Anda di halaman 1dari 9

KLSIFIKASI DAN PENYEBAB PADA KONSEP ANAK DENGAN

HAMBATAN INTELEKTUAL
Dosen Pengampun
Eviani Damastuti M.Pd

Oleh :

Anisa Khairul Nida


1910127320008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILUM PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
1. Klasifikasi Tunagrahita atau hambatan intelektual
Pengklasifikasian anak tunagrahita penting dilakukan karena anak tunagrahita memiliki
perbedaan individu yang sangat bervariasi. Klasifikasi untuk anak tunagrahita bermacam-macam
sesuai dengan disiplin ilmu maupun perubahan pandangan terhadap keberadaan anak
tunagrahita. Pengklasifikasian anak tunagrahita yang telah lama dikenal adalah debil untuk anak
tunagrahita ringan, imbesil untuk anak tunagrahita sedang dan idiot untuk anak tunagrahita berat.
Menurut Wikasanti, (2014: 15-17) Klasifikasi anak tunagrahita adalah tunagrahita ringan,
tunagrahita sedang dan tunagrahita berat. Berdasarkan klasifikasinya, setiap anak tunagrahita
membutuhkan perlakuan dan dukungan yang berbeda-beda sesuai dengan yang
dibutuhkannya untuk dapat bertahan hidup dilingkungan sosialnya.
a. Anak Tunagrahita Ringan ( mental retardation Mild )
Kecerdasan intelektual (IQ) yang dimiliki sekitar 50-75. Mereka pada kategori ini sering
memperoleh Anak tunagrahita yang tergolong ringan, memiliki kemampuan untuk dididik
sebagaimana anak-anak normal, mereka mampu mandiri, mempelajarai berbagai
keterampilan dan life skills, serta mampu belajar sejumlah teori yang ringan dan bermanfaat
bagi kehidupan keseharian. Misalnya mempelajarai bahasa dan berkomunikasi yang tepat,
matematika perhitungan sederhana, ilmu alam, dan ekonomi. Namun untuk dapat membuat
mereka paham dibutuhkan waktu yang cukup lama dan guru/ pendidik yang sabar serta
fokus pada beberapa anak saja. Oleh karenanya apabila masuk kedalam kelas inklusi harus
ada guru yang akan mengawasi perkembangan dan pembelajaran anak tunagrahita jenis
ringan ini. Apabila diberi pembelajaran dan pendidikan secara konsisten, maka anak
tunagrahita ringan bisa mencapai usia perkembangan mental setara dengan anak usia 12
tahun dan Mereka dapat menjadi cukup mandiri dan dalam beberapa kasus hidup
mandiri, dengan dukungan masyarakat dan sosial.
b. Anak Tunagrahita Sedang ( Moderate mental retardation )
Anak tunagrahita yang tergolong pada klasifikasi sedang, Sekitar 10% dari populasi
retardasi mental dianggap pada kategori sedang. Individu denganmoderate mental
retardationmemiliki kecerdasan intelektual (IQ) skor berkisar 35-55. Mereka
merupakan anak-anak yang masih mampu dilatih mandiri,memenuhi, dan melakukan
kebutuhannya sendiri. Misalnya mandi sendiri, makan sendiri, berpakaian dan berhias serta
melakukan keterampilan sederhana seperti menyiram bunga, memberi makan hewan ternak
dan membersihkan kandangnya. Anak tunagrahita kondisi sedang ini disebut juga golongan
imbesil. Mereka masih dimungkinkan untuk mampu mandiri dengan tetap dalam
pengawaan orang lain yang siap membantu apabila mereka membutuhkan bantuan. Apabila
dilatih secara konsisten dan tepat, maka golongan imbesil ini bisa mencapai kecerdasan
mental anak-anak usia 7 tahun.
c. Anak Tunagrahita Berat (Severelmental retardation)
Sekitar 3-4% dari populasi retardasi mental adalah dalam kategori parah. Individu dalam
kategori retardasi mental parah memiliki kecerdasan intelektual (IQ) sekitar skor 20 -
40 Mereka mungkin menguasai keterampilan perawatan diri yang sangat dasar dan
