Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA

Disusun oleh :
Nama : Mochamad Gilang Ramdany
NIS : 117180024
Kelas : XII DPIB 1

DESAIN PEMODELAN DAN INFORMASI BANGUNAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 6 BANDUNG
Jalan Soekarno Hatta (Komp. Riung Bandung)
TELP./FAX (022) 7563293 - BANDUNG 40295
Website : http:/smk6bandung.com
Email : smk6bandung@yahoo.com
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan makalah yang berjudul
“Reklamasi Pantai Utara Jakarta”.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Rici Rahayuning, S.Pd yang telah membantu
saya baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung saya sehingga saya bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Saya menyadari, bahwa laporan makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandung, 18 Februari 2020

Penulis,

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA i


Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 6
BAB II ................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 7
2.1 Kebijakan Alternatif ......................................................................................... 7
2.2 Keuntungan dan Kerugian Kebijakan Alternatif .......................................... 7
2.3 Kebijakan Publik .............................................................................................. 8
2.4 Keuntungan dan Kerugian Kebijakan Publik ............................................... 8
2.5 Kebijakan Yang Tidak Melanggar Peraturan Perundang-undangan ......... 9
2.6 Lembaga Yang Bertanggung Jawab Atas Kebijakan Yang Diusulkan ....... 9
2.7 Dukungan Individu dan Kelompok Terhadap Kebijakan ............................ 9
BAB III............................................................................................................................. 10
PENUTUP........................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA ii


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kisah proyek reklamasi di teluk Jakarta yang penuh polemik akhirnya tamat.
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan resmi mencabut izin prinsip dan
pelaksanaan proyek pembangunan 13 pulau buatan yang dikembangkan swasta.
Proyek reklamasi dihentikan setelah Badan Koordinasi Pengelolaan Reklamasi
Pantai Utara Jakarta bentukan Anies melakukan verifikasi ketentuan perizinan dan
kewajiban pengembang. Hasilnya, "Kegiatan reklamasi telah dihentikan.
Reklamasi menjadi bagian dari sejarah dan bukan masa depan DKI
Jakarta,"katanya di Jakarta, Rabu (26/9). Yang dicabut izinya adalah Pulau A, B,
dan E yang dikelola oleh PT Kapuk Naga Indah, Pulau J dan K (PT Pembangunan
Jaya Ancol), Pulau L (PT Pembangunan Jaya Ancol dan PT Manggala Krida
Yudha), Pulau M (PT Manggala Krida Yudha), Pulau O dan F (PT Jakarta
Propertindo), Pulau P dan Q (PT Kawasan Ekonomi Khusus Marunda Jakarta),
Pulau H (PT Taman Harapan Indah), Pulau I (PT Jaladri Kartika Eka Paksi). Anies
mengungkapkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) telah mengirim surat pencabutan
persetujuan prinsip dan pembatalan surat perjanjian kerjasama kepada pihak
pengembang. Adapun 4 pulau reklamasi yang sudah terbangun, yakni Pulau C dan
D (PT Kapuk Naga Indah), Pulau G (PT Muara Wisesa Samudra), serta Pulau N
(Pelindo II) akan diambilalih tata ruang dan pengelolaannya oleh Pemprov DKI
sejalan dengan kepentingan masyarakat. Kecuali Pulau N, pemegang izin prinsip
untuk 3 pulau lain yang diambilalih pengelolaannya tersebut, menurut veridikasi
Badan Koordinasi Pengelolaan Reklamasi Jakarta, tidak memenuhi kewajiban-
kewajiban perizinan yang dipersyaratkan, contohnya ketentuan desain dan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Meski keputusan Anies mengejutkan,
proyek yang sudah menghabiskan dana besar pengembang swasta ini sejak awal
memang ditandai dengan proses yang berliku. Sejarah reklamasi pantai Jakarta tak
lepas dari proyek pembangunan Waduk Pluit di Jakarta Utara, pada awal dekade
1970-an. Tanah galian waduk tersebut dibuang ke laut yang tak jauh dari lokasi.
Saat itu belum ada rencana membangun pulau buatan di Jakarta. Rencana reklamasi

