Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ANALISIS DAN OBSERVASI

KU1101/30 PENGANTAR REKAYASA DAN DESAIN


SEMESTER I 2017/2018

ANALISIS PENGGUNAAN TROTOAR UNTUK JALAN MOTOR

Disusun oleh:

Danny Wibowo 16617267


Hilmi Adillah 16617027
Nugraha Seftyan Jody 16617201
Nuroh 16617297

PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan
kaki yang bersangkutan. Menurut keputusan Direktur Jenderal Bina Marga
No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999 yang dimaksud dengan trotoar
adalah bagian dari jalan raya yang khusus disediakan untuk pejalan kaki yang
terletak didaerah manfaat jalan, yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan
jalur lalu lintas kendaraan.
Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur
dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena
itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk
memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan
gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan
trotoar.
Akan tetapi trotoar saat ini lebih dipakai untuk sarana orang berjualan,
beristirahat, bahkan menjadi tempat bermain untuk anak”. Pejalan kaki pun tidak
terlalu banyak. Lebih banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah trotoar dapat menjadi jalur alternative bagi motor?
2. Jika trotoar dijadikan jalur motor, apa saja dampak yang ditimbulkan?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN


Dalam makalah ini terdapat analisis kami mengenai dampak yang akan
ditimbulkan jika trotoar dijadikan jalur motor dan kami akan menhasilkan sebuah
kesimpulan yang akan dijadikan bahan pertimbangan pemerintah kota.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PEJALAN KAKI


Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk
menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik dipinggir jalan,
trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang jalan.

2.2 PERIHAL TROTOAR


Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan
kaki yang bersangkutan. Menurut keputusan Direktur Jenderal Bina Marga
No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999 yang dimaksud dengan trotoar
adalah bagian dari jalan raya yang khusus disediakan untuk pejalan kaki yang
terletak didaerah manfaat jalan, yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan
jalur lalu lintas kendaraan.
Menurut Ir. Wobowo Gunawan dalam bukunya Standart Perancangan
Geometrik Jalan Perkotaan menjelaskan bahwa trotoar memiliki pengertian
sebagai bagian jalan yang disediakan untuk pejalan kaki. Umumnya ditempatkan
sejajar dengan jalur lalu lintas, dan harus terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur
0fisik. Pengertian tersebut mengatakan bahwa antara trotoar merupakan tempat
berjalan kaki yang berada bersebalahan dengan jalan raya, keadaan trotoar dan jalan
raya harus memiliki batas yang memisahkan keduanya. Pemisah yang dibuat
tersebut digunakan untuk keamanan pejalan kaki agar pemakai jalan raya tidak
memasuki wilayah trotoar dan dapat membahayakan pejalan kaki. Menurut Iswanto
(2006), Trotoar merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki
melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki
sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan
kaki. Trotoar juga dapat memicu interaksi sosial antar masyarakat apabila
berfungsi sebagai suatu ruang publik.
2.3 TROTOAR SEBAGAI TEMPAT BAGI PARA PEJALAN KAKI
Pada hakikatnya, trotoar merupakan tempat bagi para pejalan kaki yang
hendak berpergian ke suatu tempat dengan tujuan tidak menimbulkan dampak
negatif bagi kelancaran lalu lintas. Beberapa dampak negatif tersebut adalah
sebagai berikut:
Timbulnya kemacetan
membaurnya para pejalan kaki dengan pengguna kendaraan bermotor akan
sangat mungkin terjadi kekacauan yang pada akhirnya akan menimbulkan
kemacetan
Terjadinya kecelakaan
Para pengguna kendaraan bermotor yang tidak sabaran tidak mau peduli
dengan kondisi lalu lintas yang kacau karena pembauran dengan para pejalan kaki
akan semaunya memacu kendaraan tanpa memperhatikan para pejalan kaki.
Dengan demikian, potensi terjadinya kecalakaan akan lebih tinggi dibanding
dengan adanya trotoar
Namun pada kenyataannya saat ini trotoar sudah banyak yang di salah
gunakan dan banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun fungsi.
Karena perubahan tersebut pada saat ini berkembang dengan pesat sehingga
beberapa trotoar di Bandung jarang digunakan atau dapat dikatakan tidak lagi
dilewati. Karena pejalan kaki sering harus turun ke jalan raya sebagai pengganti
trotoar.

2.4 DAMPAK PENGGUNAAN TROTOAR UNTUK PENGENDARA


MOTOR
Trotoar akan menjadi sempurna jika digunakan pada tempatnya. Tapi kondisi
trotoar yang kurang baik menimbulnya penurunan minat para pejalan kaki untuk
digunakan sebagai jalur amanberjalan kaki. Pada akhirnya, trotoar tersebut akan
digunakan sebagai lahan parkir, tempat berjualan, dan jalan alternatif pagi para
pengendara motor pada saat terjadinya kemacetan.
Kemacetan yang panjang terutama pada saat jam pulang kerja menyebabkan
para pengendara motor mengambil trotoar sebagai jalur alternatif untuk
menghindari kemacetan. Hal akan banyak berdampak pada beberapa hal,
diantaranya :
 Terganggunya para pejalan kaki sehingga menimbulkan efek tidak
nyaman
 Terganggunya keselamatan para pejalan kaki
Faktor keselamatan berjalan kaki dipengaruhi pula oleh keamanan dan
ketertiban trotoar. Semaki rendah tingkat ketertiban membuat keselamat seseorang
tidak lagi terjamin.
2.5 SOLUSI AGAR TROTOAR TETAP PADA FUNGSINYA
Permasalahan trotoar yang telah beralih fungsi ini seharusnya dapat segera
diatasi oleh pemerintah. Disisi lain pemerintah telah mengadakan sosialisasi kepada
para pedagang kaki lima dan beberapa juru parkir akan pentingnya trotoar dan
permintaan untuk tidak menggunakan trotoar sebagai tempat mencari nafkah.
Sebenarnya, pemerintah telah menyediakan tempat bagi para pedagang –
pedagang kaki lima yang sering menjajakan dagangannya disekitar trotoar, hanya
saja mereka enggan untuk pindah dan menempati tempat yang telah disediakan oleh
pemerintah. Alasan mereka banyak didasari karena tempat yang disediakan tersebut
tidak sestrategis dengan tempat mereka jualan sebelumnya.
Oleh karena itu, pentingnya perhatian dan kesadaran masyarakat untuk lebih
mengoptimalkan kembali fungsi daripada trotoar disepanjang jalan. Jangan sampai
trotoar tersebut beralih fungsi dengan tidak menjadi yang semestinya, karena hal
tersebut sangat mengganggu kenyamanan bukan hanya pada pejalan kaki saja
melainkan bagi para pengguna jalan lainnya.
Untuk meningkatkan kualitas hidup PKL, ada baiknya pejabat daerah
menyediakan lahan bagi mereka. Agar tercipta suasana yang nyaman, baik bagi
para pengguna jalanan, maupun bagi para PKL itu sendiri. Karena tujuan utama
PKL berdagang yaitu hanya berupaya mencari uang demi hidup keluarganya.
Tetapi tetap saja ada yang sering berpandangan negatif terhadap para PKL, karena
mereka berkutat selalu dengan jalanan yang identik dengan tingkat kriminalitas
yang tinggi.
Membenahi penyalahgunaan fungsi trotoar sesuai isyarat PP Nomor 34
Tahun 2006, sebagai penyelenggara, pemerintah perlu melakukan perencanaan dan
perancangan kembali dengan pendekatan yang aspiratif, edukatif dan persuasif.
Tindakan tegas harus dilakukan tetapi seminimal mungkin dihindari pendekatan 3G
(Gaduh, Gasak, Gusur). Terakhir pemerintah perlu membuat proyek percontohan
trotoar yang manusiawi, mengamodir kepentingan semua pihak yang
bersinggungan dalam ruang publik kota itu dari berbagai aspeknya.
Trotoar harus dikembalikan ke fungsi asalnya. Hal ini bisa dilakukan bila
aparat pemerintah kota mau dan mampu melakukan komunikasi yang baik kepada
pedagang kaki lima agar memindahkan usaha mereka ke tempat yang lebih tepat.
Trotoar seyogyanya merupakan fasilitas kota yang khusus diperuntukkan untuk
berjalan kaki dengan aman dan nyaman. Bukan untuk jualan.
Sebenarnya setiap individu telah mengetahui fungsi dari trotoar. Namun yang
diperlukan adalah kesadaran dari dalam diri sendiri bahwa trotoar adalah fasilitas
yang hanya dapat digunakan oleh pejalan kaki, bukan jalur untuk sepeda motor,
parkiran atau bahkan berjualan.
BAB III
PENUTUP

