi ikan hasil tangkapan di laut pada posisi MSY
(2007 – 2011)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 85
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

PREDIKSI KONDISI SOSIAL BUDAYA

• Dalam dua dasa-warsa kedepan masyarakat Kotabaru akan menuju


kepada masyarakat yang agamis, memiki kualitas budaya yang
baik dan kepedulian sosial yang tinggi.
• Pemerintah bersama-sama masyarakat yang bergerak atas
swadaya mereka sendiri dalam wadah-wadah pembinaan
masyarakat baik dalam hal keagaamaan, kesehatan dan
kesejateraan, pendidikan non formal, kepemudaan, pemberdayaan
wanita, seni dan budaya, dan lain-lain yang berjalan baik dan
mendapat dukungan serta perlindungan dari pemerintah.
• Kegiatan pembinaan spiritual yang benar menjadi program yang
dilaksanakan secara kontinyu dan diformalkan ditingkat
penyelenggara daerah dan masyarakat untuk mencapai sasaran
berupa meningkatnya keImanan dan keTaqwaan, kualitas moral,
kepedulian sosial, dan penghargaan atas seni dan budaya yang
agung secara benar dan konstruktif.

PREDIKSI KONDISI PRASARANA DAN SARANA

• PDAM tahun 2005 telah mencapai kapasitas produksi 100 lt/dtk


sementara cakupan layanan baru mencapai 17,31% ini berarti
kebutuhan akan air bersih di tahun 2005 saja sudah tidak dapat
dipenuhi, jika tahun 2007 diasumsikan pelayanan yang diberikan
masih sebesar 30% terdapat 53.944 sambungan rumah (65%) dan
29.047 kran umum (35%) maka kebutuhan air puncak harian
sebanyak 10.846 M³/detik jika kondisi air baku tetap maka tahun
2007 akan terjadi kelangkaan air bersih, untuk ini usaha konservasi
sumber air baku dan penambahan pembuatan waduk untuk
penampungan air hujan menjadi hal yang harus segera dilakukan
sejak saat ini.
• Kebutuhan listrik dengan asumsi 100 % penduduk dan sarana
prasarananya terlayani maka kebutuhan listrik tahun 2007
diprediksikan sebesar 74.504.100 VA, tahun 2004 kapasitas
tersambung 23.583.550 VA ini berati tahun 2007 kapasitas
tersambung sudah tidak memenuhi kebutuhan.
• Kebutuhan lahan untuk fasilitas perumahan, pendidikan, kesehatan,
peribadatan, perekonomian, fasum,dan ruang terbuka hijau tahun
2007 sebanyak 2.697,71 Ha secara umum kebutuhan akan lahan
relatif tersedia di Kabupaten Kotabaru tinggal upaya untuk
membangun lahan yang tersedia dan perencanaan tata ruang
wilayah yang baik untuk membangun berbagai fasilitas diatas.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 86
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Fasilitas Perumahan dengan asumsi Kav. Besar 10 % penduduk,


Kav. Sedang 30% penduduk dan Kav. Kecil 60% penduduk maka
tahun 2007 diperlukan sebanyak 5.533 unit Kav. Besar, 16.598 unit
Kav. Sedang dan 33.196 unit Kav. Kecil, jika seluruh kelompok
dipenuhi 100%.
• Fasilitas pendidikan TK (2005) ada 109 buah, dengan asumsi 1 TK
per 1.000 penduduk maka tahun 2007 diperlukan 277 buah,
Fasilitas sekolah dasar (2005) ada 245 buah, dengan asumsi 1 SD
per 1.600 penduduk maka tahun 2007 diperlukan 173 buah,
kebutuhan akan sekolah dasar sampai dengan akhir tahun tahapan
III RPJP dapat terpenuhi ini berarti perhatian lebih ditujukan pada
rehabilitasi sekolah karena tingkat kerusakan cukup tinggi mencapai
59,52% dan peningkatan fasilitas sekolah.
• Pada tahun 2004 terdapat Sekolah Menengah Pertama (2005)
sebanyak 54 buah, dengan asumsi 1 SMP per 4.800 penduduk
maka tahun 2007 diperlukan 58, sejak ini diperlukan penambahan
jumlah SMP selain itu rehabilitasi sekolah dan peningkatan fasilitas
sekolah perlu mendapat perhatian.
• Fasilitas Sekolah Menengah Atas (2005) berjumlah 23 buah,
dengan asumsi 1 SMA per 10.000 penduduk maka tahun 2007
diperlukan 28 buah, mulai periode (2011) diperlukan penambahan
jumlah SMA selain itu diperlukan rehabilitasi sekolah dan
peningkatan fasilitas sekolah.
• Fasilitas Kesehatan (2005) Rumah sakit 2 buah, Rumah sakit
dengan asumsi 1 RS untuk melayani 90.000 jiwa sejak akhir tahun
2011 diperlukan penambahan RS, Puskesmas (2005) 22 buah
dengan asumsi 1 Puskesmas untuk melayani 30.000 jiwa
Penyediaan Puskesmas sampai dengan akhir periode RPJP
terpenuhi, Puskesmas Pembantu (2005) 69 buah, dengan asumsi 1
Puskesmas Pembantu untuk melayani 5.000 jiwa Penyediaan
Puskesmas Pembantu mulai tahun 2016 perlu penambahan, Apotik
(2005) 3 buah dengan asumsi 1 Apotik untuk melayani 15.000 jiwa
Penyediaan Apotik mulai tahun 2007 diperlukan penambahan dan
BKIA (2005) 12 buah dengan asumsi 1 BKIA untuk melayani 6.000
jiwa, Penyediaan BKIA mulai tahun 2007 perlu penambahan
• Fasilitas Peribadatan tahun 2005, Langgar 338 buah, mesjid
Kecamatan dan lingkungan 248 buah, Gereja 29 buah, Pura 7 buah
dan Vihara 4 buah maka untuk fasilitas peribadatan relatif sudah
cukup secara kuantitasnya sampai dengan akhir periode RPJP
(2026), tinggal pemeliharaan dan peremajaan saja.
• Fasilitas Perekonomian tahun 2005 tidak ada data, kebutuhan
fasilitas ini sangat penting untuk menunjang pergerakan ekonomi di
kabupaten Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 2 87
Kondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah Kab.Kotabaru

• Fasilitas Umum dan Ruang terbuka hijau secara umum masih


kurang memadai selain itu juga yang telah ada perlu perawatan dan
pemeliharaan.