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 1


pantai utara Jakarta baru dimulai pada 1986. Kawasan bekas urukan tanah dari
Waduk Pluit ditawarkan ke pengembang swasta, yakni Dharmala Group (sekarang
PT Intiland Development Tbk) sebagai area permukiman yang kemudian dikenal
sebagai Pantai Mutiara. Kegiatan reklamasi ini sempat mendapat banyak protes dan
kritikan karena mengakibatkan naiknya suhu air laut yang mengganggu arus
pendinginan di PLTU Muara Karang. Reklamasi tak hanya dilakukan di Pantai
Mutiara. Pada 1981, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta, PT
Pembangunan Jaya Ancol Tbk., juga melaksanakan reklamasi di kawasan Ancol.
Kawasan rekreasi ancol diperluas dan membangun dua pulau baru. Dengan
reklamasi ini total wilayah Ancol bertambah 190 hektare. Pada 1994 Pemprov DKI
mulai merencanakan reklamasi kawasan pantai di Teluk Jakarta secara besar-
besaran. Program menguruk 2.700 ha laut Jakarta pertama kali diajukan kepada
Presiden Soeharto pada 1995. Program ini bertujuan mengatasi kelangkaan lahan
di Jakarta sekaligus mengembangkan wilayah Jakarta Utara yang dinilai tertinggal
dibanding wilayah lain. Soeharto menyetujuinya dengan mengeluarkan Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta.
Keppres ini memberikan wewenang dan tanggung jawab program reklamasi kepada
Gubernur DKI Jakarta, sehingga dikeluarkanlah Peraturan Daerah (Perda) DKI
Jakarta Nomor 8 Tahun 1995. Namun, proyeknya tak bisa terealisasi karena
bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Jakarta 1985-2005.
(Baca: Jakarta Terancam Tenggelam 34 Tahun Lagi) Agar programnya bisa jalan,
Pemprov DKI menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada Agustus
1999 yang membuka peluang perluasan area Jakarta seluas 2.700 ha di Jakarta
Utara dengan teknik reklamasi. Empat tahun berikutnya, Menteri Lingkungan
Hidup Nabiel Makariem mengeluarkan keputusan yang menolak reklamasi karena
dinilai tidak layak. Pihak swasta yang terlibat dalam kegiatan reklamasi menggugat
dan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) memenangkannya. Merasa keberatan,
Kementerian LH mengajukan kasasi dan dikabulkan oleh Mahkamah Agung (MA)
yang menyatakan reklamasi menyalahi amdal. Beberapa tahun kemudian
kondisinya berbalik. Pada 2011, MA mengeluarkan keputusan baru yang
melegalkan reklamasi di Pantai Jakarta. Pemprov DKI harus membuat amdal baru
serta membuat dokumen Kajian lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 2


melibatkan pemerintah daerah (Pemda) di sekitar wilayah Teluk Jakarta. Anies
Baswedan saat penyegelan di Pulau D Pada 2012, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) menerbitkan peraturan tentang reklamasi di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Pada tahun yang sama, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo
mengeluarkan Pergub Nomor 121 Tahun 2012, sebulan sebelum masa jabatannya
habis. Melalui aturan ini desain reklamasi berubah menjadi pembentukan 17 pulau
baru. Pulau-pulau itu akan digunakan sebagai permukiman, wisata, perdagangan,
dan distribusi barang. Kepemimpinan di Jakarta pun berganti, Pemprov DKI
menerbitkan izin prinsip kepada masing-masing pengembang pulau buatan. Dari
17 pulau, empat pulau mulai dibangun, yakni Pulau C, D, G, dan N. Pulau C dan D
dibangun oleh Grup Agung Sedayu, Pulau G oleh Agung Podomoro, dan Pulau N
merupakan Pelabuhan New Priok yang dibangun PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo)
II. Akhir Oktober 2015, Pemprov DKI mempersiapkan tahap awal pengembangan
pulau-pulau reklamasi lainnya. Setelah itu, sempat terjadi tarik-menarik antara
pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta terkait kelanjutan proyek ini.
Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan proyek ini melanggar ketentuan,
karena kewenangan memberikan izin di area laut ada di bawah kementeriannya.
Mereka mengkaji penghentian sementara proyek ini dan mengusulkan reklamasi
hanya untuk pelabuhan, bandara, listrik. Pada 2016, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (LHK) menyegel Pulau C, D, dan G selama 120 hari, karena
perizinan lingkungannya belum ada. Di tahun yang sama, Rizal Ramli yang saat itu
menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman menghentikan sementara
(moratorium) reklamasi. Tiga bulan setelah mengeluarkan keputusan moratorium,
Rizal dicopot dan posisinya digantikan Luhut Binsar Panjaitan. Di tengah masa
moratorium, Pemprov DKI menerbitkan izin lingkungan pada April 2017. Salah
satu alasan Pemprov DKI merealisasikan proyek ini, karena dinilai bisa
memberikan kontribusi penerimaan hingga Rp 179 triliun selama 10 tahun. Menko
Luhut pun mendukung dengan mencabut penghentian sementara proyek reklamasi
pada September 2017. Setelah moratorium dicabut, empat pulau buatan hasil
reklamasi menjadi milik negara dan pengelolaan lahan diserahkan kepada Pemprov
DKI. (Baca: Kementerian Luhut Kaji Keputusan Anies Cabut Izin Reklamasi
Jakarta) Pencabutan moratorium ini ternyata tidak bertahan lama. Juni lalu,

