Anda di halaman 1dari 15

SETDAPROV Draft Laporan Akhir

RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan


Kabupaten Rokan Hulu

BAB III
METODOLOGI PELAKSANAN
PEKERJAAN

3.1. PEKERJAAN PERSIAPAN

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana kerja yang lebih terinci dan
mulai memberikan penugasan kepada personil-personil yang akan ditugaskan
dalam kegiatan ini antara lain :

1. Proses Administrasi dan Kegiatan Koordinasi Proyek


Penyiapan surat-surat tugas untuk instansi-instansi yang berwenang di
lokasi studi serta surat-surat lain yang diperlukan untuk memudahkan
kelancaran pekerjaan. Agar pelaksanaan pekerjaan Pemetaan Konflik
Pertanahan Di Kabupaten Rokan Hulu dapat berjalan sesuai dengan
rencana, maka untuk penyusunan rencana pelaksanaan pekerjaan di
lapangan akan dilakukan koordinasi dengan instansi terkait di daerah
supaya hasil yang diperoleh benar-benar tepat sasaran.

2. Inventarisasi & Pengumpulan Data


Pada tahap ini Konsultan mengumpulkan data-data, laporan hasil studi
terdahulu, peta-peta yang memuat sebaran perusahaan perkebunan dan
hutan tanaman industri yang ada di Kabupaten Rokan Hulu, serta
laporan-laporan yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang akan
digunakan sebagai data sekunder sebagai dasar arahan untuk
pengambilan data primer. Data ini akan diusahakan diperoleh dari instansi
atau badan yang terkait yang berhubungan dengan proyek ini, antara lain
adalah :

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 1


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

─ Biro Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu,


─ Dinas Kehutan Dan Perkebunan Kab. Rokan Hulu,
─ Badan Pertanahan Nasional Kab. Rokan Hulu,
─ Badan Pusat Statistik (BPS),
─ Lembaga Swadaya Masyarakat.

3. Review Hasil Identifikasi


Hasil review dan identifikasi dari laporan yang ada dikombinasikan
dengan data-data lainnya yang dikumpulkan dengan tujuan untuk
menyusun dan menentukan strategi awal pelaksanaan kegiatan ini.
Review ini hanya terbatas pada data-data sekunder saja (desk study).

4. Penyusunan Laporan Pendahuluan


Laporan pendahuluan dibuat berdasarkan hasil survei awal dan data-data
sekunder dari data kondisi daerah studi serta permasalahan yang ada.
Dalam laporan pendahuluan dimuat program rencana kerja, berdasarkan
metoda teknis dan permasalahan yang ada serta rencana langkah-
langkah penanganannya. Laporan pendahuluan di presentasikan untuk
penyempurnaan dari pemilik pekerjaan dan instansi terkait.

5. Persiapan Survei Lapangan


Kegiatan dalam persiapan survei lapangan diantaranya adalah :
─ Menyiapkan peta lokasi dan menyusun peta rencana kerja survey
lapangan untuk disetujui.
─ Menyiapkan formulir/quesstioner survey yang dibutuhkan untuk
dikonsultasikan kepada pemilik pekerjaan.
─ Menyiapkan surat-surat izin yang diperlukan.
─ Menyiapkan personil dan peralatan survey.
─ Mobilisasi personil & peralatan ke lokasi studi.

3.2. SURVEY LAPANGAN

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 2


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

Kegiatan survei lapangan dilakukan pada wilayah kecamatan jika daerah


sengketa lahan antara masyarakat dan perusahaan berada pada beberapa
desa dalam satu kecamatan, apa bila daerah konfik lahan terdapat pada satu
desa maka survei lapangan dilakukan pada desa yang terdapat areal konfli
tersebut. Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan survei lapangan ini adalah
meliputi :

1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan pelaksanaan yang menyangkut
program kerja (alur pekerjaan dan jadwal), penyusunan instrumen
pendataan (kuisioner, peralatan, bahan, dan tenaga).

2. Tahap Pengumpulan Data

a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk pengumpulan data primer langsung di
lokasi konflik baik dari institusi perusahaan maupun masyarakat yang
bersengketa antara lain yaitu :
─ Mengidentifikasi dan inventarisasi masalah dengan melakukan
wawancara dengan kedua belah pihak yang bersengketa
mengenai penyebab terjadinya sengketa lahan, luas lahan
sengketa, penanganan/penyelesaian masalah dan kondisi
terakhir.
─ Mengumpulkan dokumen yang memuat hak kepemilikan lahan.
─ Membuat dokumentasi kegiatan.

b. Menentukan Posisi Konflik


Penentuan posisi konflik dimaksudkan agar wilayah dapat diplot ke
dalam peta sebaran perusahaan perkebunan dan HTI dengan
pengukuran global positioning sytem (GPS).

