Anda di halaman 1dari 3

CERITA CINDELARAS

Cindelaras adalah cerita rakyat Jawa Timur, menceritakan kisah putra Raja Jenggala
dengan Sang Permaisuri. Ibu Cindelaras, Sang Permaisuri mendapat fitnah dari selir Raja hingga
akhirnya diasingkan ke hutan oleh Raden Putra saat sedang mengandung Cindelaras. Cindelaras
sendiri dilahirkan di hutan. Namun akhirnya Cindelaras mampu membuktikan pada Raja
Jenggala bahwa ibunya tidak bersalah.

Fitnah Selir Pada Permaisuri


Alkisah, Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala mempunyai dua orang istri. Istri pertama
adalah Sang Permaisuri berhati baik serta sangat cantik wajahnya. Sedang istri kedua Raja
Jenggala adalah Sang Selir yang juga cantik wajahya tapi berhati jahat. Sang Selir selalu iri pada
Sang Permaisuri. Ia memiliki rencana jahat untuk menyingkirkan Sang Permaisuri dari istana
agar perhatian Raden Putra hanya tercurah padanya.
Dalam menjalankan aksinya, Sang Selir bekerja sama dengan tabib istana. Sang Selir
berpura-pura sakit. Ketika Raden Putra bertanya pada tabib istana perihal sakit sang selir, tabib
istana mengatakan bahwa Sang Selir telah diracun oleh Sang Permaisuri.

“Wahai tabib, sakit apa yang diderita oleh istriku?” tanya Raden Putra kepada tabib.

“Ampun Paduka. Beliau sakit karena racun permaisuri.” jawab tabib.

Raden Putra hampir tidak percaya mendengar Sang Permaisuri telah bertindak jahat meracuni
Sang Selir. Akhirnya Raden Putra memerintahkan patihnya untuk membuang Sang Permaisuri ke
hutan. Tidak cukup hanya mengusir, Raja juga memerintahkan untuk membunuhnya setelah
sampai di hutan. “Hai Patih! Permaisuriku telah berbuat jahat dengan meracuni selir. Bawalah
permaisuri ke hutan. Jika telah sampai di hutan, maka bunuhlah ia.”

“Baik Paduka. Hamba laksanakan.” jawab Patih.

Permaisuri Diasingkan Ke Hutan Rimba


Patih Kerajaan Jenggala merasa Sang Permaisuri tidak bersalah namun mau tidak mau ia
harus menuruti perintah Raden Putra. Sang Patih segera membawa Sang Permaisuri untuk
diasingkan di hutan. “Maaf Gusti. Hamba tahu Gusti tidak bersalah. Tapi hamba harus
melaksanakan titah Paduka Raja.” kata sang Patih.
Setibanya di hutan, Sang patih tidak membunuh Permaisuri. Ia menangkap seekor kelinci
kemudian disembelihnya kelinci tersebut. Kemudian ia mengusapkan darah kelinci pada keris
pusakanya sebagai bukti pada Raja Jenggala bahwa ia telah membunuh Permaisuri.

“Hamba tinggalkan Gusti di tengah hutan. Hamba akan mengaku kepada raja bahwa hamba telah
membunuh Gusti. Keris berlumur darah ini sebagai buktinya.” kata sang Patih.

“Terima kasih Paman Patih atas bantuanmu. Aku tidak akan melupakan kebaikan Paman Patih.”
kata Permaisuri pada Patih Kerajaan.

Sepeninggal Patih Kerajaan, Sang Permaisuri tinggal sendiri di tengah hutan. Saat itu
Permaisuri dalam keadaan tengah mengandung. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Sang
Permaisuri melahirkan seorang bayi laki-laki tampan. Ia memberinya nama Cindelaras.

Kelahiran Cindelaras
Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak laki-laki tampan lagi tangkas. Sejak kecil ia
telah terbiasa bergaul bersama hewan-hewan di hutan. Hewan-hewan tersebut menjadi dekat dan
menurut pada perintah Cindelaras.
Pada suatu hari, seekor burung rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam didekat
Cindelaras. Telur tersebut kemudian diambil oleh Cindelaras. Ia mengeramkannya pada seekor
ayam hutan betina sahabatnya. Tiga hari kemudian, telur menetas.
Cindelaras merawat ayam tersebut baik-baik hingga tumbuh menjadi seekor ayam jago
kuat lagi kekar. Paruhnya runcing dan kokoh. Kedua kakinya terlihat kekar dengan kuku-kuku
runcing tajam. Ada satu hal aneh dari ayam jago milik Cindelaras adalah suara kokoknya.
“Kukuruyuuuuk....Tuanku bernama Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, ayahnya adalah
Raden Putra.”
Cindelaras merasa heran mendengar suara kokok ayamnya. Ia kemudian menanyakan
perihal kokok ayam tersebut pada ibunya. Sang Permaisuri, ibu Cindelaras, kemudian
menceritakan kejadian yang menimpa mereka. Sang Permaisuri mengatakan bahwa Cindelaras
adalah putra Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala. Ibunya juga menceritakan bahwa ia terusir ke
tengah hutan karena mendapat fitnah dari Selir Raden Putra.

“Cindelaras anakku. Ayahmu adalah Raden Putra, raja Kerajaan Jenggala. Ibu mendapat fitnah
dari selir, sehingga ibu harus diasingkan ke hutan.” kata permaisuri.

Cindelaras Pergi Ke Istana Kerajaan Jenggala


Setelah mengetahui asal-usul dirinya, Cindelaras lantas meminta izin ibunya untuk pergi
ke istana. Ia ingin membersihkan nama ibunya dari fitnah Selir Ayahnya. Ia membawa serta
ayam jago miliknya. “Ibu, Cindelaras minta izin untuk pergi ke istana kerajaan Jenggala.
Cindelaras ingin membersihkan nama baik ibu dari fitnah selir.” kata Cindelaras.

“Baiklah. Hati-hatilah nak.” kata permaisuri.

Di tengah perjalanan menuju istana Kerajaan Jenggala, Cindelaras bertemu beberapa orang
tengah mengadu ayam. Melihat Cindelaras membawa seekor ayam jago, mereka menantangnya
untuk mengadu ayam. Namun Cindelaras menolaknya karena tidak memiliki taruhan.

“Hai anak muda. Sepertinya Engkau memiliki ayam jago yang tangguh. Mari kita mengadu
ayam.” kata seorang pengadu ayam.

“Bagaimana aku bisa mengadu ayam jagoku melawan ayam kalian, sementara aku tidak
memiliki taruhan.” kata Cindelaras.

“Kalo begitu, taruhannya adalah dirimu sendiri. Jika engkau kalah, engkau harus bekerja padaku.
Tapi jika engkau menang, aku akan memberimu banyak harta. Bagaimana setuju?” kata si
pengadu ayam.

Sebenarnya Cindelaras ragu-ragu untuk mengadu ayam jagonya. Tapi ayam jago
miliknya meronta-ronta, terlihat seperti memintanya untuk menerima tantangan tersebut.
Akhirnya Cindelaras bersedia menerima tantangan para pengadu ayam. “Baiklah, Aku menerima
tantangan kalian.”
Ketika ayam jago miliknya diadu melawan ayam lain, hanya dalam beberapa gebrak saja
ayam jago milik Cindelaras dapat mengalahkan musuhnya. Satu-persatu ayam milik para
pengadu ayam dapat dikalahkan begitu mudah oleh ayam jago Cindelaras. Cindelaras mendapat
banyak uang dari adu ayam. Sudah tidak terhitung berapa banyak uang dan perhiasan yang
diperoleh Cindelaras dari hasil adu ayam ini.
Dalam waktu singkat, kehebatan ayam jago Cindelaras tersebar ke seantero negeri.
Sejumlah penyabung ayam berpendapat hanya ayam milik Prabu Raden Putra saja yang mampu
menandingi ayam Cindelaras.
Kabar ayam Cindelaras akhirnya sampai juga ke telinga Raden Putra. Raden Putra ingin
mengadu ayam miliknya melawan ayam jago Cindelaras. Ia kemudian memrintahkan prajuritnya
untuk membawa Cindelaras beserta ayam jagonya ke istana untuk diadu melawan ayam milik
Raden Putra.

“Hai para prajurit! Aku dengan ada seorang anak muda yang memiliki ayam jago yang tangguh.
Panggilah anak itu kemari. Aku ingin mengadu ayam jagoku dengan ayamnya.” kata Raden
Putra.

Tidak lama kemudian, Cindelaras berhasil ditemui oleh para prajurit kerajaan. Para prajurit
membawanya ke istana Kerajaan Jenggala untuk bertemu Raja Jenggala. “Engkaukah yang
bernama Cindelaras pemilik ayam jago tangguh? Maukah engkau mengadu ayam milikmu
melawan ayam jago milikku?” tanya Raden Putra.

“Hamba bersedia Gusti Prabu.” kata Cindelaras. Ia mengetahui bahwa Raja Jenggala di
hadapannya adalah ayahnya.
“Kalo begitu apa taruhanmu?' tanya Raden Putra.

