Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

LANDASAN PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan


Yang Diampu oleh Imam Gunawan S.Pd., M.Pd

Nama Kelompok:
1. Aizul Haswin (190721637630)
2. Alifvia Novita Putri Romadhoni (190721637603)
3. Balqis Salsabila (190721637688)
4. Sastria Darul Ulfahmi (190741639264)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
Februari 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...i

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………..1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
1.3. Tujuan……………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………2
2.1. Landasan Filsafat Pendidikan……………………………………………2
2.2. Landasan Sosial Budaya Pendidikan……………………………………7
2.3. Landasan Ekonomi Pendidikan ………………………………………..11
2.4. Landasan Sejarah Pendidikan …………………………………………19
2.5. Landasan Psikologis Pendidikan ………………………………………32
2.6. Landasan Hukum Pendidikan ………………………………………….36
2.7. Landasan IPTEK pendidikan …………………………………………...39

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………….41


3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………….41
3.2. Saran………………………………………………………………………41

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….42

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Semua orang pasti dikenai pendidikan, baik formal, nonformal
mauupun informal. Pendidikan merupakan salah satu ciri khas dari
kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan hal yang sangat
penting. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki,
mengubah pengetahuan, ketrampilan, sikap serta tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui
kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan. Pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan potensi yang ada di dalam diri manusia. Dalam pendidikan
tentunya memiliki landasan-landasan dasar. Landasan-landasan tersebut
seperti filsafat, sosial budaya, ekonomi, sejarah, psikologi, hukum dan
IPTEK. Dalam makalah ini akan dijelaskan landasan-landasan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa landasan filsafat pendidikan?
1.2.2. Apa landasan sosial budaya pendidikan?
1.2.3. Apa landasan ekonomi pendidikan?
1.2.4. Apa landasan sejarah pendidikan?
1.2.5. Apa landasan psikologis pendidikan?
1.2.6. Apa landasan hukum pendidikan?
1.2.7. Apa landasan IPTEK pendidikan?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui landasan filsafat pendidikan
1.3.2. Untuk mengetahui landasan sosial budaya pendidikan
1.3.3. Untuk mengetahui landasan ekonomi pendidikan
1.3.4. Untuk mengetahui landasan sejarah pendidikan
1.3.5. Untuk mengetahui landasan psikologis pendidikan
1.3.6. Untuk mengetahui landasan hukum pendidikan
1.3.7. Untuk mengetahui landasan IPTEK pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Landasan Filsafat


2.1.1. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat (philosophy) berasal dari dua suku kata dalam
bahasa Yunani Kuno, yaitu philein (cinta) dan sophia
(kebijaksanaan). Jadi secara etimologis filsafat adalah cinta kepada
kebijaksanaan (Dagobert D. Runes, 1981). Cara berpikir seorang
filsuf ada empat, yaitu kontemplatif, spekulatif, radikal dan sinoptik.
Kontemplatif artinya berpikir untuk mengungkap hakikat dari sesuatu
yang dipikirkan. Spekulatif artinya berpikir melampaui fakta yang ada
untuk mengungkap apa yang ada di balik yang nampak. Radikal
artinya berpikir sampai kepada akar dari sesuatu yang dipertanyakan
hingga terungkap hakikat dari apa yang dipertanyakan tersebut.
Sinoptik artinya berpikir dengan pola yang bersifat merangkum
keseluruhan tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipertanyakan,
pola berpikir ini merupakan kebalikan dari pola berpikir analitik.
Alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan
filosofis pendidikan. Pertama karena pendidikan bersifat normatif,
maka dalam rangka pendidikan diperlukan suatu acuan atau titik tolak
yang bersifat prespektif atau normatif. Landasan Filsafat pendidikan
yang bersifat prespektif atau normatif ini akan memberikan petunjuk
tentang apa yang seharusnya ada dalam pendidikan atau apa yamg
dicita-citakan dalam pendidikan. Kedua bahwa pendidikan tidak
hanya cukup dipahami melalui pendekatan yang bersifat parsial dan
deskriptif saja, melainkan perlu dipandang secara holistik pula.
Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Bangsa
Indonesia memiliki landasan filosofis pendidikan tersendiri dalam
sistem pendidikan nasionalnya, yaitu Pancasila. Nilai-nilai Pancasila
untuk dijadikan titik tolak dalam rangka praktek pendidikan maupun
studi pendidikan.

2
2.1.2. Karakteristik Landasan Filsafat
Karakteristik filsafat ntara lain, yaitu objek yang dipelajari
filsafat, proses berfilsafat, tujuan berfilsafat, hasil berfilsafat,
penyajian dan sifat kebenaranya. Proses studi atau proses berfilsafat,
dimulai dengan ketakjuban, ketidak puasan, hasrat bertanya, dan
keraguan seorang filsuf terhadap apa yang dialaminya. Para filsuf
tidak berpikir pada asumsi yang telah ada, justru mereka menguji
asumsi itu. Berfilsafat bersifat, kontemplatif, artinya berpikir
menangkap hakikat dari sesuatu yang diperkirakan, Spekulatif yakni
berpikir melampaui fakta yang ada untuk mengungkap apa yang ada
dibalik yang nampak, Radikal, yaitu berpikir hingga akar dari sesuatu
ang dipertanyakan hingga terungkap apa yang menjadi hakikat dari
apa yang dipertanyakan itu, sinoptik, yaitu berpikir dengan pola
bersifat merangkum keseluruhan apa yang sedang dipikirkan,pola
berpikir ini merupakan kebalikan dari pola berpikir analitik. Namun
dalam berpikirn yaitu para filsuf melibatkan seluruh pengalaman
insaninya, sehingga bersifat subjektif.
Tujuan para filsup berpikir mengenai apa yang dipertanyakan
ilah untuk menemukan kebenaran. Hasil berfilsafat, adalah sistem
teori, konsep yang besifat normative atau preskriftif, artinya bahwa
sistem gagasan berfilsafat menunjukan tentang apa yang dicita-
citakan dan individualistic-unik artinya, sistem gagasan yang
dikemukakan ileh filsuf tertentu akan berbeda dengan sistem
gagasan filsuf lainnya. Karena itu kebenaran filsafat bersifat
subjektif-paralelistik, magsudnya bahwa suatu sistem gagasan benar
bagi filsuf yang bersangkutan atau bagi para pengikutnya. Dengan
kata lain, bahwa masing-masing aliran filsafat memiliki kebenaran
yang berlaku dalam relnya masing-masing. Adapun hasil berfilsafat
disajikan para filsuf secara tematik sistematik dalam bentuk naratif
atau profetik.

2.1.3. Landasan Filosofis Pendidikan


1) Definisi Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofi pendidikan adalah seperangkat filosofi yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan.

3
2) Struktur landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu
sistem gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau
dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum yang
diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Terdapat hubungan
implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat
umum tehadap gagasan-agasan pendidikan.
3) Karakteristik Landasan Filosofis Pendidikan
Berisi tentang gagasan atau konsep-konsep yang bersifat
normative atau presfektif. Dikatakan bersifat normative atau
presfektif, sebab landasan filosofis pendidikan tidak berisi
konsep-konsep tentang pendidikan apa adanya, melainkan berisi
tentang konsep-konsep pendidikan yang seharusnya atau yang
dicita-citakan.
4) Aliran Dalam Landasan Filosofis Pendikakan
Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat berbagai aliran
pemikiran.Hal ini muncul sebagai implikasi dari aliran-aliran yang
terdapat dalam filsafat. Sehingga dalam lendasan filosofi
pendidikanpun dikenal adanya landasan filosofis pendidikan
Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.
5) Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme, Realisme, dan
Pragmatisme
a. Idealisme
Konsep Filsafat Umum Idealisme antara lain adalah:
• Metafisika: Para filsuf idealisme mengklaim bahwa
realitas padahakikatnya bersifat spiritual.
• Manusia: adalah mahluk spiritual, mahlukberfikir, memiliki
tujuan hidup dan hidup di dunia dengan suatu aturan
moral yang jelas.
• Epistemology: pengetahuan diperoleh dengan cara
mengingat kembali atau berfikir melalui intuisi.
• Aksiologi: manusia diperintah oleh nilai moral yang
imperative yang besumber dari realitas yang absolute.
Implikasi terhadap Pendidikan adalah sebagai berikut:

4
• Tujuan pendidikan: pengembangan karakter,
pengmbangan bakat insane, dan kebijakan social
• Kurikulum/isi pendidikan: pengembangan kemampuan
berpikir melalui pengembangan pendidikan liberal,
penyiapan keterampilan kerja suatu mata pencaharian
melalui pendidikan praktis.
• Metode pendidikan: metode yang di utamakan adalah
metode dialetik, namun tiap metode yang mendorong
belajar dapat diterima, da cenderung mengabaikan dasar-
dasar fisiologis untuk belajar.
• Peranan pendidik dan peserta didik: pendidik
bertanggungjawab menciptakan lingkungan pendidikan
bagi peserta didik. Sedangkan peserta didik bebas
mengembangkan keperibadian dan bakat-bakatnya.
b. Realisme
Konsep Umum Filsafat Realisme adalah sebagai berikut:
• Metafisika: Para Filosof Realisme memandang dunia
dalam pengertian materi yang hadir dengan sendirinya,
dan tertata dalam hubungan-hubungan yang teratur diluar
campur tangan manusia.
• Manusia: Hakikat manusia terletak pada apa yang
dikerjakannya. Manusia bisa bebas atau tidak bebas.
Pikiran atau jiwa merupakan suatu organisme yang
sangat rumit yang mampu berpikir.
• Epistemologi: Pengetahuan diperoleh manusia melalui
pengalaman diri dan penggunaan akal.
• Aksiologi: Tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam
dan pada taraf yang lebih randah diatur oleh
kebijaksanaan yang telah teruji.
Implikasi terhadap Pendidikan adalah sebagai berikut:
• Tujuan pendidikan: pendidikan bertujuan untuk
penyesuaian diri dalam hidup dan mampu melaksanakan
tanggungjawab sosial.

5
• Kurikulum/isi pendidikan: Harus bersifat komprehensif
yang berisi sains, matematika, ilmu-ilmu kemanusiaan
dan ilmu social, serta nilai-nilai.
• Metode: Metode hendaknya bersifat logis dan psikologis.
• Peranan pendidik dan peserta didik: Pendidik adalah
pengelola kegiatan belajar-mengajar (classroom is
teacher-centered). Sedangkan peserta didik berperan
untuk menguasai pengetahuan, taat pada aturan dan
berdisplin.
c. Pragmatisme
Konsep Filsafat Umum Pragmatisme adalah sebagai berikut:
• Metafisika: pragmatisme anti metafisika, suatu teori
umum tentang kenyataan tidaklah mungkin dan tidak
perlu. Manusia adalah hasil evolusi biologis, psikologis
dan sosial.
• Manusia: Manusia adalah hasil evolusi biologis, pikologis,
dan social.
• Epistemologi: pengetahuan yang benar diperoleh melalui
pengalaman dan berpikir (scientific method).
Pengetahuan adalah relative.
• Aksiologi: ukuran tingkah laku individual dan social di
tentukan secara eksperimental dalam pengalaman hidup.
Implikasi terhadap Pendidikan:
• Tujuan pendidikan: pendidikan adalah pertumbuhan
sepanjang hayat, proses rekontruksi yang berlangsung
terus menerus dari pengalaman yang terakumulasi dan
sebuah proses social. Tujuan pendidikan adalah
memperoleh pengalaman yang berguna memecahkan
masalah-masalah dalamkehidupan individual maupun
social..
• Kurikulum/isi pendidikan: Kurikulum mungkin berubah,
warisan-warisan sosial dari masa lalu tidak menjadi fokus
perhatian. Pendidiakn terfokus pada kehidupan yang baik
pada saat ini dan masa datang bagi individu, dan secara
besamaan masyarakat dikembangkan.

6
• Metode: Menguatamakan metode pemecahan masalah,
penyelidikan dan penemuan.
• Peranan pendidik dan peserta didik: Pendidk yaitu
memimpin dan membimbing pesrta didik belajar tanpa
ikut campur terlalu atas minat dan kebutuhan siswa.
Peserta didik berperan sebagai organisme yang rumit
yang mampu tumbuh.

2.2. Landasan Sosial Budaya


2.2.1. Pengertian Sosial Budaya
Individu, Masyarakat, dan KebudayanIndividu adalah manusia
perseorangan sebagai kesatuan yang tak dapat dibagi,
memilikipebedaanyang unik, serta bebas mengambil keputusan atau
tindakan atas pilihan dantanggung jawabnya sendiri (otonom).
Masyarakat adalah sekelompokmanusia yang hidup dan
bekerjabersama sebagai kesatuan sosial yangmenghasilkan
kebudayaan. Empat unsur masyarakat , yaitu : Manusia yang hidup
bersama- sama, Adanya interaksi sosial yang cukup lama,
Mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan, Menghasilkan
kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan,
danhasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan mililk diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat,1985).
Untuk memenuhi kebutuhan, setiap individu maupun kelompok
melakukan interaksi social yang didalamnya melakukan berbagai
tindakan sosial, yaitu perilaku individu dengan mempertimbangkan
dan berorientasi pada perilaku orang lain. Masyarakat menuntut hal
tersebut tiada lain agar tercipta konformitas, yaitu bentuk interaksi
yang didalamnya setiap individu berperilaku terhadap individu lainnya
sesuai yang diharapkan masyarakat agar tidak terjadi penyimpangan
tingkah laku. Apabila terjadi penyimpangan tingkah laku, maka
masysarakat akan mengucilkannya bahkan melakukan pengedalia
nsosial (social control), yaitu apa yang didefinisikan Peter L. Berger
sebagai cara masyarakat untuk menertibkan anggotanya.

7
2.2.2. Landasan Sosial Budaya
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada
pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan.
Dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur
budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar
mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan
bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Maka, bisa dikatakan
bahwa pengertian sosiologi pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu
individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja
sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan
pendidikan.Berikut akan dibahas mengenai sosial dan budaya pada
pendidikan, sebagai berikut :
1) Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Salah
satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi
khusus adalah sosiologi pendidikan.
Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :
a. Interaksi guru-siswa
b. Dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah
c. Struktur dan fungsi sistem pendidikan
d. Sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Wujud dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep
proses sosial. Proses sosial merupakan suatu cara berhubungan
antar idividu, antar kelompok atau antara individu dan kelompok
yang menghasilkan bentuk hubungan tertentu. Interaksi dan
proses sosial dapat terjadi sebagai akibat dari salah satu atau
gabungan dari faktor-faktor berikut:
a. Imitasi: Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa
pula bersifat negative
b. Sugesti: Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima
atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang
berwibawa atau berwewenang atau mayoritas.

8
c. Identifikasi: Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri
lewat identifikasi yang mencoba menyamakan dirinya
dengan orang lain, baik secara sadar maupun di bawah
sadar
d. Simpati: Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa
tertarik kepada orang lain.
Adapun, sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian
berikut :
a. Empiris: bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang
terjadi di lapangan.
b. Teoretis : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa
disimpan dalam waktu lama, dan dapat diwariskan kepada
generasi muda.
c. Komulatif : berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih
baik.
d. Nonetis : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal
itu baik atau buruk.
Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan,
maka guru perlu menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar
faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri anak-
anak.
Ada implikasi konsep sosial pada pendidikan, yaitu ;
a. Sekolah dan masayarakat sekitarnya harus saling
menunjang
b. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dan tokoh
masyarakat
c. Pendidikan (Sekolah) harus berfungsi secara maksimal
sebagai wahana proses sosialisasi anak.
d. Dinamika kelompok harus diarahkan untuk kepentingan
belajar
2) Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,
hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota

9
masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk
perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan
mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil
manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh
sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan
kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan lain-lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan
kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh
anggota-anggota masyarakat.
Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi
terakhir yang paling tepat, sebab mencakup semua cara hidup
ditambah dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh
manuasia itu sendiri sebagai warga masyarakat (Made Pidarta,
1997 : 157). Bisa dikatakan bahwa, kebudayaan adalah hasil cipta
dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan,
tigkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua
anggota masyarakat.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang
sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal
yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya,
pendidikan dan budaya bersama dan memajukan.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan
adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka
pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan
dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses
membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku
mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah
satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya
merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan
dirinya. Dapat dituliskan bahwa Hubungan antara kebudayaan dan
pendidikan adalah :
a. Pendidikan membentuk atau menciptakan kebudayaan
b. Pendidikan melestarikan kebudayaan
c. Pendidikan menggunakan dan berdasarkan kebudayaan

10
Ada Implikasi Konsep Kebudayaan pada Pendidikan, yaitu:
a. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan
msalah masyarakat setempat (melalui MULOK)
b. Metode belajar ditekankan pada kegiatan siswa baik
individual maupun kelompok.

2.3. Landasan Ekonomi


Pada zaman modern seperti ini kebanyakan manusia
mengangsumsikan kebutuhan ekonomi lebih pennting dari pada kebutuhan
rohani,sehingga membuat ekonomi mendapat perhatoan secara besar.
Jarang yang meningkatkan spiritual melainkan lebih cenderung
meningkatkan ekonominya. Pada intinya mereka ingin hidup enak dengan
kebutuhan ekonomi perpenuhi.
Demokratisasi pendidikan merupakan salah satu isu yang sampai kini
masih menjadi persoalan baik pada tataran konseptual maupun
implementasinya. Sehari-hari dapat diikuti dan diamati beberapa isu penting,
seperti: kondisi transisional ke arah masyarakat yang demokratis, tuntutan
pemerintahan yang demokratis, pembangunan ekonomi yang berorientasi
kerakyatan, kebijakan yang berpihak dan yang berorientasi pada
kepentingan rakyat, kebijakan demokratisasi pendidikan, dan demokratisasi
di bidang politik. Isu dan gejala-gejala tersebut menunjukkan bahwa di
masyarakat Indonesia telah terjadi suatu proses demokratisasi dalam
seluruh aspek kehidupan.
Dalam memasuki globalisasi ekonomi ini bangsa Indonesia harus
menghadapi dua kenyataan yang nampak paradoksal yaitu tantangan
kerjasama disatu pihak dan persaingan global dipihak lain. Dengan demikian
pengaruh globalisasi ekonomi ini menuntut kualitas dan ketahanan diri dan
makin sempitnya peluang kerjanya dalam menjual jasa dan barang-barang
produksi serta dalam memperoleh uang. Globalisasi ekonomi membawa
pergeseran paradigma organisasi yaitu organisasi yang makin cerdas, makin
lincah dalam berkompetensi. Organisasi yang semula memiliki mata rantai
komando panjang perlu berubah menjadi organisasi yang lebih
mengutamakan kecepatan, dimana dimungkinkan seseorang berkreasi lebih
cepat, lebih efisien dan lebih efektif.