Dalam segi sosial, tidak boleh memandang sebelah mata atas keberadaan para
PKL tersebut. Terlebih tak boleh menutup mata dengan kehadiran mereka. Karena
sejatinya para PKL tersebut pun bekerja dengan cara yang halal, hanya belum tepat
dari segi medianya. Maka dari itu, tugas pemerintah daerah untuk memberdayakan
para PKL dengan baik. Agar terjadi sinkronitas dan relevansi yang harmonis antara
para PKL dengan Pemda.Pemda juga perlu menyediakan sebuah area yang strategis
untuk proses dan tahap pemberdayaan, pembinaan bagi para PKL tersebut.
Sehingga apabila menggelar aksi penertiban, tak harus dilakukan oleh para aparat
dengan sikap arogan dan tidak manusiawi. Hal itu hanya akan memicu ketegangan
sosial. Dengan cara penyampaian yang baik, bijak dan sopan pun dapat dilakukan.
Para PKL pun dapat diajak bicara dengan baik-baik, jika kita menyampaikannya
dengan baik.
Harus diakui bahwa PKL ini timbul dari adanya ketimpangan sosial dan
pembangunan perekonomian serta pendidikan yang tidak merata di negara ini.
Seperti halnya dengan perkataan Bernard Haring : “Moralitas dan kemerdekaan kita
hanya akan tetap menjadi impian belaka jika tidak melahirkan dampak pada
kehidupan sosial-ekonomi dan politik.”
DAFTAR PUSTAKA

Khamala Rizkiani, Dewi. 2012. Ketika Trotoar Menjadi Lahan Rejeki Bagi
Pedagang Kaki Lima.http://dewikhamalarizkiani.blogspot.co.id/2012/12/ketika-
trotoar-menjadi-lahan-rejeki.html.
Wikipedia. 2016. Trotoar.https://id.wikipedia.org/wiki/Trotoar.
2013. Trotoar dan Kaki Lima.https://munggur.wordpress.com/2013/10/10/trotoar-
dan-kaki-lima/.
Hmibecak. 2007. Melihat Fenomena Pedagang Kaki Lima Melalui Aspek
Hukum.https://hmibecak.wordpress.com/2007/08/01/melihat-fenomena-
pedagang-kaki-lima-melalui-aspek-hukum/.
Fajar Indrawan, Fajar. 2016. Trotoar di Jakarta Beralih Fungsi Tak Lagi Fasilitasi
Pejalan Kaki.http://news.detik.com/berita/d-3268516/trotoar-di-jakarta-beralih-
fungsi-tak-lagi-fasilitasi-pejalan-kaki.
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/641/jbptunikompp-gdl-teguhshahp-32035-10-
unikom_t-i.pdf (diakses pada tanggal 5 september 2017)

Anda mungkin juga menyukai