Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih
menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Secara sederhana, kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk


berfikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Dengan demikian dapat dipahami perkembangan kognitif adalah salah
satu aspek perkembangan pesertadidik yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaiman
acar individu mempelajari dan memikirkan lingkungan.

Jean Piaget adalah seorang ilmuawan yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasrkan
sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan
aliran konstructive (constructivism). Teori perkembangan Piaget adalah salah
satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek-objek dan kejadian yang terjadi di sekitar anak.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga
berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh.
Piaget percaya bahawa pemikiran1 anak-anak berkembang menurut tahap-tahap
2

atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Teori Piaget merupakan


akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental.
Havighurst melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang
beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas
perkembangan yang khusus. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan
kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya
sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Selanjutnya Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu
sebagai berikut: Bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila
tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan
dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan
tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau
keterampilan yang seyogianya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau
fase perkembangannya. Havighurst lebih menekankan pada perkembangan
remaja yang sangat besar pengaruhnya terhadap karir/pekerjaan, hidup yang
serius, serta focus pada keluarga.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori perkembangan Piaget?
2. Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan kognitif piaget?
3. Apa Teori Perkembangan menurut Havighurst?
4. Apa Tugas-tugas Perkembangan Menurut Havighurst?

C. Tujuan
1. Mengetaui teori perkembangan kognitif piaget.
2. Mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget.
3. Mengetahui Teori Perkembangan menurut Havighurst
4. Mengetahui Tugas-tugas Perkembangan Menurut Havighurst
3

BAB II
PEMBAHASAN.

A. Teori Perkembangan Kognitif Piaget


. Piaget merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasrkan
sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan
aliran konstructive (constructivism)

Aliran structural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat pandanganya


tentang intelegensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan
yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif
terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun
kemampuan kognitif melalui interaksi dengan dunia di sekitarnya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)


kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu
hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial,
yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam
diri organisme agar dia selalu mempu mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

1. Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak


memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan
membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu
akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung
dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan
dan kegiatan belajar sendiri.

2. Pengalaman

Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan


baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan
4

pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman


tersebut.

3. Interaksi Sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman


fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif

4. Ekuilibrasi

Proses pengaturan diri dan pengoreksi dirin, mengatur interaksi spesifik


dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial
dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan
secara terpadu dan tersusun baik.

Semua oerganisme dilahirkan dengan suatu kecenderungan untuk


beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkunganya. Cara individu beradaptasi
berbeda bagi setiap individu. Adaptasi terjadi dalam atau melalui suatu proses,
yaitu asimilasi dan akomodasi.
1. Asimilasi

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema


yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Sebagai contoh anak-anak telah
mengenali ciri-ciri yang terdapat pada burung seperti bersayap dan dapat terbang.
Pemahaman baru ini akan dapat diterima dan akan masuk ke dalam skemabaru
anak-anak. Pada saat anak-anak melihat seekor burung merpati yang masih
memenuhi ciri-ciri tersebut, pemahaman ini akan ditambahkan ke skema burung.

2. Akomodasi
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan
atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema
yang baru. Sebagai contoh anak-anak yang memahami skema burung tadi
menjumpai ayam yang bersayap. Dalam skemanya menyerupai kelompok
5

keluarga burung tetapi tidak terbang. Dengan pengalaman baru ini anak-anak
perlu mengakomodaikan pemahaman yang ada kedalam skema yang baru bahwa
semua burung pada umumnya dapat terbang tetapi ada pengecualian fakta karena
ada burung yang tidak dapat terbang.
Dalam perkembangan kognitif diperlukan keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi. Proses ini disebut dengan ekuilibrium, yaitu pengaruh diri secara
mekanisme yang diperlukan untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan
akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadan disekuilibrium ke
ekuilibrium. Ekuilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya (skema)..Apabila terjadi keseimbangan maka
seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan baru dengan asimilasi dan
akomodasi. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan
belajar. Konsep ini menjelaskan tentang perlunya pendidik memilih dan
menyesuaikan materi pembelajaran yang berbijak dari ide dasar yang diketahui
oleh anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas, misalnya
dalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam
menghadapi pengalaman yang lebih kompleks (Asmawati, 2008:1.23)

B. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama


serta berkembang semakin canggih seiring pertambahan usia. 4 periode utama
tersebut meliputi: periode sensorimotor (usia 0-2 tahun), periode praoprasional
(usia 2-7 tahun), periode oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), periode
operasional formal (11 tahunsampai dewasa).