11
2.3.1. Peran Ekonomi dalam Pendidikan
Alasan pemerintah Indonesia menetapkan pembangunan
dibidang ekonomi pada pembangunan jangka panjang tahun pertama
dan kedua adalah karena :
1. Ekonomi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
2. Agar tidak kalah bersaing dalam era globalisasi saat ini.
Sehingga, mengakibatkan munculnya berbagai usaha baru,
pabrik-pabrik baru, badan-badan perdagangan baru, dan badan-
badan jasa yang baru, jumlah konglomerat bertambah banyak,
pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan penghasilan negara
bertambah.
Dalam pendidikan, berakibat banyak orang kaya secara
sukarela mau menjadi bapak angkat agar anak-anak tidak mampu
bisa bersekolah, terlaksananya sistem ganda dalam pendidikan yaitu
kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses
belajar-mengajar para siswa, dalam rangka mengembangkan
keterampilan siswa, dan munculnya sejumlah sekolah unggul yang
didirikan oleh orang-orang kaya atau konglomerat atau kumpulan dari
mereka yang bertebaran di seluruh Indonesia. Sekolah ini lebih
unggul dalam prasarana dan sarana pendidikan, dan juga dalam
menggaji pendidik-pendidiknya.
Akan tetapi, karena kebanyakan kebijaksanaan dan peraturan
di buat maka banyak sekali timbul ketidak harmonisan antar para
pengusaha dalam menjalankan roda ekonomi yang menimbulkan
krisis ekonomi yang berkepanjangan, maka di era globalisasi
sekarang ini keterpurukan ekonomi di Indonesia akan diterapkan
kebijaksanaan dan peraturan yang baru dan memperbaiki
perekonomian bangsa sehingga rakyat yang menderita dapat dengan
segera menikmati hasil perekonomian kita yang mapan di masa yang
akan datang baik perekonomian yang bersifat makro dan mikro.
Ekonomi menjadi kebutuhan dasar manusia sehingga smua
golongan dari orang kaya sampai yang miskin memerlukan ekonomi
walaupun tingkat kebutuhan mereka berbeda. Dengan demikian
pembahasan ekonomi tidak hanya membahas orang kaya saja

12
melainkan untuk smua orang. Termasuk orang dan dunia pendidikan
yang ditekuni nya.
Dunia sekarang tidak disibukkan hanya masalah politik dan
pertentangan melainkan kebutuhan dan pertumbuhan ekonomi slalu
ditingkatkan,untuk menunjang itu maka pendidikan diperkuat
karakterny sehingga kelak akan berdampak pada kemajuan ekonomi
masa yang akan datang. Dengan tuntutan inilah pemerintah
menguatkan pembangunan dibidang ekonomi yaitu dengan
munculnya Berbagai usaha baru,pabrik-pabrik baru,badan-badan
perdagangan baru dan jasa-jasa baru.
Pengembangan dalam ekonomi makro berpengaruh pula pada
dunia pendidikan.banyak orang kaya yang mengadopsi anak angkat
dari orang tidak mampu kebutuhan ekonominya sehingga mereka
mendapat sekolah dengan baik dan sesuai dengan program
pemerintah 9 tahun wajib belajar. Namun juga masih banyak orang
kaya yang tidak mempedulikan nasib pendidikan,mereka acuh tak
acuh melihat realita kehidupan disekitarnya. Tetapi dengan adanya
orang kaya yang mau berbagi turut menopang pendidikan dinegeri ini
untuk menjadi lebih baik.
Perkembangan selanjutnya sangat menggembirakan adalah
terjadinya pendidikan sistem ganda. Pendidikan ini adalah kerja sama
antara pemerintah atau sekolah dengan pengusaha-pengusaha
untuk menrima siswa-siswa nya menjalani praktek kerja lapangan
sehingga mereka mampu kreatif inovatif dan yang paling penting
mendapatkan pengalaman belajar yang sesungguhnya. Karena
peralatan yang disediakan sekolah masih minim sehingga kerja sama
seperti ini sangat membantu perkembangan pendidikan itu sendiri.
Namun tidak hanya perkembangan diatas saja karena masih
ada perkembangan yang sangat menggembirakan yaitu bermunculan
sekolah-sekolah unggulan yang dibuat oleh para pengusaha. Berarti
pengusaha-pengusaha ini sangat mempedulikan pendidikan
sehingga mereka mau menyisihkan sebagian hartanya untuk
membangun sekolah-sekolah yang bermutu unggul. Mereka pun juga
menyiapkan fasilitas pendukung pendidikan yang lebih lengkap
dibandingkan sekolah negeri bahkan tenaga pengajarnya pun lebih

13
mumpuni karena mereka mau membayar tenaga pengajar dengan
gaji yang relatif besar.
Berbicara tentang lulusan sekolah unggul,Buchori(1996)
menulis tentang arah sekolah-sekolah seperti ini diluar negeri
sebagai berikut:
1. Untuk membuat para siswa mencintai prestasi tinggi.
2. Mau dan bisa bekerja secara sempurna
3. Memiliki etos kerja dan membenci kerja setengah-setengah
4. Keseimbangan pengembangan jasmani dan rohani
,keseimbangan penguasaan pengetahuan mas sekarang
dengan pengetahuan masa lampau.
Jadi intinya tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental
yang positip atau cinta terhadap prestasi ,cara kerja dan hasil kerja
yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar,menyadari akan
kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan
apapun.
Setelah membicarakan teori makro selanjutnya kita akan
membicarakan secara mikro. Pada umumnya orang mengatakan
seorang dikatakan meningkat atau menurun tingkat kehidupan nya di
lihat dari ekonominya,jarang dilihat dari tingkatan kerohaniannya.
Dengan demikian tak perlu dipungkiri bahwa manusia kebanyakan
ekonomi menjadi peranan penting dalam kehidupannya. Bahkan ada
yang nekad menggunakan cara-cara yang dilarang agama pun di
tempuh demi meningkatnya ekonomi, seperti: mencopet
(kriminalitas),p ergi kedukun mencari pesugihan, mencurangi
perdagangan,dan lain-lain.
Tidak hanya kehidupan bahkan ekonomi pun juga merambah
kedua pendidikan,yaitu sekolah-sekolah bahkan perguruan tinggi pun
juga sangat ditentukan ekonominya. Perguruan tinggi atu sekolah
yang kaya akan leluasa bergerak mencukupi kebutuhan ekonominya
sehingga sarana dan prasarana pun terjamin mutunya,sedangkan
sekolah atau perguruan tinggi yang miskin akan sulit bergerak
sehingga tidak bisa leluasa mencukupi kebutuhan sarana dan
prasarana jadi berdampak kemajuan sekolahan tersebut.

14
2.3.2. Fungsi Produksi dalam Pendidikan
Fungsi produksi adalah hubungan antara output dengan input.
Jadi suatu organisasi pendidikan dikatakan produktif kalau paling
sedikit memiliki keseimbangan antara output dan input. Menurut
Thomas fungsi produksi dibagi menjadi 3 macam, yaitu: fungsi
produksi administrator, fungsi produksi, psikologi dan fungsi produksi
ekonomi.
Pada fungsi produksi administrator yang dipandang input
adalah segala seuatu yang disebut wahana dan proses pendidikan.
Input yang dimaksut adalah :
a. Prasarana dan sarana belajar,termasuk ruang kelas. Penilaian
untuk dapat diuangkan adalah atas dasar luas dan kualitas
bangunan.
b. Perlengkapan belajar ,media,dan alat peraga baik didalam
kelas maupun dilaburatorium, yang juga dihitung harganya
dalam bentuk uang.
c. Buku-buku dan bentuk material lainya seperti film,disket,dan
sebagainya,juga dapat diuangkan.
d. Barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia di
laboratorium,kapur,kertas,alat tulis,dan sebagainya dihitung
dalam wujud uang.
e. Waktu guru bekerja dan personalia lainya yang dipakai dalam
memproses peserta didik,yang juga dinilai dengan uang.
Kelima jenis tersebut sudah dinilai dalam bentuk uang
kemudian dijumlahkan. Sementara itu output adalah berbagai bentuk
layanan dalam memproses peserta didik. Layanan layanan ini
dihitung lewat sistem kredit semester atau SKS dan lama peserta
didik belajar. Kedua dalam bentuk uang. Dengan demikian input
maupun out put pada fungsi administrator ini dapat dihitung dengan
uang. Biaya input akan dibayar oleh lembaga sedangkan output akan
dibayar oleh peserta didik.
Selanjutnya adalah fungsi yang kedua yaitu fungsi produksi
psikolog. Input produksi ini sama dengan input administrator namun
outpunya berbeda. Output fungsi prodiksi psokologi adalah smua
hasil siswa yang mencakup:

15
1. Peningkatan kepribadian
2. Pengarahan dan pembentukan sikap
3. Penguatan kemauan
4. Peningkatan estetika
5. Penambahan pengetahuan ,ilmu,dan teknologi.
6. Peningkatan keterampilan
7. Penajaman pikiran
Suatu lembaga pendidikan kalau dipandang berhasil apabila
harga inputnya sama atau harga outputnya lebih besar dari harga
inputnya.

