PEMBAHASAN
3
paru.Di dalam perikardium terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar
dan lapisan serosa dalam.Rongga perikardial adalah ruang potensial antara
membran viseral dan parietal.
3. Dinding Jantung
Terdiri dari tiga lapisan :
a. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di
atas jaringan ikat.
b. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi
utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar
ruang menuju arteri besar.
c. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi
pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung
4. Tanda – tanda Permukaan
a. Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung diantara atrium
dan ventrikel.
b. Sulkus Interventrikular anterior dan posterior, memisahkan ventrikel
kanan dan ventrikrl kiri
5. Rangka Fibrosa Jantung
Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian atas septum
interventrikular dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling bagian dasar
trunkus pulmonar dan aorta
6. Ruang Jantung
Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh
septum intratrial, ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum
interventrikular.Dinding atrium relatif tipis.Atrium menerima darah dari
vena yang membawa darah kembali ke jantung.
1. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima
darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru.
a) Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak
mengandung oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
b) Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu
sendiri.
4
2. Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari
atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung
empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah teroksigenasi dari
paru-paru.
3. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung
menuju arteri yang membawa darah meninggalkan jantung.
a) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks
jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus
pulmonar dan mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru.
b) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung.
Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan darah
meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh
bagian tubuh kecuali paru-paru.
c) Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur
yang menonjol dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke
rongga ventrikuler.
7. Katup Jantung
Katup Trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikelkanan.
Katup Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar
ventrikular jantung sampai ke aorta ke trunkus pulmonar
8. Aliran Darah ke Jantung
a. Sirkuit pulmonar adalah jalur untuk menuju dan meninggalkan paru-
paru.Sisi kanan jantung menerima darah terdeoksigenasi dari tubuh
dan mengalirkannya ke paru-paru untuk dioksigenasi. Darah yang
sudah teroksigenasi kembali ke sisi kiri jantung.
b. Sirkuit sistemik adalah jalur menuju dan meninggalkan bagian
tubuh.Sisi kiri jantung menerima darah teroksigenasi dari paru-paru
dan mengalirkannya ke seluruh tubuh.Atrium kiri katup bikuspid
Ventrikel kiri katupsemilunar trunkus aorta regia dan organ tubuh
(otot, ginjal, otak)
9. Sirkulasi Koroner
5
1. Arteri koroner kanan dan kiri merupakan cabang aorta tepat diatas katup
semilunar aorta
a. Cabang utama dari arteri koroner kiri ;
1) Arteri interventrikular anterior (desenden), yang mensuplai darah
ke bagian anterior ventrikel kanan dan kiri serta membentuk satu
cabang, arteri marginalis kiri yang mensuplai darah ke ventrikel
kiri.
2) Arteri sirkumfleksa mensuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel
kiri.
b. Cabang utama dari arteri koroner kanan ;
1) Arteri interventrikular posterior (desenden), yang mensuplai darah
untuk kedua dinding ventrikel.
2) Arteri marginalis kanan yang mensuplai darah untuk atrium kanan
dan ventrikel kanan.
2. Vena jantung mengalirkan darah dari miokardium ke sinus koroner, yang
kemudian bermuara di atrium kanan.
3. Darah mengalir melalui arteri koroner terutama saat otot-otot jantung
berelaksasi karena arteri koroner juga tertekan pada saat kontraksi
berlangsung.
2.1.2 Fisiologi Jantung
1. Sistem pengaturan jantung
a. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu
menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan
hantaran serabut otot jantung.
b. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot
jantung khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat
di bawah pembukaan vena cava superior. Nodus S-A mengatur
frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.
c. Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda
impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum
terjadi kontraksi ventrikular.
6
d. Berkas A-V berfungsi membawa impuls di sepanjang septum
interventrikular menuju ventrikel
2. Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan
relaksasi (diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole
berikutnya.Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan
volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur
pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui
ruang-ruang dan masuk ke arteri.
Peristiwa mekanik dalam siklus jantung ;
a. Selama masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel
sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan
ventrikel.
1) atrium secara pasif terus – menerus menerima darah dari vena
(vena cava superior dan inferior, vena pulmonar).
2) Darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katup A-
V yang terbuka.
3) Tekanan ventrikular mulai meningkat saat ventrikel
mengembang untuk menerima darah yang masuk.