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 3


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

Metoda pengukuran GPS di lapangan dapat dilakukan dengan


metoda sebagai berikut :

1) Survei Walk Trough Menggunakan GPS


− Survei dilakukan agar data yang dikumpulkan dapat
dikoneksikan ke peta dasar untuk Wilayah Kab. Rokan Hulu
atau peta sebaran penggunaan lahan.
− Untuk mengetahui koordinat (x, y, z) dilakukan dengan cara
penelusuran (walk trough) pada daerah yang disurvei yang
nantinya bisa doplot pada tampilan visualisasi pada software
googleerth map (direct connect), apabila diperlukan.
− Pengisian blanko dan entry disesuaikan dengan format survei
yang diperlukan.

2) Survei Penentuan Posisi Dengan Alat GPS


Pada dasarnya konsep penentuan posisi dengan GPS adalah
reseksi (pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan
pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang
koordinatnya telah diketahui. Pada pengamatan GPS yang bisa
diukur adalah jarak antara pengamat dengan satelit. Posisi yang
diberikan GPS adalah 3 dimensi (X,Y,Z) yang dinyatakan dalam
datum WGS (World Geeodetic System) 1984.

Dengan GPS titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam


(statik positioning) ataupun bergerak (kenematic positioning).
Posisi titik dapat ditentukan dengan menggunakan satu receiver
GPS terhadap pusat bumi dengan menggunakan metode
penentuan posisi absolute, ataupun terhadap titik lainnya yang
telah diketahui koordinatnya (stasiun referensi) dengan
menggunakan metode diferensial (relative) yang menggunakan
minimal dua receiver GPS. Secara mekanisme prinsip dasar

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 4


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

penentuan posisi dengan GPS dapat dilihat pada gambar


dibawah ini :

Gambar 3.1.
Prinsip Dasar Penentuan Posisi Dengan GPS

Disamping itu, GPS dapat memberikan poisi secara instant (real time)
ataupun sesudah pengamatan setelah data pengamatannya diproses
secara lebih ekstensif (post processing) yang biasanya dilakukan
untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik. Secara umum dikenal
beberapa metode dan system penentuan posisi dengan GPS, yaitu
biasa digambarkan pada skema dibawah ini :

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 5


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

Penentuan Posisi dengan GPS

Survei Navigasi

Absolut Diferensial Diferensial Absolut

Post-processing Real-Time

Statik Stop and Go


Jarak Fase Pseudorange
RTK (DGPS)
Pseudo-kinematik Statik Singkat

Kinematik

Gambar 3.2.
Metode Dan Sistem Penentuan Posisi Dengan GPS (Langley, 1998)

3) Metode-metode pengamatan posisi dengan GPS

 Metode Survei Statik Singkat


Metode penentuan posisi dengan survei statik singkat (rapid statik)
pada dasarnya adalah survei statik dengan waktu pengamatan yang
lebih singkat, yaitu 5-20 menit daripada 1-2 jam. Prosedur
operasional lapangan dari survei statik singkat ini adalah sama
seperti dengan survei statik, hanya selang waktu pengamatannya
lebih singkat.

Kalau dibandingkan metode survei statik singkat dengan metode


statik dalam penentuan posisi, maka ada beberapa hal yang patut
dicatat yaitu :

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 6


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

− Survei statik singkat mempunyai tingkat produktifitas yang lebih


tinggi dibandingkan survei statik, karena waktu pengamatan satu
sesi relative lebih singkat.
− Metode survei statik memberikan ketelitian yang relative lebih
tinggi dibandingkan metode survei statif singkat.
− Metode statif singkat memerlukan receiver GPS serta piranti
lunak pemroses data yang lebih modern.
− Karena harus memastikan penentuan ambiguitas fase secara
benar dengan data pengamatan yang relatif lebih sedikit, metode
survei statif singkat relative kurang fleksibel dalam hal spesifikasi
pengamatan dibandingkan metode survei statik.
− Metode survei statitik singkat relative lebih rentan terhadap efek
dari kesalahan dan bias

Dalam penentuan koordinat titik-titik control untuk survei dan


pemetaan yang paling baik adalah menggabungkan metode survei
statik dan statik singkat, dimana setiap metode digunakan secara
fungsional sesuai dengan karakternya masing-masing, seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.3.
Kombinasi Metode Survei Static Dan Static Singkat

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 7


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

Dalam hal ini survey static digunakan untuk menentukan koordinat


dari titik-titik kontrol yang relative berjarak jauh antara satu dengan
lainnya serta menuntut orde ketelitian yang relatif lebih tinggi,
sedangkan survei statik singkat digunakan untuk menentukan
koordinat titik-titik control yang relative lebih dekat satu sama lainnya
serta berorde ketelitian yang relative lebih rendah.