2.3.3. Fungsi Produksi dalam Pendidikan


Sama dengan yang terdahulu,fungsi pruduksi ini pun akan
dipandang baik apabila harga inputnya sama atu lebih kecil dari
harga otputnya. Input fungsi produksi ini adalah sebagai berikut:
a. Semua biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi
administrator.
b. Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan
pendidikan seperti halnya uang saku,transportasi,menbeli
buku,alat-alat tulis ,dan lain sebagainya selama belajar atau
kuliah.
c. Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar
atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab waktu tersebut dipakai
untuk belajar atau kuliah. Uang sperti ini biasanya disebut
opportunity cost.
Sementara itu yang menjadi out putnya adalah tambahan
penghasilan peserta didik kalau sudah tamat atau bekerja. Namun
apabila belum pernah bekerja maka yang menjadi outputnya gaji
yang diterima setelah tamat dan bekerja.
Fungsi produksi ekonomi ini sangat bertalian erat dengan
marketing didunia pendidikan. Karena jaman sekarang realita pada
masyarakat mereka yang sekolah setelah lulus ingin bekerja
meningkatkan taraf hidupnya. Tujuan belajar atau studi mereka
adalah untuk mencari uang atau meningkatkan penghasilan.

16
Marketing adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan
pengawasan untuk memberikan perubahan nilai, dengan target
pasar, sebagai tujuan lembaga pendidikan(kotler,1985). Marketing
mencakup :1.Mendesain penawaran,2.Menentukan kebutuhan atau
keinginan pasar dalam hal ini calon peserta didik,3.Menentukan
harga efektik ,mengadakan komunikasi,distribusi,dan meningkatkan
motivasi serta layanan.
Keuntungan marketing ada beberapa hal termasuk kelemahan
dalam sistem marketing ini. Keuntunganya adalah:
1. Misi pendidikan terselenggara secara lebih sukses,sebab diisi
dengan program yang menarik
2. Kepuasan masyarakat ditingkatkan.
3. Meningkatkan daya terhadap petugas, peserta didik, dana,
donator, dan sebagainya.
4. Meningkatkan efesiensi kegiatan pemasaran
Sedangkan kelemahannya antara lain:
1. Cenderung lembaga pendidikan menjadi usaha dagang untuk
mendapatkan keuntungan uang.
2. Idialisme pendidikan cenderung diabaikan.
Namun jika lembaga pendidikan ini melaksanakan marketing
hanya terbatas hanya untuk bisa meningkatkanpendaftaran calon dan
untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang lain dengan
tidak meninggalkan idialisme sebagai lembaga pendidikan,hal ini
masih bisa diterima.

2.3.4. Fungsi Ekonomi Pendidikan


Fungsi ekonomi pendidikan adalah untuk menunjang
kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk
dikembangkan,bukan untuk mendapatkan keuntungan.
Ada 3 macam perencanaan biaya pendidikan sebagai berikut:
1. Perencanaan secara tradisional,yaitu dengan menentukan
macam-macam kegiatan pendidikan,kemudian masing-masing
kegiatan ditentukan biayanya.
2. SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan
Penganggaran). Pengaturan jenis-jenis kegiatan dilakukan

17
secara sistem, atau lembaga pendidikan dipandang sebagai
sistem dari segi pembiayaan. Alokasi dana disusun atas dasar
realita, dan semua kegiatan diorientasikan kepada pencapaian
tujuan pendidikan. Anggaran tahun lalu menjadi umpan balik
bagi anggaran tahun ini.
3. ZBB (Zero Base Budgeting). Hanya direncanakan untuk
anggaran satu tahun. Tiap-tiap kegiatan ditentukan biaya
minimum, beberapa kegiatan dapat diberikan tambahan biaya
atas dasar pertimbangan tertentu.
Simpulan ekonomi pendidikan ini sebagai berikut:
1. Ekonomi pendidikan memegang peran cukup penting,walaupun
bukan yang terpenting dalam menyukseskan misi pendidikan.
2. Fungsi ekonomi pendidikan adalah sebagai penunjang
kelancaran prose pendidikan dan sebagai materi pelajaran
untuk membentuk manusia ekonomi.
3. Sumber dana pendidikan selain dari pemerintas atau yayasan
dan masyarakat ,lembaga pendidikan masih bisa menggali
sumber-sumber lain sebanyak mungkin.
4. Dana pendidikan perlu dikelola secara profesional,pada
umumnya dengan SP4,dan dipertanggungjawabkan dengan
bukti-bukti yang sah.

2.3.5. Efisiensi dan Efektivitas Dana Pendidikan


Yang dimaksud dengan efesiensi dalam menggunakan dana
pendidikan adalah penggunaan dana yang harganya sesuai atau
lebih kecil dari pada produksi dan layanan pendidikan yang telah
direncanakan. Atau secara lebih luas biaya pendidikan lebih kecil dari
pada produksi pendidikan bila smuanya dapat diuangkan. Fungsi
produksi diciptakan orang dengan salah satu tujuannyaadalah juga
untuk mendapatkan efesiensi pendidikan.
Menurut Carpenter(1972) mengemukakan prinsip umum
menilai efektiftivitas sebagai berikut:
a. Menilai efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan
alat memproses inputuntuk mencadi output.
b. Sistem yang dibandingkan harus sama,kecuai alat pemrosesnya

18
c. Mempertimbangkan smua output utama.
d. Korelasi diharapkan bersikap kausalitas.

2.4. Landasan Sejarah


Sejarah atau history keadaan masa lampau dengan segala macam
kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah
penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model,
konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007:
109).
Informasi-informasi di atas merupakan warisan generasi terdahulu
kepada generasi muda yang tidak ternilai harganya. Generasi muda dapat
belajar dari informasi-informasi ini terutama tentang kejadian-kejadian masa
lampau dan memanfaatkannya untuk mengembangkan kemampuan diri
mereka. Sejarah telah memberi penerangan, contoh, dan teladan bagi
mereka dan semuanya ini diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban
manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang.
Misalnya, Indonesia dan negara-negara lainnya pada tahap awal
perkembangan ekonomi mereka telah mengembangkan sistem pendidikan
yang baik dan berdasarkan kebudayaan tradisional. Pada masa kolonial,
sistem pendidikan berkembang dengan berdasar pada sistem pendidikan
sebelumnya ini. Pada masa modern seperti sekarang, sistem pendidikan
yang berlaku juga berdasarkan pengembangan dari sistem pendidikan
kolonial (Williams, 1977: 17).
Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan
Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan
retrospektif (Buchori, 1995: vii). Pandangan ini melahirkan studi-studi historis
tentang proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada
periode tertentu di masa yang lampau.
Perjalanan sejarah pendidikan di tanah air yang sangat panjang,
bahkan semenjak jauh sebelum kita menacapai kemerdekaan pada tahun
1945, baik sebagai aktivitas intelektualisasi dan budaya maupun sebagai alat
perjuangan politik untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonialisme,
telah diwarnai oleh bermacam-macam corak (Sigit, 1992: xi) . Menjelang 64
tahun Indonesia merdeka, dengan system politik sebagai penjabaran
demokrasi Pancasila di Era Reformasi ini yang telah mewujudkan pola

19
Pendidikan Nasional seperti sekarang, kita mulai dapat melihat dengan ke
arah mana partisipasi masyarakat dalam ikut serta menyelenggarakan
pendidikan itu. Semua corak tersebut memiliki pandangan atau dasar
pemikiran yang hampir sama tentang pendidikan; pendidikan diarahkan pada
optimasi upaya pendidikan sebagai bagian integral dari proses
pembangunan bangsa.
Di samping itu, pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkam
generasi berkualitas untuk kepentingan masa depan. Pendidikan dijadikan
sebagai institusi utama dalam upaya pembentuk sumber daya manusia
(SDM) berkualitas yang diharapkan suatu bangsa. Apalagi kini semakin
dirasakan bahwa SDM Indonesia masih lemah dalam hal daya saing
(kemampuan kompetisi) dan daya sanding (kemampuan kerja sama) dengan
bangsa lain di dunia (Anzizhan, 2004: 1).
Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia
untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang
tersebut pada masa yang lampau (Pidarta, 2007: 110). Demikian juga halnya
dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan
pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.
Berikut adalah sejrah pendidikan di dunia dan di indonesia:

2.4.1. Sejarah Pendidikan Dunia


Umur sejarah pendidikan dunia sudah panjang sekali, mulai
dari zaman Hellenisme tahun 150SM-250SM, zaman pertengahan
tahun 500-1500, zaman Humanisme atau Renaissance, hingga
zaman Refomasi dan Kontra-Reformasi pada tahun 1600-an.
Pendidikan pada zaman ini belum banyak memberikan konstribusi
pada pendidikan zaman sekarang. Oleh sebab itu, pendidikan yang
terjadi pada zaman ini tidak diuraikan.

