Anda di halaman 1dari 5

1. A.

Dari hasil Kongres Sumpah Pemuda I dan II kita dapat memperoleh dan mengetahui
bahwa disahkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tentunya membuat pemuda-
pemuda di Indonesia menjadi sangat bersemangat dan pada saat itu bahasa Indonesia
bisa dipelajari sebagai bahasa komunikasi antar daerah serta digunakan dalam
perlawanan melawan kolonialisme.

B. Sikap awal sebelum gagasan tersebut disetujui tentunya sebagian pemuda mungkin
tidak memikirkan, tidak peduli, dan tidak setuju karena mereka tidak mengetahui
dampak kedepannya seperti apa. Tetapi, sebagai pemuda juga tentunya juga setuju
karena pemuda-pemuda tersebut berasal dari daerah yang berbeda. Ada yang dari Jawa,
Sumatra, dan lain sebagainya dengan sebutan masing-masing yaitu Jong Java, Jong
Sumetera sehingga sikap pemuda tersebut adalah hal pertama. Kemudian, setelah
bahasa Indonesia disepakati pastinya pemuda-pemuda dari Kongres Sumpah Pemuda I
dan II akan belajar membentuk bahasa-bahasa sehingga membentuk bahasa baru yaitu
bahasa Indonesia dan bisa digunakan sebagai bahasa komunikasi yang dapat dipahami
antar pemuda, antar tokoh, dan antar masyarakat Indonesia pada masa tersebut. Oleh
karena itu, dengan bahasa Indonesia akan memudahkan membuat strategi dalam
melawan kolonialisme.

C.Sikap saya terhadap anggota Kongres Pemuda I dan II yaitu ikut merasakan
senangnya memiliki dan mengakui bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Dengan
bahasa Indonesia kita bisa mempermudah komunikasi walaupun tiap daerah memiliki
bahasa daerah tersendiri dan dengan menggunakan bahasa Indonesia akan terciptanya
persatuan nasional serta digunakan untuk melawan kolonialisme

2. A.Ejaan Van Ophuijsen, 1901 – 1947


Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van
Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu
oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut:

 Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.


 Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
 Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, 1947 – 1956

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan


van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal
yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut:

 Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.


 Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak,
pak, maklum, rakjat.
 Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-
an.
 Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan
imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

Ejaan Pembaharuan, 1956 – 1961

Ejaan pembaharuan dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi,


berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K Nomor 48 tahun 1956. Ejaan ini
membuat standar satu fonem dengan satu huruf, mislanya kata menyanyi : menjanji
menjadi meñañi. Selain itu, untuk kata – kata yang berdiftong ‘ai,’ ‘au’ dan ‘oi’ dieja
menjadi ‘ay,’ ‘aw’ dan ‘oy.’ Misalnya kerbau menjadi kerbaw, sungai menjadi sungay
dan koboi menjadi koboy. Sayangnya, ejaan ini urung diresmikan dalam undang -
undang.

Ejaan Melindo (Melayu Indonesia), 1961 – 1967

Ejaan ini didasarkan pada keinginan untuk menyatukan Bahasa Melayu dan
Bahasa Indonesia. Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara yang menggunakan
bahasa Melayu pun bersama – sama ingin menyeragamkan ejaan dalam penggunaan
bahasa dua negara ini. sebagian besar perubahan pada ejaan ini sama dengan apa yang
ada pada ejaan pembaharuan, hanya saja pada fonem ‘e’ pepet dalam sebuah kata harus
diberikan garis di atasnya. Sayangnya, ejaan ini gagal menjadi kenyataan karena
konfrontasi politik antara kedua negara.

Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan), 1967 – 1972

Ejaan ini disusun oleh Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen P dan K.
Beberapa perubahannya adalah sebagai berikut :

 Huruf ‘tj’ diganti ‘c’, j diganti ‘y,’ ‘nj’ diganti ‘ny,’ ‘sj ‘menjadi ‘sy,’ dan ‘ch’
menjadi ‘kh.’
 Huruf asing: ‘z,’ ‘y,’ dan ‘f’ disahkan menjadi ejaan Bahasa Indonesia. Hal ini
disebabkan pemakaian yang sangat produktif.
 Huruf ‘e’ tidak dibedakan pepet atau bukan, alasannya tidak banyak kata yang
berpasangan dengan variasi huruf ‘e’ yang menimbulkan salah pengertian.

Ejaan ini juga tidak sempat diresmikan karena menimbulkan reaksi dari publik
karena dianggap meniru ejaan Malaysia, serta keperluan untuk mengganti ejaan belum
benar – benar mendesak.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), 1972 – sekarang

Mulai tanggal 16 Agustus 1972, pemerintah Indonesia menetapkan ejaan baru


yaitu Ejaan LBK yang telah disempurnakan. Kemudian ejaan ini dikenal sebgaia Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). Penetapan ini disertai dengan penerbitan buku saku ETD
berwarna merah putih dan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Beberapa perubahan penting pada EYD adalah :

 Perubahan cara baca abjad, dari a, ba, ca, da menjadi a, be, ce de, dan seterusnya.
 Kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya kereta api, kamar tidur.
 Akronim yang memiliki lebih dari dua huruf awal tidak memakai tanda titik.
Misalnya S.M.A menjadi SMA.
 Penulisan ejaan ‘tj’ menjadi ‘c’ dan ‘nj’ menjadi ‘ny’
 Peresmian penggunaan huruf asing yaitu ‘z,’ ‘f’ dan ‘v’
 Penghilangan bunyi ‘w’ menjadi ‘ua.’ Misalnya kwalitas menjadi kualitas
 Penjelasan akan pemenggalan kata di dalam konsonan, misalnya A-pril, Ang-gur
 Pemakaian huruf ‘x’ dan ‘q’ secara universal. Semula hanya digunakan dalam kata
– kata yang berhubungan dengan ilmu eksakta.
 Penghilangan garis pembeda dalam pengucapan ‘e’ pepet dan ‘e’ biasa.

B. Menurut pendapat saya, pengembangan penyempurnaan ejaan dari Van Ophuijsen


sampai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang yaitu selain bisa
lebih efektif untuk digunakan, bahasa Indonesia mudah untuk dipahami sebagai bahasa
pemersatu dan sebagai alat komunikasi antar daerah yang berbeda suku, budaya, dan
ras. Dan perkembangan bahasa Indonesia juga mempunyai dampak baik terhadap
bangsa seperti memperkuat persatuan dan kesatuan serta menjadikan bahasa Indonesia
sebagai lambang kebanggaan dan identintas nasional.

C. Menurut pendapat saya perkembangan bahasa Indonesia dari masa ke masa sampai
saat ini menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bernilai positif karena
sekarang ini bahasa Indonesia juga diambil dari kebiasaan masyarakat di Indonesia.
Dan dapat di lihat semakin berkembangnya zaman, bahasa Indonesia menjadi semakin
efektif dalam penggunaannya, semisal waktu era ejaan Van Ophuijsen kata “doeloe”
berkembang sekarang menjadi “dulu” menjadi lebih efektif. Oleh karena itu, kita harus
terus belajar dan mengikuti perkembangan bahasa mengikuti perkembangan zaman.

3. A.Dampak Positif
 Dengan adanya media massa, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sering
digunakan dan bisa memberikan informasi secara umum diberbagai daerah
sehingga semua orang menjadi tahu apa yang diinformasikan dengan pemahaman
yang sama dan yang benar.
 Dengan adanya media massa, semua orang dari segala suku,bangsa,budaya dan
terutama adalah bahasa daerah yang berbeda-beda memahami penggunaannya
sebagai bahasa persatuan dan bahasa komunikasi untuk menghubungkan
komunikasi antar satu orang yang berbeda dengan orang yang lain terutama dalam
bahasa agar mereka dijamin komunikasinya

Dampak Negatif :

 Keteraturan bahasa adalah cerminan kehidupan yang teratur. Kesalahan dalam


penulisan bahasa Indonesia dalam media massa menjadikan informasi yang
disampaikan akan mengakibatkan kontroversial.
 Kesalahan dalam menggunakan diksi, penggunaan kata yang tidak tepat membuat
media massa terutama jurnalis masih belum bisa menggunakan bahasa Indonesia
secara baik dan benar.
 Penyimpangan yang dilakukan oleh media massa. Terkadang wartawan dalam
menyampaikan berita tidak sesuai EYD atau mencomot yang orang lain pernah
tulis.
 Kesalahan dalam penggunaan tata bahasa Indonesia, terkadang pembaca tidak bisa
menangkap pesan yang dituliskan wartawan, dengan kata lain penulis tidak mampu
menyampaikan pesan dengan tepat

B.Menurut pendapat saya, media massa saat ini menggunakan bahasa Indonesia sebagai
penyampaian Informasi secara aktual, hal tersebut memungkinkan bahasa Indonesia
adalah bahasa yang tepat digunakan karena sebagai alat pemersatu berbagai ragam
masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya.

C.Menurut pendapat saya, media massa harus tetap menggunakan bahasa Indonesia
sebagai penyampain informasi dan dalam penggunaannya harus baik dan benar sesuai
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan ketentuan norma yang berlaku. Dan bahasa
Indonesia sendiri layak digunakan karena sudah diakui sebagai identitas nasional,
kebanggan bangsa, alat komunikasi, dan alat pemersatu bangsa yang berbeda suku,
agama, ras ,adat, dan budaya. Maka dari itu, media massa sangat berperan dalam
penyebaran pentingnya mencintai dan melestarikan bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai