Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KONDISI UMUM PENCAPAIAN, PERMASALAHAN


DAN TANTANGAN

2.1 KONDISI SAAT INI

Kabupaten Pesawaran merupakan satu dari lima belas kabupaten/kota


yang ada di Provinsi Lampung, secara geografis terletak diantara 104,92° -
105,34° Bujur Timur (BT) dan 5,12° - 5,84° Lintang Selatan (LS). Sedangkan
secara administrasi, Kabupaten Pesawaran memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut:

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka, Kecamatan


Ambarawa, Kecamatan Gadingrejo, Kecamatan Adiluwih Kabupaten
Pringsewu;
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kalirejo, Kecamatan
Bangunrejo, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Kecamatan Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah;
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan, Kecamatan Kemiling, Kecamatan Teluk Betung Barat
Kota Bandar Lampung; dan
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung Kecamatan
Kelumbayan dan Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Pesawaran.

Gambar I.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung


Luas Wilayah Kabupaten Pesawaran seluas117.377 Ha atau 1.173,77
km2, dengan garis pantai sepanjang + 96 km, secara administratif terbagi pada
11 kecamatan dan terdiri dari 144. Desa. Dari luas keseluruhan Kabupaten
Pesawaran tersebut, 15.465 Ha digunakan sebagai lahan sawah, sedangkan
sisanya yaitu 83.457 Ha merupakan lahan bukan sawah dan lahan bukan
pertanian.

Tabel.2.1 Pembagian dan Luas Wilayah Kabupaten Pesawaran


Jumlah Luas
No Kecamatan Kelurahan Desa Total Wilayah
(km2)
1 Punduh Pidada - 11 11 113,19
2 Marga Punduh - 10 10 111,00
3 Padang Cermin - 11 11 127,34
4 Kedondong - 12 12 67,00
5 Way Khilau - 10 10 64,11
6 Way Lima - 16 16 99,83
7 Gedung Tataan - 19 19 97,06
8 Negri Katon - 19 19 152,69
9 Tegineneng - 16 16 151,26
10 Way Ratai - 10 10 112,95
11 Teluk Pandan - 10 10 77,34
Total 144 144 1. 173,77

Kabupaten Pesawaran dilintasi oleh dua Daerah Aliran Sungai (DAS ),


yaitu Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Sekampung dan Daerah Aliran Sungai (
DAS ) Seputih dengan luas DAS 336 km2. Sungai terpanjang di Kabupaten
Pesawaran adalah Way Kandis dengan panjang 50 km, sehingga
menyebabkan Kabupaten Pesawaran memiliki potensi yang relatif besar,
khususnya berupa ketersediaan air permukaan, yang dapat dikembangkan
untuk mendukung sektor pertanian, pengembangan irigasi, budidaya
perikanan air tawar, sarana penyediaan air bersih, serta sumber energi baru
terbarukan bagi masyarakat, dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Disisi lain Kabupaten Pesawaran berbatasan langsung dengan Kota BandaR
Lampung yang menyebabkan Kabupaten Pesawaran sebagai penyangga dari
Kota Banda Lampung, diantaranya dalam kebutuhan perumahan.

Jumlah penduduk Kabupaten Pesawaran pada tahun 2016 adalah


462.502 jiwa. Jumlah tersebut telah mengalami perubahan dan pertumbuhan,
karena pada tahun 2015, jumlahnya mencapai 426.389 jiwa. Selama satu
tahun telah terjadi penambahan penduduk sejumlah 36.113 jiwa.
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Tahun 2016 dan Proyeksi Tahun 2019
Kabupaten Pesawaran

Tahun 2016 Proyeksi Tahun 2021


No. Kecamatan Luas Luas
Jumlah Jumlah
Wilayah Wilayah
/Jiwa /Jiwa
/Ha /Ha
1 Gedung Tataan 89.419 11.319 102.762 11.319
2 Punduh Pidada 16.228 11.100 13.837 11.100
3 Marga Punduh 13.621 12.734 30.042 12.734
4 Padang Cermin 33.236 6.700 39.124 6.700
5 Kedondong 35.528 6.411 34.950 6.411
6 Way Khilau 25.970 9.983 27.748 9.983
7 Way Lima 37.666 9.706 31377 9.706
8 Negeri Katon 65.579 15.269 67.834 15.269
9 Tegineneng 61.884 13.126 53.568 13.126
10 Way Ratai 39.583 11.295 37.821 11.295
11 Teluk Pandan 43.668 7.734 39.124 7.734
TOTAL 462.582 117.377 478.187 117.377

Berdasarkan rincian tabel diatas Jumlah Penduduk Kabupaten


Pesawaran pada tahun 2016 sebesar 462.582 jiwa, terdiri dari penduduk
perkotaan sebesar 89.419 jiwa, dan perdesaan sebesar 373.083 jiwa.
Sedangkan proyeksi jumlah penduduk tahun 2021 sebesar 478.187Jiwa, yang
terdiri dari penduduk perkotaan sebesar 102.762 jiwa dan penduduk
perdesaan sebesar 375.425 jiwa.

2.1.1 AIR MINUM

Status capaian kinerja pelayanan air minum Kabupaten Pesawaran


dengan menggunakan indikator target universal acces tersebut pada tahun
2016 adalah sebagai berikut :
56,93 % rumah tangga telah memiliki akses berkelanjutan terhadap sumber air
minum layak, perkotaan dan perdesaan :
66,24 % rumah tangga telah memiliki akses berkelanjutan terhadap sumber air
minum layak- perkotaan; 55,66 % rumah tangga telah memiliki akses
berkelanjutan terhadap sumber air minum layak-perdesaan.
Ditinjau dari sistem penyediaan air minum-nya, capaian kinerja pelayanan air
minum ditampilkan dalam Tabel berikut ini:
Tabel 2.3. Jumlah Rumah Tangga/ Penduduk
Menurut Sumber Air Minum Tahun 2016

No Kecamatan PDAM/ Sumur Mata Sumu PA Jumlah


BPSPA Gali Air r Bor H Total
M ( unit )
1 Gedung Tataan 8.008 100.00 1.260 - -
3
2 Punduh Pidada 1.945 27.180 40 - -
3 Marga Punduh - - - - -
4 Padang 5.705 23.150 25 - -
Cermin
5 Kedondong - 60.455 - - -
6 Way Khilau - - - - -
7 Way Lima 1.910 31.474 205 - -
8 Negeri Katon - 63.197 19 300 -
9 Tegineneng - 52.125 - - -
10 Way Ratai 36.875 37.000 2.440 - -
11 Teluk Pandan -
35.105 - - -
54.443
429.68 2.855 300 -
Jumlah
9
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran

2.1.2 SANITASI

Status capaian kinerja pelayanan sanitasi Kabupaten Pesawaran tahun


2016 adalah sebagai berikut :
78,56 % rumah tangga telah memiliki akses berkelanjutan terhadap sanitasi
layak, perkotaan dan perdesaan 95,26 % rumah tangga telah memiliki akses
berkelanjutan terhadap sanitasi layak- perkotaan; 81,20 % rumah tangga telah
memiliki akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak- perdesaan.
Ditinjau dari sistem penyediaan sanitasinya, capaian kinerj pelayanan
sanitasi Kabupaten Pesawaran ditampilkan dalam Tabel berikut ini:
Tabel 2.4. Jumlah Rumah Tangga/Penduduk Menurut
Jenis Sarana Sanitasi Tahun 2016

JAM
JAMB
JAMBA JAMBA JAMBA BAN
AN JUMLA
N N N MCK
N PLEN H
KECAMAT CEMPL KLOSE HELIK UMU
O GSEN TOTAL
AN UNG T OPTER M
GAN (UNIT)
(UNIT) (UNIT) (UNIT) (UNI
(UNIT)
T)
1 Gedung 5.085 - 16.337 - 21.442
Tataan
2 Punduh 1.864 - 5.499 - 7.363
Pidada
3 Marga - - - - -
Punduh
4 Padang 305 - 4.817 - 5.122
Cermin
5 Kedondong 1.203 - 14.770 - 2.680
6 Way Khilau - - - - -
7 Way Lima 1.908 - 5.782 - 7.690
8 Negeri Katon 6.046 - 10.350 - 7.081
9 Tegineneng 5.210 - 9.272 - 14.482
10 Way Ratai 610 - 8.193 - 8.803
1 2.618 6.583
Teluk Pandan
1 - - 9.021
2 4.859 - 88.247 - 83.844
Sumber : Dinas kesehatan Kabupaten Pesawaran

Pada indikator akses air minum layak, dibandingkan dengan capaian


provinsi pada tahun 2016, status capaian kinerja pelayanan air minum
Kabupaten Pesawaran relativ, melampaui / dibawah rata-rata provinsi.
Capaian ini juga relativ, melampaui / dibawah rata-rata nasional
,dibandingkan capaian nasional.
Pada cakupan penduduk (%) dengan akses air minum layak pada tahun
2016 sebesar 55,93 %..

2.2 PERMASALAHAN

2.2.1. AIR MINUM


Capaian akses Sarana Air Minum yang layak untuk Kabupaten Pesawaran
pada tahun 2016 adalah 56,93 %. Ini berarti terdapat gap yang cukup tinggi untuk
mencapai target RPJMN tahun 2019 yaitu sebesar 44,07 %. Hal ini disebabkan
beberapa permasalahan terkait AMPL. Secara rinci permasalahan air minum tersebut
dapat dilihat dari berbagai aspek seperti dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 2.5. Permasalahan Mendesak Air Minum

A. Sistem Air minum Permukiman:


1.Aspek  Jumlah SR di Kabupaten Pesawaran adalah
Pengembangan 13.591unit, sedangkan jumlah penduduk adalah
Sarana dan sebanyak 383.351 Jiwa.
Prasarana:  Akses yang baik terhadap air minum hanya
mencapai 68.85%
User Interface:
B. Lain-lain:
2. Aspek  Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah
Pendanaan:  Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan
investasi
 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan
dari masyarakat

3. Aspek  Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait


Kelembagaan: pengelolaan
 Rendahnya koordinasi antar instansi dalam
penetapan kebijakan

4. Aspek Peraturan  Belum memadainya perangkat Perda yang


Perundangan dan diperlukan dalam pengelolaan
penegakan hukum:  Belum adanya Perda terkait Restribusi Air
Limbah Permukiman
5. Aspek Peran serta  Masih rendahnya kesadaran masyarakat
Masyarakat dan  Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan
Dunia Usaha / system yang berbasis masyarakat
Swasta:  Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya
pengelolaan
 Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam
menggerakkan peran masyarakat
6. Aspek  Masih rendahnya tingkat partisipasi perempuan
Komunikasi, dan warga miskin dalam semua tahapan kegiatan,
PMJK dimulai dari proses perencanaan sampai pada
(Pemberdayaan proses monitoring dan evaluasi.
Masyarakat Jender
dan Kemiskinan)
dll.

Permasalahan Kabupaten Kabupaten Pesawaran dalam mencapai Umiversal


Access di bidang air minum aman dan berkelanjutan adalah sebagai berikut:

1) TEKNIS:

Permasalahan yang dihadapi adalah:


a) Kualitas jaringan sarana air bersih (SAB) belum memenuhi syarat teknis
b) Kurangnya ketersediaan sumber mata air
c) Masih adanya kebocoran air di jaringan eksisting PDAM
d) Di luar jaringan perpipaan, saat ini opsi yang tersedia adalah sumur bor
(sumur dalam), sehingga ada kemungkinan kegagalan dalam pengeboran;

2) SOSIAL:

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Rendahnya daya beli masyarakat terhadap penyediaan sarana air minum


dan penyehatan lingkungan
b) Konflik pemanfaatan air untuk air minum dan irigasi pertanian
c) Anggapan masyarakat di perdesaan bahwa air belum dinilai sebagai
barang ekonomi, sehingga menyulitkan pengembangan pengelolaan
sarana air minumi.
3) KELEMBAGAAN:

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Kurang optimalnya pengelolaan sarana air minum yang telah terbangun;


b) Terbatasnya kemampuan kelembagaan pengelolaan sarana air minum di
perdesaan
c) Kurangnya monitoring pengelolaan sarana prasarana air minum.
4) PENDANAAN:

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah dalam penyelenggaraan air


minum;
b) Tingginya biaya operasional pemeliharaan pasca konstruksi
c) Terbatasnya anggaran untuk perluasan jaringan air minum;
d) Sumber-sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan di bidang
penyediaan sarana air minum belum terfokus untuk mempercepat
pencapaian target Universal Access.

5) LINGKUNGAN:

Permasalahan yang dihadapi adalah:

a) Kerusakan lingkungan di daerah tangkapan dan resapan air akibat alih


fungsi lahan
b) Keterbatasan sumber air di beberapa desa
c) Pencemaran terhadap sumber air
d) Tingginya pemanfaatan sumur bor yang dapat membahayakan lingkungan
2.2.2. SANITASI

Capaian akses sanitasi yang layak untuk Kabupaten Pesawaran pada tahun
2016 adalah 78,56 %. Ini berarti terdapat gap yang tinggi untuk mencapai target
RPJMN tahun 2019 yaitu sebesar 21,44 %. Secara rinci permasalahan sanitasi yang
dihadapi Kabupaten Pesawaran dapat dilihat dari berbagai aspek seperti dijelaskan
pada tabel berikut :

Tabel 2.6. Permasalahan Mendesak Sanitasi

A. Sistem Sanitasi Permukiman:


1.Aspek  Jumlah Jamban keluarga di Kabupaten Pesawaran
Pengembangan adalah 45.453 unit, sedangkan jumlah penduduk
Sarana dan adalah sebanyak 383.351jiwa.
Prasarana:
 Jumlah yang memiliki akses terhadap jamban
User Interface: keluarga hanya mencapai 71.96 %
B. Lain-lain:
2. Aspek  Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah
Pendanaan:  Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan
investasi
 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan
dari masyarakat
3. Aspek  Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait
Kelembagaan: pengelolaan
 Rendahnya koordinasi antar instansi dalam
penetapan kebijakan

4. Aspek Peraturan  Belum memadainya perangkat Perda yang


Perundangan dan diperlukan dalam pengelolaan
penegakan hukum:  Belum adanya Perda terkait Restribusi Air
Limbah Permukiman
5. Aspek Peran serta  Masih rendahnya kesadaran masyarakat
Masyarakat dan  Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan
Dunia Usaha / system yang berbasis masyarakat
Swasta:  Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya
pengelolaan
 Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam
menggerakkan peran masyarakat
6. Aspek  Masih minimnya sosialisasi, media komunikasi,
Komunikasi, peningkatan kapasitas masyarakat yang berkaitan
PMJK PHBS
(Pemberdayaan
Masyarakat Jender
dan Kemiskinan)
dll.
Permasalahan Kabupaten Pesawaran dalam meningkatkan akses sanitasi yang layak
dan berkelanjutan adalah sebagai berikut:

1) TEKNIS:
Permasalahan yang dihadapi adalah:
a) Kualitas sarana sanitasi masih banyak yang belum memenuhi syarat
teknis
b) Kurangnya ketersediaan sarana sanitasi.
2). SOSIAL:
Permasalahan yang dihadapi adalah:
a) Rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat, terutama bagi masyarakat
perdesaan
b) Rendahnya daya beli masyarakat terhadap penyediaan penyehatan
lingkungan
c) Anggapan masyarakat di perdesaan bahwa air belum dinilai sebagai
barang ekonomi, sehingga menyulitkan pengembangan pengelolaan
sarana sanitasi.
3) KELEMBAGAAN:
Permasalahan yang dihadapi adalah:
1) Kurang optimalnya pengelolaan sarana prasarana AMPL
2) Terbatasnya kemampuan kelembagaan pengelolaan sarana sanitasi di
perdesaan
3) Terbatasnya jumlah sumber daya manusia untuk komunikasi, informasi,
dan edukasi (KIE) PHBS.
4) Kurangnya monitoring pengelolaan sarana prasarana sanitasi.
4) PENDANAAN:
Permasalahan yang dihadapi adalah:
a) Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
sanitasi
b) Sumber-sumber pendanaan lain di bidang penyediaan sarana sanitasi
belum terfokus untuk mempercepat pencapaian target Universal Access

