Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada


kolom akan terjadi momen lentur dan gaya aksial yang bekerja secara
bersama – sama. Momen - momen ini yang diakibatkan oleh adanya beban
eksentris atau adanya gravitasi dapat menimbulkan beban lateral seperti
angin dan gempa atau bisa juga diakibatkan oleh beban lantai yang tidak
seimbang. Maka dari itu, setiap penampang komponen pada struktur
seperti balok dan kolom harus direncanakan kuat terhadap setiap gaya
internal yang terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial, gaya geser maupun
torsi yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap pengaruh luar.
Kolom yang digunakan untuk memikul beban kombinasi yang bekerja
secara bersamaan mempunyai kapasitas daya dukung yang kecil jika
terbuat dari beton murni. Maka dari itu, untuk meningkatkan kapasitas
daya dukung dan agar kolom menjadi daktail secara signifikan dapat
dilakukan dengan cara menambahkan kebutuhan (rasio) tulangan pada
kolom dengan persyaratan penulangan minimal 1% sampai 6% (SNI 03 –
2847 – 2002, Pasal 23.4.3.1.).

Untuk itu, perencana struktur memerlukan program bantu sederhana


yang mudah diterapkan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai
kebutuhan (rasio) tulangan pada kolom berbentuk persegi panjang. Karena
banyaknya aspek yang ditinjau seperti ukuran penampang kolom, mutu
beton, mutu tulangan, beban aksial dan momen yang bekerja serta code
yang akan digunakan sehingga perencana struktur memerlukan waktu yang
lama untuk menentukan kebutuhan (rasio) tulangan pada kolom. Saat ini
penggunaan komputer untuk merencanakan kebutuhan (rasio) tulangan
telah dikembangkan seperti PCA column yang berasal dari Amerika Serikat
dan dibuat berdasarkan code ACI 1995. Sedangkan di Indonesia,
perkembangan adanya program bantu untuk memudahkan perhitungan
perencanaan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai kebutuhan
(rasio) tulangan pada kolom berbentuk persegi panjang masih minim
jumlahnya.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan


dapat dirumuskan adalah:

1. Bagaimana definisi kolom pada bangunan?


2. Bagaimana fungsi kolom pada bangunan?
3. Bagaimana letak kolom yang benar pada bangunan?
4. Bagaimana jenis-jenis kolom yang ada pada dunia Konstruksi?
5. Apa alat dan bahan yang di perlukan ?
6. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan kolom pada bangunan?
7. Bagaimana metode kerja pembongkaran bekisting kolom yang tepat?
8. Bagaimana metode kerja perawatan kolom yang benar
setelah pembongkaran bekisting?

1.3 Tujuan

Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan:


1. Untuk mengetahui definisi kolom beton bertulang dalam dunia
konstruksi.
2. Untuk mengetahui fungsi kolom beton bertulang pada bangunan.
3. Untuk mengetahui letak kolom yang benar dan sesuai pada bangunan.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kolom yang ada dalam dunia konstruksi.
5. Untuk mengetahui alat dan bahan yang diperlukan pada pembuatan
kolom
6. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan kolom yang
benar pada bangunan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Kolom

Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan


dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak
mudah roboh.Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan
meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima
kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus
benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima
beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat,
terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman
tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton.Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan.Besi adalah
material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan
tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan
kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya
tekan dan gaya tarik pada bangunan.

3.2 Fungsi Kolom

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke


pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk
meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia
dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan
beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom
didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya
merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi
adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang
tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

3.3 Letak Kolom dalam Konstruksi

Kolom portal harus dibuat terus menerus dan lantai bawah sampai
lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap
lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka
portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk
tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai
dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil.
Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu
lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.

Gambar 3.1 Ilustrasi letak kolom rumah (berwarna kuning)


3.4 Jenis-Jenis Kolom

3.4.1 Wang dan Ferguson (1986)


Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
 Kolom ikat (tie column)
 Kolom spiral (spiral column)
 Kolom komposit (composite column)

3.4.2 Istimawan Dipohusodo (1994)


Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994)
ada tiga jenis kolom:
 Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini
merupakan kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok
memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat
sengkang ke arah lateral.Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
 Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang
adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks
menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar
sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud. Seperti pada gambar 1.(b).
 Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1.(c).
Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
Gambar 3.2 Jenis-jenis kolom

3.4.3 Berdasarkan Bentuk

Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis
yaitu kolom utama dan kolom praktis, yaitu:
 Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi
utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk
rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar
dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur
bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk
bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20,
dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12
maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm
maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
Gambar 3.3 Kolom utama

 Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom
maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-
sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10
begel d 8-20.

3.4.4 Berdasarkan Kelangsingan


Berdasarkan kelangsingannya, kolom dapat dibagi atas:
 Kolom pendek, dimana masalah tekuk tidak perlu menjadi perhataian
dalam merencanakan kolom karena pengaruhnya cukup kecil.
 Kolom langsing, dimana masalah tekuk perlu diperhitungkan dalam
merencanakan kolom.
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat
 Bor sekrup
 Palu
 Gegep Besi
 Bar Cutter
 Bar Bender
 Theodolit
 Concreate Vibrator
 Waterpass
 Alat bantu pertukangan
3.5.2 Bahan

 Beton K-XXX
 Baja Tulangan Beton Ø 8 / D16
 Kawat Beton
 Bekisting
 Minyak Bekisting
 Paku

3.6 Metode Pelaksanaan

3.6.1 Rumah Tinggal


Pembuatan kolom praktis pada pembangunan rumah tinggal
prosesnya cukup sederhana dan cepat, yaitu membeli besi rangkaian kolom
praktis di toko bangunan lalu memasangnya dengan bekisting dinding batu
bata secara langsung ditambah papan kayu maka pengecoran kolom praktis
sudah bisa dimulai hingga selesai.
Gambar 3.7 Pekerjaan kolom dan dinding

Gambar 3.8 Pembuatan dinding

Gambar 3.9 Pekerjaan tulangan kolom

Tulangan kolom dibuat berkait dengan sloof tulangan ini memiliki


besi utama (yang tegak) dan besi begel (yang kotak-kotak untuk mengikat
besi utama. Jarak antar begel/sengkang berkisar antara 10 hingga 20 cm.
Gambar 3.10 Pekerjaan kolom yang sudah jadi

 Hubungan Kolom dengan Pondasi Dinding


Berat atap diterima secara merata oleh ring balok dan beban
disalurkan ke pondasi melalui media kolom. Selain menerima
limpahan beban dari kolom, pondasi juga menahan berat dinding yang
ada diatasnya sehingga secara keseluruhan menahan beban bangunan.

 Prinsip Penerusan Gaya pada Kolom Pondasi


Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok
menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-
kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu
suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan
gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal
pada pertemuan dengan kolom, bisa ditambah tebalnya.

3.6.2 Gedung Bertingkat Tinggi


Pada pembangunan kolom beton gedung bertingkat tinggi prosesnya
sebagai berikut:
1. Pada tahap perencanaan, buat gambar desain bangunan untuk
menggambarkan bentuk kosntruksinya dan menentukan letak kolom
struktur.
2. Lakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan dimensi
kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap
ekonomis.
3. Lakukan pengerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom
bangunan, ini harus pas sesuai dengan gambar rencana apalagi pada
gedung bertingkat tinggi yang angka toleransin kesalahan hanya
berkisar 1 cm, jika salah dalam mengukur maka ada resiko keruntuhan
gedung.
4. Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang
perlu dipersiapkan, sering disebut sebagai bestek besi.
5. Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah
direncanakan.
6. Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
7. Membuat bekisting, bisa terbuat dari kayu, plat aluminium atau media
lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
8. Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
9. Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan
ukuran rencana dan sudah benar-benar tegak.
10. Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
11. Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas
sesuai hasil perhitungan semula, misalnya mau menggunakan mutu
beton K-250, K-300, K-400 dan seterusnya.
12. Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa
dilakukan dengan perpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur
sisa cor dari ujung atas bekisting.

Pada setiap rangkaian pelaksanaan tersebut membutuhkan


pengecekan bersama dengan konsultan perencana, kontraktor, konsultan
pengawas maupun pemilik gedung secara langsung. Hal ini dimaksudkan
untuk meminimalisirkesalahan yang mngkin terjadi dalam perencanaan
maupun pelaksanaan.

Urutan pelaksanaan pekerjaan kolom :

1. Stek Tulangan Kolom + Mаrkіng


2. Pabrikasi Tulangan Kolom
3. Pemasangan Tulangan Kolom + Decking
4. Pemasangan Sepatu Kolom
5. Instalasi Pipa Elektrikal
6. Pabrikasi Bekisting Kolom
7. Instalasi Bekisting yang Telah Diberi Oil Form
8. Pemberian Beton Eksisting dengan Calbond
9. Pengecoran Kolom
10. Pembongkaran Bekisting Kolom
11. Perawatan Beton

Gambar 3.11 Urutan pelaksanaan pekerjaan kolom


Gambar 3.12 Marking kolom

Gambar 3.13 Fabrikasi Penulangan Kolom

Gambar 3.14 Fabrikasi Bekisting Kolom


Gambar 3.15 Sepatu Kolom

Gambar 3.16 Pelepasan bekisting kolom

3.17 Pelepasan Bekisting kepala kolom


Gambar 3.18 Perapihan kolom

3.7 Metode Kerja Pembongkaran Bekisting Kolom


Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton
dianggap mengeras. Pembongkaran bekisting dilakukan setelah 8 jam dari
pengecoran terakhir dengan tenaga orang (berbeda-beda tergantung pada
setting time beton, setiap mix design yang dibuat juga berbeda tergantung
dari bahan admixture yang digunakan). Jika pembongkaran dilakukan
sebelum waktu pengikatan pada beton menjadi sempurna (kurang dari
setting time yang diisyaratkan) maka akan terjadi kerusakan/cacat pada beton
tersebut. Upaya dalam mencegah kerusakan yang terjadi yaitu dilakukan
pembongkaran setelah setting time yang diisyaratkan, agar beton dapat
mngeras terlebih dahulu. Karena beton kolom yang digunakan tidak langsung
menerima beban besar (momen akibat beban sendiri termasuk kecil), maka
pembongkaran bekistingnya lebih cepat dibandingkan pembongkaran
bekisting pada balok dan pelat lantai.
 Persiapan Lahan
 Pembersihan Area Kerja
 Pada saat dilakukan bongkaran kolom area kerja harus bebas dari
aktifitas pekerja dan material proyek

Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Alat TC (Tower Crane).
2. Persiapan Pekerja (2 Orang).
3. Tahap pertama melepas support bekisting kolom.
4. Tahap kedua melonggarkan ikatan tie rod samping bekisting kolom.
5. Tahap ketiga pengikatan sling TC ke bekisting Kolom.
6. Tahap keempat pengangkatan bekisting kolom menggunakan TC.
7. Bekisting Kolom diletakan ke area stock bekisting kolom.
8. Pekerjaan Pelepasan Bekisting Kolom menggunakan Metode
ini membutuhkan kurang lebih 10 menit.
9. Repair kolom yang kurang mulus.

Gambar 3.19 Pembongkaran bekisting kolom

3.8 Metode Kerja Perawatan Kolom


Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan
perawatan beton (curing), yaitu dengan menggunakan curing compound.
Caranya yaitu dengan membasahi permukaan kolom dengan menggunakan
roll secara merata (naik turun), proses ini dilakukan sebanyak 4 kali.
Tujuan utama dari perawatan beton ialah untuk menghindari:
 Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pngerasan beton
yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.
 Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama.
 Perbeaan temperatur dalam beton yang akan mengakibatkan
retak-retak pada beton.

Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan


empat hal pokok yaitu, keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja,
urutan pekerjaan yang kurang tepat dan adanya kesulitan dalam
mengaplikasikan gambar rencana. Permasalahan pelaksanaan
pekerjaan yang muncul di lapangan antara lain:
 Pembersihan permukaan bekisting balok dan pelat lantai
sebelum pengecoran kurang teliti sehingga banyak sampah
seperti potongan kayu, butiran tanah tercetak dengan beton.
 Pembesian tulangan kolom dan balok yang tidak sesuai
dengan gambar, baik dari jumlah maupun ukurannya.
 Penempatan decking yang keliru, dimana sering dijumpai
decking ditempatkan pada tulangan utama.
 Sengkang bagian bawah pada balok banyak yang tidak
diikatkan dengan tulangan utama.
 Terjadi keropos pada beton setelah pengecoran, dikarenakan
penggetaran concrete vibrator yang kurang merata.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus
benar- benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom
menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya
juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus
diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar apabila tanah ambles atau
terjadi gempa tidak mudah roboh.
Kolom dalam sebuah konstruksi sangatlah penting untung
menahan beban pada plat lantai dua (khusus bangunan bertingkat. Juga
berfungsi sebagai pengikat dinding, agar tidak mudah roboh.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Cara membuat kolom beton bertulang.


http://www.ilmusipil.com/cara-membuat-kolom-beton-bertulang
Anonim. 2010. Desain kolom beton bertulang. Diambil pada

http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-
bertulang/Chairil, Nizar. 2010. Metode kerja kolom gedung.
http://www.ilmusipil.com/metode-kerja-kolom-gedung
Departemen Pekerjaan Umum. (1991). SK SNI T-15-1991-03 Tata
CaraPerhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung:
Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Departemen Pekerjaan Umum. (2002). SNI 03-2847-2002 Tata Cara


Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Dipohusodo, Istimawan. 1993. Struktur Beton Bertulang. Jakarta:


Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Hindarto, Probo. 2009. Kolom dalam konstruksi rumah tinggal


sederhana.

http://probohindarto.wordpress.com/2009/03/28/kolom-dalam-
konstruksi- rumah-tinggal-sederhana/

Anda mungkin juga menyukai