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 3


Gubernur Anies menyegel 932 bangunan di Pulau D, karena tidak memiliki Izin
Mendirikan Bangunan (IMB). Kemudian dilanjutkan dengan mencabut izin prinsip
proyek 13 pulau reklamasi yang belum terbangun pada pekan lalu. Sedangkan 4
pulau lainnya pulau-pulau ini akan dimanfaatkan untuk kepentingan publik.
Pemprov DKI akan menerbitkan Perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil. Perda ini mengatur pemulihan wilayah teluk Jakarta, terutama pada
aspek perbaikan kualitas air sungai, pelayanan air bersih, pengelolaan limbah dan
antisipasi penurunan air tanah. Selain menghentikan reklamasi, Anies juga menolak
pembangunan tanggul laut raksasa yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN), yakni program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Untuk melindungi ibukota dari banjir, di dalam tanggul ini akan dibuat laguna-
laguna besar untuk menampung aliran dari 13 sungai di Jakarta, tempat-tempat
penampungan air yang menjadi waduk raksasa. Anies menganggap proyek tanggul
laut ini hanya akan menjadi “kobokan raksasa.” Air kotor yang dari daratan Jakarta
tidak lagi mengalir ke laut luas, karena tertutup tanggul. Menurutnya, untuk
mengatasi banjir Jakarta, cukup dengan pembangunan tanggul pantai. Dalam
penjelasan di situs Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Priorias (KPPIP),
reklamasi 17 pulau dan tanggul laut merupakan bagian dari program NCICD, yang
terbagi dalam tiga fase. Fase A adalah penguatan dan pengembangan tanggul-
tanggul pantai yang sudah ada sepanjang 30 kilometer, dan membangun 17 pulau
buatan di Teluk Jakarta, mulai 2016. Fase B membangun tanggul laut luar barat dan
waduk besar yang dibangun pada 2018-2022. Fase C difokuskan untuk membangun
tanggul luar timur yang akan dibangun setelah 2023. (Baca: Anies Berpeluang
Menang jika Pencabutan Izin Reklamasi Digugat) Meski begitu, Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro
mengatakan Proyek NCICD akan tetap berjalan dengan atau tanpa adanya
reklamasi 17 pulau. Mengacu pada konsep awal NCICD memang tidak ada rencana
pembangunan pulau-pulau reklamasi. Proyek ini hanya berfokus pada upaya
mengatasi peningkatan permukaan air laut, penurunan muka tanah, dan banjir rob.
Proyek NCICD telah berjalan, yakni pembangunan tanggul pantai. Infrastruktur ini
dibutuhkan, karena tanggul yang sudah ada tidak bisa lagi menahan air laut.
Sebenarnya, ada sepanjang 120 kilometer (km) tanggul pantai yang akan dibangun.