1. Periode Sensorimotor (Usia 0–2 Tahun)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Bayi
memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam
bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian
berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan
(Sunarto, 2008:24)
6

Piaget membagi periode sensorimotor dengan 6 tahapan subfase, berikut


penjelasanya:

Sensorimotor (0-2 tahun)


No Periode Implikasi
1 Reflexes Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks,
(umur 0-1 bulan) spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan

Contoh:
refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan
dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-
lain.
2 Primary Circular Reaction Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan
(umur 1-4 bulan) mengulang-ulang suatu tindakan

Contoh:
seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap
jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya
ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan akhirnya
bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan
kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan
mengisap ibu jari
3 Secondary Circular Reaction Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan
(umur 4-8 bulan) memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya

Contoh:
seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan diberi
mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang.
Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia
mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka,
ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang
sama
4 Coordinatory of Secondary Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan
Reaction hasil tindakannya.
(umur 8-12 bulan)
Contoh:
seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di
dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan
menggunakannya untuk menggapai mainan tersebut
5 Tertiary Circular Reaction Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru
(umur 12-18 bulan) untuk mencapai tujuan dengan eksperimen

Contoh:
anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia
akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan
memakannya.
6 Symbolic Thought Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara
(umur 18-24 bulan) baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal
dalam gambarannya
7

Sensorimotor (0-2 tahun)


No Periode Implikasi
Contoh:
Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak
berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi
diseberangnya. Ia pergi di sisi lain dan
memindahkan kursi yang menghambat tersebut,
padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut,
6 tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila
Symbolic Thought penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada
(umur 18-24 bulan) dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak
melihat.

2. Periode Praoperasional (Usia 2–7 Tahun)


Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangaun
kemampuanya dalam menyusun pikiranya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada
fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoprasional dapat
dibagi menjadi 3 subfase, yaitu subfase berpikir secara simbolis, subfase berfikir
secara egoisentris dan subfase berpikir secara intuitif.

a. Subfase Fungsi Simbolis (Usia 2-4 tahun)

Anak mulai memahami bahwa pemahamnya tentang benda-benda di


sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan
tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan
simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau
berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainya. pada masa
ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang
secara fisik tidak hadir. Misalnya anak dapat menggambar manusia secara
sederhana. Biasanya pada subfase ini anak menggambar manusia lidi, jadi
menggambar hanya menggunakan simbol-simbol saja.

b. Subfase Berpikir Secara Egoisentris (Usia 2-4 tahun)

Anak berpikir secara egoisentris ditandai oleh ketidakmampuan anak


untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar,
bagi anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut
dengan istilah egoisentris.

c. Subfase Berpikir Secara Intuitif (usia 4-7 tahun)


8

Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena. Tahap ini adalah
tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran
logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia
mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra
operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan
panjang, kekekalan materi, luas, dll. ciri-ciri anak pada tahap ini juga belum
memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan
atau masih belum maksimal terhadap konsentrasi (contration), animism (Nafisah:
2014)

Concentration:

Anak tidak dapat memberi alasan perpindahan kereta, anak hanya fokus
keadaan kereta yang statis bukan perpindahan. Dengan kata lain anak belum
memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada di balik
suatu kejadian.

3. Periode Operasional Konkrit (usia 7–11 tahun)

Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis
dengan bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami
konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu
memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak
pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi
hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit).
9

Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih
mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.

Contoh:

Pada peringkat ini anak sudah menguasai segi kekekalan atau conservation
adalah suatu kuantiti yang tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan di
dalam kewujudanya atau apareance jika menunjukkan empat kelereng dengan
susuna lurus dengan kelereng yang diletakkan secara acak maka anak pada masa
oprasionalkonkrit akan mengatakan bahwa kuantitas dari kelereng itu sama.
Sedangkan anak pada mas praoprasional akan mengatakan bahwa kelerengyang
disusun secara acak memiliki kuantitas lebih banyak.

4. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret
tidak diperlukan lagi. Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara
abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai
kemungkinan (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46).
Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan
pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan
dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan
hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep persepsi.
10

C. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam


Pembelajaran AUD
Anak usia dini belajar melalui acive learning, metode yang digunakan
adalah memberikan pertanyaan kepada anak dan membiarkan berpikir/bertanya
pada dirisendiri, sehingga hasil belajar yang didapat merupakan konstruksi anak
tersebut. Karena anak pada dasarnya memiliki kemampua untuk membangun dan
mengkreasikan pengetahuan sendiri, sehingga sangat penting bagi anak untuk
terlibat langsung dalam proses belajar. Piaget juga menjelaskan pengalaman
belajar anak lebih banyak didapat dengan cara bermain, melakukan percobaan
dengan objek nyata, dan melalui pengalan konkret. Anak mempunyai kesempatan
untuk mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide.
Implikasi perkembangan kognitif dalam proses pembelajaran yang efektif
dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1. Aktivitas di dalam proses belajar mengajar hendaknya ditekankan pada
pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak
untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung
makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang
terjadi pada lingkungan anak (tumbuh-tumbuhan, air, binatang).
Menggambar, menggunting dan lain-lain yang dikaitkan dengan
pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan
pengembangan bahasa, baikbahasa lisan , membaca atau menulis.
2. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya
memberikan jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan
menemukan jawaban yang benar
3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan
yang dapat membangun kemampuan kognitifnya. Misalnya mengubah
objek-objek yang disajikan secara nyata kedalam bentuk lain misalnya
gambar
4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir
dan mengemukakan pikiranya.
11

Untuk membangun pengetahuan pada anak diperlukan metode


pembelajaran yang tepat agar pengetahuan yang dibangun oleh anak dapat
terinternalisasi dengan baik, metode tersebut antara lain:
1. Metode praktik langsung, melalui kegiatan praktik langsung diharapkan anak
akan dapat pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek
2. Metode cerita, anak akan mendapat pengetahua tentang bagaiman cara
menyampaikan pesan pada orang lain agar orang lain mampu memahami
pesan-pesan yang ingin disampaikan
3. Metode tanya jawab, membangun pengetahuan melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan sehingga anak dapat menjawab dan membuat
pertanyaan sesuai informasi yang ingin diperoleh
4. Metode proyek, memberikan kesempatan kepada nak untuk melakukan
eksplorasi pada lingkungan sekitar sebagai proyek belajar
5. Metode bermain peran, anak dapat mengembangkan pengetahuan sosial
karena dituntut untuk mempelajari dan memperagakan peran yang akan
dimainkan
6. Metode demonstrasi, menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan
kejadian, proses dan peristiwa

D. Teori Perkembangan menurut Havighurst


Havighurst (1953). Mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang
ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi. Secara garis besar
Havighurst menengaskan bahwa tugas-tugas perkembangan yang dilakukan
seseorang pada masa kehidupan tertentu adalah disesuaikan dengan norma-
norma sosial serta norma-norma kebudayaan.Tugas-tugas perkembangan
dituntut adanya korelasi antara potensi diri dan pendidikan yang diterima anak,
serta norma-norma sosial budaya yang ada.
Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan
individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu, dan apabila berhasil
mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal
akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan
selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
12

Yang menjadi sumber dari tugas-tugas perkembangan menurut


Havighurt adalah:
1. Kematangan fisik
2. Tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai
3. Aspirasi individu

E. Tugas-tugas Perkembangan Menurut Havighurst


Havighurst telah mengenal lima tempo usia utama:
1. Peringkat permulaan dan awal alam kanak-kanak (0-5 tahun):
a. Belajar berjalan
b. Belajar makan makanan padat
c. Belajar berbicara
d. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
e. Mencapai stabilitas fisiologik
f. Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan
social
g. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang
lain
h. Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta
mengembangkan kata hati.
2. Peringkat pertengahan kanak-kanak (6-12 tahun) :
a. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
b. Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai
organism yang sedang tumbuh
c. Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
d. Belajar peranan jenis kelamin
e. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis,
dan berhitung
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna
keperluan kehidupan sehari-hari
g. Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
h. Belajar membebaskan ketergantungan diri
13

i. Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-


lembaga
3. Remaja (13-18 tahun),
a. Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara
efektif
b. Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
c. Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung
jawab social
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya
e. Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-
anak laki-laki
f. Perkembangan skala nilai
g. Persiapan mandiri secara ekonomi
h. Pemilihan dan latihan jabatan
i. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
4. Kedewasaan awal (19-29 tahun),
a. Mulai bekerja
b. Memilih pasangan hidup
c. Belajar hidup dengan suami/istri
d. Mulai membentuk keluarga
e. Mengasuh anak
f. Mengelola/mengemudikan rumah tangga
g. Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
h. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5. Masa usia madya/Dewasa madya
a. Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan
fisiologi
b. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai
individu ·
c. Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa
yang bertanggung jawab dan berbahagia ·
14

d. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan


dalam karir pekerjaan ·
e. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang
yang dewasa ·
f. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara
penuh.
F. Perkembangan Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa belajar untuk tumbuh dan berkembang dari
anak menjadi dewasa. Masa belajar ini disertai dengan tugas-tugas, yang
dalam istilah psikologi dikenal dengan istilah tugas perkembangan. Istilah
tugas perkembangan digunakan untuk menggambarkan harapan masyarakat
terhadap suatu individu untuk melaksanakan tugas tertentu pada masa usia
tertentu sehingga individu itu dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Menurut Havighurst, tugas-tugas perkembangan seorang remaja adalah
sebagai berikut :
1. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya
secara lebih efektif. Walaupun kedengarannya sederhana dan mudah
diucapkan, menerima keadaan fisik diri sendiri sering kali menjadi
masalah yang cukup besar bagi remaja. Banyak di antara kita yang
sulit menerima kenyataan bahwa kita berkulit gelap atau tidak setinggi
dan selangsing teman sebaya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya. Usaha untuk mencapai kemandirian emosional bisa
membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat
dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan
emosional, pertentangan pendapat ini sering kali membuat remaja
menjadi pemberontak di rumah.
3. Mencapai suatu hubungan dan pergaulan yang lebih matang antara
lawan jenis yang sebaya. Sehingga, remaja akan mampu bergaul secara
baik dengan kedua jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan.
4. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin. Peran sosial
yang dimaksud di sini adalah seperti yang diharapkan masyarakat, dan
15

bergeser sesuai dengan peralihan zaman. Apabila pada zaman dahulu


secara sosial dianggap baik bila laki-laki mencari nafkah di luar rumah
sedangkan perempuan mengurus rumah tangga, dengan timbulnya
kesadaran akan kesetaraan jender sekarang ini tidak harus demikian
5. Berperilaku sosial yang bertanggung jawab.
6. Mempersiapkan diri untuk memiliki karier atau pekerjaan yang
mempunyai konsekuensi ekonomi dan finansial. Belajar bekerja juga
merupakan hal yang perlu dilakukan oleh remaja, betapapun kecil
penghasilan yang diperoleh. Dengan demikian, diharapkan pada
saatnya nanti kita bisa siap terjun dan bekerja di masyarakat.
7. Mempersiapkan perkawinan dan membentuk keluarga.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.
Keberhasilan remaja melaksanakan tugas perkembangan ini ditandai
dengan, misalnya, kesuksesannya meredam serta mengendalikan
gejolak emosi maupun seksualnya sehingga dapat hidup sesuai dengan
norma dan etika yang berlaku. Untuk dapat memperoleh konsep diri
yang memegang seperangkat nilai ini, remaja dapat memiliki role
model atau seseorang yang dijadikan tokoh idola yang tingkah lakunya
kemudian diteladani.

G. Perkembangan Masa Dewasa


Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana usia sudah berkisar
ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa merupakan periode yang penuh
tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana mempersiapkan
masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki dunia pekerjaan dan
masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan punya keturunan dan masa usia
matang, masa penentuan kehidupan, dan prestasi kerja di masyarakat, masa
merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa kebal, masa jaya dan masa
merasakan hasil perjuangan .
16

Teori perkembangan Havighurst telah diringkas dalam tujuh perkembangan


untuk orang dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut
meliputi:
1. Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa
2. Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan
3. Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan bahagia
4. Mengembangkan aktivitas luang
5. Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu
6. Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia
pertengahan
7. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.