 Metode Stop-and-Go (semi kinetik)


Pada metode ini titik-titik yang akan ditentukan posisinya tidak
bergerak (statik), sedangkan receiver GPS bergerak dari titik-titik
dimana pada setiap titiknya receiver yang bersangkutan diam
beberapa saat di titik-titik tersebut, seperti pada gambar berikut ini.

Stop Stop
Moving
Stop Receiver
Moving Go
Receiver
Go Stop Go
Go Monitor station

Stop Stop
Monitor
station Go
Go Stop
Stop
Go Go Go
Stop Stop

Pergerakan receiver Perhitungan koordinabt relatif

Gambar 3.4.
Metode Penentuan Posisi Stop-And-Go

Metode stop-and-go berbasiskan pada metode penentuan posisi


secara diferensial dengan menggunakan data fase. Koordinat

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 8


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

referensi dari titik-titik ditentukan relative terhadap koordinat dari


station referensi (monitor station). Pada metode ini ambiguitas fase
pada titik awal harus ditentukan sebelum receiver bergerak. Dalam
operasionalisasinya, penentuan posisi-posisi titik dengan metode ini
dapat dilakukan secara real time dan post processing.

 Metode Pseudo-kinematik
Pada dasarnya metode ini merupakan realisasi dari dua metode
static singkat (lama pengamatan beberapa menit) yang dipisahkan
oleh selang waktu yang relative lama (beberapa jam), seperti gambar
berikut :

Pengamatan
Statik
Statik Singkat
Pseudo-kinematik

Gambar 3.5.
Perbandingan waktu pengamatan metode survei statik,
statik singkat dan pseudo kinematik.

Pada metode ini pengamatan dalam dua sesi yang berselang waktu
relatif lama dimaksudkan untuk meliput perubahan geometri yang
cukup besar, sehingga diharapkan mensukseskan penentuan
ambiguitas fase serta mendapatkan ketelitian posisi yang relatif baik.
Dalam hal ini perhitungan baseline dilakukan dengan menggunakan
data gabungan dari dua sesi pengamatan tersebut.

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 9


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

Gambar 3.6.
Metode survei penentuan posisi pseudo-kinematik

 Kombinasi Metode
Karena kondisi topografi dan lingkungan pengamatan yang beragam,
untuk meningkatkan efektifitas da efisiensi, kadang diperlukan
kombinasi dari beberapa metode untuk penentuan posisi titik-titik.

Gambar 3.7.
Contoh kombinasi metode penentuan posisi dengan GPS

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 10


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

4) Type Peralatan Survei/GPS yang digunakan


Pada kegiatan ini peralatan yang digunakan adalah GPS Geodetis
dengan Merek Garmin.

Pada kegiatan ini pengukuran GPS menggunakan metode stop and go


(termasuk dalam bagian metode diferensial).

Peralatan yang diperlukan dalam proses pengamatan data suatu survei


GPS ini adalah sebagai berikut :
− Receiver dan antena GPS berikut perlengkapan nya (kabel, catu
daya dan pengukur tinggi antena), minimal 2 set
− Receiver GPS tipe navigasi (keperluan reconnaissance)
− Alat pengukur suhu, tekanan, dan kelembapan udara
− Kendaraan bermotor untuk mempermudah pergerakan alat dan
personil dari titik ke titik.
− Penunjuk waktu
− Pengisi baterei
− Komputer untuk pengolahan data awal dilapangan
− Peralatan pendukung lain ( tenda, golok cat dan lain-lain)

5) Prosedur Pengamatan GPS


Dalam pelaksanaan survei batas kecamatan, prosedur pengamatan titik-
titik batas adalah sebagai berikut :

 Pengecekan titik
Prosedur pengecekan titik yang akan disurvey setiba dilokasi

− Pemberitahuan kepada masyrakat sekitar bahwa akan ada cek


pengukuran.
− Komunikasi dengan tim-tim dilapangan, untuk sinkronisasi waktu
pengukuran.

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 11


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

− Pengecekan nomor-nomor titik tugu yang akan di survey


− Pengecekan diagram obstruksi yang ada pada formulir
recconaissance.
− Kontrol jarak kendaraan untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya multipath.

 Prosedur sebelum pengamatan


− Semua kabel telah berhubung dengan benar dan baik antara
komponen- komponen.
− Antena telah ditempatkan secara baik, tepat diatas titik.
− Antena telah diorientasikan ke arah yang benar.
− Pita pengukur tinggi antena harus mempunyai standar alat ukur.

