Anda di halaman 1dari 24

STRATEGI PELAKSANAAN MUTU, DAN PENGAWASAN MUTU YANG

DILAKSANAKAN DI SMAN 1 UMBULSARI

LAPORAN MINI RESEARCH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Terpadu


yang diampu oleh Dr. H. Abd. Muhith, S.Ag., M.Pd.I

Oleh:
KHOIRUL ANAM
084 911 8015

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya dalam menyusun dan menyelesaikan laporan observasi yang
penulis lakukan di SMA N 1 Umbulsari.
Laporan ini ditulis berdasarkan data dan reverensi yang penulis dapatkan
selama menjalankan obsevasi di SMAN 1 Umbulsari.
Dalam pengumpulan data observasi ini penulis banyak mendapat bantuan
dari Bapak / Ibu yang bersedia menerima dan memberikan informasi kepada penulis
yaitunya :
1. SMA N 1 Umbulsari dalam hal ini telah memberikan kesempatan penulis untuk
melakukan observasi di sekolah ini
2. Bapak Kepala SMAN 1 Umbulsari
3. Bapak / Ibu Wakil Kepala SMAN 1 Umbulsari
4. Bapak / Ibu pegawai Tata Usaha SMAN 1Umbulsari
5. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.
Terlepas penulis dalam tahap pembelajaran, maka penulis dengan terbuka
menerima kritik dan sarannya yang bersifat membangun. Semoga amal dan kebaikan
seluruh pihak dapat bermanfaat bagi penulis dan di terima oleh Allah SWT.
Amin ya robbal’alamin.

Hormat saya,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... II

DAFTAR ISI............................................................................................................................. III

BAB I ........................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................................ 1


B. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................... 3
C. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 4

BAB II KAJIAN TEORITIS..................................................................................................... 5

A. PENGERTIAN MANAJEMEN MUTU SEKOLAH .......................................................... 5


B. PELAKSANAAN MUTU ............................................................................................ 6
C. PENGAWASAN MUTU ...................................................................................... 7

BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................................................ 9

A. METODE PENELITIAN ............................................................................................. 9


B. LOKASI OBSERVASI .............................................................................................. 10
STRUKTUR ORGANISASI SMA N 1 UMBULSARI ............................................................... 10
C. GAMBARAN KASUS .............................................................................................. 10
D. HASIL WAWANCARA ............................................................................................ 11
E. HASIL OBSERVASI ................................................................................................ 12

BAB IV ...................................................................................................................................... 20

PENUTUP ................................................................................................................................. 20

A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 20
B. SARAN .................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dalam menjalankan fungsi
kepemimpinan dan memperbaiki mutu sekolah, diperlukan pemahaman
penguasaan manajerial diperlukan kemampuan dan orientasi merencanakan,
mengorganisasikan, mengkomunikasikan, memotivasi, mengarahkan dan
pengawasan serta dilakukan terus menerus untuk muru pendidikan. Mutu
sekolah selalu memenuhi standar yang tertinggi dan tidak dapat diungguli,
sehingga mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat dikompromikan,
seperti kebaikan, keindahan, kebenaran. Sejalan dengan pandangan Zamroni
(2007, hlm. 2) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu
proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan
agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Sebagai suatu skema, sekolah sudah seharusnya memandang bahwa proses
pendidikan adalah suatu peningkatan terus-menerus yang dimulai dari sederet
siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan lulusan (output) yang
berkualitas, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran dan ikut
bertanggung jawab untuk memuaskan pengguna lulusan sekolah tersebut. Hal
yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan sekolah terletak pada
manajemen sekolah dalam mengelola masukan-masukan agar tercapai tujuan
yang telahditetapkan (output sekolah). Proses berlangsungnya sekolah selalu
focus pada berlangsungnya pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara
siswa dengan guru yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian dari
proses pembelajaran. Sedangkan output sekolah yaitu berupa kelulusan
peserta didik, peserta didik yang lulus dengan sangat baik. Output sekolah
berfokus pada peserta didik yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan.