H. Tahap-tahap perkembangan
1. Perkembangan fisiologis
Perubahan ini umumnya terjadi antara usia 40-65 tahun. Perubahan
yang paling terlihat adalah rambut beruban, kulit mulai mengerut dan
pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi selama masa usia
pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal.
Penurunan ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat pada
periode ini.
2. Perkembangan kognitif
Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi kecuali
karena sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat mempelajari
keterampilan dan informasi baru. Beberapa dewasa tengah mengikuti
program pendidikan dan kejuruan untuk mempersiapkan diri
memasuki pasar kerja atau perubahan pekerjaan.
3. Perkembangan psikososia
Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat meliputi
kejadian yang diharapkan, perpindahan anak dari rumah, atau peristiwa
perpisahan dalam pernikahan atau kematian teman. Perubahan ini
mungkin mengakibatkan stress yang dapat mempengaruhi seluruh
tingkat kesehatan dewasa.
17

4. Fase dewasa akhir


Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif, sukses-
sukses berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai patokan, pada
masa ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang
sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul pada fase
dewasa akhir yaitu:
a. Menurunnya keadaan jasmaniah
b. Perubahan susunan keluarga
c. Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan baru dalam
bidang pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang lalu
d. Penurunan fungsi tubuh

Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi pegawai
menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya ada Post Power
Sindrom misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada
perasaan down sindrom.
18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang
diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri.
Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep
Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara
intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada
prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan kognitif manusia.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, 2) pengalaman, 3) interaksi sosial, dan 4) ekuilibrasi. Hasil dari
interaksi maka terbentuklah struktur kognitil atau skemata (dalam bentuk tunggal
skema) yaitu melalui asimilasi dan akomodasi. Proses akomodasi dan asimilasi
senantiasa berlaku sehingga terwujud keseimbangan atau equilibrium

Piaget membagi 4 tahap perkembangan kognitif anak, diantaranya adalah:


tahap sensorimotor (sejak lahir hingga usia sekitar 2 tahun), tahap praoprasional
(usia sekitar 2-7 tahun), tahap oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), tahap
oprasional formal (usia sekitar 11-15 tahun).
Implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran
Aud menurut teori dari Piaget adalah memberikan ruang untuk anak agar anak
dapat membangun pemahamnya yang ada pada dirinya. Sedangkan metode yang
sesuai dalam pembelajaran adalah: praktik langsunbg, cerita, tanya jawab, proyek,
bermain peran dan demonstrasi.
Tugas perkembangan adalah sesuatu tugas yang timbul pada periode
tertentu dalam kehidupan seseorang. Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan
dengan sikap, Perilaku, atau keterampilan yang sayogyanya dimiliki oleh
individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya.
19

Tugas perkembangan berasal dari tiga jenis sumber, Yaitu: Pertama adalah
tugas yang berasal dari pertumbuhan fisik. Kedua, ada tugas-tugas yang berasal
dari kematangan kepribadian. Yang ini terkait dengan pertumbuhan sistem nilai
dan aspirasi. Selanjutnya, jenis tugas perkembangan ketiga adalah tugas yang
berasal dari tuntutan masyarakat.

13
B. Saran
Dalam perkembangan kognitif menurut pandangan Piaget, intelegensi
anak berkembang melalui suatu proses active learning, pada intinya anak
membangun kemampuan kognitifnya melalui interaksinya dengan dunia
disekitarnya. Dalam menstimulus perkembangan kognitif anak usia dini
disarankan untuk:
1. Memperhatikan karakteristik perkembagan kognitif anak sesuai dengan
tahap-tahap perkembanganya, sehingga perkembangan kognitif anak dapat
berkembang secara optimal.
2. Pada dasarnya setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan yang
berbeda-beda dan memiliki karakteristik yang unik, maka disarankan sebagai
seorang pendidik dapat memfasilitasi dan tidak memaksakan anak.
3. Peranan pendidik dalam mendampingi anak diperlukan namun perananya
tidak dominan, dengan kata lain pendidik memberikan kesempatan anak
untuk bereksplorasi dan membangun pemahamnya.

Anda mungkin juga menyukai