2.4.1.1. Zaman Realisme


Pendidikan yang mulai menunjukkan perbedaan
eksistensinya dengan pendidikan-pendidikan sebelumnya
adalah sejak zaman Realisme. Pendidikan Realisme lebih
berkiblat pada dunia dan bersumber dari keadaan di dunia
ini pula. Pendidikan tidak banyak dipengaruhi oleh

20
kebudayaan Yunani dan Romawi, tidak banyak bergantung
pada alam pikiran yang tertulis dalam buku, lengkap dengan
keadaan dan estetika yang ditimbulkannya. Realisme
menghendaki pikiran praktis.
Fransis Bacon adalah tokoh pendidikan pada zaman
Realisme ini (abad ke 17) yang pertama kali
mengembangkan metode induktif. Pendapat Bacon adalah
sebagai berikut:
a. Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan,
pandangan harus diarahkan ke realita alam mini serta
hal-hal praktis yang ada di dalamnya.
b. Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa
didapat lewat alat-alat indra.
c. Menggunakan metode berfikir induktif, yaitu mulai dari
menemukan fakta-fakta khusus kemudian dianalisis
sehingga menimbulkan simpulan.
d. Bila memungkinkan dapat mengembangkan
pengetahuan dengan eksperimen-eksperimen.
e. Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan
Ada sejumlah pendidikan yang berkembang pada
waktu itu yang dirumuskan oleh Bacon beserta pengikut-
pengikutnya, yaitu:
a. Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran, karena
pendidikan mengembangkan kemampuan manusia
b. Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri
c. Penanaman pengertian lebih penting daripada hapalan
d. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
e. Pelajaran harus diberikan satu persatu
f. Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi
g. Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang
sama untuk belajar
Pandangan aliran Realisme tentang pendidikan
sebagai berikut:
a. Anak-anak harus belajar dari alam
b. Belajar dengan metode induktif

21
c. Mementingkan aktifitas anak
d. Mengutamakan pengertian
e. Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi
penting
f. Belajar melalui bahasa ibu
g. Belajar dibantu oleh gambar-gambar
h. Materi dipelajari satu demi satu dari yang sukar ke yang
gampang
i. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
j. Pendidikan bersifat demokratis yaitu semua untuk anak

2.4.1.2. Zaman Rasionalisme


Sesudah zaman Realisme berkebanglah zaman
Rasionalisme dengan tokohnya John Locke pada abad 18.
Aliran ini bertujuan memberikan kekuasaan pada manusia
untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya. Karena itu,
aliran ini juga disebut displinarisme. Dengan teorinya yang
terkenal ialah teori taularasa atau a blank sheet of
paper.Proses belajar menurut Jhon Locke ada tiga langkah,
yaitu:
a) Mengamati hal-hal yang ada diluar diri manusia.
b) Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan.
c) Berfikir

2.4.1.3. Zaman Naturalisme


Tokoh dari aliran ini yaitu J.J. Rousseu. Naturalism
menentang kehidupan yang tidak wajar sebagai akibat dari
Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara
hidup yang dibuat-buat, sampai dengan korupsi. Anak-anak
dipadang sebagai orang deasa yang kecil. Naturaliem
menginginkan keseimbanagn kekuatan antara rasio dan hati.
Menurut Rousseau ada tiga asas pengajar yaitu:
a. Asas pertumbuhan: pengajaran harus memberikan
kesempatan pada anak-anak bertumbuh secara

22
wajar dengan cara mempekerjakan mereka sesuai
dengan kebutuhannya
b. Asas aktifitas: melalui belajar anak-anak menjadi aktif
yang akan meberikan pengalaman, yang kemduain
akan menjadi penetahuan mereka
c. Asas individualis: dengan cara menyiapkan
pendidikan sesuai dengan individualitas masing-
masing anak, sehingga mereka berkembang menurut
alamnya sendiri
Tokoh kedua adalah J.F. Herbart yang menginginkan
pembentukan manusia susila yang bermoral tinggi. Tujuan
pendidikannya adalah membentuk watak anak melaui
pengembangan minat seluas-luasnya. Dasar dari teori
pndidikan Herbart adalah Psikologi Asosiasi. Pembelajaran
yang baik adalah yang memberikan tanggapan sejelas-
jelasnya kepada anak-anak. Karena itu Psikologi Asosiasi
Herbart sering pula disebut Psikologi Tanggapan.
Menurut Herbart ada lima langkah dalam proses
belajar mengajar:
a. Persiapan: anak-anak dipersiapkan untuk menerima
pelajaran
b. Presentasi:dimulai secara konkret agar anak-anak
mendapat tanggapan-tanggapan yang jelas dan kuat
c. Asosiasi: dilakukan dengan cara mengintegrasikan
pengetahuan baru dengan yang lama
d. Generalisasi: hubungan pengetahuan baru dengan
yang lama bertujuan membentuk sesuatu yang baru
pula dalam benak anak-anak
e. Aplikasi: pembentukan pengetahuan-pengetahuan
baru itu perlu diuji atau dites untuk mengetahui
apakah anak-anak sudah mampu mengaplikasikan
pengetahuan itu atau belum.

23
2.4.2. Sejarah Pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang.
Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno/tradisional yang dimulai
dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh
Islam, zaman penjajahan, dan zaman merdeka (Pidarta, 2009.: 125).

2.4.2.1. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha


Pengaruh pendidikan pada zaman Hinduisme and
Budhisme datang ke Indonesia sekitar abad ke-5. Hinduisme
dan Budhisme merupakan dua agama yang berbeda, namun
di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan sinkretisme,
yaitu keyakinan mempersatukan figur Siva dengan Budha
sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi. Motto pada
lambang Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang
berarti berbeda-beda tetapi tetap satu yaitu Sang Maha
Tunggal yaitu Tuhan , secara etimologis berasal dari
keyakinan tersebut (Mudyahardjo, 2012: 215).
Pada zaman ini pendidikan memiliki tujuan yang
sama yaitu pendidikan diarahkan dalam rangka penyebaran
dan pembinaan kehidupan keberagamaan Hindu dan Budha
(Mudyahardjo, 217), juga mencari petunjuk tentang apa yang
diinginkan, baik buruknya, hingga pencapaiannya.

2.4.2.2. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)


Agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada akhir
abad ke-13 dan mencakup sebagian besar Nusantara pada
abad ke-16. Perkembangan pendidikan agama Islam di
Indonesia sejalan dengan perkembangan penyebaran Islam
di Nusantara, baik sebagai agama maupun sebagai arus
kebudayaan (Mudyahardjo.: 221). Pendidikan agama Islam
pada zaman ini disebut Pendidikan Islam Tradisional.
Tujuan dari pendidikan agama Islam adalah sama
dengan tujuan hidup Islam, yaitu mengabdi sepenuhnya
kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad S.A.W. Untuk mencapai kebahagiaan

24
di dunia dan akhirat. (Mudyahardjo.: 121-223) Pendidikan
agama Islam Tradisional ini tidak diselenggarakan secara
terpusat, namun banyak diupayakan secara perorangan
melalui para ulamanya di suatu wilayah tertentu dan
terkoordinasi oleh para wali di Jawa, terutama Wali Sanga.

2.4.2.3. Zaman Kolonial Belanda


Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat
Indonesia dengan tujuan menghasilkan pegawai-pegawai
rendahan baik sebagai pegawai negeri maupun swasta.
Adapun kecenderungan pendidikan masa kolonial ini adalah:
a. membiarkan terselengarakannya pendidikan islam
tradisional serta membantu mendirikan madrasah
Islam di Nusantara
b. mendirikan sekolah Zending (mizionaris) yang
bertujuan menyebarkan agama kristen. Adapun ciri
khas pendidikannya antara lain: dualistik diskriminatif
dan sentralistik
c. tujuan pendidikan untuk menghasilkan tamatan
sebagai warga negara Belanda kelas dua.
Saat Belanda menjajah Indonesia, pendidikan yang
ada diawasi secara ketat oleh Belanda. Hal tersebut
dikarenakan Belanda tahu bahwa melalui pendidikan,
gerakan-gerakan perlawanan halus terhadap keberadaan
Belanda di Indonesia pada sat itu dapat muncul dan
menyulitkan Belanda saat itu.
Tiga poin utama dalam politik etis Belnada pada
masa itu adalah irigasi, migrasi, dan edukasi. Dalam poin
eduksi, peerintah Belanda mendirikan sekolah-sekolah gaya
barat untuk kalangan pribumi. Akan tetapi keberadaan
sekolah-sekolah ini ternyata tidak menjadi sarana
pencerdasan masyarakat pribumi. Pendidikan yang
disediakan Belanda ternyata hanya sebatas mengajari para
pribumi berhitung, membaca, dan menulis.