2.3 TANTANGAN

Tantangan Nasional dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Tantangan utama dalam meningkatkan akses air minum dan sanitasi yang
layak antara lain sebagai berikut:
1) Belum lengkap dan terbaharukannya perangkat peraturan yang
mendukung penyediaan air minum dan sanitasi yang layak.

Sejumlah peraturan yang ada sudah tidak sesuai dengan kondisi yang
ada,. Di samping itu, peran dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam
bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam pelaksanaan
pembangunan air minum dan sanitasi perlu lebih diperjelas.

2) Belum adanya kebijakan komprehensif lintas sektor dalam


penyediaan air minum dan sanitasi yang layak.

Banyak institusi dan lembaga yang membidangi pembangunan air minum


dan sanitasi, sehingga dibutuhkan koordinasi yang lebih intensif, terutama
pada tataran pelaksanaan program.

3) Menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air minum.

Masih banyaknya rumah tangga yang menggunakan sumber air minum


non-perpipaan menurunkan kuantitas sumber daya air minum, ditambah
lagi sistem sanitasi on-site yang ada juga belum disertai dengan investasi
dalam infrastruktur penampungan, pengolahan, dan pembuangan limbah
tinja sehingga meningkatkan pencemaran terhadap sumber air baku.

4) Belum diimbanginya pertumbuhan penduduk, terutama di


perkotaan dengan pembangunan infrastruktur air minum dan
sanitasi yang layak.

Tingkat investasi dalam penyediaan sambungan perpipaan khususnya di


perkotaan tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk
perkotaan. Begitu pula investasi dalam penyediaan layanan sambungan
air limbah terpusat skala kota (severage system) dan skala komunal
(communal system).

5) Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan praktik


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Keadaan dan perilaku tidak sehat tercermin dari masih tingginya kasus
diare yang mencapai 411 per 1.000 penduduk (Survei Morbiditas Diare
Kemkes, 2010). Mencuci tangan dengan sabun masih jarang dilakukan;
rumah tangga masih melakukan buang air besar di tempat terbuka; dan
meskipun hampir semua rumah tangga merebus air untuk minum,
namun.dari air tersebut masih mengandung bakteri E. coli. Hal ini
menunjukkan arti pentingnya kampanye serta komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) untuk menumbuhkan kesadaran dan mengubah perilaku
masyarakat. Saat ini, upaya KIE telah dilakukan namun masih kurang
memadai. Hal ini mencerminkan masih rendahnya prioritas yang
diberikan oleh para pemangku kepentingan terhadap pelaksanaan KIE.

6) Masih terbatasnya penyedia air minum yang layak baik oleh PDAM
dan non-PDAM yang sehat (kredibel dan profesional), terutama di
daerah perkotaan.

Kinerja PDAM yang tidak baik dapat semakin diperburuk oleh anggapan
masyarakat bahwa air adalah sesuatu yang dapat diperoleh secara cuma-
cuma, bukan merupakan komoditas yang langka. Hal ini membuat
masyarakat enggan membayar iuran air minum, yang pada akhirnya
mempersulit penyedia layanan untuk meningkatkan layanannya melalui
investasi baru. Penetapan dan pengaturan tarif belum memenuhi prinsip
pemulihan biaya (full-cost recovery). Di samping itu, dalam penyediaan
air minum berbasis masyarakat, kualitas sumber daya manusia pada
lembaga pengelola juga masih menjadi kendala.

7) Masih terbatasnya kapasitas pemerintah daerah untuk menangani


sektor air minum dan sanitasi, padahal penyediaan dan pengelolaan
air minum dan sanitasi yang layak telah menjadi kewenangan
pemerintah daerah.

Dukungan perencanaan dan penganggaran untuk penyediaan air minum


dan sanitasi yang layak belum menjadi prioritas, tercermin dari rendahnya
alokasi anggaran daerah dalam mendukung pembangunan baru maupun
perbaikan infrastruktur air minum dan sanitasi yang telah ada. Selain itu,
masih minimnya kapasitas sumber daya manusia pelaksana pembangunan
air minum dan sanitasi di daerah juga menjadi kendala penyediaan air
minum dan sanitasi.
8) Investasi sistem penyediaan air minum dan sanitasi yang layak masih
kurang memadai, baik dari pemerintah maupun swasta.

Hal tersebut antara lain diakibatkan oleh pendanaan yang masih bertumpu
pada anggaran Pemerintah Pusat. Rendahnya kinerja keuangan PDAM
juga menyebabkan PDAM sulit mendapatkan sumber pendanaan
alternatif. Sementara itu, sumber pendanaan dari pihak swasta, baik dalam
bentuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) ataupun Corporate
Social Responsibility (CSR) masih belum dimanfaatkan secara
signifikan.

2.3.1. AIR MINUM

Tabel 2.7. Tantangan pengembangan Air minum

A. Sistem Pengembangan Air minum:


1.Aspek  Menurunnya debit air sumber-sumber utama air
Pengembangan baku
Sarana dan  Meningkatnya aktivitas masyarakat yang
Prasarana: memerlukan dukungan pelayanan air minum

B. Lain-lain:
2. Aspek  Isu air minum belum cukup diprioritaskan
Pendanaan: dalam perumusan program dan kebijakan
anggaran
 Keterbatasan anggaran pemerintah dalam
pemenuhan dan penyediaan sarana air minum
 Dimusim kemarau masyarakat harus membeli
air minum
3. Aspek  Belum optimalnya koordinasi antar program
Kelembagaan: dan antar pelaku bidang air minum dan
penyehatan lingkungan
 Masyarakat belum mempunyai kelembagaan
yang khusus mengurusi air
4. Aspek Peraturan  Belum ada peraturan daerah yang mengatur
Perundangan dan kebijakan pengelolaan air minum secara
penegakan hukum: komprehensif
5. Aspek Peran serta  Rendahnya partisipasi aktif masyarakat
Masyarakat dan  Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap
Dunia Usaha / pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Swasta: (PHBS)
6. Aspek  Masih minimnya sosialisasi, media komunikasi,
Komunikasi, peningkatan kapasitas masyarakat yang
PMJK berkaitan PHBS
(Pemberdayaan
Masyarakat Jender
dan Kemiskinan)
dll.

Permasalahan dan tantangan Kabupaten Pesawaran dalam meningkatkan


akses air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan adalah sebagai berikut:

1) TEKNIS:
Tantangan yang dihadapi adalah
a) Perkembangan teknologi penyediaan air bersih yang semakin maju
b) Belum tersedianya cadangan air baku yang sustainable dan dapat
diandalkan
c) Beberapa desa tidak terdapat sumber mata air
d) Kondisi debit sumur dalam terus menurun dari tahun ke tahun
e) Belum adanya Studi tentang Kwalitas dan Potensi Air Bersih di
Kabupaten Pesawaran
2) SOSIAL:
Tantangan yang dihadapi adalah:
a) Pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga semakin banyak yang
memerlukan akses sanitasi layak;
b) Perubahan budaya masyarakat;
3) KELEMBAGAAN
Tantangan yang dihadapi adalah:
a) Belum optimalnya koordinasi antar program dan antar pelaku bidang
penyehatan lingkungan
b) Belum tersedianya acuan pelaksanaan program bidang penyehatan
lingkungan yang disepakati sebagai kebijakan Kabupaten Pesawaran
c) Penanganan masalah penyehatan lingkungan belum menjadi program
prioritas dalam RPJMD.
4) PENDANAAN
Tantangan yang dihadapi adalah:
a) Kebutuhan anggaran pembangunan daerah semakin meningkat
b) Belum optimalnya fasilitasi pemerintah daerah untuk melibatkan dunia
usaha dan lembaga donor dalam pendanaan pembangunan air minum dan
sanitasi
c) Belum optimalnya dukungan terhadap program AMPL dalam kebijakan
anggaran.
d) Isu air minum dan sanitasi belum cukup diprioritaskan dalam perumusan
program dan kebijakan anggaran
e) Belum optimalnya dalam memanfaatkan dana desa untuk kegiatan air
minum.
5) LINGKUNGAN
Tantangan yang dihadapi adalah:
a) Berkurangnya sumber daya air akibat bencana dll.
b) Berkurangnya jumlah dan debit mata air
c) Bertambahnya pencemaran limbah rumah tangga dan industri
d) Tingginya kebutuhan konservasi sumber daya air untuk menjamin
keberlangsungan tersedianya air baku yang dapat diandalkan
e) Kecenderungan pola tanam masyarakat yang tidak mendukung kelestarian
sumber mata air

2.3.2. SANITASI

Tabel 2.8.Tantangan pengembangan Sanitasi

A. Sistem Pengembangan Sanitasi


1.Aspek  Semakin luasnya wilayah permukiman yang
Pengembangan belum dilengkapi SPAL yang sesuai standar
Sarana dan
Prasarana:

B. Lain-lain:
2. Aspek  Kebijakn AMPL belum terintegrasi satu sama lain
Pendanaan: karena ego sektoral dan banyaknya program-
program AMPL dan program-program tersebut
memiliki metode pendampingan berbeda-beda.
3. Aspek  Belum optimalnya koordinasi antar program dan
Kelembagaan: antar pelaku bidang sanitasi

4. Aspek Peraturan  Belum ada peraturan daerah yang mengatur


Perundangan dan kebijakan pengelolaan air minum secara
penegakan hukum: komprehensif
5. Aspek Peran serta  Rendahnya partisipasi aktif masyarakat
Masyarakat dan  Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap
Dunia Usaha / pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Swasta: (PHBS)
6. Aspek  Masih minimnya sosialisasi, media komunikasi,
Komunikasi, peningkatan kapasitas masyarakat yang berkaitan
PMJK dll. PHBS
1) TEKNIS
Permasalahan yang dihadapi :
a) Perkembangan teknologi tentang sanitasi yang semakin maju
b) Belum semua rumah tangga mempunyai jamban sehat.

2) SOSIAL
Tantangan yang dihadapi :
a) Pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga semakin banyak yang
memerlukan akses sanitasi layak;
b) Perubahan budaya masyarakat;

3) KELEMBAGAAN
a) Belum optimalnya koordinasi antar program dan antar pelaku bidang
penyehatan lingkungan
b) Belum tersedianya acuan pelaksanaan program penyehatan lingkungan
yang disepakati sebagai kebijakan Kabupaten Pesawaran
c) Penanganan masalah penyehatan lingkungan belum menjadi program
prioritas dalam RPJMD

4) PENDANAAN
a) Kebutuhan anggaran pembangunan daerah semakin meningkat
b) Belum optimalnya fasilitasi pemerintah daerah untuk melibatkan dunia
usaha dan lembaga donor dalam pendanaan pembangunan air minum dan
sanitasi
c) Belum optimalnya dukungan terhadap program AMPL dalam kebijakan
anggaran.
d) Isu air minum dan sanitasi belum cukup diprioritaskan dalam perumusan
program dan kebijakan anggaran

5) Lingkungan
a) Bertambahnya pencemaran limbah rumah tangga dan industri;
Tabel 2.10 Jumlah Kejadian Penyakit Karena Buruknya
Kondisi Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Pesawaran
NO NO Jenis Penyakit 2014 2015 2016
1 Penyakit Kulit
2 Diare 12.376
3 Cacingan
4 ISPA
5 ASMA
6 TBC 244
7 Bronchitis
8 Pneumoni 496
9 Influensa 16.484
10 DHV
11 Malaria 2.712
12 Dll.

Anda mungkin juga menyukai