1
Output sekolah adalah lulusan yang berguna bagi kehidupan yang bermanfaat
bagi dirinya, keluarga, dan lingkunganya. Artinya, lulusan semacam ini
mencakup outcome.
Problematikanya terletak pada proses dan output dengan
ketidaksesuaian antara kemampuan yang dimiliki oleh lulusan yang lebih
banyak tuntutan mencari lapangan pekerjaan dengan tuntutan melanjutkan
kejenjang pendidikan tinggi. Kondisi ini seperti diungkapkan oleh Hermana
dan Didin Muhafidin, (2009): “pada kenyataan bahwa sebagian besar
(53,12%) lulusan sekolah (SMA/Aliyah) yang tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi dan sebagian besar lulusan SLTP/MTs tidak melanjutkan ke
SLTA. Kenyataan ini mengundang pemikiran yang serius, karena lulusan
SLTP/MTs dan SMA/Aliyah merupakan calon tenaga kerja yang pada
dasarnya tidak dibekali dengan kecakapan khusus (life skills) dalam
memasuki dunia kerja.”
Departemen Pendidikan Nasional (2001, hlm. 1) menjelaskan bahwa
ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan yaitu: 1) kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan (education production function atau input analysis)
yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.; 2) penyelenggaraan pendidikan
dilakukan secara birokratik-sentralistik dimana bergantung pada keputusan
birokrasi sehingga sekolah tidak dapat mandiri dan tidak dapat
mengembangkan dan memajukan lembaganya; 3) kurangnya peran serta dari
masyarakat. Dimana pendekatan ini kurang memperhatikan proses
pendidikan. Padahal proses pendidikan menentukan output pendidikan.
Memperbaiki kualitas pendidikan harus dimulai dari komitmen untuk
melakukan perubahan oleh segenap komponen sekolah, memperbaiki
kinerjanya dalam rangka memberikan kepuasan kepada pelanggan utama
sekolah. Sekolah dituntut untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan secara
terus menerus dalam rangka memenuhi keinginan masyarakat. Peningkatan
mutu pendidikan di suatu sekolah menuntut partisipasi dan pemberdayaan
seluruh komponen pendidikan dan penerapan konsep pendidikan sebagai
sebuah system.
Pendidikan sebagai suatu system tidak menghasilkan output dan
outcame yang bermutu apabila proses pendidikannya tidak dikelola secara
baik.
Upaya untuk meningkatkan manajmen mutu sekolah dalam
menjalankan fungsi kepemimpinan dan memperbaiki mutu sekolah,
diperlukan pemahaman dan penguasaan manajerial yang diperlukan dalam
kemampuan dan orientasi yang memiliki kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan, mengkomunikasikan, memotivasi, mengarahkan dan
pengawasan serta tindak lanjut terhadap kegiatan sekolah. Mewujudkan
manajemen mutu sekolah dituntut untuk fokus pada pelanggan (peserta
didik), adanya keterlibatan semua warga sekolah, adanya ukuran baku mutu
pendidikan, memandang pendidikan sebagai sistem dan mengadakan
perbaikan mutu sekolah secara berkesinambungan, dan ”bagaimanakah
manajemen mutu sekolah pada strategi pelaksanaan mutu, dan pengawasan
mutu yang dilaksanakan di SMAN 1 UMBULSARI ?”.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara lebih mendalam


tentang manajemen mutu sekolah (pada dimensi kebijakan mutu,
perencanaan mutu, strategi pelaksanaan mutu, pengawasan mutu) dalam
mencapai mutu di di SMAN 1UMBULSARI.

Manfaat dari penelitian ini, adala secara teoritik, diharapkan dapat


bermanfaat untuk mengembangkan dan mempertajam teori dan konsep yang
berkaitan dengan manajemen mutu pendidikan pada umumnya dan
khususnya bidang manajemen mutu sekolah dalam pendidikan. Dari dimensi
kebijakan, mutu pendidikan merupakan pernyataan visi yang harus sesuai
dengan tujuan organisasi, dan harus berkomitmen untuk memenuhi
persyaratan sistem manajemen mutu, memiliki perbaikan terus-menerus
dalam sistem. Kebijakan mutu sekolah harus menyediakan kerangka kerja
untuk meninjau tujuan organisasi, dan harus dikomunikasikan secara
langsung sehingga setiap orang dalam organisasi memahami kebijakan dan
bekerja sesuai dengan kebijakan.

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang penelitian yang kemudian disempitkan menjadi


pertanyaan penelitian, ada beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab
dalam penelitian ini, yaitu:

1) bagaimana menyusun, menganalisis, dan melaksanakan kebijakan mutu di


SMAN 1 UMBULSARI dilaksanakan?

2) bagaimana menyusun perencanaan mutu yang dilakukan oleh SMAN 1


UMBULSARI ?

3) bagaimana strategi pelaksanaan mutu yang dilakukan oleh SMAN 1


UMBULSARI, dan

4) bagaimana pengawasan mutu yang dilaksanakan di SMAN 1 UMBULSARI ?


BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Manajemen Mutu Sekolah


Manajemen mutu sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan
pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep
ini diperkenalkan oleh teori effective school (Scheerens, Jaap, 2000, hlm.vii) yang lebih
memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan, diantaranya: 1) Pendidikan dan
Perkembangan (education and development); 2) Pertimbangan-pertimbangan
keadilan(equity considerations); 3) Kualitas pendidikan (quality of education); 4)
Struktur, administrasi dan manajemen pendidikan (structure, administration and
management of education); 5) Kurikulum (curriculum); 6) Biaya dan pendanaan
pendidikan (cost and financing of education); 7) Teknik-teknik dan pendekatan
perencanaan (planning techniques and approaches); 8) Sistem informasi, monitoring dan
evaluasi (information systems, monitoring and evaluation).
J. M. Juran W. E. Deming, (1995) dalam J. L. Ashford, (2003, hlm.5) bahwa
praktek-praktek pengelolaan sekolah yang membawa pesan baru sebagai berikut: 1)
Manajemen kualitas sangat penting untuk kelangsungan hidup organisasi dan komitmen
dari manajemen puncak; 2)Tanggung jawab utama untuk kualitas sesuai dengan
pekerjaan yang mereka lakukan. Pengendalian dengan inspeksi merupakan yang nilai
terbatas; 3) Untuk tanggung jawab untuk kualitas terletak pada lembaga penjaminan
mutu. Manajemen membuat sistem kontrol dan verifikasi dalam pekerjaan, dan mendidik
dan mengindoktrinasi tenaga kerja dalam mengaplikasikan pekerjaannya; dan 4) Biaya
pendidikan dan pelatihan untuk kualitas, dan biaya lain yang ditimbulkan oleh output
(produk gagal sedikit) maka kualitas produk yang lebih baik dan keuntungan yang lebih
tinggi.
Manajemen mutu sekolah adalah praktek-praktek pengelolaan sekolah dari input,
proses, dan output. hal ini mendorong munculnya pemikiran konsep manajemen mutu
sekolah (MMS). Di dalam implementasi manajmen mutu sekolah. Sekolah bertanggung
jawab untuk mengelola dirinya sendiri terkait dengan masalah administrasi, keuangan,
dan personil sekolah.