Persiapan receiver yang digunakan untuk berada dalam kondisi siap


( mengeset parameter-parameter yang digunakan) seperti :
− Metode pengamatan
− Koordinat pendekatan
− Internal perekaman
− Besarnya mask angel
− Datum yang digunakan
− Nomor titik dan nama projek
− Zona waktu
− Waktu mulai dan selesai pengamatan
− Tinggi antena

 Prosedur saat pengamatan


− Mencatat harga DOP pada layar tampilan receiver, dan
membandingkan dengan harga prediksi yang dihitung pada saat
perencanaan survei.
− Mencatat nomor dari satelit yang teramati.

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 12


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

− Membandingkan harga DOP serta nomor satelit yang teramati


dengan yang diprediksi pada saat perencanaan survei.

 Prosedur setelah pengamatan


− Pemberitahuan tim lain bahwa pengukuran telah selesai.
− Pengecekan tinggi antena dan centering dari antena.
− Pengecekan formulir isian survei.

 Prosedur pada hari akhir pengamatan


− Pemindahan (download) data dari setiap kolektor data receiver ke
komputer.
− Penggandaan data (back up).
− Pembersihan memori dari semua data kolektor.

6) Pengolahan Data GPS


Setelah tahap pengukuran dilaksanakan, tahap selanjutnya adalah
pengolahan data hasil survei GPS. Proses pengolahan data survei GPS
dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengukuran Baseline

Pengolahan Baseline

tidak Bisa diterima

Perataan Jaringan

Bisa diterima tidak

Transformasi Datum
Dan Koordinat

Gambar 3.8.
Skema Umum Pengolahan Data Jaringan GPS

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 13


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

Pengolahan baseline pada dasarnya bertujuan menghitung vektor


baseline (dX, dY, dZ) menggunakan data fase sinyal GPS yang
dikumpulkan pada dua titik ujung dari baseline yang bersangkutan.
Proses penentuan baseline umumnya dimulai dengan pemrosesan awal
seperti pembersihan data dari outlier serta sinkronisasi data dari kedua
stasiun. Selanjutnya atu stasiun dijadikan titik referensi yang
koordinatnya telah diketahui dari survei GPS atau dari hasil pengolahan
baseline sebelumnya. Koordinat pendekatan dari stasiun yang lainnya
umumnya pertama kali ditentukan dengan data pseudorange secara
absolut, selanjutnya diestimasi kembali menggunakan data fase triple-
difference (TD). Solusi baseline pendekatan ini pendekatan ini
selanjutnya ditentukan secara lebih teliti menggunakan data fase double-
difference (DD), pertama dengan ambiguitas fase bilangan real dan
akhirnya dengan ambiguitas fase bilangan integer.Koordinat titik-titik
yang didapat dari hitung perataan jaringan GPS adalah koordinat
kartesian tiga dimensi (X, Y, Z) dalam datum WGS 1984. Seandainya
pengguna menginginkan koordinat titik-titik tersebut dalam suatu datum
dan sistem koordinat lainnya yang berbeda, maka diperlukan suatu
proses transformasi datum dan koordinat.

Kartesian TRANSFORMASI Geodetik


(WGS-84) KOORDINAT 1 (WGS-84)

TRANSFORMASI
DATUM

Kartesian TRANSFORMASI Geodetik


(Sistem lain) KOORDINAT 1 (Datum)

Sistem TRANSFORMASI
Proyeksi Peta KOORDINAT 2

Gambar 3.9.
Tranformasi koordinat titik GPS

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 14


SETDAPROV Draft Laporan Akhir
RIAU Pemetaan Wilayah Konflik Pertanahan
Kabupaten Rokan Hulu

3.3. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS HASIL SURVEI

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :


1. Tahap kompilasi dan pemrosesan data, baik data primer maupun data
sekunder.
2. Tahap analisa dan justifikasi permasalahan, dengan menguraian secara
persial dan terinci atas berbagai masalahan yang ada, baik permasalahan
fisik maupun non fisik, untuk kemudian mencari alternatif solusinya secara
parsial dan terinci pula.
3. Melakukan sintesa, di mana metode sintesa ini adalah mengaitkan
(mensintesakan) problem dan solusi hasil analisa yang ada untuk
mendapatkan alternatif penyelesaian konflik yang optimal, terpadu dan
komprehensif.
4. Tahap penyusunan skenario (alternatif konsep).
5. Tahap penyusunan kesimpulan dan rekomendasi dari keseluruhan konflik
pertanahan yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan di
Kabupaten Rokan Hulu.

3.4. PENYUSUNAN LAPORAN DAN PEMETAAN

Selain laporan pendahuluan, dalam kegiatan ini dibuat konsep laporan akhir
dan laporan akhir yang dilengkapi peta dan dokumentasi kegiatan. Pemetaan
konflik pertanahan yang dituangkan ke dalam peta memuat posisi sebaran
titik konflik yang disesuaikan dengan koordinat garis lintang – bujur dan notasi
permasalahan konflik.

CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN III - 15

Anda mungkin juga menyukai