PREDIKSI KONDISI POLITIK, PEMERINTAHAN DAN HUKUM

• Kecenderungan belum terpolanya keterlibatan masyarakat dalam


tahapan penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Kotabaru
sehingga kurang mendorong bagi terciptanya pembangunan daerah
yang partisipatif.
• Kecenderungan masih rendahnya sarana dan prasarana serta SDM
pengawai negeri sipil menjadi kendala bagi peningkatan kinerja
pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru dalam pelayanan publik.
• Kecenderungan hubungan yang fungsional antara DPRD dan
pemerintah daerah mendorong bagi peningkatan kualitas dan
kuantitas penanganan masalah pembangunan dan masalah
masyarakat di Kabupaten Kotabaru.
• Kecenderungan masih rendahnya sarana dan prasarana hukum di
daerah yang menjadi kendala bagi terciptanya jaminan kepastian
hukum dan budaya hukum pada pemerintah daerah dan
masyarakat.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 88
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

BAB III
VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN KOTABARU

3.1. VISI

Visi merupakan suatu rumusan tentang keadaan yang diinginkan


dimasa depan dalam hal ini adalah keadaan Kabupaten Kotabaru diakhir
Rencana Pembangunan jangka Panjang yaitu pada tahun 2026.
Visi untuk Kabupaten Kotabaru dirumuskan dengan memperhatikan
berbagai hal mencakup tantangan dan peluang dimasa depan, kekuatan
dan kelemahan yang ada, faktor-faktor strategis yang muncul, amanat
pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Pusat dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Propinsi Kalimantan
Selatan 2006-2025 serta aspirasi masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan atas faktor faktor diatas maka diperoleh
rumusan visi Kotabaru dalam waktu 20 tahun mendatang sebagai berikut
yaitu :

KOTABARU MAJU, ADIL DAN SEJAHTERA

Visi Kabupaten Kotabaru Tahun 2007-2026 ini mencerminkan


keinginan seluruh komponen masyarakat untuk menuju pada kehidupan
yang lebih baik dimasa datang yang selaras dengan tujuan pembangunan
sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Visi “maju” mengandung makna bahwa dalam 20 tahun mendatang
Kabupaten Kotabaru memiliki sumber daya manusia yang handal, fondasi
ekonomi yang kuat untuk pembangunan berkelanjutan.
Visi “adil” mengandung makna bahwa pembangunan yang
dilaksanakan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu
untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan menikmati hasil
pembangunan.
Visi “sejahtera” mengandung makna bahwa pembangunan yang
dilakukan memberikan kemakmuran lahir dan batin yang dapat dinikmati
oleh seluruh lapisan masyarakat.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 89
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

3.2. MISI

Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Kotabaru tersebut


ditempuh berbagai misi sebagai berikut:

(1) Meningkatkan mutu SDM pada berbagai lapisan masyarakat dan


wilayah serta pada berbagai aspek pembangunan dengan fokus
pada kesehatan, pendidikan dan sosial budaya agama secara
keseluruhan dengan berlandaskan pada IPTEK dan IMTAQ.

(2) Mengembangkan ekonomi kearah industri dan perdagangan yang


yang berbasis pada potensi agraris dan maritim dengan dukungan
transportasi yang baik.

(3) Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan yang dapat


mendukung pengembangan ekonomi kabupaten

(4) Mendorong pengelolaan SDA secara efisien untuk menjamin


kelanjutan pembangunan dan menjaga keseimbangan lingkungan.

(5) Menciptakan pemerintahan daerah, kehidupan berpolitik, sosial,


budaya dan agama yang tertib hukum sehingga dapat memperluas
kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi
dalam pembangunan dan menikmati hasil hasilnya.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 90
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

3.3. ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

Pembahasan tentang arah pembangunan jangka panjang


kabupaten Kotabaru akan dibagi menjadi dua yaitu (1) arah umum
pembangunan jangka panjang dan (2) peran sub wilayah pembangunan.

3.3.1. Arah Umum Pembangunan Jangka Panjang.

Sesuai dengan misi yang sudah diuraikan diatas, pembahasan tentang


arahan umum pembangunan jangka panjang dikelompokkan menjadi lima
bidang yaitu (1) bidang SDM (2) bidang ekonomi (3) bidang prasarana & sarana
(4) bidang pengelolaan sumber daya alam dan (5) bidang politik, pemerintahan,
sosila budaya agama dan hukum.

3.3.1.1. Bidang Sumberdaya Manusia.

Sumberdaya manusia merupakan faktor utama dan dominan dalam


pembangunan suatu daerah dalam rangka peningkatan kemakmuran
masyarakat. Kondisi internal dan eksternal dalam pembangunan
sumberdaya manusia semakin bertambah kompleks sehingga diperlukan
strategi dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki.
Strategi disini mencakup tiga hal pokok yaitu pertama, peningkatan
pendidikan; kedua, peningkatan kesehatan dan ketiga, perbaikan
kehidupan beragama, sosial, budaya.

(1) Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat


dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :
a. penuntasan wajib belajar 12 tahun
b. peningkatan pendidikan profesi terutama berkaitan pengelolaan
sumberdaya hutan, kelautan, tambang dan mineral.
c. pengembangan pendidikan kewirausahaan
d. peningkatan kompetensi pendidik dan peneliti
e. pengembangan kurikulum
f. peningkatan kualitas manajemen
g. peningkatan kesejahteraan pendidik
h. pengembangan pola pikir ilmiah dan penelitian

(2) Pembangunan diarahkan untuk mempertinggi kesehatan masyarakat


dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :
a. peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia (medis,
paramedis dan non medis) disertai pemerataan distribusi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 91
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

b. peningkatan kuantitas dan kualitas sarana pelayanan kesehatan


c. peningkatan akses masyarakat akan layanan kesehatan terutama
kelompok miskin & kelompok yang agak jauh dari jangkauan
d. pengembangan sistem jaminan kesehatan
e. pengembangan sistem pencegahan & pemberantasan wabah
penyakit & penggunaan obat terlarang
f. pengembangan budaya hidup sehat
g. penurunan fertilitas dalam rangka pengendalian penduduk

(3) Pembangunan diarahkan untuk mengembangkan kehidupan sosial,


beragama dan budaya sesuai dengan keperibadian bangsa Indonesia
dengan berbagai kebijakan yang dapat mendorong :
a. peningkatan pemahaman agama bagi para pemeluknya
b. peningkatan penghayatan dan pengamalan agama kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
c. peningkatan kerukunan antar umat beragama
d. pengembangan wadah dan iklim untuk dialog kebudayaan
e. pengembangan rasa kecintaan akan budaya lokal
f. pengembangan dan penguatan wawasan kebangsaan
g. pencegahan dan penanggulangan bencana alam dan konflik sosial

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang sumberdaya


manusia adalah sebagai berikut :