5
Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah warga sekolah
serta terlibat dalam proses perubahan sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip
manajemen mutu terpadu dengan menciptakan penghargaan di dalam sekolah itu sendiri
Sallis, Edward (2005, hlm. 2-3) mengemukakan mutu sekolah terbaik negeri/swasta yang
selalu mengedepankan kualitas dalam penyelenggaraan sekolah, antara lain adalah: a)
guru berprestasi; b) nilai-nilai moral yang tinggi; c) hasil pemeriksaan yang sangat baik;
d) dukungan dari orang tua, bisnis dan masyarakat setempat; e) sumber daya berlimpah;
f) penerapan teknologi terbaru; g) kepemimpinan yang kuat mencapai tujuan; h) focus
perhatian kepada siswa; dan j) kurikulum seimbang dan menantang.
Dengan demikian mutu sekolah jika memenuhi standar yang tertinggi dan tidak
dapat diungguli, sehingga mutu dianggap sesuatu yangi deal yang tidak dapat
dikompromikan, seperti kebaikan, keindahan, kebenaran. Mutu sekolah dalam konsep ini
menunjukkan keunggulan status dan posisi dengan mutu tinggi (high quality). Jika
dikaitkan dengan konteks manajemen mutu sekolah, maka konsep mutu absolut bersifat
elit karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang dapat memberikan pendidikan
denganhigh quality kepada peserta didik. Sedangkan sebagian besar lembaga pendidikan,
tidak dapat memberikan high quality (mutu tinggi) kepada siswanya. Jadi ada beberapa
konsep manajemen mutu sekolah tersebut, konsep mana yang dianut dalam praktek
penyelenggaraan sekolah?. Kalau dicermati dari praktek penyelenggaraan sekolah,
konsep di atas digunakan secara integrasi, baik mutu dalam pengertian absolut, relatif
(standar), maupun kepuasan pelanggan. Hal ini dapat dipahami bahwa manajemen mutu
sekolah merupakan program peningkatan kulitas lembaga/sekolah baik secara internal
maupun eksternal.

B. Pelaksanaan Mutu
Mohammed Ahmed Hamad Ahmed and Ahmed Gumaa Siddiek, (2008, hlm. 99)
dikutip dari Adrarrakka, (2006) bahwa strategi manajemen mutu sebagai proses yang
mengatur tujuan jangka panjang mutu dengan mendefinisikan kembali mutu. Hal ini jelas
bahwa strategi manajemen mutu fokus pada penyebab kegagalan dan kelemahan, upaya
dalam organisasi pendidikan. Karena setiap produk memiliki nilai yang terkait dengan
itu, maka perlu untuk menentukan proses-proses yang berhubungan dan mendukung
aktivitas setiap tahapan proses.
Manajer kualitas juga menentukan jumlah nilai tambah untuk setiap proses. Hasil
terfragmentasi untuk menciptakan visi yang disosialisasikan ke dalam organisasi
menggunakan representasi teknis, manajerial dan budaya. Dradjad Irianto, (2005, hlm.
23) mengutip dari Pettigrew (1997) mengemukakan model pelaksanaan manajemen mutu
sebagai proses perubahan internal dan konteks organisasi yang membentuk dan dibentuk
secara bergantian atau bersamaan.
Tiga dimensi penting dari perubahan (Pettigrew, A., Thomas, H dan R.
Whittington, 2002), dimensi pelaksanaan manajemen mutu dapat dibangun sebagai
melibatkan konten, konteks dan proses, seperti digambarkan pada
Dari gambar di atas dapat diilustarikan bahwa strategi pelaksanaan mutu manajemen
dipandang sebagai strategi bisnis yang menjanjikan. Feigenbaum (2003, hlm. 376-
383), cakupan strategi pelaksanaan mutu luas mencirikan, yaitu: (i) dukungan perubahan
perilaku karyawan, (ii) penting mempromosikan ide-ide manajemen, (iii) menegakkan
disiplin ekonomi kualitas biaya, (iv) menjembatani ide-ide perbaikan untuk mada depan,
(v) membantu universal yang berdasarkan fakta pengambilan keputusan, dan (vi)
mengukur hasil bisnis.

C. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa
disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Herujito (2006, hlm. 242) bahwa
pengawasan(controlling) sebagai elemen atau fungsi keempat manajemen ialah
mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Dalam praktek kita lihat, kegagalan suatu rencana atau aktivitas bersumber pada dua hal,
yaitu: a) akibat pengaruh di luar jangkauan manusia (force major); b) pelaku yang
mengerjakannya tidak memenuhi persyaratan yang diminta.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh Handoko, Hani
(2002, hlm. 159) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur
esensial proses pengawasan, bahwa:
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan–tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk
mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan
apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak
penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Jadi proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi
manajemen.
B. Purushothama, (2010, hlm. 59) menyatakan bahwa: “ Pengawasan mutu adalah
proses manajerial di mana kinerja proses aktual dievaluasi dan tindakan yang diambil
pada kinerja yang tidak biasa. Ini adalah proses untuk memastikan apakah mulai dari
input, pelaksanaan, dan output memenuhi standar yang telah ditetapkan dan tindakan
yang diperlukan diambil jika standar tidak terpenuhi”. Pengawasan mutu pendidikan
dapat dilaksanakan sejak input/masukan (siswa) masuk sekolah, mengikuti proses belajar
mengajar di sekolah dan hingga menjadi lulusan dengan berbagai kompetensi yang
dimilikinya”. Defenisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi
mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap,
cara, sistem, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer.
Pengawasan sangat penting dilakukan oleh lembaga pendidikan (sekolah) dalam kegiatan
operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan–penyimpangan
dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah sebelumnya.
BAB III
HASIL PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui studi kasus di SMA
Negeri 1 UMBULSARI. Untuk mengumpulkan data, peneliti melakukan:

a) pengamatan pada sekolah kesehariannya, baik dalam proses KBM maupun di luar kelas;

b) wawancara kepada, kepala sekolah, wakil bidang kurikulum, guru, putakawan, laboran
dan tenaga TU.

c) studi berbagai dokumen sekolah, yaitu rencana pengembangan sekolah, rencana kerja
tahunan sekolah, rencana kerja dan anggaran sekolah, penilaian guru, kegiatan sekolah,
administrasi guru, dan dokumen lainnya yang berkenaan dengan penyelenggaraan
sekolah Studi kasus kualitatif mempunyai karakteristik; (1) mempunyai latar belakang
alamiah, (2) manusia sebagai alat atau instrumen penelitian dapat lebih adaptabel; (3)
teori diambil dan dasar melalui analisis secara induktif; (4) laporan bersifat deskripsi; (5)
lebih mementingkan proses daripada hasil dan (6) desain penelitian bersifat sementara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan manajemen mutu pada SMA/MA
unggulan berlandaskan pada visi, misi, tujuan dan strategi peningkatan mutu sekolah
berkelanjutan (continous quality improvement) yang diawali dengan mutu input, proses,
dan output
B. Lokasi Observasi

Observasi ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Umbulsari kabupaten jember.

Struktur Organisasi SMA N 1 Umbulsari

Kepala Sekolah : Drs. Nukman, M.Si

Wakil Manajemen Mutu : Irwan Khalik, S.Pd, M.Si

Kepala Tata Usaha : Hasnah, S.Sos, MM

Wakil Bidang Kurikulum : Drs. Parendangan, M.Pd

Wakil Bidang Sarana : Irwan Khalik, S.Pd, M.Si

Wakil Bidang Kesiswaan : Misnawati, S.Pd, M.Si

Wakil Bidang Humas : Dra. Febria Suhatri, M.Si

C. Gambaran Kasus
Manajemen mutu sekolah adalah praktek-praktek pengelolaan sekolah dari input,
proses, dan output. hal ini mendorong munculnya pemikiran konsep manajemen mutu
sekolah (MMS). Di dalam implementasi manajmen mutu sekolah. Sekolah bertanggung
jawab untuk mengelola dirinya sendiri terkait dengan masalah administrasi, keuangan,
dan personil sekolah. Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah
warga sekolah serta terlibat dalam proses perubahan sekolah melalui penerapan prinsip-
prinsip manajemen mutu terpadu dengan menciptakan penghargaan di dalam sekolah itu
sendiri

.
D. Hasil Wawancara
Data yang didapat dari proses wawancara dan observasi adalah sebagai berikut :

NO PERTANYAAN JAWABAN

Apa nama lembaga penjamin Semenjak di hilangkan SBI tidak ada lagi penjamin
1 mutu di SMAN 1 Umbulsari ? mutu dan sekarang menjadi tanggung jawab bersama

Bagaimana implementasi Kurikulum merupakan program yang disediakan oleh


2 kurikulum dan pengajaran di lembaga pendidikan (sekolah) bagi peserta didik.
SMAN 1 UMBULSARI? Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar.

