Dokumen
Dokumen
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................................. 2
Kefarmasian.......................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 17
3.2 Saran...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang dilakukan
oleh apoteker terhadap pasien dalam melakukan terapi pengobatan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan pasien. Apoteker berperan dalam memberikan konsultasi, informasi dan edukasi
(KIE) terkait terapi pengobatan yang dijalani pasien, mengarahkan pasien untuk melakukan pola
hidup sehat sehingga mendukung agar keberhasilan pengobatan dapat tercapai, dan melakukan
monitoring hasil terapi pengobatan yang telah dijalankan oleh pasien serta melakukan kerja sama
dengan profesi kesehatan lain yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(ISFI, 2000).
Pelayanan kefarmasian mulai berubah orientasinya dari drug oriented menjadi patient oriented.
Perubahan paradigma ini dikenal dengan nama pharmaceutical care atau asuhan pelayanan
kefarmasian. Pharmaceutical careatau asuhan kefarmasian merupakan pola pelayanan kefarmasian
yang berorientasi pada pasien. Pola pelayanan ini bertujuan mengoptimalkan penggunaan obat
secara rasional yaitu efektif, aman, bermutu dan terjangkau bagi pasien (Depkes RI, 2008). Hal ini
meningkatkan tuntutan terhadap pelayanan farmasi yang lebih baik demi kepentingan dan
kesejahteraan pasien. Asuhan kefarmasian merupakan komponen dari praktik kefarmasian yang
memerlukan interaksi langsung apoteker dengan pasien untuk menyelesaikan masalah terapi pasien,
terkait dengan obat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Kemenkes RI, 2011).
Akibat dari perubahan paradigma pelayanan kefarmasian, apoteker diharapkan dapat melakukan
peningkatan keterampilan, pengetahuan, serta sikap sehingga diharapkan dapat lebih berinteraksi
langsung terhadap pasien. Adapun pelayanan kefarmasian tersebut meliputi pelayanan swamedikasi
terhadap pasien, melakukan pelayanan obat, melaksanakan pelayanan resep, maupun pelayanan
terhadap perbekalan farmasi dan kesehatan, serta dilengkapi dengan pelayanan konsultasi,
informasi dan edukasi (KIE) terhadap pasien serta melakukan monitoring terkait terapi pengobatan
pasien sehingga diharapkan tercapainya tujuan pengobatan dan memiliki dokumentasi yang baik
(Depkes RI, 2008).
3. Untuk mengetahui tanggung jawab apoteker dalam ruang lingkup asuhan kefarmasian.
1.4 Manfaat
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca
tentang asuhan kefarmasian, sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai materi tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Merawat penyakit.
Fungsi dari asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah (Heppler and strand, 1990):
1. Identifikasi aktual dan potensial masalah yang berhubungan dengan obat.
4. Implementasi dari asuhan kefarmasian di rumah sakit dapat dilakukan pada pasien rawat jalan
melalui informasi, konseling, dan edukasi untuk obat bebas dan obat yang diresepkan, pemberian
label, leaflet, brosur, buku edukasi, pembuatan buku riwayat pengobatan pasien, serta jadwal
minum obat. Untuk pasien rawat inap melalui informasi dan konseling pasien masuk/keluar, DIS
(Drug Information Service), TDM (Terapeutic Drug Monitoring), TPN (Total Parenteral
Nutrition), Drug-Therapy Monitoring,Drug Therapy Management, dan sebagainya.
a) Semua kebutuhan terapi obat pasien digunakan sewajarnya dalam segala kondisi,
c) Terapi obat yang diterima oleh pasien adalah yang paling aman, dan
2. Tanggung jawab apoteker termasuk dalam menjalankan identifikasi, resolusi, dan pencegahan
kesalahan terapi obat (drug therapy problems)
3. Menjamin bahwa tujuan terapi dapat digunakan baik untuk pasien. Praktisi pharmaceutical
carebertanggung jawab untuk memantau kondisi pasien untuk memastikan bahwa pengobatan
mencapai hasil yang diinginkan.
4. These responsibilities are fulfilled by caring for each patient as an individual in a way that
benefits the patient, minimizes harm, and is honest, fair, and ethical.
5. Praktisi pharmaceutical care memenuhi tanggung jawab klinis dengan cara menemukan standar
professional dan ethical behavior prescribed dalam filsafat dari praktik asuhan kefarmasian.
8. Melakukan yang terbaik untuk pasien. Dalam segala kasus, tidak membuat kesalahan.
Mengatakan yang sebenarnya pada pasien. Be fair. Setia. Mengakui that the patient is the ultimate
decision maker. Selalu menjaga prifasi pasien.
Berdasarkan hasil kongres WHO di New Delhi (1988), maka pada tahun 1990, badan dunia di bidang
kesehatan tersebut mengakui / merekomendasi/ menetapkan kemampuan untuk diserahi tanggung
jawab kepada farmasis yang secara garis besar adalah sebagai berikut:
2. Menguasai masalah-masalah jalur distribusi obat (dan pengawasannya), serta paham prinsip-
prinsip penyediaannya.
5. Mampu memberi advice yang informatif kepada pasien tentang penyakit ringan (minor
illnesses), dan tidak jarang kepada pasien dengan penyakit kronik yang telah ditentukan dengan jelas
pengobatannya.
6. Mampu menjaga keharmonisan hubungan antara fungsi pelayanan medik dengan pelayanan
farmasi