“Taruhannya, jika ayam jago hamba kalah, hamba serahkan nyawa hamba pada Gusti Prabu.
Tapi jika ayam jago hamba menang, hamba meminta separuh wilayah Kerajaan Jenggala. Hamba
harap Gusti Prabu tidak tersinggung dengan tawaran taruhan hamba.” ujar Cindelaras.

“Baik. Mari kita mulai duel ayam jago kita. Bersiaplah engkau untuk dipenggal oleh algojo
kerajaan seusai pertarungan.” kata Raden Putra.

Kerajaan pun menyiapkan pertarungan kedua ayam jago tersebut di alun-alun istana. Rakyat
Jenggala berduyun-duyun ingin menyaksikan pertarungan ayam. Tidak sedikit diantara rakyat
melakukan taruhan mendukung ayam jago milik Cindelaras atau milik Raden Putra.

Ayam Jago Cindelaras Mengalahkan Ayam Jago Raden Putra


Tibalah kedua ayam jago tersebut saling dihadapkan di alun-alun istana. Ayam jago milik
Cindelaras terlihat kalah besar jika dibandingkan dengan ayam jago milik Raden Putra. Namun
ayam jago Cindelaras nampak tidak menunjukkan rasa takut sama sekali. Diiringi sorak-sorai
rakyat menonton, dimulailah pertarungan kedua ayam.
Meski bertubuh lebih kecil, ayam jago milik Cindelaras nampak sangat tangguh. Ayam
tersebut mampu membuat ayam jago milih Raden Putra kepayahan. Patukan paruh juga
tendangan kakinya sangat kuat dan bertenaga. Berkali-kali ayam jago miliki Raden Putra jatuh
terpental. Serangan-serangan balasan dari ayam jago Raden Putra begitu mudahnya ditangkis.
Melihat kenyataan ini, Raden Putra mulai cemas. Ia khawatir ayam jago miliknya akan
kalah. Tentunya Ia khawatir akan kehilangan separuh wilayah kekuasaannya. Kekhawatiran
Raden Putra nampaknya menjadi kenyataaan. Tidak lama kemudian ayam jago miliknya
berkaok-kaok kemudian lari meninggalkan arena pertarungan. Nampaknya ia sudah tidak
sanggup melawan ketangguhan ayam jago milik cindelaras. Rakyat pendukung ayam Cindelaras
bersorak-sorai gembira.
Raden Putra merasa terkejut hingga lemas tubuhnya. Walaupun masih belum bisa
menerima kekalahannya ayam jagonya, namun ia sebagai Raja Jenggala harus menjaga
kehormatannya. Ia harus menepati janjinya. Sang Raja harus rela menyerahkan separuh wilayah
kekuasaan Kerajaan Jenggala pada Cindelaras.
Setelah selesai bertarung, mendadak ayam jago Cindelaras berkokok.
“Kukuruyuk....Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah hutan rimba, atapnya daun kelapa,
ayahandanya adalah Raden Putra...”.
Raden Putra keheranan dengan ayam jago Cindelaras. “Cindelaras, benarkah apa yang
dikatakan ayam jago milikmu itu?”. Tanya Raden Putra.

“Benar paduka. Menurut ibu hamba yang sekarang berada di hutan rimba, Hamba adalah putra
Gusti Prabu. Ibu hamba adalah Permaisuri Paduka yang diasingkan ke hutan. Beliau difitnah
oleh Selir. Percayalah Gusti Prabu, Ibu Hamba tidak bersalah.” kata Cindelaras.

Melihat kejadian tersebut Sang Patih Kerajaan segera menghadap Raden Putra. “Ampun Gusti
Prabu. Hamba tidak melaksanakan titah Gusti Prabu untuk membunuh Sang Permaisuri. Karena
hamba tahu Sang Permaisuri hanyalah korban fitnah Sang Selir. Selir Paduka bekerja sama
dengan tabib istana. Dan Cindelaras ini adalah putra Gusti Prabu.” kata Sang Patih Kerajaan.

Sang Permaisuri Kembali Ke Istana Kerajaan Jenggala


Raden Putra segera memanggil Sang Selir dan tabib istana. Di hadapan Raden Putra,
akhirnya mereka mengakui perbuatan jahat mereka. Keduanya memohon ampun pada Sang Raja.
Raden Putra kemudian menjatuhi hukuman mati bagi tabib istana, sementara Sang Selir dihukum
diasingkan ke hutan rimba.
Raden Putra segera memerintahkan para prajuritnya untuk menjemput Sang Permaisuri di
hutan pengasingan. Akhirnya terbongkarlah kejahatan Sang Selir dan tabib istana. Sang
Permaisuri dan anaknya Cindelaras, kini hidup berbahagia di istana Kerajaan Jenggala.
Kebenaran pada akhirnya akan mengalahkan kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai