Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN GANGGUAN AKTIVITAS


PADA NY. N PASIEN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS GLAUCOMA

Disusun oleh

ANGGI FARLINA

N21018016

PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
T.A. 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah dan rahmat
yang diberikan, sehingga penulisan makalah seminar Stase keperawatan medical
bedah II dengan kasus Glaocoma di ruang Rumah sakit undata Palu.
Penulisan kasus ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bagaimana
konsep keperawatan pada sistem pengindraan dan penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan yang tepat.
Penyusunan kasus ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan.
Oleh karena itu, masukan dan saran saya selanjutnya. Sehubungan dengan hal
tesebut, saya ucapkan terima kasih kepada ibu Ni Wayan Sridani,S. ST,M.kes
dalam penyelesaian kasus makalah ini.

Palu, 6 februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN GLAUKOMA
a. DEVINISI…………………………………………………………………4
b. ETIOLOGI………………………………………………………………..4
c. PEMERIKSAAN PENUNJANG………………………………………....8
d. MENIFESTASI KLINNIS………………………………………………..8
E PATHWAY……………………………………………………………….9
RENCANA KEPERAWATAN
BAB II LAPORAN SEMU ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN
AKTIVITAS PADA KLIEN Ny. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS
GLAUCOMA
1. IDENTITAS KLIEN………………………………………………..10
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB……………………………10
3. RIWAYAT KESEHATAN…………………………………………10
4. KELUHAN UTAMA……………………………………………….10
5. PEMERIKSAAN FISIK…………………………………………….15
6. KLASIFIKASI DATA………………………………………………15
7. ANALISA DATA…………………………………………………...16
BAB III PENUTUP………………………………………...19
Kesimpulan …………………………………………..20
Saran ……………………………………………........20

3
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan
defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan
oleh :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil

C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma primer
- Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi
kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara
lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg
berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal
biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan
dengan nyeri mata yang timbul.

4
- Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran
schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang
mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang
tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat,
penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan
dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan
nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan
trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada
penyebab.
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- bedah
3. Glaukoma kongenital
- Primer atau infantil
- Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah
terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan
fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata
dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik.

5
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta
pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan
intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat
bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata,
atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling
banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40
tahun atau lebih.

c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-
obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan
emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema,
luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur,
uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca
pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan
daerah belakang kepala .
2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa
mual dan muntah ,kadang-kadang dapat mengaburkan gejala
glaukoma akut.
3). Tajam penglihatan sangat menurun.
4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.

6
5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif,
akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat
kekeruhan media penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan
tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan
intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun,
lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-
500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi,
ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah
pengobatan medikamentosa.
2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan
bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang
permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian
kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif

7
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit
berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti
normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada
stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena
pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan
permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri
menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan
dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan
dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat
perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang
pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma
busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan
lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil
pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan.
Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

8
PATHWAY GLAUKOMA

DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi jaringan peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepan


Cairan humor aqueous

Nyeri TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan saraf optik


tindakan operasi

Gangguan Perubahan penglihatan Kurang pengetahuan


persepsi sensori Perifer
penglihatan

Kebutaan koping anefektif

stresor

Ansietas
(sumber Nanda nic& noc jilid 2. 2015)

BAB II

9
LAPORAN SEMU ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA KLIEN
Ny. N DENGAN DIAGNOSA MESIS GLAUCOMA

1. IDENTITAN KLIEN
Nama : Ny. N
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamian : Perempuan
Pekerjaana : IRT
Agama : Islam
Alamat : Hayam wuruk
Status : Menikah
Tanggal Pengkajian : 6 februari 2020
Diagnosa Medis : Glaucoma

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. P
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : PNS
Hubungan dengan klien : Suami klien

3. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada mata

4. RIWAYAT KELUHAN UTAMA


klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada mata skala nyeri
7, seperti tertusuk tusuk nyeri di rasakan hilang timbul bertambah
ketika pasien menutup mata , klien jg merasakan mual dan muntah dan
penglihatan menjadi kabur klien tampak meringis.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : sedang
2) Kesadaran : composmentis
3) GCS : 15 (E4, V5 M6)
4) BB : 50 kg
5) TB :165 cm
6) IMT :18.38
7) Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg
N : 114x/ menit
S : 38 C
R : 22 x/ menit
SPO2 : 99%

b. Pengkajian Fisik
1) Kardiovaskuler
Inspeksi

10
Ictus kordis tidak Nampak di permukaan, dinding dada pada
ICS 5 Mid clavicula sinistrim
Palpasi
Auskultasi
Bunyi jantung regular,tidak ada bunyi jantung tambahan
2) Muskuloskeletal
Inspeksi
Kulit pada ekstermitas coklat, tidak ada atropi otot, jumlah jari
tangan dan kaki lengkap, akral teraba hangat.
Palpasi
Kekuatan otot 5 5
5 5
Ekstremitas kiri kekutan otot normal, sedangkan kekuatan otot
kanan mengalami penurunan kekuatan hanya mampu bergerak
melawan grapitasi namun tidak bisa melawanan tahanan yang
di berikan.
3) Pernafasan
Inspeksi
Bentuk dada normal, tidak ada luka, ada pernapasan cuping
hidung, ada retraksi pada dinding dada.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan,tidak ada massa
Perkusi
Terdengar Bunyi Sonor di seluruh area paru
Auskutasi
Bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan.
4) Genurinaria
Klien tidak terpasang kateter
5) Sistem indra
mata : nyeri pada mata skala nyeri 7, seperti tertusuk tusuk
nyeri di rasakan hilang timbul bertambah ketika pasien
menutup mata, klien mengatyakan penglihatan kabur hasil tes
visus kliien tidak dapat menglihat angka 20/70).
Hidung : keadaan hidung baik simetris , tidak ada nyeri tekan
penciuman baik.
Mulut : tidak ada nyeri menelan dapat membedakan rasa manis
asam pahit.
Telinga : simetris antara kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan
Peraba : klien dapat \membedakan panas, dingin dan nyeri
6) Neurologis dan Sensori
Kesadaran Sopor
GCS 15
E4 : Membuka mata spontan
M6 : Dapat mengikuti perintah
V5 : Dapat berbicara dengan baik

11
Reflrek patela baik kiri dan kanan

7) Gastrointestinal
Inspeksi
Bentuk abdomen datar, tidak ada bekas luka
Auskultasi
Bising usus (+), peristaltic usus terdengar 15x/menit.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada perut,tidak ada massa
Perkusi
Terdengar Bunyi timpani
Diagnosa Keperawatan :Tidak ada

8) Integumen
Inspeksi
Warna kulit kuning kecoklatan, kelembaban kulit berkurang.
Palpasi
Turgor kulit elastis.kulit teraba hangat
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada

9) Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada massa.

10) Nutrisi

NO POLA AKTIVITAS SEBELUM SAAT SAKIT


SEHARI-HARI SAKIT

1 Nutrisi
Makan 3X sehari 3 X sehari
 Frekwensi

12
makan Baik Baik
 Selera makan
 Jenis Nasi, ikan, sayuur Bubur
makanan DLL
Tidak ada Tidak ada
 masallah

Minum 6-8 gelas 5-7 gelas infus


 Frekwensi Air putih, teh RL 1500/IV
 Jenis Tidak ada Air putih
 Masalah Tidak ada

2 BAB
 Frekwensi 1-2 X sehari 1X sehari
 Masalah Tidak ada Tidak ada
BAK
 Frekwensi 3-4 X sehari 3-4 X sehari
 Masalah Tidak ada Tidak ada

3 ISTRAHAT
Frekkwensi 5-8 Jam/hari 4-7 jam/ hari
Masalah Tidak ada Tidak ada

5 Personal hygiene
a. mandi 2x/sehari 1x/sehari
b. sikat gigi 3x/hari 1x/hari

11) Psikososial
Keluarga klien berharap agar klien dapat sembuh dan bisa
beraktivitas seperti dulu lagi.