4) Katup semilunar aorta dan pulmonar menutup karena tekanan
dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada tekanan dalam
ventrikel.
5) Sekitar 70% pengisian ventrikular berlangsung sebelum sistole
atrial.
b. Akhir diastole ventrikular, nodus S-A melepas impuls, atrium
berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam atrium mendorong
tambahan darah sebanyak 30% ke dalam ventrikel.
c. Sistole ventrikular. Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai
berkontraksi.Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan
mendorong katup A-V untuk segera menutup.
d. Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri.
7
1) Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi.
Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir sistole
adalah sekitar 50 ml.
2) Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole akhir
(120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml).
e. Diastole ventricular
1) Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan
dalam ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan
aorta dan trunkus pulmonary, sehingga katup semilunar
menutup (bunyi jantung kedua).
2) Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan
katup semilunar aorta.
3) Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode
relaksasi isovolumetrik karena katup masuk dan katup keluar
menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun tajam dari 100
mmHg samapi mendekati nol, jauh di bawah tekanan atrium,
katup A-V membuka dan siklus jantung dimulai kembali
3. Bunyi jantung
a. Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan
dapat didengar melalui stetoskop. “Lup” mengacu pada saat katup
A-V menutup dan “dup” mengacu pada saat katup semilunar
menutup.
b. Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada
dinding jantung saat darah mengalir dengan cepat ke dalam
ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi jantung diperkuat melalui
mikrofon.
c. Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar
yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul
karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang
menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai
yang memungkinkan aliran balik darah (Ethel, 2003: 235).
4. Frekuensi jantung
8
a. Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 samapi 100 denyut per
menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan
seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5
detik, dan diastole 0,3 detik.
b. Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100
denyut per menit.
c. Bradikardia ditujukan untuk frekuensi jantung yang kurang dari 60
denyut per menit
5. Pengaturan frekuensi jantung
a. Impuls eferen menjalar ke jantung melalui saraf simpatis dan
parasimpatis susunan saraf otonom.
1. Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam
medulla oblongata.Efek impuls neuron ini adalah untuk
meningkatkan frekuensi jantung.Impuls ini menjalar melalui
serabut simpatis dalam saraf jantung menuju jantung.Ujung
serabut saraf mensekresi neropineprin, yang meningkatkan
frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A, mengurangi waktu
hantaran melalui nodus A-V dan sistem Purkinje, dan
meningkatkan eksitabilitas keseluruhan jantung.
2. Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla
oblongata.Efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi
frekuensi jantung.Impuls ini menjalar melalui serabut
parasimpatis dalam saraf vagus.Ujung serabut saraf mensekresi
asetilkolin, yang mengurangi frekuensi pengeluaran impuls dari
nodus S-A dan memperpanjang waktu hantaran melalui nodus V-
A.
3. Frekuensi jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan melalui
keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf simpatis
dan parasimpatis.
b. Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung berasal
dari reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam sistem
kardiovaskular.
9
1. Presoreseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitive terhadap
perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah akan
mengakibatkan suatu refleks yang memperlambat frekuensi
jantung.Penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu
refleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar
melalui pusat medular.
2. Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan tekanan
darah. Jika tekanan darah menurun, akan terjadi suatu refleks
peningkatan frekuensi jantung untuk mempertahankan tekanan
darah.
c. Pengaruh lain pada frekuensi jantung
1. Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir semua
saraf kutan, seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan
sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem saraf pusat.
2. Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan elektrolit
seperti kalsium, kalium, dan natrium yang mempengaruhi
frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang
6. Curah Jantung
a. Definisi
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua
ventrikel per menit.Curah jantung terkadang disebut volume jantung
per menit.Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki
berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.
b. Perhitungan curah jantung
Curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup
c. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi curah jantung
1) Aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25 L per menit,
pada atlit yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan
jantung adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya.
2) Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu menyesuaikan output
dengan input-nya berdasarkan alasan berikut:
10
a) Peningkatan aliran balik vena akan meningkatkan volume
akhirdiastolic.
b) Peningkatan volume diastolic akhir, akan mengembangkan
serabut miokardial ventrikel.
c) Semakin banyak serabut oto jantung yang mengembang pada
permulaan konstraksi (dalam batasan fisiologis), semakin
banyak isi ventrikel, sehingga daya konstraksi semakin besar.
Hal ini disebut hukum Frank-Starling tentang jantung.