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 4


Namun, prioritas sekarang untuk 20 km yang dianggap paling kritis. Sekitar 7,5 km
dibangun oleh pemerintah, 4,5 km dibangun Pemprov DKI Jakarta, dan sisanya
dibangun oleh swasta. “Itu tahapan jangka pendek tanggul pantai, jangka
panjangnya tanggul di tengah laut,” kata Bambang di Jakarta, Selasa (5/10).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kebijakan alternatifnya?
2. Apa keuntungan dan kerugian kebijakan alternatif?
3. Bagaimana kebijakan publik?
4. Keuntungan dan kerugian dari kebijakan publik?
5. Kebijakan apa saja yang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan?
6. Lembaga apa saja yang bertanggung jawab atas kebijakan yang
diusulkan?
7. Dukungan apa saja yang diberikan dari individu dan kelompok dari
kebijakan tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan makalah ini adalah :

1. Sebagai pengetahuan dan informasi yang ada di Indonesia


2. Memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan
3. Untuk menambah wawasan dan informasi dari berita reklamasi di Jakarta

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 5


1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang di harapkan untuk pembuatan makalah ini adalah :

1. Agar mendapat informasi, memperluas wawasan, dan ilmu pengetahuan;


2. Menerapkan ilmu yang dipelajari;
3. Semakin banyak tahu dan tahu banyak;
4. Belajar memahami informasi.

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 6


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Alternatif
Reklamasi menjadi alasan utama dalam pemekaran kota sehingga alternatif
reklamasi pantai dilakukan karena berbagai alasan berkaitan dari pertambahan
penduduk alami maupun migrasi dan kesejahteraan penduduk yang miskin
mendorong mereka yang semula tinggal di tengah kota memilih ke daerah
pinggiran atau tempat baru untuk dapat memulai usaha demi meningkatkan
kesejahteraannya serta penyebaran keramaian kota, semula semua kegiatan terpusat
di kota sehingga dibutuhkan ruang baru untuk menampung semua kegiatan yang
mana tidak bisa difasilitasi dalam kota.

2.2 Keuntungan dan Kerugian Kebijakan Alternatif


Ada tiga hal wajib dijaga dan diperhatikan dalam reklamasi pantai, antara lain:
a. Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat;
b. Keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan
pesisir;
c. Persyaratan teknis pengambilan pengerukan dan penimbunan material.

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 7


Jika ketiga hal tersebut dijaga dan diperhatikan maka akan tercipta keuntungan
bagi daerah reklamasi dan sekitarnya, sebaliknya jika ketiga hal tersebut diacuhkan
dan tidak diperhatikan maka tidak akan tercipta keuntungan hanya kerugian yang
didapat bagi daerah reklamasi dan sekitarnya.

2.3 Kebijakan Publik


Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan resmi mencabut izin prinsip dan
pelaksanaan proyek pembangunan 13 pulau buatan/reklamasi yang dikembangkan
swasta. Proyek reklamasi dihentikan setelah Badan Koordinasi Pengelolaan
Reklamasi Pantai Utara Jakarta bentukan Anies melakukan verifikasi ketentuan
perizinan dan kewajiban pengembang. Hasilnya, “Kegiatan reklamasi telah
dihentikan. Reklamasi menjadi bagian dari sejarah dan bukan masa depan DKI
Jakarta,” katanya di Jakarta, Rabu (26/9)

2.4 Keuntungan dan Kerugian Kebijakan Publik


Keuntungan : Dapat meredam amarah warga pesisir pantai reklamasi,
mengembalikan arah pengelolaan pesisir dan laut Jakarta untuk kepentingan rakyat
Jakarta sebesar-besarnya, menjaga keasrian lingkungan daerah pesisir pantai
reklamasi.
Kerugian : tidak dapat mengurangi kepadatan yang menumpuk di kota dan
menjadikan wilayah menjadi sempit dan tidak meluas.

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 8


2.5 Kebijakan Yang Tidak Melanggar Peraturan Perundang-undangan
Kebijakan Anies perihal pencabutan izin proyek reklamasi

2.6 Lembaga Yang Bertanggung Jawab Atas Kebijakan Yang Diusulkan


Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta
Pemerintah Provinsi (Pemprov) telah mengirim surat pencabutan persetujuan
prinsip dan pembatalan surat perjanjian kerjasama kepada pihak pengembang.
Adapun 4 pulau reklamasi yang sudah terbangun, yakni Pulau C dan D (PT Kapuk
Naga Indah), Pulau G (PT Muara Wisesa Samudra), serta Pulau N (Pelindo II) akan
diambil alih tata ruang dan pengelolaannya oleh Pemprov DKI sejalan dengan
kepentingan masyarakat.