13
6. KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

14
 Klien mengtakan nyeri pada  Keadaan umum sedang
mata skala nyeri 7, seperti  Kesadaran sopor
tertusuk tusuk nyeri di rasakan  GCS 15 (E4 M5 V6)
 Tanda-tanda vital
hilang timbul bertambah ketika
 TD : 130/90 mmHg
klien menutup mata. N : 114x/ menit
 Klienmengatakan penglihatan S : 38 C
kabur . R : 22 x/ menit
SPO2 : 99%
 Klien tampak meringis

7. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
NO

15
1. DS : DM, koartikosteroid jangka Nyeri
panjang , miopia, trauma mata
 Klien mengtakan nyeri pada
mata skala nyeri 7, seperti
tertusuk tusuk nyeri di Obtruksi jaringan trabekuler
rasakan hilang timbul
bertambah ketika klien
menutup mata.
Hambatan pengaliran cairan humor
 Klienmengatakan penglihatan
kabur ,

TIO meningkat
DO :
 Keadaan umum sedang
 Kesadaran sopor Nyeri
 GCS 15 (E4 M5 V6)
 TD : 130/90 mmHg
N : 114 x/ menit
S : 38 C
R : 22x/ menit

SPO2 : 99%
 Klien tampak meringis

16
Asuahan keperawa

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN

17
1 Nyeri akut b/d agens Setalah di lakuakan Terapi latihan : 1 .mengetahui tingkat 1.Mengkaji tingkat S : - klien mengatakan
cedera biologis di tindakan 1.kaji tingkat nyeri nyeri nyeri Nyeri pada bagian
tandai dengan : keperawatan 2x24 Mata berskala
 DS : Klien jam di harapkan 2. observasi tanda- 2 mengetahui Hasil: menentukan Nyeri 7
mengtakan masalah teratasi tanda vital tanda-tanda vital dan Intervensi yang tepat -klien mengatakan
dengan kriteria pemeriksaan Penglihatan kabur
nyeri pada hasill : 3.ajarkan teknik selanjutnya 2.mengobservasi
mata skala relaksasi nafas tanda-
nyeri7, -klien tidak dalam 3 .untuk menurunkan tanda vital O:- klien tampak
seperti Mengeluh sakit tekanan darah meringis
mata 4.gunakan Hasil: menentukan
tertusuk -nyeri dapat analgesik yang di 4.untuk menjelaskan KU -TD : : 130/90 mmHg
tusuk nyeri berkur rekomendasikan konsep nyeri dalam batas normal
di rasakan ang N : 114x/menit
hilang -klien tampak 5.gunakan tindakan 5.penghilang nyeri 3.Mengajarkan teknik S : 38 C
tenang dan pengurangan nyeri tanpa menghilangkan relaksasi nafas R: 22x/menit
timbul rileks tanpa analgesik kesadaran dalam
bertambah A : masalah belum
ketika klien 6.berikan informasi 6.memberikan Hasil:ketegangan teratasi
tentang gambaran upaya saraf yang akan
menutup
pembatasan mentoleransi aktivitas mengurangi rasa P : lanjutkan intrvensi
mata. aktivitas 1,2,.3,
-Klien 7.memberikan 4.Menggunakan
mengatakan 7.Ambil tindakan penurunan nyeri analgesik yang di
penglihatan untuk rekomendasikan
mengurangi nyeri
kabur .
 DO : klien 5.Menggunakan
tampak tindakan pengurangan
meringis nyeri tanpa analgesik
- Keadaan
umum sedang 6.memberiakan

18
19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik
dengan defek lapang pandangan mata.Galukoma adalah sekelompok
kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.
B. SARAN
1. Bagi Institusi
Sebagai tempat pembelajaran atau sekolah yang bergerak dibidang
kesehatan, hendaknya dapat memberi pendidikan yang lebih baik lagi
kepada mahasiswa dalam paraktik pelayanan kesehatan dan menyediakan
buku-buku penunjang sebagai acuan dalam melakukan asuhan
keperawatan.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan aktif berperan serta dalam meningkatkan kesadaran klien
terhadap pentingnya penanganan dan pengobatan terhadap kejadian glaucoma klien agar
tetap menjalani pengobatannya dengan teratur sehingga kualitas hidup klien dapat
dipertahankan dan meningkat.
3. Bagi Pasien
a. Klien mengetahui cara perawatan mandiri yang tepat tentang
pencegahan atau penanganan glaucoma
b. Meningkatkan pengetahuan Klien tentang pentingnya pengobatan
dengan teratur sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien

20

Anda mungkin juga menyukai