25
Pada masa ini pula, pendidikan pendidikan rakyat
juga turut muncul. Sekolah sekolah rakyat seperti Taman
Siswa dan Muhammadiyah muncul dan berkembang. Jadi
dapat dikatakan pada masa tersebut terdapat 3 tipe jalur
pendidikan yang berbeda:
a. Sistem pendidikan dari masa Islam yang diwakili
dengan pondok pesantren
b. Pendidikan bergaya barat yang disediakan oleh
pemerintah Hindia-Belanda
c. Pendidikan “swasta pro-pribumi” seperti Taman Siswa
dan Muhammadiyah.
Golongan baru inilah yang kemudian berjuang
merintis kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangan yang
masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan
bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan
semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah Pemuda tahun
1928. Setelah itu tokoh-tokoh pendidik lainnya adalah
Mohammad Syafei dengan Indonesisch Nederlandse
School-nya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya,
dan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Pendidikan
Muhammadiyah-nya yang semuanya mendidik anak-anak
agar bisa mandiri dengan jiwa merdeka (Pidarta, 2009: 125-
33).

2.4.2.4. Zaman Kolonial Jepang


Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa
penjajahan Kolonial Jepang tetap berlanjut sampai cita-cita
untuk merdeka tercapai. Walaupun bangsa Jepang
menguras habis-habisan kekayaan alam Indonesia, bangsa
Indonesia tidak pantang menyerah dan terus mengobarkan
semangat 45 di hati mereka. Meskipun demikian, ada
beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di Indonesia.
Di bidang pendidikan, Jepang telah menghapus
dualisme pendidikan dari penjajah Belanda dan
menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi

26
semua orang. Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia
secara luas diinstruksikan oleh Jepang untuk di pakai di
lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam
pergaulan sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa
Indonesia untuk merealisasi Indonesia merdeka. Pada
tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa Indonesia menjadi
kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan
kepada dunia (Mudyahardjo, 2012:266-272).
Selain itu, di bidang pendidikan secara luas ada
beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di Indonesia
antara lain:
a. Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari
penjajah Belanda dan menggantikannya dengan
pendidikan yang sama bagi semua orang
b. pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstrusikan
oleh Jepang untuk di pakai di lembaga-lembaga
pendidikan, di kantor-kantor dan dalam pergaulan
sehari-hari. Bahas Jepang sebagai bahasa kedua
sedang bahasa Belanda dilarang
c. Jepang mendirikan sekolah guru dengan sistem
pembinaan indoktrinasi mental ideologis
d. pembinaan murid dan para pemuda dilakukan dengan
senam pagi (taiso).

2.4.2.5. Masa Pembangunan


Dalam rangka menyesuaikan segala usaha untuk
mewujudkan Manipol, melalui Keputusan Presiden RI No.
145 Tahun 1965 pendidikan nasional dipandang sebagai alat
revolusi. Pendidikan harus difungsikan atau harus memiliki
Lima Dharma Bhakti Pendidikan, yaitu:
a. Membina Manusia Indonesia Baru yang berakhlak
tinggi (Moral Pancasila)
b. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam segenap
bidang dan tingkatnya (manpower)

27
c. Memajukan dan mengembangkan kebudayaan
nasional
d. Memajukan dan mengembangkan ilmu engetahuan
dan teknlogi
e. Menggerakkan dan menyadarkan seluruh kekuatan
rakyat untuk membangun masyarakat dan manusia
Indonesia baru. Selanjutnya dinyatakan bahwa asas
pendidikan nasional adalah Pancasila – Manipol
USDEK. Dengan demikian tujuan pendidikan
nasional adalah untuk melahirkan warga negara-
warga negara sosialis Indonesia yang susila yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya
masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur
baik spiritual maupun material dan berjiwa
Pancasila.
Banyak progam pembangunan yang telah
direncanakan dalam Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Thap Pertama (1961-1969). Rencana proyek
pembangunan di bidang pendidikan antara lain berkenaan
pengembangan pendidikan tinggi, diprioritaskannya
pengembangan sekolah-sekolah kejuruan, kursus-kursus
dan sebagainya. Namun demikian akibat pecahnya
pemberontakan G-30S/PKI, maka rontoklah rencana
pembangunan nasional semesta berencana tersebut.
Setelah pemberontakan G30S/PKI dapat ditumpas, terjadi
suatu keadaan peralihan masyarakat Indonesia dari Orde
Lama ke Orde Baru.
Pelaksaan Pelita I PJP I dicanangkan mulai 1 April
1969, maka pada tanggal 28-30 April 1969 pemerintah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengumpulkan
100 orang pakar/pemikir pendidikan di Cipayung untuk
melakukan konferensi dalam rangka:
a. mengidentifikasi masalah-masalah pendidikan nasional

28
b. menyusun suatu prioritas pemecahn dari berbagai
maslah tersebut, serta mencari alternatif
pemecahannya.
Didalam rumusan-rumusan kebijakan pokok
pembangunan pendidikan selama PJP I terdapat beberapa
kebijakan yang terus menerus dikemukakan, yaitu:
a. relevansi pendidikan
b. pemerataan pendidikan
c. peningkatan mutu gru atau tenaga kependidikan, mutu
pendidikan
d. pendidikan kejuruan.
Selain kebijakan pokok tersebut terdapat pula
beberapa kebijakan yang perlu mendapat perhatian kita.
Pertama, kebijakan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat di dalam bidang pendidikan,. Kedua,
pengembangan sistem pendidikan yag efisien dan efektif.
Ketiga, dirumuskan dan disahkannya UU RI No. 2 Tahun
1989 Tentang “ Sistem Pendidikan Nasional” sebagai
pengganti UU pendidikan lama yang telah diundangkan
sejak tahun 1950.
Kurikulum Pendidikan dalam PJP I telah dilakukan
tiga kali perubahan kurikulum pendidikan (sekolah), yaitu
dikenal sebagai: Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, dan
Kurikulum 1984. Kurikulum Pendidikan Kejuruan, dalam
Pelita I selain penyempurnaan sistem sekolah kejuruan juga
ditingkatkan mutu pendidikannya terutama mutu guru dan
laboratoriumnya. Dengan dana pinjaman Bank Dunia
diadakan brbagai usah untuk meningkatkan pendidikan
teknik menengah. Beberapa STM ditingkatkan, juga
membangun apa yang disebut Sekolah Teknik Menengah
Pembangunan, diadakan bengkel-bengkel latihan pusat
yang dapat digunakan beberapa STM termasuk STM
swasta. Usaha perbaikan kurikulum terus menerus, baik
melalui dan pinjaman dari ADB juga bantuan dari negara-
negar sahabat.

29
2.4.2.6. Masa Reformasi
Selama Orde Baru berlansung, rezim yang berkuasa
sangat leluasa melakukan hal-hal yang mereka ingunkan
tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan
perlawanan, rezim ini juga memiliki motor politik yang sangat
kuat yaitu partai Golkar yang merupakan partai terbesar saat
itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi masyarakat untuk
melakukan sesuatu, termasuk kebebasan untuk berbicara
dan menyampaikan pendapatnya.
Maraknya gerakan reformasi menyebabka
tumbangnya kekuasaan orde baru. Implikasi dari peristiwa
itu dapat dirasakan pada seluruh aspek kehidupan
bernegara, termasuk bidang pendidikan. Dengan di
berlakukannya UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 maka
sistem penyelengaraan pendidikan berubah ke otonomi
pendidikan. Desentralisasi kekuasaan yang menitik beratkan
pada partisipasi rakyat menuntut tersedianya tenaga-tenaga
terampil dalam jumlah dan kualitas yang tnggi serta
pemberdayaan lembaga-lembaga sosial di daerah termasuk
dalm bidang pendidikan. Desentralisasi penyelenggaraan
pendidikan di daerah akan memberikan implikasi langsung
dalam penyusunan kurikulum yang dewasa ini sangat
sentalistis.
Disamping itu kesejahteraan tenaga kependidikan
perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan
kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk
mewujudkan desentralisasi pendidikan juga diupayakan,
misalnya MBS (Manajemen Berbasi Sekolah), Life Skill
(Lima Ketrampilan Hidup), dan TQM (Total Quality
Manajement).

2.4.3. Implikasi Landasan Sejarah Pendidikan Terhadap Pendidikan


Masa lampau memperjelas pemahaman kita pada masa kini.
Sistem pendidikan yang kita terapkan masa kini adalah hasil
perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman

30
bangsa kita pada masa lampau. Hal ini sudah terbukti dengan
adanya kemajuan perkembangan dalam segala bidang, misalnya;
ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial dan budaya.
Berikut pembahasan tetntang implikasi landasan sejarah
terhadap konsep pendidikan ;
a. Tujuan pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu
mengembangkan berbagai macam potensi peserta didik.
Serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih
harmonis. Tujuan pendidikan juga diarahkan untuk
pengembangkan segala aspek pribadi yang terdapat dalam
individu peserta didik, baik dalam aspek keagamaan ataupun
kemandirian. Dengan mengetahui landasan sejarah
pendidikan kita dapat mengetahui betapa pentingnya konsep
tujuan dari pendidikan yang seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Proses Pendidikan terutama proses belajar- mengajar dan
materi pelajaran harus disesuaikan denagn tingkat
perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global
untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan
kerjasama siwa dalam pembelajaran, menegmbangkan
pelajaran dalam lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam
pendidikan, serat pengembangan ilmu dan teknologi.
c. Kebudayaan nasional, Sejarah membawa perubahan
kebudayaan. Dari zaman dahulu dahulu sampai saat ini,
adanya perubahan budaya karena pengalaman sejarah
melalui penemuan baru, pertukaran budaya akibat penjajahan
bangsa asing sehingga sejarah membawa dampak perubahan
peradaban kebudayaan melalui peranan
pendidikan.Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan
nasional. Pidarta (2008:149) mengatakan bahwa kebudayaan
nasional merupakan puncak-puncak budaya daerah dan
menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh
budaya global.
d. Inovasi-inovasi Pendidikan. Inovasi-inovasi harus berumber
dari hasil hasil penelitian pendidikan di indonesia, sehingga

31
diharapkan pada akhirnya membentuk konsep-konsep
pendidikan yang bercirikan indonesia.