Tabel 3
Sasaran Pembangunan SDM Kab. Kotabaru 2007 – 2026
Indikator
Tahap
Pendidikan Harapan IPM Sosbud Agama
Hidup
I Terpenuhinya 65 thn 72 Tersedianya
(2007-2011) wajib belajar 9 thn wadah
pengembangan
II Terpenuhinya 66 thn 74 Optimalnya
(2012-2016) wajib belajar 12 wadah
thn pengembangan
III Terpenuhi tenaga 68 thn 77 Terkendalinya
(2017-2021) profesional konflik & PMKS
IV Terpenuhi tenaga 70 thn 80 Terkendalinya
(2022-2026) profesional dgn konflik & PMKS
strata tinggi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 92
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

3.3.1.2. Bidang Ekonomi.

Dalam bidang ekonomi, pembangunan diarahkan untuk


mengembangkan industri dan perdagangan yang berbasis pada potensi
agraris dan maritim dengan dukungan transportasi yang baik.
Dalam rangka menciptakan struktur ekonomi yang tangguh dengan
ciri memiliki fondasi yang kokoh serta mampu secara nyata memberikan
kesejahteraan pada masyarakat secara berkeadilan, maka diperlukan
strategi dan kebijakan ekonomi dengan arahan sebagai berikut:

(1) Meningkatnya produktifitas dengan berbagai kebijakan yang pada


dasarnya dapat mendorong :
a. Peningkatan investasi dalam skala besar maupun kecil
b. Pemanfaatan teknologi guna meningkatkan efisiensi & daya saing
c. Modernisasi KUKM
d. Peningkatan nilai tambah produksi
e. Pemanfaatan teknologi informasi dan jaringan global untuk
mendapatkan input dan jalur pemasaran produksi
f. Pemanfaatan optimal kerjasama strategis bagi kemajuan ekonomi
g. Pengembangan riset sebagai salah satu basis pengambilan
keputusan

(2) Terciptanya efisiensi dan efektifitas dalam sistem distribusi yang dapat
menjamin kepastian berusaha dengan berbagai kebijakan yang pada
dasarnya dapat mendorong :
a. Perluasan kesempatan berusaha secara adil termasuk untuk
mendapatkan akses pada sumberdaya ekonomi
b. Terujudnya sistem tata niaga yang kondusif tanpa tumpang tindih
regulasi
c. Persaingan yang sehat dan perlindungan yang layak bagi KUKM

(3) Pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia lokal


secara optimal dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat
mendorong :
a. Pengembangan agribisnis modern berbasis SDA pertanian dan
maritim
b. Pengembangan pola kemitraan
c. Pengembangan pola produksi berbasis masyarakat
d. Pengembangan sumber daya energi alternatif yang mendukung
pembangunan berkelanjutan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 93
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

(4) Terujudnya struktur ekonomi yang industrialis diiringi mantapnya


perdagangan, jasa dan transportasi dengan berbagai kebijakan yang
pada dasarnya dapat mendorong :
a. Terarahnya pengembangan SDM dan IPTEK kepada industri
berbasis SDA yang ramah lingkungan
b. Pengembangan sentra perdagangan dan penetapan struktur
perwilayahan pariwisata
c. Perkembangan sektor jasa dan pariwisata selaras dengan
perkembangan ekonomi
d. Tercapainya sistem terpadu perindustrian dan perdagangan
dengan sarana pergudangan dan transportasi yang bersifat
internasional

(5) Terwujudnya pembangunan pertanian berkelanjutan dengan berbagai


kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :
a. Jaminan bagi perluasan lahan pertanian, peningkatan ketersediaan
saprodi dan infrastruktur pendukung bagi peningkatan produktifitas
b. Jaminan ketahanan pangan dan taraf hidup petani yang layak
c. Reorientasi agribisnis disertai sistem informasi pasar dan jaminan
mutu produk
d. Pengembangan sentra-sentra agribisnis dalam suatu kawasan
terpadu secara luas

(6) Optimalisasi pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan dengan


berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :
a. Perluasan dan penganekaragaman dalam pemanfaatan
sumberdaya kelautan bagi agroindustri dan agrowisata
b. Pengembangan mekanisme VMS (Vessel monitoring system) dan
sistem pengamanan laut yang efisien dan efektif
c. Pengembangan produksi perikanan laut baik budidaya ataupun
tangkap yang terkendali, berkelanjutan dan berorientasi bisnis
perikanan
d. Penyelenggaraan transportasi laut global yang layak dari segi (1)
pelayanan jasa angkutan, (2) pelayanan jasa kepelabuhanan dan
(3) penyelenggaraan keselamatan maritim

(7) Pemanfaatan hasil kehutanan secara cermat untuk menjamin


keberlangsungan dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat
setempat
a. Menerapkan prinsip pengelolaan hutan terpadu dengan melibatkan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 94
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

masyarakat mulai dari level perencanaan sampai dengan


pemanfaatan berbagai hasil hutan
b. Pengembangan Hutan Rakyat
c. Penganekaragaman hasil hutan
d. Pengolahan hasil hutan kayu dan bukan kayu lebih lanjut agar
tercipta nilai tambah dan rantai produksi lebih luas

(8) Berkembangnya pengusaha daerah dengan berbagai kebijakan yang


pada dasarnya dapat mendorong :
a. Prioritas keikutsertaan pengusaha daerah dalam berbagai kegiatan
pembangunan
b. Prioritas kepemilikan pengusaha daerah dalam berbagai aset

(9) Tercapainya tingkat kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan


dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya dapat mendorong :
a. tercapainya taraf hidup ekonomi masyarakat yang lepas dari
subsistensi dan tradisional
b. Berkurangnya pengangguran dengan penyediaan lapangan kerja
dan kesempatan berusaha
c. Menurunnya jumlah Penduduk miskin
d. Kemampuan fiskal daerah yang tinggi

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang Ekonomi adalah


sebagai berikut :

• Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan (PDRB) selama 2007-


2026 akan dicapai rata rata per tahun sebesar 8,3% sementara
pertumbuhan sektor sektor bervariasi dari 3,39% sampai dengan
14,95% seperti terlihat pada Tabel 1.
• Pertumbuhan pertahun ditargetkan dari 5,75% ditahun 2007 menjadi
10.5% ditahun 2026. Pertumbuhan ekonomi ini merupakan outcome
dari perhitungan target yang dibuat per subsektor (lihat Lampiran 1).
• Tidak semua sub sektor tumbuh; ada juga yang menurun yaitu sub
sektor Pertambangan dan Kehutanan. Kedua sub sektor ini
diasumsikan tumbuh secara negatif untuk beberapa tahun baru
kemudian tumbuh secara positif.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 95
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

Tabel 4
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Menurut Sektor
Kab. Kotabaru 2007 - 2026

SEKTOR 2005 2007 2011 2016 2021 2026 Growth

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


PERTANIAN 1,367,035 1,436,542 1,613,631 2,002,374 2,659,144 3,694,253 4,98%
PERTAMBGN 608,522 654,236 756,876 899,084 1,056,673 1,228,168 3.39%
INDUSTRI 255,399 275,678 335,088 539,662 1,085,454 2,183,236 11.25%
GAS A L 6,425 7,145 8,910 13,231 21,534 37,950 9.03%
BANGUNAN 159,757 183,933 243,814 358,242 576,953 1,016,788 9.33%
PERDAG H R 656,845 780,676 1,102,830 1,735,635 2,794,287 4,601,900 9.75%
ANG KOM 450,486 556,764 855,758 1,451,330 2,514,120 4,306,003 11.40%
BLKL 61,814 80,053 134,860 265,518 544,148 1,141,006 14.95%
JASA 82,098 95,422 129,048 206,648 362,632 695,984 11.88%
TOTAL 3,648,381 4,070,450 5,180,814 7,471,724 11,614,946 18,905,288 8.30%
Sumber: dari target per subsektor (Lampiran 45 - 49).