3) Faktor yang mendukung aliran balik vena dan memperbesar curah
jantung.
a) Pompa otot rangka. Vena muskular memiliki katup-katup,
yang memungkinkan darah hanya mengalir menuju jantung
dan mencegah aliran balik. Konstraksi otot-otot tungkai
membantu mendorong darah kea rah jantung melawan gaya
gravitasi.
b) Pernapasan. Selama inspirasi, peningkatan tekanan negative
dalam rongga toraks menghisap udara ke dalam paru-paru dan
darah vena ke atrium.
c) Reservoir vena. Di bawah stimulasi saraf simpatis, darah yang
tersimpan dalam limpa, hati, dan pembuluh besar, kembali ke
jantung saat curah jantung turun.
d) Gaya gravitasi di area atas jantung membantu aliran balik vena.
4) Faktor-faktor yang mengurangi aliran balik vena dan mempengaruhi
curah jantung.
a) Perubahan posisi tubuh dari posisi telentang menjadi tegak,
memindahkan darah dari sirkulasi pulmonary ke vena-vena
tungkai. Peningkatan refleks pada frekuensi jantung dan
tekanan darah dapat mengatasi pengurangan aliran balik vena.
b) Tekanan rendah abnormal pada vena (misalnya, akibat
hemoragi dan volume darah rendah) mengakibatkan
pengurangan aliran balik vena dan curah jantung.
11
c) Tekanan darah tinggi. Peningkatan tekanan darah aorta dan
pulmonary memaksa ventrikel bekerja lebih keras untuk
mengeluarkan darah melawan tahanan.Semakin besar tahanan
yang harus dihadapi ventrikel yang bverkontraksi, semakin
sedikit curah jantungnya.
5) Pengaruh tambahan pada curah jantung
a) Hormone medular adrenal.
Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin meningkatkan frekuensi
jantung dan daya kontraksi sehingga curah jantung meningkat.
b) Ion.
Konsentrasi kalium, natrium, dan kalsium dalam darah serta
cairan interstisial mempengaruhi frekuensi dan curah
jantungnya.
c) Usia dan ukuran tubuh seseorang dapat mempengaruhi curah
jantungnya.
d) Penyakit kardiovaskular.
Beberapa contoh kelainan jantung, yang membuat kerja pompa
jantung kurang efektif dan curah jantung berkurang, meliputi:
1. Aterosklerosis, penumpukan plak-plak dalam dinding
pembuluh darah koroner, pada akhirnya akan mengakibatkan
sumbatan aliran darah.
2. Penyakit jantung iskemik, supali darah ke miokardium tidak
mencukupi, biasanya terjadi akibat aterosklerosis pada arteri
koroner dan dapat menyebabkan gagal jantung.
3. Infark miokardial (serangan jantung), biasanya terjadi akibat
suatu penurunan tiba-tiba pada suplai darah ke miokardium.
4. Penyakit katup jantung akan mengurangi curah darah jantung
terutama saat melakukan aktivitas
7. Denyut nadi (Denyut arteri)
Denyut arteri adalah gelombang tekanan yang merambat 6 samapai
9 m per detik, sekitar 15 kali lebih cepat dari darah.Denyut dapat
dirasakan di titik manapun yang arterinya terletak dekat permukaan kulit
12
dan dibantali dengan sesuatu yang keras.Arteri yang biasa teraba adalah
arteri radial pada pergelangan tangan.Dua bunyi jantung sebanding
dengan satu denyut arteri.Frekuensi denyut memberikan informasi
mengenai kerja pembuluh darah, dan sirkulasi (Ethel, 2003: 240).
8. Denyut atrium
Darah yang terdorong ke aorta selama sistolik tidak saja
mendorong darah di dalam pembuluh ke depan tetapi juga menimbulkan
gelombang tekanan yang menjalar di sepanjang arteri. Gelombang
tekanan mengembangkan dinding arteri sewaktu gelombang tersebut
menjalar, dan pengembangan ini teraba sebagai denyut. Kecepatan
gelombang nejalar, yang independen dari dan jauh lebih besar daripada
kecepatan aliran darah, adalah sekitar 4m/dtk di aorta, 8m/dtk di arteri
besar, dan 16m/dtk di arteri kecil pada dewasa muda. Oleh karena itu,
denyut teraba di arteri radialis di pergelangan tangan sekitar 0,1 detik
setelah puncak ejeksi sistolik ke dalam aorta. Seiring dengan
pertambahan usia, arteri menjadi kaku, dan gelombang denyut bergerak
lebih cepat.