beberapa keterampilan komunikasi.Anak tunagrahita yang digolongkan dalam klasifikasi
berat memiliki tingkat intelegensi dibawah 20 - 40 . Dengan tingkat intelegensi sekian,
anak-anak biasa disebut dengan idiot ini sulit sekali untuk dilatih apalagi dididik untuk
belajar berbagai teori akademis. Perawatan khusus dan keikhlasan dari keluargan sangat
dibutuhkan oleh mereka. Biasanya keadaan idiot ini diikuti dengan berbagai kelainan dan
kelemahan dalam fungsi tubuh lainnya. Mereka perlu perawatan khusus dan dibantu dalam
setiap aktifitasnya. Untuk bertahan hidup saja rasanya membutuhkan banyak bantuan.
Kecerdasan optimal yang dimiliki hanya setara dengan anak usia 3 tahun. Jika mereka bisa
berjalan dan membersihkan diri sendiri tergolong cukup baik bagi pencapaian stimulasi
yang bisa dilakukan dan penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1. Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan
anak reguler pada kelas 5 sekolah dasar.
2. Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian
sosial sangat terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan secara akademik
2. Custodia
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus. Dapat melatih anak tentang
dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif
(Wijaya, 2013: 29).
d. Profound mental retardation
Hanya 1-2% dari populasi retardasi mental diklasifikasikan dalam kategori parah.
Individu dalam kategori retardasi mental sangat parah memiliki kecerdasan intelektual
(IQ) skor sekitar di bawah 20-25. Mereka mungkin dapat mengembangkan
keterampilan perawatan diri dan komunikasi dasar yang sesuai untuk
dukungan dan pelatihan. Keterbelakangan pada kategori sangat parah sering
disebabkan oleh gangguan neurologis yang menyertainya. Sehingga mereka
memerlukan pengawasan tingkat tinggi(Onyekuru and Njoku, 2012: 107).
Menurut Type Klinis, terbagi menjadi :
a. Down Syndrome (Mongoloid) Tipe ini terlihat menyerupai orang Mongol dengan ciri:
mata sipit, lidah tebal dan biasanya lidah menjulur keluar, telinga kecil, pipi bulat, bibir
besar dan tebal, tangan bulat dan lemah, tulang tengkorak dari muka hingga belakang
tampak pendek
b. Kretin Tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan ciri-ciri:badan pendek, kaki,
tangan pendek, kulit kering, tebal dan berkeriput, rambut kering, kuku pendek dan tebal.
c. Hydrocephalus Gejala yang nampak adalah semakin membesarnya Cranium (tengkorak
kepala) yang disebabkan oleh semakin bertambahnya atau tertimbunnya cairan Cerebro
Spinal pada kepala. Cairan ini memberi tekanan pada otak besar (cereblum) yang
menyebabkan kemunduran fungsi otak
d. Microcephalic: bentuk ukuran kepala yang kecil ,bentuk ukuran kepala lebih besar dari
ukuran normal
Klasifikasi anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran sebagai berikut :
1. Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan itu disebut sebagai lambang belajar ( slow
learner ) dengan IQ 70 - 85
2. Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded ) dengan IQ 50 - 75
3. Tunagrahita mampu latih trainable mentally retarded ) dengan IQ 30 -35 atau 35 – 55
4. Tunagrahita butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded ) dengan IQ dibawah 25
atau 30.
Klasifikasi Anak Tunagrahita Secara Medis-Biologis
1. Tunagrahita taraf perbatasan (IQ : 68 - 85)
2. Tunagrahita ringan (IQ : 36 - 51)
3. Tunagrahita sedang (IQ : 36 - 51)
4. Tunagrahita sangat berat (IQ kurang dari 20)