• Struktur ekonomi diupayakan untuk diubah sedemikian rupa agar


terjadi pergeseran dari sektor yang ”value addednya” rendah ke
sektor yang ”value addednya” tinggi atau dari sektor yang ”terms of
tradenya” rendah ke sektor yang ”terms of tradenya” tinggi.
• Untuk merealisasikan ini kontribusi sektor Pertanian diupayakan
semakin berkurang sebaliknya kontribusi sektor Industri
bertambah besar dalam pembentukan Produk Domestik Rejional
Bruto. Pergeseran dilakukan secara bertahap sampai dengan
tahun 2026 dimana peran sektor Pertanian mengecil dari 35,3%
ditahun 2007 menjadi 19,5% ditahun 2026 sedangkan Industri
meningkat menjadi dari 6,8% ditahun 2007 menjadi 11,5% ditahun
2026 (Tabel 5) .
• Seiring dengan pergeseran peranan sektor Pertanian ke sektor
Industri, sektor Perdagangan dan sektor Angkutan Komunikasi
terus dikembangkan dan justeru kedua sektor ini merupakan
leading sectors dalam perekonomian Kotabaru dengan kontribusi
24,3% dan 22,8% ditahun 2026.
• Berkurangnya peranan sektor Pertanian bukan berarti sektor ini
tidak tumbuh; ia turut tumbuh seperti halnya sektor sektor lainnya
namun rata rata pertumbuhannya pertahun --4,98%--lebih kecil

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 96
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

dibanding dengan pertumbuhan sektor industri --11,25%-- (Tabel 4


kolom 8).

Tabel 5
Sasaran Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB
Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026 (%)

SEKTOR 2005 2007 2011 2016 2021 2026

PERTANIAN 37.5 35.3 31.1 26.8 22.9 19.5


PERTAMBGN 16.7 16.1 14.6 12.0 9.1 6.5
INDUSTRI 7.0 6.8 6.5 7.2 9.3 11.5
GAS A L 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
BANGUNAN 4.4 4.5 4.7 4.8 5.0 5.4
PERDAG H R 18.0 19.2 21.3 23.2 24.1 24.3
ANG KOM 12.3 13.7 16.5 19.4 21.6 22.8
BLKL 1.7 2.0 2.6 3.6 4.7 6.0
JASA 2.3 2.3 2.5 2.8 3.1 3.7
TOTAL 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Sumber: Table 3 (diolah kembali)

• Sasaran makro lainnya mengikuti perubahan PDRB dan


perubahan penduduk dimana pertumbuhan penduduk ditargetkan
menurun dari 3% ditahun 2007 menjadi 2% ditahun 2026 (Tabel 3)
• PDRB per kapita ditahun 2007 adalah Rp 15 juta dan ditahun 2026
Rp 42,4 juta (US$ 4.710). Angka ini masih rendah dibandingkan
dengan angka dalam RPJP Propinsi Kalimantan Selatan (US$
6.000 - RPJP) dan RPJP Nasional (US$9.000).
• Persentase orang miskin dan pengangguran terbuka ditargetkan
menurun masing masing menjadi 1,37% dan 2,35% pada tahun
2026. Target untuk Kotabaru ini selaras dengan kebijakan
pembangunan Nasional yang membuat target dibawah lima
persen.
• PAD diasumsikan meningkat selaras dengan pertumbuhan PDRB.
Secara berturut-turut rasio PAD:PDRB meningkat dari 0,92%
ditahun 2007 menjadi 1,30% ditahun 2026 (Tabel 6 baris 9 dibagi
baris 1).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 97
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

• Untuk menghitung besarnya investasi diperlukan angka


Incremental Capital Output Ratio (ICOR) namun Kabupaten
Kotabaru belum memiliki ICOR. Untuk sementara dipakai ICOR
dari propinsi Kalimantan Selatan dengan anggapan ICOR menurun
secara bertahap (Tabel 5 baris 13). Berdasarkan ICOR ini
diperoleh angka Investasi yang diperlukan selama lima tahap
pembangunan tersebut (Tabel 6 baris 14 dan 15).
Tabel 6
Sasaran Indikator Makro dan Kesejahteraan
Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026
N0 INDIKATOR 2007 2011 2016 2021 2026
1 PDRB (Rp. Jt) 4.070.450 5.180.814 7.471.724 11.614.946 18.905.288
2 (growth per thn) 6,22% 9,59% 11,66% 12,95%
3 Jlh penduduk* 271.421 304.430 349.436 397.190 445.996
4 (growth per thn) 2,87% 2,75% 2,50% 2,25%
5 PDRB/KAP (Rp. jt) 15,00 17,02 21,38 29,24 42,39
6 PDRB/KAP (US$)* 1.666 1.891 2.376 3.249 4.710
7 % Org Miskin 5,39 4,50 3,30 2,20 1,37
8 % Penganggur 5,52 4,68 3,75 3,03 2,35
9 PAD (Rp. Juta) 37.364 52.944 85.089 143.223 245.516
10 (growth per thn) 9,10% 12,59% 13,90% 14,42%
11 Jumlah Koperasi 152 194 279 434 707
12 Jumlah Industri 1.436 1.828 2.636 4.097 6.669
13 ICOR prop 4,54 4,25 4 3,75 3
14 Investasi (Rp. jt) 4.719.047 9.163.643 15.537.083 21.871.024
15 Inves perth (Rp. jt) 943.809 1.832.729 3.107.417 4.374.205
Sumber (Keterangan baris) :
1. Dari Tabel 1 baris total
3. Ditargetkan tumbuh dengan rate semakin berkurang dari 3% s/d 2%.
5. $1 = Rp 9000
9. Dari regresi PAD terhadap PDRB
11. Mengikuti pertumbuhan PDRB
12. Mengikuti pertumbuhan PDRB
14. Perubahan PDRB x ICOR

3.3.1.3. Bidang Prasarana dan Sarana.

Pembangunan prasarana dan sarana ini diarahkan untuk mendukung


Percepatan Pembangunan Ekonomi melalui peningkatan kuantitas dan
kualitas pelayanan publik melalui :
(1) Penyediaan Transportasi yang berkualitas dengan berbagai
kebijakan yang dapat mendorong :
a. Perbaikan dan pemelihara prasarana dan sarana transportasi
yang telah ada.
b. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi baru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 98
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

c. Peningkatan jaringan transportasi inter dan antar moda yang


terpadu.
d. Peningkatan partisipasi swasta dalam penyelenggaraan
transportasi.

(2) Penyediaan dan Peningkatan Air Bersih dengan berbagai


kebijakan yang dapat mendorong :
a. Peningkatan cakupan pelayanan air bersih.
b. Terpeliharanya sumber air baku secara berkesinambungan.
c. Peningkatan instalasi pengolahan air bersih.

(3) Pemeliharaan dan pembangunan Listrik dengan berbagai


kebijakan yang dapat mendorong :
a. Peningkatan kapasitas pelayanan listrik
b. Pemanfaatan sumber energi alternatif.
c. Terciptanya sistem pemeliharaan yang efisien dan efektif.

(4) Pemeliharaan dan pembangunan pendidikan dengan berbagai


kebijakan yang dapat mendorong :
a. Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pendidikan
b. Pembangunan sarana pendidikan di pulau-pulau kecil terpencil.
c. Peningkatan kualitas fasilitas pendidikan.

(5) Pemeliharaan dan pembangunan kesehatan dengan berbagai


kebijakan yang dapat mendorong :
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan.
b. Pembangunan sistem rehabilitasi dan pemeliharaan fasilitas
pelayanan yang responsif.

(5) Pemeliharaan dan pembangunan telematika dengan berbagai


kebijakan yang dapat mendorong :
a. Peningkatan cakupan pelayanan
b. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas telematika
c. Peningkatan peranan swasta dalam penyediaan layanan

(6) Pengembangan dan Peningkatan Perumahan dan Permukiman


dengan berbagai kebijakan yang dapat mendorong :
a. Peningkatan dan pemeliharaan perumahan dan permukiman
b. Perluasan akses pembiayaan dan penyediaan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
c. Peningkatan peranan swasta.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 99
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

(7) Pengembangan dan Peningkatan Perkantoran dengan berbagai


kebijakan yang dapat mendorong :
a. Persiapan sarana dan prasarana perkantoran baru.
b. Pembangunan sarana dan prasarana perkantoran baru.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang prasarana dan


sarana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Sasaran Indikator Sarana dan Prasarana
Kabupaten Kotabaru 2007 – 2026
Tahap
Indikator
I II III IV
Transportasi Terpadu
ƒ Jalan 30% 35% 40% 50%
ƒ Jembatan 10% 20% 35% 50%
ƒ Jembatan Penyeberangan (2,9 KM) 0% 25% 95% 100%
ƒ Pelabuhan lokal 50% 60% 75% 85%
ƒ Pelabuhan nasional 10% 25% 40% 60%
ƒ Pelabuhan internasional 0% 10% 25% 30%
ƒ Bandara lokal 50% 65% 70% 80%
ƒ Bandara nasional 20% 35% 45% 50%
ƒ Bandara internasional 0% 10% 15% 20%
ƒ Terminal lokal 60% 75% 80% 85%
Air Bersih 50% 70% 85% 90%
Listrik 65 % 70% 80% 85%
Pendidikan 70% 85% 90% 95%
Kesehatan 70% 80% 85% 90%
Perekonomian 70% 80% 85% 90%
Telematika 30% 45% 55% 65%
Perumahan dan Permukiman
ƒ Masyarakat penghasilan tinggi 65% 75% 85% 95%
ƒ Masyarakat penghasilan sedang 60% 70% 80% 90%
ƒ Masyarakat penghasilan rendah 55% 65% 75% 85%
ƒ Ruang Terbuka Hijau 65% 75% 85% 95%
ƒ Fasilitas Umum 70% 75% 80% 85%
ƒ Fasilitas Peribadatan 80% 85% 90% 95%
Perkantoran
ƒ Pemindahan Perkantoran 90% 100%
ƒ Pengaturan Tata Ruang 90% 95 % 100%
*Proyeksi unit lihat lampiran 54-57

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 100
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang prasarana dan


sarana adalah :
1. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Transportasi yang
Terpadu dengan tahapan pencapaian sebagai berikut:
a. Tahap pertama adalah tersedianya sarana dan prasarana
transportasi; Jalan dan Jembatan dalam kondisi baik 30% dan
10%, Peningkatan kondisi pelabuhan lokal 50%, nasional
10%, bandara lokal 50%, nasional 20%, terminal lokal 60%,
untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi
b. Tahap kedua adalah tersedianya sarana dan prasarana
transportasi; Jalan dan Jembatan dalam kondisi baik 35% dan
20%, Peningkatan kondisi pelabuhan lokal 60%, nasional
25%, internasional 10%, bandara lokal 65%, nasional 35%,
internasional 10%, terminal lokal 75%, terbentuknya sistem
transportasi yang terpadu untuk mendukung percepatan
ekonomi.
c. Tahap ketiga adalah tersedianya sarana dan prasarana
transportasi; Jalan dan Jembatan dalam kondisi baik 40% dan
35%, Peningkatan kondisi pelabuhan lokal 75%, nasional
40%, internasional 25%, bandara lokal 70%, nasional 45%,
internasional 15%, terminal lokal 80%, serta pembangunan
jembatan penyeberangan 25%, terbentuknya sistem
transportasi antar wilayah yang terpadu untuk mendukung
percepatan ekonomi.
d. Tahap keempat adalah tersedianya sarana dan prasarana
transportasi; Jalan dan Jembatan dalam kondisi baik 50% dan
50%, Peningkatan kondisi pelabuhan lokal 75%, nasional
60%, internasional 30%, bandara lokal 80%, nasional 50%,
internasinal 20%, terminal lokal 85%, jembatan
penyeberangan 75% terbentuknya sistem transportasi antar
wilayah yang terpadu dan terbukanya akses perdagangan
internasional untuk mendukung percepatan ekonomi.