Kekuatan denyut ditentukan oleh tekanan denyut dan hanya sedikit
hubungannya dengan tekanan rata-rata.Pada syok, denyut melemah
(“thready”).Denyut kuat apabila isi sekuncup besar, misalnya selama
kerja fisik atau setelah pemberian histamin.Apabila tekanan denyut
tinggi, gelombang denyut mungkin cukup besar untuk dapat diraba atau
bahkan didengar oleh individu yang bersangkutan (palpasi, “deg-degan”).
Apabila katup aorta inkompeten (insufisiensi aorta), denyut sangat kuat,
dan gaya ejeksi sistolik mungkin cukup untuk menyebabkan kepala
mengangguk setiap kali jantung berdenyut.
Denyut pada insfusiensi aorta disebut denyut collapsing, Corrigan,
atau palu-air (water-kammer).Palu-air adalah sebuah tabung kaca yang
terisi air separuh dan merupakan mainan popular pada abad ke-19.
Apabila mainan tersebut dipegang dan kemudian dibalik, akan terdengar
suara ketukan yang singkat dan keras.
13
Takik dikrotik, suatu osolasi kecil pada fase menurun gelombang
denyut yang disebabkan oleh getaran saat katup aorta menutup, tampak
apabila gelombang gelombang tekanan direkam tetapi tidak teraba di
pergelangan tangan.Juga terdapat takik dikrotik pada kurva tekanan arteri
pulmonalis yang ditimbulkan oleh penutupan katup pulmonaris
14
Stadium A Kelas I
Memiliki resiko tinggi untuk berkembang Tidak terdapat batasan dalam
menjadi gagal jantung. Tidak terdapat melakukan aktifitas fisik. Aktifitas
gangguan structural atau fungsional fisik sehari-hari tidak menimbulkan
jantung, tidak terdapat tanda atau gejala kelelahan, palpitasi atau sesak napas.
Kelas II
Stadium B
Terdapat batasan aktifitas ringan.
Telah terbentuk penyakit struktur jantung
Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
yang berhubungan dengan perkembangan
namun aktifitas fisik sehari-hari
gagal jantung, tidak terdapat tanda atau
menimbulkan kelelahan, palpitasi atau
gejala.
sesak nafas.
Kelas III
Stadium C Terdapat batasan aktifitas bermakna.
Gagal jantung yang simptomatik Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
berhubungan dengan penyakit structural tetapi aktifitas fisik ringan
jantung yang mendasari menyebabkan kelelahan, palpitasi atau
sesak
Stadium D
Kelas IV
Penyakit jantung structural lanjut serta
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik
gejala gagal jantung yang sangat
tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
bermakna saat istirahat walaupun sudah
istirahat. Keluhan meningkat saat
mendapat terapi medis maksimal
melakukan aktifitas
(refrakter)
Berdasarkan letak
15
2) Gagal jantung kiriPada gagal jantung kiri, ventrikel kiri secara
mekanis mengalami kelebihan beban atau melemah, mengalami
dispnea dan ortopnea akibat dari kongesti paru.
2.2.3 Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (2000) penyebab kegagalan jantung yaitu
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
yang berdampak pada menurunnya kontraktilitas jantung.Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis
koroner, hipertensi atterial, dan penyakit otot degenerative atau inflamasi.
16
2. Aterosklerosis Koroner
17
gagal jantung kanan mengakibatkan kongesti vena sistemik. Kegagalan pada
kedua ventrikel dinamakan gagal biventrikular.
18
bermanifestasi sebagai pelebaran vena leher, hepatomegali, dan edema
perifer (Hudack & Gallo, 1997).
19
2.2.5 Manifestasi Klinis
a. Gagal jantung kiri
Gejala :
Dispnes.
Orthopnes.
Paroksimal nocturnal dyspnea.
Batuk.
Mudah lelah.
Ronchi.
Gelisah.
Cemas.
b. Gagal jantung kanan
Gejala :
Oedom perifer.
Peningkatan BB.
Distensi vena jugularis.
Hepatomegaly.
Asitesis.
Pitting edema.
Anorexia.
2.2.6 Komplikasi
a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
b. Syok kardiogemik : Stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat dari
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat keorgan
vital (jantung dan otak).