Klasifikasi Anak Tunagrahita secara sosial-psikologis berdasarkan kriteria


psikometerik yaitu :
1. Tunagrahita ringan ( mild mental retardation ) IQ 55 - 69
2. Tunagrahita sedang ( moderate mental retardation ) IQ 40 - 54
3. Tunagrahita berat ( severse mental retardation ) IQ 20 - 39

Karakteristik Perkembangan Anak Tunagrahita Secara Umum


Berikut ini akan dikemukakan karakteristik perkembangan anak tunagrahita secara umum
yang mengalami hambatan berdasarkan adaptasi dari James D. Page (dalam Wardani,
2007:6.196.21) sebagai berikut. :
1. Perkembangan Akademik (Aspek Kognitif)
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya mengenai
hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning) dari
pada dengan pengertian. Dari hari ke hari mereka membuat kesalahan yang sama. Mereka
cenderung menghindar dari perbuatan berpikir. Merekamengalami kesukaran
memusatkan perhatian, dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung cepat
lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek.
2. PerkembanganSosial/Emosional (Aspek Afektif)
Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara dan
memimpin diri. Ketika masih muda mereka harus dibantu terus karena mereka mudah
terperosok ke dalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau
bermain bersama dengan anak yang lebih muda darinya.Kehidupan penghayatannya
terbatas. Mereka juga tidak mampu menyatakan rasa bangga atau kagum. Mereka
mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan tidak
berpandangan luas. Mereka juga mudah disugesti atau dipengaruhi sehingga
tidak jarang dari mereka mudah terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti
mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual. Namun, dibalik itu semua mereka
menunjukkan ketekunan dan rasa empati yang baik asalkan mereka mendapatkan
layanan atau perlakukan dan lingkungan yang kondusif.
3. PerkembanganFisik/Kesehatan dan Motorik (Aspek Psikomotorik)Baik struktur maupun
fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka baru
dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan
gerakannya kurang indah, bahkan diantaranya banyak yang mengalami cacat bicara.
Pendengaran dan penglihatannya banyak yang kurang sempurna. Kelainan ini
bukan pada organ tetapi pada pusat pengolahan di otak sehingga mereka melihat,
tetapi tidak memahami apa yang dilihatnya, mendengar, tetapi tidak memahami apa
yang didengarnya. Bagi anak tunagrahita yang berat dan sangat berat kurang merasakan
sakit, bau badan tidak enak, badannya tidak segar, tenaganya kurang mempunyai
daya tahan dan banyak yang meninggal pada usia muda. Mereka mudah terserang
penyakit karena keterbatasan dalam memelihara diri, serta tidak memahami cara hidup
sehat.
Mangunsong (2009:135) menambahkan beberapa karakteristik anak tunagrahita sebagai
berikut.
a. Daya Ingat (Aspek Kognitif)Kebanyakan anak yang mengalami retardasi
mental mengalami kesulitan dalam mengingat suatu informasi.
b. Perkembangan Bahasa (Aspek Psikomotorik)Perkembangan bahasa anak-anak
retardasi mental terlambat muncul, lambat mengalami kemajuan, dan
berakhir pada tingkat perkembangan yang lebih rendah. Mereka mengalami
masalah dalam memahami dan menghasilkan bahasa.
4. Fungsi-fungsi mental lain
Mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, pelupa an sukar mengungkapkan
kembali suatu ingatan. Mereka enghindari berpikir, kurang mampu membuat asosiasi dan
sukar membuat kreasi baru.
5. Dorongan dan emosi
Perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat
ketunagrahitaan masing-masing. Kehidupan emosinya lemah, mereka jarang menghayati
perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial.
6. Organisme
Struktur dan fungsi organisme pada anak tunagrahita umumnya kurang dari anak normal.
