Anda di halaman 1dari 14

HUKUM TANAH

TUGAS EKT 1 MATA KULIAH HUKUM AGRARIA


DOSEN : WIDODO BUDIDARMO, SH.,M.Kn.

NAMA : AULIA MARSHA NABILA


KELAS : 2E
NIM : 1802010114

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF TANGERANG
TAHUN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Hukum Agraria pada Program Studi
Ilmu hukum universitas islam syekh yusuf dengan ini penulis mengangkat judul “Hukum
Tanah”. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 24 maret 2019

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...…………1
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 5
C. Tujuan penulisan…………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian tanah dan hukum tanah…………………………………………………6
B. Azas-azas hukum agraria …………………………………………………………..7
C. Landasan hukum tanah/agraria................................................................................9
D. Sifat dan ruang lingkup pengaturan hukum tanah…………………………….…...10
E. Hukum agrarian dalam tata hukum Indonesia……………………………………..11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... .......13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.Manusia hidup serta
melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan tanah
dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung selalu memerlukan tanah. Pun pada saat manusia meninggal dunia masih memerlukan
tanah untuk penguburannya Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka setiap orang
akan selalu berusaha memiliki dan menguasainya. Dengan adanya hal tersebut maka dapat
menimbulkan suatu sengketa tanah di dalam masvarakat.Sengketa tersebut timbul akibat adanya
perjanjian antara 2 pihak atau lebih yang salah 1 pihak melakukan wanprestasi.

Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka didalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat .Ketentuan mengenai tanah juga dapat kita lihat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau
yang biasa kita sebut dengan UUPA.

Mencuatnya kasus-kasus sengketa tanah di Indonesia beberapa waktu terakhir seakan


kembali menegaskan kenyataan bahwa selama 62 tahun Indonesia merdeka, negara masih belum
bisa memberikan jaminan hak atas tanah kepada rakyatnya. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria (UU PA) baru sebatas menandai dimulainya era
baru kepemilikan tanah yang awalnya bersifat komunal berkembang menjadi kepemilikan
individual.

Terkait dengan banyak mencuatnya kasus sengketa tanah ini, Kepala Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Joyo Winoto mengatakan, bahwa terdapat sedikitnya terdapat 2.810 kasus
sengketa tanah skala nasional. Kasus sengketa tanah yang berjumlah 2.810 kasus itu tersebar di
seluruh indonesia dalam skala besar. Yang bersekala kecil, jumlahnya lebih besar lagi.

4
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tanah dan hukum tanah/ Agraria ?
2. Azaz-azaz dan landasan hukum tanah ?
3. Sifat dan ruang lingkup pengaturan hukum tanah ?
4. Hukum agraria dalam tata hukum indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian tanah dan hukum tanah.
2. Mendeskripsikan Mengidentifikasikan azaz-azaz dan landasan hukum tanah.
3. Mengidentifikasikan sifat dan ruang lingkup pengaturan hukum tanah.
4. Menjelaskan hukum agraria dalam tata hukum indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanah dan Hukum tanah / Agraria

Istilah tanah (agraria) berasal dari beberapa bahasa, dalam bahasas latin agre berarti tanah
atau sebidang tanah .agrarius berarti persawahan, perladangan, pertanian. Menurut kamus besar
Bahasa Indonesia agraria berarti urusan pertanahan atau tanah pertanian juga urusan pemilikan
tanah, dalam bahasa inggris agrarian selalu diartikan tanah dan dihubungkan usaha pertanian,
sedang dalam UUPA mempunyai arti sangat luas yaitu meliputi bumi, air dan dalam batas-batas
tertentu juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.

Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas
dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar
hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.

Hukum agraria dalam arti sempit yaitu merupakan bagian dari hukum agrarian dalam arti
luas yaitu hukum tanah atau hukum tentang tanah yang mengatur mengenai permukan atau kulit
bumi saja atau pertanian

Hukum agraria dalam arti luas ialah keseluruhan kaidah-kaidah hukum baik tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga
ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.Hukum agraria memberi lebih
banyak keleluasaan untuk mencakup pula di dalamnya berbagai hal yang mempunyai hubungan
pula dengannya, tetapi tidak melulu mengenai tanah.

Definisi hukum agraria menurut para ahli :

 Mr. Boedi Harsono ,Ialah kaidah-kaidah hukum baik tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga ruang angkasa serta
kekayaan alam yang terkandung didalamnya.

6
 Drs. E. Utrecht SH, Hukum agraria menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan
akan memungkinkan para pejabat administrasi yang bertugas mengurus soal-soal tentang
agraria, melakukan tugas mereka.
 Bachsan Mustafa SH, Hukum agrarian adalah himpunan peraturan yang mengatur
bagaimana seharusnya para pejabat pemerintah menjalankan tugas dibidang keagrariaan
 Subekti menjelaskan bahwa “Agraria adalah urusan tanah dan segala apa yang ada di
dalamnya dan di atasnya, seperti telah diatur dalam Undang-undang Pokok Agraria.
 Menurut Lemaire, hukum agraria sebagai suatu kelompok hukum yang bulat meliputi
bagian hukum privat maupun bagian hukum tata negara dan hukum administrasi negara.
 S.J. Fockema Andreae merumuskan Agrarische Recht sebagai keseluruhan peraturan-
peraturan hukum mengenai usaha dan tanah pertanian, tersebar dalam berbagai bidang
hukum (hukum perdata, hukum pemerintahan) yang disajikan sebagai satu kesatuan
untuk keperluan studi tertentu.