Bagaimana cara SMAN 1 Pendidik dan Tenaga Kependidikan. SMAN 1


3 Umbulsari meningkatkan UMBULSARI sekolah menetapkan standar yang
tenaga pendidik yang berbeda untuk guru-guru. SMAN 1 UMBULSARI
berkualitas ? sebagai ujung tombak kegiatan pembelajaran, dan
dalam rangka meningkatkan kompetensi pendidik
dilakukan berbagai upaya, antara lain: pertama,
meningkatkan kualifikasi akademik; kedua,
optimalisasi kegiatan MGMP intern; ketiga,
pemberdayaan guru (empowerment of teachers)
dengan workshop penyusunan perangkat
pembelajaran pada kegiatan IHT, pelatihan bahasa
inggris bagi guru dan karyawan, dan pelatihan
pembelajaran berbasis TIK dan E-learning; keempat,
memberi kesempatan kepada guru melanjutkan
kuliah S1 ke S2; kelima, membentuk dan
mengaktifkan kelompok belajar dengan pengawasan
dari guru. kualifikasi minimal guru
Bagaimana cara SMAN 1 Peserta Didik. SMAN 1 UMBULSARI Mutu peserta
4 Umbulsari menciptakan peserta didik focus pada sasaran mutu input saja
didik yang berkualitas ? (persyaratan, mekanisme seleksi, dll), proses
(kurikulum, PBM, pengawasan dan penilaian)
diarahkan pada penyelarasan kurikulum ITB, output
(kelulusan, melanjutkan) diarahkan pada jalur
undangan dan untuk jarus tes tidak ada yang berhasil,
outcome (penelusuran lulusan dan penyaluran
lulusan) belum tertata dengan baik. Salah satun
program dengan diadakannya wisuda hafiz alquran
tiap satu kali setahun.

E. Hasil Observasi

Pelaksanaan Mutu pada SMAN 1 UMBULSARI

1) Implementasi Kurikulum dan Pengajaran. Untuk kurikulum SMAN 1 UMBULSARI


mengukuhkan dirinya sebagai sekolah mantan SBI, dimana formulasi standar
penyelenggaraan pendidikannya menggunakan rumus SNP + X. SNP adalah standar
nasional pendidikan, dan +X adalah standar pendidikan di suatu negara maju atau yang
termasuk negara-negara OECD (Organization for Economic Co-operation and
Development) jika mengaju pada pedoman SBI yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kurikulum adalah program yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi
peserta didik. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan (Hamalik, Oemar, 2005.hlm. 65).

2) Pendidik dan Tenaga Kependidikan. SMAN 1 UMBULSARI sekolah menetapkan


standar yang berbeda untuk guru-guru. SMAN 1 UMBULSARI sebagai ujung tombak
kegiatan pembelajaran, dan dalam rangka meningkatkan kompetensi pendidik dilakukan
berbagai upaya, antara lain: pertama, meningkatkan kualifikasi akademik; kedua,
optimalisasi kegiatan MGMP intern; ketiga, pemberdayaan guru (empowerment of
teachers) dengan workshop penyusunan perangkat pembelajaran pada kegiatan IHT,
pelatihan bahasa inggris bagi guru dan karyawan, dan pelatihan pembelajaran berbasis
TIK dan E-learning; keempat, memberi kesempatan kepada guru melanjutkan kuliah S1
ke S2; kelima, membentuk dan mengaktifkan kelompok belajar dengan pengawasan dari
guru. kualifikasi minimal guru S.1, melanjutkan S.2 sesuai dengan bidang yang diampu,
meningkatkan MGMP. Pengembangan tenaga kependidikan dengan diikutsertakan dalan
diklat sesuai dengan tupoksinya. Dari semua jumlah guru 79 orang kualifikasi S.1 100%
dan sekitar 30% S.2 mengajar bukan sesuai dengan kualifikasi keahliannya. Untuk
meningkatkan kualitas/mutu pendidik dan tenaga kependidikan setiap sekolah biasanya
mempunyai cara yang berbeda-beda, hal ini dijelaskan Danim, (2006, hlm. 53) bahwa:
Pada dasarnya kualitas sama dengan mutu. Pengertian mutu pada konteks pendidikan
mengacu pada masukan, proses, keluaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat
dari berbagai sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia
seperti kepala sekolah, guru, staf tatausaha dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya
kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku kurikulum, sarana dan prasarana
sekolah. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak,
seperti peraturan struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur organisasi. Keempat,
mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan dan
cita-cita.

3) Peserta Didik. SMAN 1 UMBULSARI Mutu peserta didik focus pada sasaran mutu
input saja (persyaratan, mekanisme seleksi, dll), proses (kurikulum, PBM, pengawasan
dan penilaian) diarahkan pada penyelarasan kurikulum ITB, output (kelulusan,
melanjutkan) diarahkan pada jalur undangan dan untuk jarus tes tidak ada yang berhasil,
outcome (penelusuran lulusan dan penyaluran lulusan) belum tertata dengan baik. SMAN
1 UMBULSARI mutu input dengan program akselerasi yaitu program memiliki
kemampuan akademik di atas rata-rata, program bilingual yang diperuntukkan bagi
siswa-siswa yang akan melanjutkan studinya di luar negeri. Seleksi untuk SMP juga
secara bertahap menerapkan materi training tahun 2019 ini untuk memulai lebih awal
dengan bilingual class dengan konsentrasi pelajaran sains dan matematika dalam bahasa
Inggris per tahun 2019, mengikuti seniornya.
Program bilingual bagi siswa SMP Negeri/Swasta. SMAN 1 UMBULSARI
untuk meningkatkan mutu input dengan kepuasan perseta didik dan orang tua sebagai
user (pengguna), madrasah menyediakan layanan khusus yang juga tentu sangat berkaitan
erat dengan peningkatan mutu siswa. Perubahan yang terjadi dalam seluruh dimensi yang
ada dalam diri siswa yakni dimensi fisik, dimensi psikologi, dimensi sosial, dimensi
kognitif (berpikir), dan dimensi spiritual. Sasaran mutu input (persyaratan, mekanisme
seleksi dll), proses (kurikulum, PBM, Pengawasan dan penilaian), output (kelulusan,
magang kerja dan penyaluran tenaga kerja), outcome (penelusuran lulusan dan
penyaluran lulusan) pada setiap sekolah ada komitmen dan kebijakannya. Hal ini
dijelaskan oleh Suparno (2001, hlm. 27) mengemukakan kompetensi diartikan sebagai
“kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas” atau sebagai “memiliki
keterampilan dan kecakapan yang diisyaratkan”. Dalam pengertiannya yang luas
dijelaskan bahwa setiap cara yang digunakan dalam pelajaran yang ditujukan untuk
mencapai kompetensi adalah untuk mengembangkan manusia bermutu yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan, kata kompetensi
dipilih untuk menunjukkan tekanan pada “kemampuan mendemonstrasikan
pengetahuan”.

4) Lulusan. SMAN 1 UMBULSARI dalam mutu lulusan sangat tinggi, dengan


kelulusan 100% setiap tahun dari seluruh mata pelajaran baik program IPA dan IPS,
tingkat kelulusan tersebut terletak pada proses pembelajaran khususnya (matematika,
fisika, biologi, dan kimia) menyelaraskan kurikulum ITB, begitu juga pada ouput dengan
pembimbingan dari dosen-dosen ITB untuk jalur undangan SNMPTN hasilnya sangat
memuaskan 65% masuk ITB, lain halnya dengan seleksi tidak menggunakan jalur
undangan hasilnya tidak memuaskan. Berbeda dengan SMAN 1 UMBULSARI dengan
intensitas yang sangat tinggi dan besarnya minat siswa dalam proses pembelajaran
menyebabkan lulusan peserta didik tinggi. Capaian kelulusan 100% setiap tahun baik
program nasional maupun program CIP, hampir 95% masuk ke universitas favorit baik
lokal maupun internasional sehingga program seperti beasiswa dan pendaftaran siswa
baru untuk para peserta didik dapat diprioritaskan. Menghasilkan lulusan yang brilian
dalam bidang akademik (UN, CIE, OSN, dll) maupun non akademik. Sesuai dengan
permendiknas 23 tahun 2006 tentang SKL.
Pada dasarnya mutu lulusan 100% dan dibekali kompetensi CIP menjadi
unggulan. Selama tiga tahun terkahir lulus UN 100% dan hampir 95% melanjutkan ke
PTN/S (ITB, UI, UGM, BINUS). SMAN 1 UMBULSARI kompetensi lulusan tiap mata
pelajaran tingkat kelulusan 100% dan dibekali dengan skill yang sudah dipersiapkan
dengan berbagai keerampilan untuk memasuki dunia kerja, malah dalam program PKL
siswa magang dibeberapa perusahaan, BLK dan yang lainnya, anggaran dari pemerintah
setiap siswa 2,5 jt. Siswa yang belum lulus sudah di tawari untuk bekerja bahwa
masyarakat sudah percaya dengan mutu madrasah. Hal ini, sejalan dengan yang
dikemukakn oleh Khaeruddin & Junaedi dkk, (2007, hlm. 58) bahwa kompetensi lulusan
adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan. Madrasah yang diharapkan oleh masyarakat luas sebagai
wahana formal harus mampu menjawab persoalan zaman dan harus memiliki standar
kompetensi lulusan.

5) Sarana Prasarana. proses pembelajaran megoptimalisasikan fasilitas sarana prasarana


pendidikan dengan nara sumber yang ada SMAN 1 UMBULSARI, yaitu 1) memakai dan
memanfaatkan alat peraga yang ada dalam KBM, 2) media pembelajaran inovatif,
mengfungsikan laboratorium untuk praktek, 4) memanfaatkan perpustakaan sebagai
sumber belajar, menggunakan ruang audio visual dalam KBM. Pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan dilakukan secara kontinu dan secaraberkala sesuai dengan jenis
sarana dan prasarana pendidikan yang ada, kegiatantersebut dilakukan oleh semua
komponen Sekolah termasuk komite dan masyarakat sekitar. SMAN 1UMBULSARI
mengoptimalisasikan fasilitas sarana prasarana pendidikan dengan nara sumber yang ada
di SMAN 1 UMBULSARI, yaitu 1) memakai dan memanfaatkan alat peraga yang ada
dalam KBM, 2) media pembelajaran inovatif, mengfungsikan laboratorium untuk
praktek, 4) memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar, menggunakan ruang
audio visual dalam KBM. Terwujudnya penyediaan sarana dan prasarana di sekolah
adalah untuk tercapainya tujuan pembelajaran bagi terselenggaranya proses pendidikan
secara efektif dan efesien. Sarana dan prasarana atau fasiltas madrasah cukup lengkap
seperti laboratorium, perpustakaan dan lain-lain. SMAN 1 UMBULSARI memiliki
fasilitas laboratorium dan perpustakaan yang relatif memadai. Dengan memenuhi seluruh
standar sarana dan prasarana yang telah ditetapkan diharapkan sekolah tetap
mengedepankan kualitas proses pembelajaran agar sarana dan prasarana yang telah
dimiliki dapat dipergunakan secara optimal dan dapat dipelihara sebaik-baiknya oleh
pihak sekolah sesuai dengan standar yang ada (Departemen Pendidikan Nasional, 2007,
hlm. 13)

7) Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. keterlibatan masyarakat dalam


penyelenggaraan pendidikan terbagi kedalam dua kelompok keterlibatan, pertama
keterlibatan dalam proses pembelajaran, kedua dalam proses manajemen sekolah.
Keterlibatan dalam kegiatan belajar mengajar yang melibatkan komponen pimpinan
sekolah (komponen manajemen sekolah), guru perserta didik, dan masyarakat serta
alumi, tidak menyentuh pada subtansi sasaran mutu: 1) masyarakat (orangtua) belum
secara optimal dalam pelayanan dan kebutuhan pada proses, dan output (SMAN 1
UMBULSARI); 2) SMAN 1 UMBULSARI selelau memberikan pelayanan dan
kebutuhan masyarakat/orangtua baik pada proses, maupun output; 3) SMAN 1
UMBULSARI kterlibatan masyarakat/orangtua sangat dekat untuk memberikan
pelayanan dan kebutuhan proses dan outputnya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Khadiyanto (2007, Hlm. 31) merumuskan
bahwa: “...partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan/pelibatan masyarakat dalam
kegiatan pelaksanaan pembangunan dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan serta mampu untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan
untuk menanggapi, baik secara langsung maupun tidak langsung sejak dari gagasan,
perumusan kebijaksanaan hingga pelaksanaan program”. Hal ini mempertegas pendapat
Keith Davis (dalam Sastropoetro,1988, hlm. 16) bahwa bentuk partisipasi masyarakat
adalah berupa (a) konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa, (b) sumbangan spontan berupa
uang dan barang, (c) mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal
dari sumbangan individu/instansi yang berada di luar lingkungan tertentu (pihak ketiga),
(d) mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat,
(e) sumbangan dalam bentuk kerja, (f) aksi massa, (g) mengadakan pembangunan di
kalangan kuluarga desa mandiri dan (h) membangun proyek komuniti yang bersifat
otonom.
D. Pengawasan Mutu pada SMA N 1 UMBULSARI

1) Pelaksanaan manajemen mutu.

a) SDM terhadapa manjemen mutu sekolah. Ketiga sekolah/madrasah proses penjaminan


mutu terkendala pada SDM, namun anggaran untuk peningkatan mutu tetap harus
dilaksanakan kalau tidak dilaksanakan akan memiliki dampak komprehensif terhadap
faktor-faktor peningkatan mutu pada komponen lainnya untuk meningkatkan mutu
kinerja sekolah. Pertama, menjadi beban bagi sebagain pendidik dan tenaga kependidikan
(SMAN 1 UMBULSARI); kedua, pengembangan sistem manajemen mutu SNP plus dan
CIE; ketiga, sistem manajemen mutu SNP plus dan model keterampilan (SMAN 1
UMBULSARI). Penjaminan mutu sekolah belum sepenuhnya sebagai proses perbaikan
terus menerus yang harus diterima secara terbuka, proses audit menjadi suatu beban dan
menjenuhkan karena setiap semester dilakukan audit internal dan sistem informasi
manajemen (SIM); b) komponen input yang diharapkan meningkatkan pengawasan mutu
sekolah. Masing-masing sekolah/madrasah memiliki visi yang jauh kedepan. SMAN 1
UMBULSARI memiliki visi yaitu menjadi sekolah berbasis riset terdepan dalam
pembentukan karakter unggul dalam imtak dan iptek.. Sekolah menyatakan dengan jelas
tentang keseluruhan kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu sekolah yang berkaitan dengan
mutu kemudian disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam
pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai pada kepemilikan karakter mutu oleh
warga sekolah. Memiliki kebijakan mutu, visi, misi, tujuan, dan sasaran mutu, memiliki
harapan prestasi yang tinggi, dan fokus pada pelanggan (khususnya peserta didik)..
Kebutuhan pelanggan khususnya peserta didik, merupakan fokus semua kegiatan
sekolah, input proses pelanggan di sekolah utamanya untuk meningkatkan mutu dan
kepuasan peserta didik dalam pelayanan. Memiliki kebijakan mutu, tujuan, dan sasaran
mutu, memiliki harapan prestasi yang tinggi, dan fokus pada pelanggan (khususnya
peserta didik); c) komponen proses yang diharapkan meningkatkan pengawasan mutu
sekolah. Ada enam komponen yang ditemukan dalam penelitian yang dianggap mampu
membangun manajemen mutu proses di sekolah, yaitu: 1) proses belajar pengajar; 2)
kepeimpinan; 3) manajemen dan organisasi; 4) kerjasama strategis; 5) budaya mutu dan
iklim sekolah; dan 6) keterlibatan warga sekolah dan stakeholders. Permasalahan dalam
komponen output yang diharapkan. Akademik.
Kinerja akademik yang ditemukan dalam output pendidikan di tiga
sekolah/madrasah tersebut, yaitu capai hasil belajar peserta didik, kelulusan, nilai UN,
karya akademik, dan prestasi akademik. Ouput tersebut sudah cukup lengkap mewakili
semua komponen idela output pendidikan. Jika mengacu pada domain prestasi peserta
didik yang ditawarkan oleh Hargreaves (dalam Cttance, 1992, hlm. 72) dimana
menawarkan 4 jenis domain yaitu; 1) knowledge acuisition/expression; 2) knowledge
application/problem solving; 3) personal and social skill; dan 4) motivation and
committiement. Dan Non alademik. Ketiga sekolah/madrasah untuk capaian kualitas non
akademik meliputi perubahan sikap sebagai hasil dari belajar, keterlibatan dan partisipasi
peserta didik dalam proses pendidikan itu sendiri, serta prestasi non akademik. Berangkat
dari dimensi capaian hasil belajar di sekolah menurut Hargraves di atas (dalam Cuttance,
1992, hlm. 72) , ada dua dimensi yaitu, personal and social skill dan motivation and
committement merupakan dimensi dari capaian non akademik peserta didik/lulusan

2) Mekanisme monitoring dan evaluasi.

a) proses pelaksanaan monitoring. SMAN 1 UMBULSARI menetapkan tugas, tanggung


jawab, wewenang dan kualifikasi untuk masing-masing personal yang menangani yang
saling terkait dan saling berpengaruh satu sama lain agar pelaksanaan dapat berjalan
secara efektif. Sedangkan SMAN 1 UMBULSARI menetapkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan kualifikasi untuk masing-masing personal yang saling terkait dan saling
berpengaruh satu sama lain agar pelaksanaan penerapan SNP dapat berjalan secara
efektif. Dan SMAN 1 UMBULSARI menetapkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan
kualifikasi untuk masing-masing personal pada SPM yang saling terkait dan saling
berpengaruh satu sama lain agar pelaksanaan penerapan SPM dapat berjalan secara
efektif;

b) pelaksanaan monitoring. SMAN 1 UMBULSARI selalu memeriksa hasil, wawancara


dan pengamatan lapangan oleh WMM dan para wakasek untuk memastikan bahwa
sistem telah berjalan secara efektif. Apabila ditemukan kendala dan ketidaksesuaian
dalam penerapan, dilakukan tinjauan dan perbaikan sistem dengan segera, sehingga
dampaknya tidak semakin luas. pelaksanaan evaluasi dan monitoring dilakukan audit
mutu internal oleh WPN bersama-sama oleh unit atau bidang secara berkala minimal
satu kali dalam setahun. Dan SMAN 1 UMBULSARI upaya sistematis yang dimotori
oleh sistem Penjaminan Mutu (SPM) untuk peningkatan mutu berkelanjutan;

c) evaluasi. SMAN 1 UMBULSARI melakukan evaluasi proses dan output dengan


memberikan guru mendapat angket, namun selain melalui angket juga diperlukan melalui
komunikasi langsung, karena angket terbatas, sedangkan dengan komunikasi kita dapat
memberikan masukan-masukan dengan lebih terbuka dengan semua guru, namun yang
paling sering memberikan masukan tentunya dari Guru BK. Evaluasi dilakukan dengan
menganalisis data-data pada proses manajemen termasuk dokumen hasil dan termasuk
juga data angket, yang kemudian menjadi dasar dan atau bahan pada rapat internal unit
dan bidang kemudian pada rapat tinajauan mutu tingkat sekolah. George R. Terry dan
Leslie W. Rue, (2009, hlm. 232) mengeemukakan bahwa: “....ada pula yang mengartikan
bahwa pengendalian yaitu mengevaluasikan pelaksanaan kerja dan memperbaiki apa
yang sedang dikerjakan untuk menjamin tercapainya hasil-hasil menurut rencana”
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen mutu sekolah adalah praktek-praktek pengelolaan sekolah dari input,


proses, dan output. hal ini mendorong munculnya pemikiran konsep manajemen mutu
sekolah (MMS). Di dalam implementasi manajmen mutu sekola ada upaya untuk menjadi
lebih baik di SMAN 1 Umbulsari pelaksanaan nya seperti :
1. Mendatangkan pelatih dari luar sekolah untuk mengadakan diklat bagi guru
2. Melengkapi fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan sekolah.

B. Saran

Agar SMA Negeri 1 Umbulsari lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas dari fasilitas
yang digunakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, S. Jerome. (2006). Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan


Tata Langkah Penerapan. Penerjemah: Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Bafadal, Ibrahim. (2003). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, dari


Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. (2011). Adminstrasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Denim, Sudarwan. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Departemen Pendidikan Nasional. (2001).Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis


Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Mulyasa, E. (2003), Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi.


Umbulsari: PT Remaja Rosyda Karya.

Anda mungkin juga menyukai