Dapat berjalan dan berbicara diusia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan
gerakannya kurang indah, bahkan diantaranya banyak yang mengalami cacat bicara.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya
mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan yang kurang berfungsi
sebagaimana mestinya. Karena itulah anak tunagrahita membutuhkan kata-kata kongkret
yang sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara
berulang-ulang. Hal lainnya dari anak tunagrahita adalah kurangnya kemampuan mereka
untuk mempertimbangkan sesuatu, untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk,
dan membedakan yang benar dan yang salah. Semua hal itu dikarenakan kemampuan
anak tunagrahita terbatas. Selain karakteristik yang disebutkan, Delphie (2006) dalam
Wikasanti (2014: 24) menyebutkan bahwa karakteristik anak tunagrahita meliputi hal-hal
sebagai berikut:
Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak-anak yang
tidak menyandang tunagrahita;
a. Selalu bersifat eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan
(expectancy for failure)
b. Suka meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan-
kesalahan yang mungkin ia lakukan (outerdirectedness)
c. Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri
d. Mempunyai permasalahan berkaitan dengan perilaku sosial (social behavioral)
e. Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar
f. Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan
g. Mempunyai masalah dalam kesehatan fisik
h. Kurang mampu untuk berkomunikasi
i. Mempunyai kelainan pada sensor gerak
j. Mempunyai masalah berkaitan dengan psikiatri, adanya gejala-gejala depresif.
Mengacu pada fungsi intelektual yang secara jelas berada dibawah rata-rata atau normal,
sehingga menyebabkan perkembangan kecerdasan banyak memiliki hambatan. Untuk itu
diperlukan layanan khusus guna membantu mengoptimalkan kemampuan dan potensinya, hal ini
yang terutama berkaitan dengan perawatan diri. Sehingga pada masa depannya tidak selalu
bergantung pada orang lain.
2. Penyebab Tunagrahita
Penyebab tunagrahita Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor , yaitu :
a. Generik Kerusakan atau kelainan Biokimiawi , Abnormalitas kromosomal
b. Sebelum lahir ( Pre - natal )
1. Infeksi rubella ( cacar )
2. Faktor Rhesus (Rh)
c. Kelahiran (pre - natal ) yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiran
d. Setelah lahir (post - natal ) akibat infeksi misalnya : meningitis ( peradangan pada
slaput otak ) dan problem nutrisi yaitu kekurangan gizi seperti kekurangan protein
e. Faktor sosio-kultural atau sosial budaya lingkungan
f. Gangguan metabolisme atau nutrisi
1. Phenylketonuria
2. Gargoylisme
3. Cretinisme
Penyebab tunagrahita secara umum sebagai berikut :
a. Infeksi atau intoxikasi
b. Rudapaksa atau sebab fisik lainnya
c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi atau nutrisi
d. Penyakit otak yang nyata ( kondisi setelah lahir )
e. Akibat penyakit atau pemgaruh sebelum lahir yang tidak diketahui
f. Akibat kelainan kromosomal
g. Gangguan waktu kehamilan
h. Gangguan pasca-psikiatrik atau gangguan jiwa berat
i. Pengaruh lingkungan
j. Kondisi - kondisi lain yang tidak tergolongkan
DAFTAR PUSTAKA

Rosnawati, Ati & Kemis. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. Luxia.
Jakara

Yosia, Novita. 2014. Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata Ruang Belajar
diSekolah Luar Biasa. E-Journal Graduate UNPAR, 1(2) : 112-113.

Mayasari, Novi. 2019. Layanan Pendidikan bagi Anak Tunagrahita dengan Tipe Down
Syndrome. YINYANG: Jurnal studi Islam, Gendre dan Anak. 14(1) : 112 – 122.

Terminologindan batasan hambatan intelektual dari berbagai pandangan, Diunduh tanggal 11


Februari 2020, dari https://staff.uny.ac.id

Anda mungkin juga menyukai