B. Azaz-azaz Hukum Agraria

1. Asas nasionalisme
Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa hanya warga Negara Indonesia saja yang
mempunyai hak milik atas tanah atau yang boleh mempunyai hubungan dengan bumi dan ruang
angkasa dengan tidak membedakan antara laki-laki dengan wanita serta sesama warga Negara
baik asli maupun keturunan.

2. Asas dikuasai oleh Negara


Yaitu bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya itu pada tingkat tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat (pasal 2 ayat 1 UUPA).

3. Asas hukum adat yang disaneer

Yaitu bahwa hukum adat yang dipakai sebagai dasar hukum agrarian adalah hukum adat
yang sudah dibersihkan dari segi-segi negatifnya

7
4. Asas fungsi social
Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa penggunaan tanah tidak boleh bertentangan
dengan hak-hak orang lain dan kepentingan umum, kesusilaan serta keagamaan(pasal 6 UUPA)

5. Asas kebangsaan atau ( demokrasi )

Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa setiap WNI baik asli maupun keturunan
berhak memilik hak atas tanah.

6. Asas non diskriminasi ( tanpa pembedaan )


Yaitu asas yang melandasi hukum Agraria (UUPA).UUPA tidak membedakan antar
sesame WNI baik asli maupun keturunanasing jadi asas ini tidak membedakan-bedakan
keturunan-keturunan anak artinya bahwa setiap WNI berhak memilik hak atas tanah.

7. Asa gotong royong

Yaitu asas yang melandasi hukum Agraria (UUPA).UUPA tidak membedakan antar
sesame WNI baik asli maupun keturunanasing jadi asas ini tidak membedakan-bedakan
keturunan-keturunan anak artinya bahwa setiap WNI berhak memilik hak
atas tanah.Bahwa segala usaha bersama dalam lapangan agrarian didasarkan atas kepentingan
bersama dalam rangka kepentingan nasional, dalam bentuk koperasi atau dalam bentuk-bentuk
gotong royong lainnya, Negara dapat bersama-sama dengan pihak lain menyelenggarakan usaha
bersama dalam lapangan agraria (pasal 12 UUPA)

8. Asas unifikasi
Hukum agraria disatukan dalam satu UU yang diberlakukan bagi seluruh WNI, ini berarti
hanya satu hukum agraria yang berlaku bagi seluruh WNI yaitu UUPA.

9. Asas pemisahan horizontal (horizontale scheidings beginsel)

Yaitu suatu asas yang memisahkan antara pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda
atau bangunan-bangunan yang ada diatasnya. Asas ini merupakan kebalikan dari asas vertical
(verticale scheidings beginsel ) atau asas perlekatan yaitu suatu asas yang menyatakan segala apa
yang melekat pada suatu benda atau yang merupakan satu tubuh dengan kebendaan itu dianggap

8
menjadi satu dengan benda iu artnya dala sas ini tidak ada pemisahan antara pemilikan hak atas
tanah dengan benda-benda atau bangunan-bangunan yang ada diatasnya.

C. Landasan Hukum Tanah/Agraria

Landasan Hukum Agraria ialah ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 45 merupakan sumber
hukum materiil dalam pembinaan hukum agraria nasional. Hubungan Pasal 33 (3) UUD 45
dengan UUPA:

1. Dimuat dalam Konsideran UUPA, Pasal 33 (3) dijadikan dasar hukum bagi pembentukan
UUPA dan merupakan sumber hukum (materiil) bagi pengaturannya.

“bahwa hukum agraria tersebut harus pula merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959, ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan Manifesto
Politik Republik Indonesia, sebagai yang ditegaskan dalam pidato Presiden tanggal 17 Agustus
1960, yang mewajibkan Negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin
penggunaannya, hingga semua tanah diseluruh wilayah kedaulatan bangsa dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara perseorangan maupun secara gotong-royong”

2. Dalam penjelasan UUPA angka 1

“hukum agraria nasional harus mewujudkan penjelmaan dari pada azas kerokhanian,
Negara dan cita-cita Bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan,
Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial serta khususnya harus merupakan pelaksanaan
dari pada ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan Garis-garis besar dari pada
haluan Negara….”

Pengaturan keagrariaan atau pertanahan dalam UUPA yaitu untuk mengatur pemilikan dan
memimpin penggunaannya, harus merupakan perwujudan dan pengamalan dasar negara
pancasila dan merupakan pelaksanaan dari UUD 45 dan GBHN.Bahwa UUPA harus
meletakkan dasar bagi hukum agraria nasional yang akan dapat membawa kemakmuran,
kebahagiaan, keadilan serta kepastian hukum bagi bangsa dan negara.

9
D. Sifat dan Ruang Lingkup Pengaturan Hukum Tanah

Politik hukum pertanahan pada jaman HB dengan asas Domein dan Agrarische Wet
ditujukan untuk kepentingan Pemerintah Jajahan dan Kaula Negara tertentu yang mendapat
prioritas dan fasilitas dalam bidang penguasaan dan penggunaan tanah sedangkan golongan bumi
putra kurang mendapatkan perhatian dan perlindungan.

Menurut Agrarische Wet pemerintah HB bertindak sama kedudukannya dengan orang,


tampak adanya campur tangan pemerintah dalam masalah agraria pada umunya, sedangkan
setelah Indonesia merdeka pemerintah bertindak selaku penguasa.

Hukum agraria Negara RI bertujuan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat


untuk menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 45 (Pasal 33 ayat
3). UU No. 5 Tahun 1960 mengatur:

1. Hubungan antara bangsa Indonesia dengan BARA+K (bumi, air, ruang udara dan
kekayaanalam yang terkandung di dalamnya) yang terkandung di dalamnya.

2. Hubungan hukum antara negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat


Indonesiadengan BARA+K yang terkandung di dalamnya.

Atas dasar hak menguasai tersebut maka negara dapat:

1. Menentukan bermaca-macam hak atas tanah.


2. Mengatur pengambilan kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
a. Membuat perencanaan/planning mengenai penyediaan, peruntukan dan penggunaan
BARA+K yang terkandung di dalamnya.
b. Mencabut hak-hak atas tanah untuk keperluan kepentingan umum.
c. Menerima kembali tanah-tanah yang:
 Ditelantarkan.
 dilepaskan.
 subyek hak tidak memenuhi syarat.

10
Tujuan diberikannya hak menguasai kepada negara ialah: untuk mencapai sebesar-besar
kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat
dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Hak negara untuk
menguasai pada hakekatnya memberi wewenang kepada negara untuk: mengatur dan
menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan BARA+K.

Hubungan antara orang baik sendiri-sendiri dan badan hukum dengan BARA+K yang
terkandung didalamnya.Yang dimaksud dengan hak atas tanah ialah: “Hak yang memberikan
wewenang untuk mempergunakan permukaan bumi atau tanah yang bersangkutan demikian pula
tubuh bumi dan air serta ruang angkasa yang ada di atasnya, sekedar diperlukan untuk keperluan
yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut UU ini
dan peraturan hukum lain yang lebih tinggi.Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

E. Hukum Agraria Dalam Tata Hukum Indonesia.

Menurut UUPADengan lahirnya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria (UUPA) yang bertujuan:

1. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional.


2. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
pertanahan.
3. Meletakkan dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi
rakyat.

Berdasarkan tujuan pembentukan UUPA tersebut maka seharusnyalah kaidah-kaidah hukum


agraria dibicarakan oleh suatu cabang ilmu hukum yang berdiri sendiri, yaitu cabang ilmu hukum
agraria. Menurut Prof Suhardi, bahwa untuk dapat menjadi suatu cabang ilmu harus memenuhi
persyaratan ilmiah yaitu:

 Persyaratan obyek materiil


 Yaitu bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
 Persyaratan obyek formal

11
 Yaitu UUPA sebagai pedoman atau dasar dalam penyusunan hukum agraria nasional.

Berdirinya cabang ilmu hukum agraria kiranya menjadi sebuah tuntutan atau keharusan,
karena: Persoalan agraria mempunyai arti penting bagi bangsa dan negara agraris.

Dengan adanya kesatuan/kebulatan, akan memudahkan bagi semua pihak untuk


mempelajarainya.Disamping masalah agraria yang mempunyai sifat religius, masalah tanah
adalah soal masyarakat bukan persoalan perseorangan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas
dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar
hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Hukum agraria dalam ialah keseluruhan kaidah-kaidah hukum baik tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga ruang angkasa
serta kekayaan alam yang terkandungdidalamnya.Hukum agraria memberi lebih banyak
keleluasaan untuk mencakup pula di dalamnya berbagai hal yang mempunyai hubungan pula
dengannya, tetapi tidak melulu mengenai tanah.
Dimuat dalam Konsideran UUPA, Pasal 33 (3) dijadikan dasar hukum bagi pembentukan
UUPA dan merupakan sumber hukum (materiil) bagi pengaturannya.“bahwa hukum agraria
tersebut harus pula merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959,
ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan Manifesto Politik Republik Indonesia,
sebagai yang ditegaskan dalam pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1960, yang mewajibkan
Negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin penggunaannya, hingga semua tanah
diseluruh wilayah kedaulatan bangsa dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,
baik secara perseorangan maupun secara gotong-royong”

13
DAFTAR PUSTAKA

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi
dan Pelaksanaanny, Jilid 1 Hukum Tanah, (Jakarta: Djambatan. 1994)
Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)
Ali Ahmad Chomzah, Hukum Agraria (Pertanahan Di Indonesia )Jilid 1, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2003)
Urip Santoso,Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2008)

14

Anda mungkin juga menyukai