20
c. Episode trombolitik
d. Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
e. Efusi perikardial dan tamponade jantung
f. Masuknya cairan ke kantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. COP menurun dan aliran balik
vena kejantung menjadi tamponade jantung
1. Elektrokardiogram (EKG)
Iskemia, infark,
Pemeriksaan laboratorium, tes
kardiomiopati, miokarditis,
latihan beban, pemeriksaan
Aritmia ventrikel hipokalemia.
perfusi, angiografi koroner,
Hipomagnesemia, overdosis
pemeriksaan EKG, ICD
digitalis
21
angiografi koroner,
revaskularisasi
Keterangan :
2. Rontgen thoraks
22
kanan, atria, efusi perikard
Tampak paru
Bukan kongesti paru Nilai ulang diagnosis
normal
Tatalaksana kedua
Pneumonia dapat sekunder akibat
Infeksi paru penyakit:ngagal jantung
kongesti paru
dan infeksi paru
Pemeriksaan diagnostic
Infiltrate paru Penyakit sistemik
lanjutan
3. Pemeriksaan Laboratorium
23
kreatinin serum antagonis aldosteron pertimbangkan
(>150 μ mol/L mengurangi dosis
ACEI/ARB/antagonis
aldosteron, periksa kadar
kalium dan BUN
Pertimbangkan restriksi
Gagal jantung kronik, hemodilusi,
Hiponatremia cairan, kurangi dosis
pelepasan AVP (Argine
(<135 mmol/L) diuretic, ultrafiltrasi,
Vasopressin), diuretic
antagonis vasopressin
Risiko aritmia,
Hipokalemia Diuretic, hiperaldosteronisme pertimbangkan suplemen
(<3,5 mmol/L) sekunder kalium, ACEI/ARB,
antagonis aldosteron
24
pro BNP>2000
pg/mL
BNP <100
Evaluasi ulang diagnosis,
pg/mL, NT
Tekanan dinding ventrikel normal bukan gagal jantung jika
proBNP <400
terapi tidak berhasil
pg/mL
Kadar albumin
Dehidrasi, myeloma Rehidrasi
tinggi (>45 g/L)
Evaluasi pola
Nekrosis miosit, iskemia
peningkatan, angiografi
Peningkatan berkepanjangan, gagal jantung berat,
koroner, evaluasi
troponin miokarditis, sepsis, gagal
kemungkinan
ginjal,emboli paru
revaskularisasi
Tes tiroid
Hiper/hipotiroidisme,amiodaron Terapi abnormalitas tiroid
abnormal
Singkirkan kemungkinan
Urinalisis Proteinuria, glikosuria, bekteriuria
infeksi
Evaluasi dosis
Overdosis antikoagulan, kongesti
INR >2,5 antikoagulan, niali fungsi
hati
hati
4. Ekokardiografi
25
5. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (CMR)
6. Cardiac CT Scan
7. Radionuclie Ventriculography
8. Test Fungsi Paru
9. Uji aktivitas Fisik
10. Monitoring EKG Ambulatoar (Holter)
11. Kateterisasi Jantung
12. Angiografi Koroner
13. Biopsi Endomiokardial
2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksaan penderita dengan gagal jantung meliputi penatalaksanaan
secara farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan gagal jantung
baik akut maupun kronik ditujukan utnuk mengurangi gejala dan
memperbaiki prognosis, meskipun penatalaksanaan secara individual
tergantung dari etiologi serta bertanya kondisi.
1. Non Farmakologis
a. CHF Kronik
b. CHF Akut
26
2. Farmakologis
27
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, no
RM/CM, tanggal masuk, tanggal dikaji dan ruangan tempat klien dirawat.
Identitas penanggung jawab mencakup : nama, jenis kelamin, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan klien pada saat dikaji dan bersifat
subjektif. Klien dengan gagal jantung biasanya sesak napas, mudah
lelah, ortopnea, batuk, mual serta adanya edema pada daerah
ekstremitas bawah.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mencerminkan kapan klien mengalami sesak, bagaimana kejadiannya
sehingga klien dibawa ke rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada kasus ini dikaji pada kebiasaan klien dan gaya hidup klien
sebelum masuk RS yang menjadi faktor predisposisi sehingga klien
berada pada keadaan saat ini, perlu dikaji juga apakah klien pernah
mengalami penyakit yang sama sebelumnya serta apakah klien
mempunyai riwayat hipertensi atau faktor resiko lainnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama atau penyakit keturunan seperti asma atau diabetes melitus
3. Pola kebiasaansehari-hari 11 pola gordon
a. Pola Persepsi Keseatan, pemeliharaan kesehatan
Apakah pasien tau tentang informasi dari penyakit yang dideritanya,
apakah pasien dan keluarganya memiliki masalah kesehatan keluarga
aka langsung membawanya ke pelayanan kesehatan
28
b. Pola Nutrisi
Biasanya pasien tidak mampu makan karena pasien mual dan muntah
c. Pola Eliminasi
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare / konstipasi
d. Pola Aktifitas
Biasanya pasien tidak mampuberaaktivitas karena pasien sering
merasa sesak nafas dan lemah. Aktivitas pasien biasanya dibantu oleh
keluarganya
e. PolaIstirahat dan tidur
Biasanya pasien tidak dapat tidur dengan tenang karena pasien merasa
sesak nafas
f. Pola persepsi sensori
Terkadang pasien penglihatan ganda, gangguan koordinasi, pikiran
sukar berkonsentrasi
g. Pola Konsep diri
Pasien biasanyatidak mampu melakukan personal hygene pasien.
Biasanya pasien dibantu oleh keluarganya karena k/u pasien lemah.
h. Pola Hubungan Peran
Pasien mendapatkan hambatan dalam menjalankan perannya dengan
baik karena sakit yang dideritanya
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual menurun. gairah seksualitas menurun karena semua
energi yang dimiliki tubuh tepusat pada penyakit, sehingga membuat
pasien tidak bersemangat menjalankan aktivitas nya
j. Pola penanganan maslaah stress
Pasien biasanya stress karena merasa tidak berdaya
k. Pola keykinan dan nilai
Pasien tidak bisa melakukan ibadah ketika sakit
29
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya didapatkan
kesadaran klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada TTV sering
didapatkan adanya perubahan.
B1 (Breathing)
B2 (Bleeding)
Inspeksi
30
dikenali kepentingannya, dan klien juga diberi keyakinan dengan tidak
tepat atau diberi tranquilizer (sediaan yang meningkatkan suasana hati-
mood). Ingat, adanya gejala tidak spesifik dari curah jantung rendah
memerlukan evaluasi cermat terhadap jantung
31
tersebut. Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas
bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan pitting edema,
pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi
vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga peritoneum),
anoreksia dan mual, nokturia, serta kelemahan.
Palpasi
Selain itu, pada gagal jantung kiri yang berat dapat timbul pulsus
alternans (suatu perubahan kekuatan denyut arteri). Pulsus alternans
menunjukkan gangguan fungsi mekanis yang berat dengan berulangnya
variasi denyut ke denyut pada cuurah sekuncup.
32
Auskultasi
Perkusi
33
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,
karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan
tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas
menandakan adanya retensi cairan yang parah.
B5 (Bowel)
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan
akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta
penurunan berat badan.
Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar merupakan manifestasi dari kegagalan
jantung. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh
portal meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen,
yaitu suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam
rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distres pernapasan.
B6 (Bone)
a. Kulit dingin
34
vasokonsktriksi perifer, penurunan lebih lanjut dari curah jantung
dan meningkatnya hemoglobin tereduksi mengakibatkan sianosis.
Vasokonsktriksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk
melepaskan panas. Oleh karena itu, demam ringan dan keringat yang
berlebihan dapat ditemukan.
b. Mudah lelah
35
2.3.3 Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan I : Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miocard, perubahan struktural, perubahan
frekuensi, irama dan konduksi listrik ditandai dengan peningkatan
frekuensi jantung (takikardia), yaitu distritmia dan perubahan gambaran
pola Elektrokardiografi (EKG), perubahan tekanan darah
(hipotensi/hipertensi), bunyi ekstra (S3 dan S4), penurunan tekanan
urine, nadi perifer tidak teraba, kulit dingin dan kusam, serta orthopnea,
crekels, pembesaran hepar edema dan nyeri dada.
a. Tujuan :
- Menununjukan tanda vital dalam batas normal, dan bebas gejala
gagal jantung.
- Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.
- Ikut serta dalam aktvitas mengurangi beban kerja jantung.
b. Intervensi
Mandiri :
- Aukskultasi nadi, kaji frekuensi jantung, irama jantung.
Rasional : agar mengetahui seberapa besar tingkatan
perkembangan penyakit secara universal.