2. Terwujudnya penyediaan dan penyelenggaraan pelayanan air


bersih kepada Masyarakat dengan cakupan pelayanan yang lebih
luas dengan terpeliharanya sumber air baku, instalasi dan proses
pengolahan yang berkualitas dengan tahapan pencapaian sebagai
berikut:
a. Tahap Pertama adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih
dengan cakupan pelayanan 25%, dengan terpeliharanya

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 101
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

sumber air baku dan instalasi serta proses pengolahan yang


berkualitas.
b. Tahap Kedua adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih
dengan cakupan pelayanan 35%.
c. Tahap Ketiga adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih
dengan cakupan pelayanan 55%.
d. Tahap Keempat adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih
dengan cakupan pelayanan 70%.
3. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan
sarana Listrik untuk melayani seluruh konsumen dengan
pemanfaatan energi alternatif dan pemeliharaan yang efisien dan
efektif, dengan tahapan pencapaian sebagai berikut :
a. Tahap pertama adalah terpenuhinya kebutuhan listrik dengan
cakupan pelayanan 65%.
b. Tahap kedua adalah terpenuhinya kebutuhan listrik dengan
cakupan pelayanan 70%.
c. Tahap ketiga adalah terpenuhinya kebutuhan listrik dengan
cakupan pelayanan 80%.
d. Tahap keempat adalah terpenuhinya kebutuhan listrik dengan
cakupan pelayanan 85%.
4. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan
sarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
kesempatan memperoleh pendidikan dengan tahapan pencapaian
sebagai berikut :
a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana pendidikan 70%.
b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana pendidikan 85%.
c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan
prasarana pendidikan 90%.
d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana pendidikan 95%.
5. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan
sarana kesehatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
fasilitas pelayanan dengan rehabitasi dan pemeliharaan fasilitas
pelayanan yang responsif dengan tahapan pencapaian sebagai
berikut :
a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana kesehatan 70%.
b. Tahap kedua adalah terbangunnya dan terpeliharanya sarana
dan prasarana kesehatan 80%.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 102
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan


prasarana kesehatan 85%.
d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana kesehatan 90%.
6. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan
sarana perekonomian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dengan tahapan pencapaian sebagai berikut :
a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana perekonomian 70%.
b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana perekonomian 80%.
c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan
prasarana perekonomian 85%
d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana perekonomian 90%.
7. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan
sarana telematika untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
fasilitas dengan peranan swasta dengan tahapan pencapaian
sebagai berikut :
a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana telematika 30%.
b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana telematika 45%.
c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan
prasarana telematika 55%
d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana telematika 65%.
8. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan
sarana perumahan untuk seluruh lapisan masyarakat dengan
tahapan pencapaian sebagai berikut :
a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana perumahan 65%
b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana perumahan 70%
c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan
prasarana perumahan 80%
d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana perumahan 85%

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 103
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

9. Terwujudnya Pengembangan dan Peningkatan Prasarana dan


sarana perkantoran dan tertatanya ruang dengan tahapan
pencapaian sebagai berikut :
a. Tahap pertama adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana pemindahan ibu kota dan pengaturan tata
ruang 90%
b. Tahap kedua adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana pemindahan ibu kota 100% dan pengaturan
tata ruang 95%
c. Tahap ketiga adalah terbangun dan terpeliharanya sarana dan
prasarana pengaturan tata ruang 100%
d. Tahap keempat adalah terbangun dan terpeliharanya sarana
dan prasarana perkantoran dan tata ruang.

3.3.1.4. Bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam & Lingkungan Hidup.

Sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan


yang semakin menuntut perhatian yang besar dalam pengelolaannya.
Kekeliruan pengelolaan dimasa lampau untuk kabupaten Kotabaru
menjadi pelajaran untuk melakukan perbaikan pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup agar memberi manfaat bagi pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan bidang pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan mencakup hal hal berikut :

(1) Pembangunan diarahkan untuk pendayagunaan sumberdaya hutan,


tambang, mineral, air, ikan dan kelautan dengan berbagai kebijakan
yang pada hakekatnya dapat mendorong:
a. tersusunnya data potensi daerah berkaitan dengan sumberdaya
hutan, mineral, tambang,air, ikan dan kelautan.
b. optimalisasi kawasan hutan dan peningkatan efisiensi hutan tanpa
mengabaikan lingkungan
c. optimalisasi fungsi hidro-orologis DAS seiring dengan peningkatan
kualitas ekosistem hutan untuk peningkatan kontinuitas penyediaan
air, pencegahan dan pengendalian bencana alam serta pelestarian
satwa dan fauna
d. pengembangan potensi spesifik yang terdapat pada daerah pesisir,
laut dan pulau pulau kecil
e. pemanfaatan hutan secara bersama antara pengusaha dan
masyarakat sekitar hutan dengan dukungan pemerintah daerah
dalam bentuk kelembagaan KPHP.
f. kemandirian lembaga pengelolaan masyarakat dan pengakuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 104
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

pengelolan hutan dalam bentuk hutan rakyat (hak ulayat)


g. konservasi dan rehabilitasi daerah kritis terutama pada wilayah
pegunungan meratus, sebatung, dan P. Sebuku

(2) Pembangunan diarahkan untuk pendayagunaan sumberdaya alam


melalui pembinaan sumberdaya manusia dengan berbagai kebijakan
yang hakekatnya dapat mendorong:
a. peningkatan kesadaran untuk pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup
b. peningkatan sadar hukum dan penegakan hukum serta
penyelesaian konflik sosial akibat pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup
c. peningkatan partisipasi masyarakat dalam kontrol sosial atas
pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki daerah
d. peningkatan kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang sumberdaya alam


dan lingkungan hidup adalah sebagai berikut :

Tahap I (2007-2011) :
• teridentifikasinya potensi sumberdaya alam pada daerah yang
sudah lama diperkirakan menyimpan kandungan dalam jumlah
besar.
• terimplementasinya sebagian tata ruang secara fungsional
• semakin luasnya rehabilitasi hutan dan lahan kritis.
• terbentuknya kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan
hidup terutama pada kalangan generasi muda
• diberlakukannya secara bertahap pelaksanaan hukum yang
mendukung upaya pelestarian lingkungan hidup.
• Teridentifikasinya hutan dan lahan yang berkaitan dengan hak
ulayat.
• Semakin tertatanya pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan
pertambangan

Tahap II (2012-2016):
• tersusunnya base line data yang reliabel untuk semua
sumberdaya alam
• terpenuhinya rehabilitasi hutan dan lahan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 105
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

• terpenuhinya tata ruang secara fungsional dalam wilayah


Kotabaru
• terlaksananya kontrol sosial atas pemanfaatan hutan dan lahan
yang bertentangan kaedah pelestarian lingkungan
• terbinanya hutan rakyat sesuai ketentuan yang berlaku

Tahap III (2017-2021):


• terpenuhinya syarat Maximum Sustainable Yield (MSY) dalam
pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien
• terselenggarannya penyusunan neraca sumberdaya alam
berdasarkan base line data yang selalu diperbaharui setiap
tahun.

