Anda di halaman 1dari 4

c cc

 
c m   cc   c 
c c c c c   cc  cc c c c cc 

c  c    cc c


Ô  




 
     



OLEH :

Anissa Pratiwi

P173333109058

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2010

c


 c  c 



Sejak pertengahan abad ke-20, terjadi perkembangan di bidang industri makanan dan
minuman yang bertujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Peranan zat tambahan
makanan atau yang lebih sering di sebut dengan [   menjadi penting bagi para
produsen makanan.
Zat tambahan makanan adalah sesuatu senyawa atau campuran senyawa selain bahan
pangan dasar yang terdapat di dalam makanan teretentu sebagai hasil aspek produksi,
pengolahan dan penyimpanan atau pengepakan (Donatus, 1990). Tujuan penambahan zat
tambahan makanan adalah untuk memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat
(Mudjajanto,2007). Zat tambahan makanan tersebut dapat berupa pemanis, penyedap,
pengawet, antioksidan, flavor/aroma, pengemulsi/pengental, zat gizi, pewarna, dan lain- lain
(Baliwati,dkk,2004).
Warna merupakan salah satu sifat yang sangat penting dari makanan maupun minuman,
di samping nilai gizi, cita rasa, atau tekstur yang baik (Nollet,2004). Oleh karena itu tidak
heran bahwa warna banyak sekali menimbulkan banyak pengaruh bagi para konsumen dalam
memilih suatu produk makanan maupun minuman.
Salah satu produk makanan dan minuman yang paling sering ditambahkan dengan zat
warna adalah minuman jajanan. Sampel minuman yang akan diteliti adalah minuman jajanan
yang biasa dijajakan di Sekolah Dasar. Minuman jajanan yang dipilih adalah minuman yang
memiliki warna merah dan kuning terang dan menarik. Minuman jajanan tersebut terdiri dari
es buah, es sirop, es kopyor, es milkshake, es susu, es bon-bon, es gabus, es doger, dan es
serut. Minuman jajanan tersebut sangat digemari oleh anak-anak SD karena warnanya yang
menarik. Bahan pewarna yang digunakan dalam minuman jajanan tersebut dapat berupa
alami maupun sintetik. Zat warna sintetik itu sendiri sebenarnya ada yang aman dan boleh
digunakan manusia untuk produk makanan dan minuman, namun ada yang membahayakan
kesehatan sehingga tidak diijinkan penggunaannya (Djalil, dkk, 2005). Menurut Kep. Dir.
Jend. POM Depkes RI Nomor: 00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 239/Men.Kes/Per/V/85, kuning metanil dan rhodamin B
merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan
(Anonim, 1990).
BPOM menguji beberapa jenis makanan dan minuman, setelah di teliti makanan dan
minuman yang di uji mengandung bahan berbahaya berupa zat pewarna untuk tekstil, kertas
atau cat. Dua zat warna yang banyak dijumpai berada dalam makanan adalah Y  

dan    .
Y  
adalah pewarna sintetis berwarna merah yang digunakan pada industri
tekstil dan kertas. Y  
 berbentuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan
berwarna merah terang berpendar (berfluorosensi kuat). Sedangkan       adalah
zat warna kuning kecoklatan dan berbentuk padat atau serbuk. Seperti Y  
,    
  juga disalahgunakan untuk kue-kue basah, saus, sirup dan kerupuk, bahkan juga tahu.
Padahal zat ini sehari-hari digunakan untuk tekstil, cat kayu dan cat lukis.
Berbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa dari penggunaan zat pewarna ini
pada makanan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Pada uji terhadap mencit,
diperoleh hasil ; terjadi perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan
disekitarnya mengalami disintegrasi atau disorganisasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai
dengan terjadinya º   (sel yang melakukan pinositosis ) dan º! 
(pewarnaan yang lebih kuat dari normal) dari nukleus. Degenerasi lemak dan sitolisis dari
sitoplasma. Batas antar sel tidak jelas, susunan sel tidak teratur dan sinusoid tidak utuh.
Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin berat sekali tingkat kerusakan jaringan
hati mencit. Secara statistik, terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan dalam laju rata-rata pertambaan berat badan mencit
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eddy Setyo Mudjajanto dari Institut Pertanian
Bogor (IPB), menemukan banyak penggunaan zat pewarna ¦  
dan     
pada produk makanan industri rumah tangga. Y  
dan     sering dipakai
untuk mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, sosis, minuman
ringan, cendol, dan manisan.Makanan yang diberi zat pewarna ini biasanya berwarna lebih
terang (Mudjajanto, 2007). Zat warna nonpangan tersebut juga ditemukan pada makanan dan
minuman jajanan anak SD di Sekolah Dasar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung
dalam kadar yang cukup besar antara 7,841-3226,55 ppm (Trestiati, 2003).
Berdasarkan penelitian Mudjajanto dan Trestiati diatas, maka dilakukan penelitian
terhadap sampel minuman jajanan yang diambil di Sekolah Dasar yang terdapat di Kelurahan
Karanganyar Kecamatan Subang Kabupaten Subang. Kelurahan Karanganyar terdiri dari 16
Sekolah Dasar, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Kecamatan ini memiliki jumlah
Sekolah Dasar yang paling banyak di Kecamatan Subang. Oleh karena itu Kelurahan
Karanganyar merupakan daerah dengan tingkat produksi minuman jajanan yang berwarna
merah dan atau kuning terang cukup besar dan didukung dengan tingkat konsumsi yang
cukup besar pula, dimana di setiap SD tersebut terdapat sekitar 2-3 orang pedagang minuman
jajanan yang berwarana merah dan atau kuning terang. Minuman jajanan tersebut
memberikan intensitas warna kuat. Minuman jajanan tersebut diduga menggunakan pewarna
sintetik nonpangan, yaitu ¦  
dan     . Oleh karena itu, penelitian ini
perlu dilakukan untuk membuktikan keberadaan zat warna nonpangan (¦  
dan
   ) dalam produk makanan dan minuman.

"#!#$ $ 
Apakah terdapat ¦  
dan     dalam minuman jajanan anak SD di
Kelurahan Karanganyar Kecamatan Subang?

%#&#  
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pewarna yang di gunakan oleh para produsen
minuman jajanan anak SD di Kelurahan Karanganyar Kecamatan Subang.

Anda mungkin juga menyukai