- Pantau TD
Rasional : pada GJK peningkatan tekanan darah bisa terjadi
kapanpun.
- Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional : pucat menunjukan menurunnya perfusi perifer
sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis
dapat terjadi akibat dari suplai oksigen yang berkurang pada
jaringan atau sel.
- Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai
indikasi.
Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard, untuk melawan hipoksia.
36
Kolaborasi :
- Berikan obat sesuai indikasi : Vasodilator, contoh nitrat (nitro-
dur, isodril).
Rasional : vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah
jantung, dan menurunkan volume sirkulasi.
2. Diagnosa Keperawatan II : Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membenaran kapiler alveoli ditandai dengan dispnea,
pernafasan abnormal, gelisah, cuping hidung, warna kulit pucat
a. Tujuan
- ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan.
b. Intervensi
Mandiri :
- Aukskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi.
Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret
menunjukan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan kontraksi oksigen alveolar, yang dapat
memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
Kolaborasi :
- Berikan obat sesuai indikasi.(Diuretic, furosemid (laxis).
Rasional : menurunkan kongesti alveolar, mningkatkan pertukaran
gas.
- Bronkodilator, contoh aminofiin.
Rasional : meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan
napas kecil.
- Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA
dan toleransi pasien,
Rasional : terjadinya/kegagalan nafas yang akan datang
memerlukan upaya penyelamatan hidup.
37
3. Diagnosa Keperawatan III : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan penurunan volume paru
a. Tujuan
- Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
di RS, RR Normal , tak ada bunyi nafas tambahan dan penggunaan
otot bantu pernafasan. dan GDA normal.
b. Intervensi
Mandiri :
- Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
Rasional : distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital
dapat terjadi sebagai akibat dari diafragma yang menekan paru-
paru.
- Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu nafas
Rasional : kesulitan bernafas dengan ventilator dan/atau
peningkatan tekanan jalan napas di duga memburuknya
kondisi/terjadinya komplikasi.
- Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas krekels,
mengi.
Rasional : bunyi napas menurun/tak ada bila jalan napas obstruksi
sekunder terhadap perdarahan, krekels dan mengi menyertai
obstruksi jalan napas/kegagalan pernapasan
Kolaborasi :
- Pemberian oksigen dan cek GDA
Rasional : pasien dengan gangguan nafas membutuhkan oksigen
yang adekuat. GDA untuk mengetahui konsentrasi O2 dalam darah.
4. Diagnosa Keperawatan IV : Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus/ meningkatnya produksi Anti
Deuretik Hormon (ADH) dan retensi natrium dan air ditandai dengan
orthopnea, bunyi jantung S3, oliguri, edema, peningkatan berat badan,
hipertensi, distress pernapasan, dan bunyi jantung abnormal
38
a. Tujuan
- Volume cairan stabil dengan keseimbangan cairan pemasukan dan
pengeluaran
b. Intervensi
Mandiri :
- Pantau haluaran urin, catat jumlah dan warna.
Rasional : haluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena perunan
perrfusi ginjal.
- Kaji bising usus. Catat keluhan anoreksia, mual.
Rasional : kongesti visceral dapat menganggu fungsi
gaster/intestinal.
- Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : penurunan mortilitas gaster dapat berefek merugikan
pada digestif dan absorsi. Makan sedikit dan sering meningkatkan
digesti/mencegah ketidaknyamanan abdomen.
- Palpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan
atas/nyeri tekan.
Rasional : perluasan gagal jantung menimbulkan kongesti vena,
menyebabkan distensi abdomen, pembesaran hati, dan menganggu
metabolism obat.
Kolaborasi:
- Pemberian obat sesuai indikasi.(Diuretic contoh furrosemid (lasix),
bumetanid (bumex)).
Rasional : meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat
reabsorbsi natrium pada tubulus ginjal.
- Tiazid dengan agen pelawan kalium, contoh spironolakton
(aldakton).
Rasional : meningkatkan diuresi tanpa kehilangan kalium
berlebihan.
39
2.3.4 Evaluasi
Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan
Keperawatan antara dasar tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan
dengan respon prilaku pasien yang tampil. Evaluasi merupakan tahap akhir
dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi proses keperawatan adalah
mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku
atau respon pasien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam
diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi,
perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah
efektif dengan menelah respon pasien dan membandingkannya dengan
perilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan. (Doenges, 2002)
40