Oleh:
KHOIRUL ANAM
084 911 8015
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya dalam menyusun dan menyelesaikan laporan observasi yang
penulis lakukan di SMA N 1 Umbulsari.
Laporan ini ditulis berdasarkan data dan reverensi yang penulis dapatkan
selama menjalankan obsevasi di SMAN 1 Umbulsari.
Dalam pengumpulan data observasi ini penulis banyak mendapat bantuan
dari Bapak / Ibu yang bersedia menerima dan memberikan informasi kepada penulis
yaitunya :
1. SMA N 1 Umbulsari dalam hal ini telah memberikan kesempatan penulis untuk
melakukan observasi di sekolah ini
2. Bapak Kepala SMAN 1 Umbulsari
3. Bapak / Ibu Wakil Kepala SMAN 1 Umbulsari
4. Bapak / Ibu pegawai Tata Usaha SMAN 1Umbulsari
5. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.
Terlepas penulis dalam tahap pembelajaran, maka penulis dengan terbuka
menerima kritik dan sarannya yang bersifat membangun. Semoga amal dan kebaikan
seluruh pihak dapat bermanfaat bagi penulis dan di terima oleh Allah SWT.
Amin ya robbal’alamin.
Hormat saya,
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
BAB IV ...................................................................................................................................... 20
PENUTUP ................................................................................................................................. 20
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 20
B. SARAN .................................................................................................................. 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Output sekolah adalah lulusan yang berguna bagi kehidupan yang bermanfaat
bagi dirinya, keluarga, dan lingkunganya. Artinya, lulusan semacam ini
mencakup outcome.
Problematikanya terletak pada proses dan output dengan
ketidaksesuaian antara kemampuan yang dimiliki oleh lulusan yang lebih
banyak tuntutan mencari lapangan pekerjaan dengan tuntutan melanjutkan
kejenjang pendidikan tinggi. Kondisi ini seperti diungkapkan oleh Hermana
dan Didin Muhafidin, (2009): “pada kenyataan bahwa sebagian besar
(53,12%) lulusan sekolah (SMA/Aliyah) yang tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi dan sebagian besar lulusan SLTP/MTs tidak melanjutkan ke
SLTA. Kenyataan ini mengundang pemikiran yang serius, karena lulusan
SLTP/MTs dan SMA/Aliyah merupakan calon tenaga kerja yang pada
dasarnya tidak dibekali dengan kecakapan khusus (life skills) dalam
memasuki dunia kerja.”
Departemen Pendidikan Nasional (2001, hlm. 1) menjelaskan bahwa
ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan yaitu: 1) kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan (education production function atau input analysis)
yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.; 2) penyelenggaraan pendidikan
dilakukan secara birokratik-sentralistik dimana bergantung pada keputusan
birokrasi sehingga sekolah tidak dapat mandiri dan tidak dapat
mengembangkan dan memajukan lembaganya; 3) kurangnya peran serta dari
masyarakat. Dimana pendekatan ini kurang memperhatikan proses
pendidikan. Padahal proses pendidikan menentukan output pendidikan.
Memperbaiki kualitas pendidikan harus dimulai dari komitmen untuk
melakukan perubahan oleh segenap komponen sekolah, memperbaiki
kinerjanya dalam rangka memberikan kepuasan kepada pelanggan utama
sekolah. Sekolah dituntut untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan secara
terus menerus dalam rangka memenuhi keinginan masyarakat. Peningkatan
mutu pendidikan di suatu sekolah menuntut partisipasi dan pemberdayaan
seluruh komponen pendidikan dan penerapan konsep pendidikan sebagai
sebuah system.
Pendidikan sebagai suatu system tidak menghasilkan output dan
outcame yang bermutu apabila proses pendidikannya tidak dikelola secara
baik.