2.7 Dukungan Individu dan Kelompok Terhadap Kebijakan


Dukungan para nelayan pesisir pantai reklamasi untuk pencabutan izin reklamasi
pantai Utara Jakarta

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 9


BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pencarian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
evaluasi dampak reklamasi pantai utara jakarta mengakibatkan menurunnya
kesejahteraan warga di sekitar pantai, menurunnya penghasilan warga, dan
reklamasi pantai merugikan warga yang bermata pencaharian di pinggir pantai
tersebut.

Kesimpulan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Efektifitas. Kebijakan reklamasi pantai tidak mencapai dampak yang
diharapkan dalam aspek pemerintah yakni dikarenakan tidak adanya PAD
yang diterima pemerintah kota.

2. Ketercukupan. Dalam hal ini secara langsung masyarakat mendapatkan


lapangan pekerjaan setelah adanya kegiatan reklamasi pantai yang
digunakan untuk lahan industry. Masyarakat dapat bekerja di PT Andatu
dan selain itu banyak masyarakat yang membuka usaha-usaha kecil
disekitar daerah tersebut.

3. Perataan. Dapat dikatakan bahwa kebijakan reklamasi pantai yang


dilakukan di wilayah tersebut memaksimalkan kesejahteraan individu
(pihak swasta) akan tetapi meminimalkan kesejahteraan umum (masyarakat
yang berada disekitar wilayah reklamasi pantai) hal ini dapat terlihat pada
masyarakat nelayan yang semakin menurun tingkat ekonomi dan sosial.

4. Responsivitas. Dengan dampak yang tidak diharapkan dari adanya


reklamasi pantai yang muncul yakni menurunnya tingkat perekonomian
yang kemudian pula menurunkan tingkat pendidikan masyarakat sehingga
memunculkan lagi dampak baru yaitu kualitas tenaga kerja yang rendah, hal
ini dapat membuat tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah dan
cenderung akan tetap berputar pada keadaan seperti ini.

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 10


5. Ketepatan tujuan. dari adanya dampak yang ada yakni tingkat
perekonomian dan tingkat pendidikan yang rendah yang kemudian hal ini
membuat tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada di wilayah tersebut
menjadi rendah.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Pemerintah kota lebih tegas dalam penetapan dan pelaksanaan pengaturan


dalam kebijakan reklamasi sehingga reklamasi dapat memberikan kontribusi
yang besar kepada PAD di wilayah Bandar Lampung.
2. Dalam pelaksanaan kebijakan reklamasi pantai harus memperhatikan
lingkungan yang ada di sekitar penimbunan lahan, hal ini agar dapat menjamin
keberadaan nelayan yang ada di sekitar wilayah reklamasi pantai.

3. Adanya lahan yang diberikan oleh pihak swasta sebesar 10 % yang dapat
digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan sosial, pariwisata dan lainnya.

4. Adanya hubungan dan kerja sama masyarakat dengan pihak swasta yang
melakukan reklamasi pantai yakni dengan memberikan lapangan pekerjaan dan
memberikan bantuan permodalan usaha seperti mengadopsi dari perusahaan
BUMN.

5. Memberikan lahan dan ruang untuk nelayan agar dapat memiliki lahan untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan yang mudah dijangkau oleh nelayan-
nelayan yang menangkap masih menggunakan cara tradisional.

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA 11


DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://katadata.co.
id/amp/telaah/2018/10/05/jalan-panjang-proyek-reklamasi-teluk-
jakarta&ved=2ahUKEwiLjrqrk9znAhU47HMBHUd1BSoQFjAAegQIAxAB&usg
=AOvVaw2Pr0YZ2YtsPD8AY58VX42Y&ampcf=1

https://images.app.goo.gl/JiRgxFzeP1rzSMU8A

https://images.app.goo.gl/smsiirU1eUq6ySod9

https://images.app.goo.gl/3HwQWm7ZheoUgfRD6

https://images.app.goo.gl/6FBM5yC5SQ1ooGPg8

https://images.app.goo.gl/CiBPji66r9N5ZVvc9

https://images.app.goo.gl/QAozuGUdNyYqbJoF8

https://images.app.goo.gl/deW7JGjDvpUrT8ka8

https://images.app.goo.gl/GQkxzyq5rhMyH1uy8

REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA iii

Anda mungkin juga menyukai