2.5. Landasan Psikologis


2.5.1. Pengertian Landasan Psikologis
Pemahaman mengenai peserta didik berkaitan dengan aspek
kejiwaan. Manusia merupakan subyek dan obyek utama dalam
pendidikan sedangkan psikologi menyediakan berbagai informasi
mengenai kehidupan manusia pada umumnya dan gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi atau psikologis. Analisis psikologi
membantu para pendidik untuk memahami psikologis peserta didik
agar dapat melaksanakan seluruh kegiatan dengan efektif. Tujuan
pendidikan dalam analisis psikologis yaitu memberi tuntunan bagi
pendidik dan peserta didik tentang apa yang akan dicapai dan
kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan kemajuan apa saja yang
telah dicapai oleh peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan dan
psikologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Setiap individu memiliki bakat, minat, kemampuan, tempo
dan irama yang berbeda-beda. Bukan hanya itu, perbedaan juga
terdapat dalam pengalaman, tingkat perkembangan, cita-cita dan
kepribadian. Manusia dilahirkan dengan segala kebutuhan yang
harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan pula. Untuk
memenuhi kebutuhannya, manusia akan berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Dengan berinteraksi, manusia akan lebih
banyak belajar mengenai berbagai hal. Semakin besar motivasi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya maka proses belajar akan semakin
kuat dan hasil yang dicapai juga semakin tinggi.
Menurut A. Maslow kebutuhan-kebutuhan dikategorikan
menjadi 6 kelompok yaitu:
a. Kebutuhuan fisiologis yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup
(makan, tidur, istirahat, dan sebagainya)
b. Kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan untuk merasa aman
dan bebas dari ketakutan setiap waktu

32
c. Kebutuhan cinta dan pengakuan yaitu kebutuhan yang
berkaitan dengan kasih sayang dan cinta dalam kelompok dan
dilindungi oleh orang lain
d. Kebutuhan harga diri yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan
perolehan pengakuan oleh orang lain sebagai orang yang
berkehendak baik
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk bisa
melakukan sesuatu dan mewujudkan potensi-potensi yang
dimiliki (menyatakan pendapat, perasaan, dan sebagainya)
f. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami yaitu kebutuhan
yang berkaitan dengan penguasaan iptek
Menurut Maslow kebutuhan yang paling utama adalah
kebutuhan fisiologis. Kebutuhan yang lebih rendah merupakan
prasyarat untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Oleh
karenanya, belajar merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan
tingkat tinggi, maka pemenuhannya sangat ditentukan oleh diri
pelajar dan memprasyaratkan adanya rasa aman dan seterusnya
lebih rendah (Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/45).
Landasan psikologi berkaitan dengan kecerdasan, berpikir
dan belajar. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemampuan potensial,
tetapi tidak akan teraktualisasi jika tidak dikembangkan dalam situasi
yang mendukung. Pembentukan kecerdasan dilakukan dengan
menciptapkan kondisi lingkungan, kesempatan, dan iklim emosi yang
memungkingkan seseorang mendapat pengalaman tertentu. Indeks
kecerdasan atau IQ dapat diukur dengan tes-tes kecerdasan (Wayan
Ardhana, 1986: Modul 1/47).

2.5.2. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis


Peserta didik selalu mengalami perubahan setiap waktunya,
baik pertumbuhan maupun perkembangan. Tumbuh-kembang
manusia dipengaruhi oleh keturunan (hereditas), lingkungan, proses
perkembangan itu sendiri dan sebagainya. Perubahan yang terjadi
karena pengaruh dari bimbingan seperti interaksi antara pendidik,
peserta didik dan lingkungan. Oleh sebab itu, pendidik perlu
memahami landasan pendidikan dari sudut pandang pskologis.

33
Perkembangan kepribadian mencakup aspek behavioral
(tingkah laku) dan motivasional (dorongan), jadi bukan hanya
perubahan tingkah laku yang terlihat tetapi juga perubahan diri yang
dapat mendorong tingkah laku itu. Prinsip yang kedua dari
perkembangan kepribadian yaitu kepribadian mengalami
perkembangan terus menerus dan tidak terputus. Perkembangan
pada periode tertentu akan menjadi landasan bagi perkembangan
periode selanjutnya. Freud mengatakan bahwa pembentukan
kepribadian terjadi pada usia 5 tahun, Lewin juga berpendapat
bahwa usia 3 tahun merupakan perkembangan yang sangat penting
dan cepat, sedangkan Hsu betapa pentingnya masa balita dalam
penentuan lingkungan hubungan karib (intim) yang penting artinya
bagi kehidupan manusia (Sulo Lipu La Sulo, 1981:39). Ini berarti
pendidikan informal atau keluarga sangatlah penting.
Alexander mengemukakan 3 faktor utama yang bekerja dalam
menentukan pola kepribadian seseorang, yaitu:
a. Bekal hereditas individu, setiap anak yang dilahirkan pasti
memperoleh warisan sifat pembawaan dari kedua orangtuanya,
baik secara fisik, mental maupun sifat
b. Pengalaman awal di keluarga, karena keluarga merupakan
lingkungan pertama yang dikenal oleh anak, sehingga
pembentukan karakter atau kepribadian berawal dari
lingkungan keluarga
c. Peristiwa penting dalam hidupnya di luar lingkungan keluarga
(Hurlock, 1974: 19), ini merujuk pada pengalaman yang dialami
di lingkungan sekolah. Teman sebaya mampu mempengaruhi
kepribadian seseorang karena anak-anak cenderung gampang
meniru apa yang ada di sekitarnya.
Tidak hanya itu, ada 3 teori yang mengemukakan factor
perkembangan individu, yaitu:
a. Nativisme (oleh Schoupenhauer dan Arnold Gessel)
Menurutnya setiap individu yang dilahirkan ke dunia
membawa factor-faktor heredity (hereditas) yang berasal dari
orang tuanya. Dalam teori ini individu diyakini hanya akan

34
ditentukan factor hereditasnya, sehingga pendidikan tidak
akan dapat membantu mengubah sifat-sifat hereditas individu.
b. Empirisme (oleh John Locke dan J.B. Watson)
Menurutnya, setiap anak yang dilahirkan di dunia dalam
keadaan bersih ibarat papan tulis yang masih bersih.
Sehingga perkembangan individu akan ditentukan oleh
lingkungannya. Jadi, dalam teori ini ada kemungkinan bagi
pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
c. Konvergensi (oleh William Stern dan Robert J. Havighurst)
Menurutnya, perkembangan setiap individu ditentukan oleh
factor hereditas dan lingkungan (pengalaman). Hal ini
memungkinkan pendidik untuk untuk membantu
perkembangan individu sesuai apa yang diharapkan namun
juga harus tetap memperhatikan factor-faktor hereditas
peserta didik, seperti bakat, minat, kemampuan dan keadaan
mental.
Lingkungan yang penting setelah keluarga adalah sekolah
yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian.
Ketika anak telah memiliki gambaran tentang konsep diri serta
tingkah laku pada memasuki usia sekolah, maka berhasil atau
tidaknya anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah
yang baru akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Oleh
karena itu, diperlukan guru untuk membantu memperlancar proses
penyesuaian diri anak dengan situasi sekolah. Sikap siswa terhadap
sekolahnya akan mempengaruhi prestasi akademik dan non-
akademiknya sehingga juga berpengaruh dalam penilaian guru.
Dalam landasan psikologis juga terdapat penjelasan
mengenai teori belajar. Ada tiga aliran teori belajar yaitu:
a. Behaviorisme
Behaviorisme menekankan pada terbentuknya perilaku yang
terlihat akibat hasil belajar. Teori ini dikemukakan oleh B. F.
Skinner yang didasarkan pada asumsi bahwa:
1. Hasil belajar adalah berupa perubahan tingkah laku yang
dapat diobservasi

35
2. Tingkah laku dan perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dimodifikasi oleh kondisi-kondisi lingkungan
3. Komponen teori behavioral ini adalah stimulus, respons,
dan konsekuensi
4. Faktor penentu yang penting sebagai kondisi lingkungan
dalam belajar adalah reinforcement
b. Kognitif
Kognitif menekankan pada pembentukan perilaku internal yang
mempengaruhi perilaku yang nampak. Teori ini dikemukakan
oleh Jerome Bruner yang didasarkan pada asumsi bahwa:
1. Individu mempunyai kemampuan memproses informasi
2. Kemampuan memproses informasi tergantung kepada
factor kognitif yang perkembangannya berlangsung
secara bertahap dan sejalan dengan tahapan usianya
3. Belajar adalah proses internal yang kompleks berupa
pemrosesan informasi
4. Hasil belajar adalah berupa perubahan struktur kognitif
5. Cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa
berbeda sesuai tahap perkembangannya.
c. Humanisme
Tokoh teori humanism adalah Carl Rogers. Teorinya
didasarkan pada asumsi bahwa:
1. Individu adalah pribadi utuh, ia mempunyai kebebasan
memilih untuk menentukan kehidupannya
2. Individu mempunyai hasrat untuk mengetahui, hasrat
untuk bereksplorasi dan mengasimilasi pengalaman-
pengalamannya
3. Belajar adalah fungsi seluruh kepribadian individu
4. Belajar akan bermakna jika melibatkan seluruh
kepribadian individu

2.6. Landasan Hukum


Kata “landasan” dalam artian hukum memiliki arti melandasi atau
mendasari. Landasan hukum pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perundangan yang berlaku, yang dijadikan titik

36
tolak dalam pendidikan, terutama pendidikan nasional (Tatang Syaripudin
dan Nur’aini, 2006:6). Landasan hukum ini bersifat ideal dan normatif yang
berarti sesuatu yang diharapkan dilaksanakan dan mengikat untuk
dilaksanakan setiap pengelola, penyelenggara, dan pelaksana pendidikan
dalam sistem pendidikan nasional. Dalam pendidikan misalnya guru dapat
mengajar jika sudah memiliki surat bukti pengangkatannya sebagai guru,
kemudian baru melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang berlaku.
Hukum yang ada di Indonesia tidak hanya hukum tertulis saja tetapi ada juga
hukum tidak tertulis tetapi tetap ditaati oleh anggota masyarakat. Contoh
hukum tidak tertulis yaitu hukum adat berupa lisan yang mana sudah turun
menurun dan merupakan kebiasaan yang kuat dan mengikat masyarakat.
Hukum yang seperti itu juga dapat menjadi landasan pendidikan (Pidarta,
1997: 40).
Landasan hukum pendidikan nasional antara lain Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan berbagai Peraturan
Pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan. Berbagai Peraturan
Pemerintah yang dimaksud antara lain:
a. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990 tentang “Pendidikan
Prasekolah”
b. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang “ Pendidikan Dasar”
c. Peraturan Pemerintah No. 29 tentang “ Pendidikan Menengah”
d. Peraturan Pemerintah No. 30 dan 31 Tahun 1999 tentang “Pendidikan
Tinggi”
e. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 tentang “Pendidikan Luar
Sekolah”
UUD NRI Tahun 1945 yang menjadi landasan pendidikan yaitu
terdapat pada pasal 31 ayat (1) dan (2) dan pasal 32. Pasal 31 berisi tentang
pendidikan dan pasal 32 berisi tentang kebudayaan, pasal 31 ayat (1)
berbunyi: “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”.
Sedangkan pasal 31 ayat (2) berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dalam
undang-undang”. Pasal 32 berbunyi: “Pemerintah memajukan kebudayaan
nasional Indonesia”. Ini berarti pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan dimana budaya dapat berkembang jika budidaya manusia

37
ditingkatkan. Jika pendidikan maju maka kebudayaan juga akan maju.
Dengan demikian, upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagai
upaya memajukan pendidikan (Pidarta, 2007: 42).
Pendidikan merupakan usaha untuk mempertinggi kualitas hidup dan
kehidupan manusia. Oleh karena manusia memiliki keberagamaan dan
kebudayaan maka pendidikan dikembangkan dengan berakar pada nilai-nilai
agama dan kebudayaan masyarakat Indonesia sendiri. Pada ayat 1 ayat (2)
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman”.
Pendidikan nasional harus berakar pada nila-nilai agama dilandasi
oleh isi “Pembukaan” UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Tidak
hanya itu, hal ini juga dilandasi pada Pasal 29 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
yang berbunyi “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Berdasar Pasal 1 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pelaksanaan kegitan pendidikan dalam satuan pendidikan
didasarkan pada kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum
yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas
satuan pendidikan yang bersangkutan. Salah satu tugas badan yang ada
secara bersama-sama merencanakan dan membentuk kurikulum lingkungan
yang lebih dikenal dengan kurikulum muatan local. Pembentukan kurikulum
ini sah oleh hukum. Dalam kurikulum ini boleh memasukkan mata pelajaran
baru yang sesuai dengan kebutuhan setempat, misalnya bahasa daerah.

38
2.7. Landasan Ilmiah dan Teknologi

Pada saat sekarang ini ilmu teknologi sangat berkembang pesat dan
juga sangat berpengaruh dalam kehidupan. Hal ini juga berkaitan erat
dengan pendidikan, pendidikan tidak bisa terlepas dari ilmu dan teknologi,
apalagi pada era sekarang. Untuk pengembangan ilmu dan teknologi maka
dalam pendidikan terdapat kurikulum pembelajaran tentang IPTEK. Dengan
diadakannya atau diikut sertakan teknologi dalam pendidikan itu akan
mempermudah bagi kita dalam mempelajari IPTEK. Hal ini dapat kita lihat
ilmu dan teknologii sangat diperlukan dalam kehidupan, contohnya saja
dalam keseharian warga dan masyarakat tidak terlepas dari teknologi seperti
telepon genggam yang ada di setiap orang. Untuk penggunaan teknologi
yang baik dan benar, maka dalam pendidikan di pelajari mengenai hal
tersebut. Hal ini dilakukan supaya warga dan masyarakat dapat dengan bijak
menggunakan ilmu dan teknologi.

Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan
keunggulan bangsa. Dukungan IPTEK terhadap pembangunan dimaksudkan
untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang
mandiri, maju, dan sejahtera. Di sisi lain, perkembangan IPTEK itu sendiri
berlangsung semakin cepat, bersamaan dengan persaingan antar bangsa
semakin meluas, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan
pengembangan IPTEK, yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu
terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM), supaya memiliki
kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan serta pengembangan
dalam bidang IPTEK. Dalam hal ini, implikasi IPTEK dalam pengembangan
kurikulum, antara lain:

1. Pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan


mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih
banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan
zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia.
2. Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta
didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah
lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.

39
3. Perkembangan IPTEK berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum
yang di dalamnya mencakup pengembangan isi atau materi
pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta
penggunaan sistem evaluasi. Ini secara tidak langsung menuntut dunia
pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan
untuk memecahkan masalah pendidikan.

40
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Landasan filsafat menjelaskan tentang filsafat dan hakekat landasan
pendidikan. Landasan sosial budaya menjelaskan tentang pendidikan
merupakan suatu kebudayaan yang bersumber dari norma. Landasan
ekonomi menjelaskan fungsi ekonomi dalam pendidikan sebagai penunjang
pendidikan. Landasan sejarah menjelaskan tentang cita-cita dan praktek
pendidikan di masa lampau. Landasan psikologis menjelaskan tentang
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Landasan hukum
menjelaskan tentang dasar hukum pendidikan nasional berdasarkan
undang-undang. Landasan IPTEK menjelaskan tentang teknologi pendidikan
dan usaha untuk menerapkannya.

3.2. Saran
Dari ketujuh landasan pendidikan di atas, kita bisa belajar untuk lebih
memahami arti pendidikan yang sebenarnya dan mengimplementasikannya
kepada peserta didik. Kita yang mana sebagai calon pendidik harus bisa
menerapkan pendidikan sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia.
Landasan tersebut bisa menjadi pedoman untuk menjadikan pendidikan di
Negara Indonesia menjadi lebih maju.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, Wayan (Ed.). 1986. Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: FIP-IKIP


Malang

Depdikbud. 1987. Petunjuk Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Sekolah Dasar.


Jakarta: Depdikbud

Hurlock, E.B.. 1974. Personality Development. New York: MCGraw-Hill; 1979


TMH Ed.

Husanah. Arina Restina., dan Rohmat Widodo. 2015. Pengantar Pendidikan.


Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit TERAS

Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak


Indosesia. Jakarta: Rineka Cipta

Pidarta, Made. 1997. Studi Tentang Landasan Kependidikan. Jurnal Ilmu


Pendidikan. Jilid: 4 Nomor: 1 Bulan Februari 1997. Halaman: 1-13.
Surabaya: IKIP Surabaya

Sumantri, Muhammad Syarif dan Durotul Yatimah. 2017. Pengantar Pendidikan.


Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Syfril, & Zen, Z. 2019. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana

Suardi. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta Barat: PT


INDEKS

Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Landasan kependidikan (Pengantar ke arah


ilmu pendidikan Pancasila). Semarang: CV. IKIP Semarang Press.

Sulo, La. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP-IKIP Ujung
Pandang

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2015. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Winarno, Agung. 2014. Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas Negeri


Malang.

Biro Pusat Statistik: http//www.bps.go.id

Blitbang Depdiknas: http://www.depediknas.g.id

42
https://www.academia.edu/11568529/Resume_Landasan_Pendidikan

https://www.academia.edu/15305790/landasan_pendidikan

https://www.academia.edu/24414236/LANDASAN_SOSIAL_BUDAYA_PENDIDIKA
N

https://www.academia.edu/35217645/LANDASAN_LANDASAN_PENDIDIKAN_Fils
afat_Pendidikan.

43

Anda mungkin juga menyukai