Upaya untuk meningkatkan manajmen mutu sekolah dalam
menjalankan fungsi kepemimpinan dan memperbaiki mutu sekolah,
diperlukan pemahaman dan penguasaan manajerial yang diperlukan dalam
kemampuan dan orientasi yang memiliki kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan, mengkomunikasikan, memotivasi, mengarahkan dan
pengawasan serta tindak lanjut terhadap kegiatan sekolah. Mewujudkan
manajemen mutu sekolah dituntut untuk fokus pada pelanggan (peserta
didik), adanya keterlibatan semua warga sekolah, adanya ukuran baku mutu
pendidikan, memandang pendidikan sebagai sistem dan mengadakan
perbaikan mutu sekolah secara berkesinambungan, dan ”bagaimanakah
manajemen mutu sekolah pada strategi pelaksanaan mutu, dan pengawasan
mutu yang dilaksanakan di SMAN 1 UMBULSARI ?”.
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
5
Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah warga sekolah
serta terlibat dalam proses perubahan sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip
manajemen mutu terpadu dengan menciptakan penghargaan di dalam sekolah itu sendiri
Sallis, Edward (2005, hlm. 2-3) mengemukakan mutu sekolah terbaik negeri/swasta yang
selalu mengedepankan kualitas dalam penyelenggaraan sekolah, antara lain adalah: a)
guru berprestasi; b) nilai-nilai moral yang tinggi; c) hasil pemeriksaan yang sangat baik;
d) dukungan dari orang tua, bisnis dan masyarakat setempat; e) sumber daya berlimpah;
f) penerapan teknologi terbaru; g) kepemimpinan yang kuat mencapai tujuan; h) focus
perhatian kepada siswa; dan j) kurikulum seimbang dan menantang.
Dengan demikian mutu sekolah jika memenuhi standar yang tertinggi dan tidak
dapat diungguli, sehingga mutu dianggap sesuatu yangi deal yang tidak dapat
dikompromikan, seperti kebaikan, keindahan, kebenaran. Mutu sekolah dalam konsep ini
menunjukkan keunggulan status dan posisi dengan mutu tinggi (high quality). Jika
dikaitkan dengan konteks manajemen mutu sekolah, maka konsep mutu absolut bersifat
elit karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang dapat memberikan pendidikan
denganhigh quality kepada peserta didik. Sedangkan sebagian besar lembaga pendidikan,
tidak dapat memberikan high quality (mutu tinggi) kepada siswanya. Jadi ada beberapa
konsep manajemen mutu sekolah tersebut, konsep mana yang dianut dalam praktek
penyelenggaraan sekolah?. Kalau dicermati dari praktek penyelenggaraan sekolah,
konsep di atas digunakan secara integrasi, baik mutu dalam pengertian absolut, relatif
(standar), maupun kepuasan pelanggan. Hal ini dapat dipahami bahwa manajemen mutu
sekolah merupakan program peningkatan kulitas lembaga/sekolah baik secara internal
maupun eksternal.
B. Pelaksanaan Mutu
Mohammed Ahmed Hamad Ahmed and Ahmed Gumaa Siddiek, (2008, hlm. 99)
dikutip dari Adrarrakka, (2006) bahwa strategi manajemen mutu sebagai proses yang
mengatur tujuan jangka panjang mutu dengan mendefinisikan kembali mutu. Hal ini jelas
bahwa strategi manajemen mutu fokus pada penyebab kegagalan dan kelemahan, upaya
dalam organisasi pendidikan. Karena setiap produk memiliki nilai yang terkait dengan
itu, maka perlu untuk menentukan proses-proses yang berhubungan dan mendukung
aktivitas setiap tahapan proses.
Manajer kualitas juga menentukan jumlah nilai tambah untuk setiap proses. Hasil
terfragmentasi untuk menciptakan visi yang disosialisasikan ke dalam organisasi
menggunakan representasi teknis, manajerial dan budaya. Dradjad Irianto, (2005, hlm.
23) mengutip dari Pettigrew (1997) mengemukakan model pelaksanaan manajemen mutu
sebagai proses perubahan internal dan konteks organisasi yang membentuk dan dibentuk
secara bergantian atau bersamaan.
Tiga dimensi penting dari perubahan (Pettigrew, A., Thomas, H dan R.
Whittington, 2002), dimensi pelaksanaan manajemen mutu dapat dibangun sebagai
melibatkan konten, konteks dan proses, seperti digambarkan pada
Dari gambar di atas dapat diilustarikan bahwa strategi pelaksanaan mutu manajemen
dipandang sebagai strategi bisnis yang menjanjikan. Feigenbaum (2003, hlm. 376-
383), cakupan strategi pelaksanaan mutu luas mencirikan, yaitu: (i) dukungan perubahan
perilaku karyawan, (ii) penting mempromosikan ide-ide manajemen, (iii) menegakkan
disiplin ekonomi kualitas biaya, (iv) menjembatani ide-ide perbaikan untuk mada depan,
(v) membantu universal yang berdasarkan fakta pengambilan keputusan, dan (vi)
mengukur hasil bisnis.
C. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa
disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Herujito (2006, hlm. 242) bahwa
pengawasan(controlling) sebagai elemen atau fungsi keempat manajemen ialah
mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Dalam praktek kita lihat, kegagalan suatu rencana atau aktivitas bersumber pada dua hal,
yaitu: a) akibat pengaruh di luar jangkauan manusia (force major); b) pelaku yang
mengerjakannya tidak memenuhi persyaratan yang diminta.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh Handoko, Hani
(2002, hlm. 159) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur
esensial proses pengawasan, bahwa:
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan–tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk
mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan
apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak
penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Jadi proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi
manajemen.
B. Purushothama, (2010, hlm. 59) menyatakan bahwa: “ Pengawasan mutu adalah
proses manajerial di mana kinerja proses aktual dievaluasi dan tindakan yang diambil
pada kinerja yang tidak biasa. Ini adalah proses untuk memastikan apakah mulai dari
input, pelaksanaan, dan output memenuhi standar yang telah ditetapkan dan tindakan
yang diperlukan diambil jika standar tidak terpenuhi”. Pengawasan mutu pendidikan
dapat dilaksanakan sejak input/masukan (siswa) masuk sekolah, mengikuti proses belajar
mengajar di sekolah dan hingga menjadi lulusan dengan berbagai kompetensi yang
dimilikinya”. Defenisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi
mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap,
cara, sistem, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer.
Pengawasan sangat penting dilakukan oleh lembaga pendidikan (sekolah) dalam kegiatan
operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan–penyimpangan
dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah sebelumnya.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui studi kasus di SMA
Negeri 1 UMBULSARI. Untuk mengumpulkan data, peneliti melakukan:
a) pengamatan pada sekolah kesehariannya, baik dalam proses KBM maupun di luar kelas;
b) wawancara kepada, kepala sekolah, wakil bidang kurikulum, guru, putakawan, laboran
dan tenaga TU.
c) studi berbagai dokumen sekolah, yaitu rencana pengembangan sekolah, rencana kerja
tahunan sekolah, rencana kerja dan anggaran sekolah, penilaian guru, kegiatan sekolah,
administrasi guru, dan dokumen lainnya yang berkenaan dengan penyelenggaraan
sekolah Studi kasus kualitatif mempunyai karakteristik; (1) mempunyai latar belakang
alamiah, (2) manusia sebagai alat atau instrumen penelitian dapat lebih adaptabel; (3)
teori diambil dan dasar melalui analisis secara induktif; (4) laporan bersifat deskripsi; (5)
lebih mementingkan proses daripada hasil dan (6) desain penelitian bersifat sementara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan manajemen mutu pada SMA/MA
unggulan berlandaskan pada visi, misi, tujuan dan strategi peningkatan mutu sekolah
berkelanjutan (continous quality improvement) yang diawali dengan mutu input, proses,
dan output
B. Lokasi Observasi
C. Gambaran Kasus
Manajemen mutu sekolah adalah praktek-praktek pengelolaan sekolah dari input,
proses, dan output. hal ini mendorong munculnya pemikiran konsep manajemen mutu
sekolah (MMS). Di dalam implementasi manajmen mutu sekolah. Sekolah bertanggung
jawab untuk mengelola dirinya sendiri terkait dengan masalah administrasi, keuangan,
dan personil sekolah. Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah
warga sekolah serta terlibat dalam proses perubahan sekolah melalui penerapan prinsip-
prinsip manajemen mutu terpadu dengan menciptakan penghargaan di dalam sekolah itu
sendiri
.