Tahap IV (2022-2026):
• dapat dipertahankannya pemanfaatan sumberdaya alam sesuai
prinsip MSY yang selaras dengan kelestarian lingkungan hidup.
• tegaknya hukum tanpa diskriminasi bagi setiap pelanggaran akan
ketentuan pelestarian hutan dan lingkungan hidup .
• terpeliharanya kualitas lingkungan hidup sesuai standar yang
berlaku.

3.3.1.5. Bidang Politik, Pemerintahan dan Hukum.

Pembangunan bidang politik, pemerintahan dan hukum diarahkan untuk


mendorong terwujudnya Good Local Governance dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah di Kabupaten Kotabaru, yang berdasarkan pada 4
(empat) prinsip, yaitu prinsip kepastian hukum, prinsip transparansi, prinsip
akuntabilitas dan prinsip partisipasi.

(1) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan kepastian hukum dengan


berbagai kebijakan yang pada dasarnya mendorong :
a. Peningkatan perangkat hukum di daerah;
b. Peningkatan penegakan hukum di daerah tanpa pengecualian;
c. Peningkatan tertib hukum dan budaya hukum.

(2) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan transparansi dengan


berbagai kebijakan yang pada dasarnya mendorong :
a. Pengembangan sistem informasi manajemen;
b. Peningkatan penyediaan informasi dan komunikasi;
c. Peningkatan keakuratan dan kevalidan data informasi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 106
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

(3) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan prinsip akuntabilitas


dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya mendorong :
a. Meningkatkan sistem prestasi kerja pegawai negeri sipil
b. Meningkatkan profesionalitas dan moralitas pegawai negeri sipil
c. Mengembangkan pelayanan prima dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah di Kabupaten Kotabaru.

(4) Pembangunan diarahkan untuk menciptakan prinsip partisipasi


dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya mendorong :
a. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pembangunan
partisipatif di Kabupaten Kotabaru.
b. Meningkatkan keterlibatan kelompok masyarakat dalam proses
perencanaan, perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan publik
yang diproduk oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru
c. Meningkatkan kebijakan publik yang aspiratif masyarakat.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang politik,


pemerintahan dan hukum adalah sebagai berikut :

Tahun 2007 – 2011


Penerapan prinsip kepastian hukum :
• Tersedianya perangkat hukum dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah di kabupaten kotabaru.
• Penerapan penegakan hukum peraturan daerah pada pemerintahan
daerah dan masyarakat di Kabupaten Kotabaru.
• Penerapan budaya hukum pada pemerintahan daerah dan
masyarakat di Kabupaten Kotabaru.
Penerapan Prinsip Transparansi:
• Terciptanya sistem informasi manajemen dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kabupaten Kotabaru.
• Terciptanya akurasi dan validasi data informasi dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.
• Tersedianya media informasi dan komunikasi dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.
Penerapan prinsip akuntabilitas:
• Terciptanya sistem prestasi kerja dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.
• Terciptanya profesionalitas dan moralitas pegawai negeri sipil dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 107
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

• Tersedianya pelayanan prima yang murah, cepat dan mudah dalam


penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.
Penerapan Prinsip Partisipasi:
• Terciptanya pemahaman masyarakat mengenai pembangunan
partisipatif di Kabupaten Kotabaru.
• Terciptanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan,
perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan pembangunan di
Kabupaten Kotabaru.
• Tercapainya kebijakan publik yang aspiratif masyarakat di
Kabupaten Kotabaru.

Tahun 2012 – 2016


Penerapan prinsip kepastian hukum :
• Penerapan penegakan hukum peraturan daerah pada pemerintahan
daerah dan masyarakat di Kabupaten Kotabaru.
• Penerapan budaya hukum pada pemerintahan daerah dan
masyarakat di Kabupaten Kotabaru.
Penerapan prinsip akuntabilitas:
• Terciptanya profesionalitas dan moralitas pegawai negeri sipil dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.
• Tersedianya pelayanan prima yang murah, cepat dan mudah dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.
Penerapan Prinsip Partisipasi:
• Terciptanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan,
perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan pembangunan di
Kabupaten Kotabaru.
• Tercapainya kebijakan publik yang aspiratif masyarakat di
Kabupaten Kotabaru.

Tahun 2017– 2021


Penerapan prinsip kepastian hukum :
• Penerapan budaya hukum pada pemerintahan daerah dan
masyarakat di Kabupaten Kotabaru.
Penerapan prinsip akuntabilitas:
• Terciptanya profesionalitas dan moralitas pegawai negeri sipil dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.
Penerapan Prinsip Partisipasi:

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 108
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

• Tercapainya kebijakan publik yang aspiratif masyarakat di


Kabupaten Kotabaru.

Tahun 2022– 2026:


Penerapan Prinsip Kepastian Hukum
• Terciptanya kepastian hukum dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.
• Terciptanya transparansi dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Kotabaru.
• Terciptanya akuntabilitas dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Kotabaru.
• Terciptanya partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik
Pemerintahan Daerah Kabupaten Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 109
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

3.3.2. PERAN SUB WILAYAH PEMBANGUNAN.

Dalam melaksanakan pembangunan, wilayah pembangunan


memiliki posisi strategis karena ia merupakan lokasi tempat bertemunya
supply dan demand akan barang jasa hasil hasil pembangunan.
Untuk kabupaten Kotabaru wilayah pembangunan dalam
rangkaian pembangunan jangka panjang 2007-2026 ini pada dasarnya
mengacu pada kondisi yang sudah ada termasuk tata ruang yang sedang
mendekati finalisasi antara eksekutif dan legislatif.
Pendekatan yang digunakan dalam pembagian wilayah
pembangunan adalah pendekatan potensi sumberdaya alam. Berdasarkan
potensi yang ada Kabupaten Kotabaru dikelompokkan menjadi empat sub
wilayah pembangunan yaitu sub wilayah dengan potensi pertanian, sub
wilayah dengan potensi kehutanan, sub wilayah dengan potensi perikanan
dan sub wilayah dengan potensi pertambangan.
Masing masing sub wilayah pembangunan tidak berarti
merupakan satu hamparan; ia bisa saja terpisah namun kebijakan yang
akan dipakai mengacu pada pendekatan potensi sumber daya alam
tersebut.
Keempat sub wilayah pembangunan ini bermuara pada
peningkatan sektor industri yang dari waktu kewaktu akan diusahakan
agar kontribusinya terhadap Produk Domestik Rejional Bruto semakin
bertambah untuk menggantikan peranan sektor pertanian dalam arti luas.
Sektor pertanian sendiri tetap akan ditumbuh kembangkan
namun peranannya akan semakin dikurangi dalam rangka peningkatan
“value added” hasil hasil pertanian itu sendiri.
Keempat sub wilayah pembangunan tersebut dapat dilihat pada
denah berikut :

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 110
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

SUB WILAYAH PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

WILAYAH
Berdasarkan pendekatan
potensi sumberdaya alam
PERTANIAN KEHUTANAN PERIKANAN PERTAMBANGAN
Pangan Rehabilitasi Tangkap Batubara
• PL Utara • P Laut • PLaut B,U,T,S • P Laut
• PL Barat • P Sebuku • P Sebuku • P Sebuku
• PL Timur • P Sembilan • Kpg Tengah
• Klpg Utara • Klpg U+S • Klpg Selatan
• Pamukan Sel
• Sampanahan

Kebun Sawit Budidaya Laut Biji Besi


• Klpg U + T • PL Barat • P Laut
• S Durian • PL Selatan • P Sebuku
• Pamukan Sel • P Sembilan • S Kupang
• Sampanahan • P Sebuku • Tg.Senakin
• Semua kec
Budidaya Payau Minyak Bumil
• PLaut B,U,T,S • S
• P Sebuku
• Klpg U+S
• Pamkn U+S

BD Per-Umum
• PL B+T+S
• Klpg U,T,S,H
• Pamkn U+S
• Sampanahan

INDUSTRI dan
PERDAGANGAN didukung dengan
• Klpg Hulu (Tajun) Infra struktur
• Mekar Putih Struktur
• Kotabaru Supra Struktur

menuju

KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 3 111
Visi Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kab.Kotabaru

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


Bab 4 – Penutup 111

BAB IV
PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)


Kabupaten Kotabaru Tahun 2007-2026 yang merupakan produk dari
Pemerintah Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 ini memberikan arah dan
pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Kotabaru dalam menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) lima
tahunan dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahun.
Kepala daerah terpilih untuk Kabupaten Kotabaru dalam
menetapkan visi, misinya selama periode pemerintahannya berkewajiban
untuk berpedoman kepada RPJP Kabupaten Kotabaru 2007-2026.
Selanjutnya visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pokok pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) akan menjadi pedoman dalam penyusunan
Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah, penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah, dan penyusunan Rencana
Kerja (Renja) Kabupaten Kotabaru.
RPJP 2007-2026 ini mempunyai peran sentral dalam pembangunan
daerah. Sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan pada
tingkat dibawahnya seperti tersebut diatas, RPJP ini memiliki kandungan
yang dapat membantu terciptanya sinkronisasi, integrasi dan konsistensi
dari perencanaan sampai dengan evaluasi; termasuk diantaranya adalah
adanya partisipasi masyarakat dalam pertemuan pertemuan pembahasan
RPJP ini. Partisipasi ini yang bermuara pada kesepahaman dan
kesepakatan akan masa depan menjadi perekat substansi RPJP ini.
Walaupun demikian tercapainya visi dan misi yang tercantum dalam
RPJP 2007-2026 ini tergantung pada seberapa besar komitmen semua
komponen yang terlibat dalam pelaksanaannya baik pemerintah daerah,
masyarakat maupun dunia usaha serta dukungan dari pemerintah propinsi
dan pemerintah pusat.
Komitmen kuat dari semua komponen pelaksana pembangunan
yang kemudian dipadukan secara konsisten akan merupakan faktor utama
untuk mencapai Kotabaru yang adil, demokratis dan sejahtera
sebagaimana yang tertuang dalam visi misi RPJP 2007-2026 ini.
Semoga Allah SWT memberikan keridhoanNYA atas upaya
pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kotabaru.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA & BPS KOTABARU, 2002, Analisis situasi ibu dan anak tahun 2001
BAPPEDA & BPS KOTABARU, 2004, Analisis situasi ibu dan anak tahun 2003
BAPPEDA & BPS KOTABARU, 2005, Analisis situasi ibu dan anak tahun 2004
BAPPEDA KOTABARU, 2000, Data dan analisa penyusunan revisi RTRK
BAPEDA & DIREKTORAT TATA LINGKUNGAN GEOLOGI DAN KAWASAN
PERTAMBANGAN KOTABARU, 2005, Laporan Akhir Perencanaan Tata
Ruang & Pengelolaan Lingkungan Kota Alternatif Sebelimbing Kab. Kotabaru
Kalimantan Selatan Berdasarkan Aspek Geologi Lingkungan.
BAPEDA KOTABARU, 2004, Monografi desa Kec. P. Laut Utara
BPS KOTABARU, 1996, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1995
BPS KOTABARU, 1997, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1996
BPS KOTABARU, 1998, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1997
BPS KOTABARU, 1999, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1998
BPS KOTABARU, 2000, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 1999
BPS KOTABARU, 2001, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2000
BPS KOTABARU, 2002, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2001
BPS KOTABARU, 2003, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2002
BPS KOTABARU, 2004, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2003
BPS KOTABARU, 2005, Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2004
BPS KOTABARU, 2003, Indeks Pembangunan Manusia Kotabaru tahun 2002
BPS KOTABARU, Ikhtisar statistik Kabupaten Kotabaru
BPS KOTABARU, 1996, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1995
BPS KOTABARU, 1997, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1996
BPS KOTABARU, 1998, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1997
BPS KOTABARU, 1999, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1998
BPS KOTABARU, 2000, Kotabaru Dalam Angka Tahun 1999
BPS KOTABARU, 2001, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2000
BPS KOTABARU, 2002, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2001
BPS KOTABARU, 2003, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2002
BPS KOTABARU, 2004, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2003
BPS KOTABARU, 2005, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2004
BPS KOTABARU, 2006, Kotabaru Dalam Angka Tahun 2005
BPS KOTABARU, 1996, PDRB 1993 - 1995
BPS KOTABARU, 1997, PDRB 1994 – 1996
BPS KOTABARU, 1999, PDRB 1996 – 1998
BPS KOTABARU, 2002, PDRB 1999 – 2001
BPS KOTABARU, 2003, PDRB 2000 – 2002
BPS KOTABARU, 2004, PDRB 2001 – 2003
BPS KOTABARU, 2005, PDRB 2002 – 2004
BPS & PEMERINTAH KAB. KOTABARU, 2004, Peta Ketenagakerjaan Kab.
Kotabaru Tahun 2004
BPS KOTABARU, 1998, Potensi Desa Kec. kelumpang Utara
DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2001, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2000

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026


DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2002, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2001
DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2003, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2002
DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2004, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2003
DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2005, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2004
DINAS KEHUTANAN KOTABARU, 2006, Statistik Dinas Kehutanan Tahun 2005
PEMKAB KOTABARU, 2005, Laporan Keterangan LPJ Tahun Anggaran 2005
PEMKAB KOTABARU, 2004, Laporan Perekonomian Kab. Kotabaru Tahun 2003
PEMKAB KOTABARU, 2006, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru
2006-2016

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kab.Kotabaru 2007-2026

Anda mungkin juga menyukai