D. Hasil Wawancara
Data yang didapat dari proses wawancara dan observasi adalah sebagai berikut :
NO PERTANYAAN JAWABAN
Apa nama lembaga penjamin Semenjak di hilangkan SBI tidak ada lagi penjamin
1 mutu di SMAN 1 Umbulsari ? mutu dan sekarang menjadi tanggung jawab bersama
E. Hasil Observasi
3) Peserta Didik. SMAN 1 UMBULSARI Mutu peserta didik focus pada sasaran mutu
input saja (persyaratan, mekanisme seleksi, dll), proses (kurikulum, PBM, pengawasan
dan penilaian) diarahkan pada penyelarasan kurikulum ITB, output (kelulusan,
melanjutkan) diarahkan pada jalur undangan dan untuk jarus tes tidak ada yang berhasil,
outcome (penelusuran lulusan dan penyaluran lulusan) belum tertata dengan baik. SMAN
1 UMBULSARI mutu input dengan program akselerasi yaitu program memiliki
kemampuan akademik di atas rata-rata, program bilingual yang diperuntukkan bagi
siswa-siswa yang akan melanjutkan studinya di luar negeri. Seleksi untuk SMP juga
secara bertahap menerapkan materi training tahun 2019 ini untuk memulai lebih awal
dengan bilingual class dengan konsentrasi pelajaran sains dan matematika dalam bahasa
Inggris per tahun 2019, mengikuti seniornya.
Program bilingual bagi siswa SMP Negeri/Swasta. SMAN 1 UMBULSARI
untuk meningkatkan mutu input dengan kepuasan perseta didik dan orang tua sebagai
user (pengguna), madrasah menyediakan layanan khusus yang juga tentu sangat berkaitan
erat dengan peningkatan mutu siswa. Perubahan yang terjadi dalam seluruh dimensi yang
ada dalam diri siswa yakni dimensi fisik, dimensi psikologi, dimensi sosial, dimensi
kognitif (berpikir), dan dimensi spiritual. Sasaran mutu input (persyaratan, mekanisme
seleksi dll), proses (kurikulum, PBM, Pengawasan dan penilaian), output (kelulusan,
magang kerja dan penyaluran tenaga kerja), outcome (penelusuran lulusan dan
penyaluran lulusan) pada setiap sekolah ada komitmen dan kebijakannya. Hal ini
dijelaskan oleh Suparno (2001, hlm. 27) mengemukakan kompetensi diartikan sebagai
“kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas” atau sebagai “memiliki
keterampilan dan kecakapan yang diisyaratkan”. Dalam pengertiannya yang luas
dijelaskan bahwa setiap cara yang digunakan dalam pelajaran yang ditujukan untuk
mencapai kompetensi adalah untuk mengembangkan manusia bermutu yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan, kata kompetensi
dipilih untuk menunjukkan tekanan pada “kemampuan mendemonstrasikan
pengetahuan”.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Khadiyanto (2007, Hlm. 31) merumuskan
bahwa: “...partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan/pelibatan masyarakat dalam
kegiatan pelaksanaan pembangunan dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan serta mampu untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan
untuk menanggapi, baik secara langsung maupun tidak langsung sejak dari gagasan,
perumusan kebijaksanaan hingga pelaksanaan program”. Hal ini mempertegas pendapat
Keith Davis (dalam Sastropoetro,1988, hlm. 16) bahwa bentuk partisipasi masyarakat
adalah berupa (a) konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa, (b) sumbangan spontan berupa
uang dan barang, (c) mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal
dari sumbangan individu/instansi yang berada di luar lingkungan tertentu (pihak ketiga),
(d) mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat,
(e) sumbangan dalam bentuk kerja, (f) aksi massa, (g) mengadakan pembangunan di
kalangan kuluarga desa mandiri dan (h) membangun proyek komuniti yang bersifat
otonom.
D. Pengawasan Mutu pada SMA N 1 UMBULSARI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Agar SMA Negeri 1 Umbulsari lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas dari fasilitas
yang digunakan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Denim, Sudarwan. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara