Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

Daftar Isi. .................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 01
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 02
BAB II PEMBAHASAN
A, Isi ........................................................................................................... 03
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................... 13
DAFTARPUSTAKA .................................................................................. 14

i
ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Penyelenggaraan peradilan tata usaha negara di Indonesia merupakan suatu
kehendak konstitusi dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap
rakyat dari para pejabat ataupun penguasa.
Indonesia sebagai negara hukum tengah berusaha meningkatkan
kesejahteraan bagi seluruh warganya dalam segala bidang.Kesejahteraan, hanya
akan dapat dicapai dengan melakukan aktivitas-aktivitas pembangunan di segala
bidang. Dalam melaksanakan pembangunan yang sifatnya tidak dapat dipungkiri
bahwa aparatur pemerintah memainkan peranan yang sangat besar.Konsekuensi
negatif atas peran pemerintah tersebut adalah munculnya sejumlah
penyimpangan-penyimpangan seperti korupsi, penyalahgunaan kewenangan,
pelampauan batas kekuasaan, sewenang-wenang, pemborosan dan
sebagainya.Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh aparat
pemerintahan itu tidak mungkin dibiarkan begitu saja.Disamping itu, juga
diperlukan sarana hukum untuk memberikan perlindungan hukum bagi rakyat.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 jo UU No.
9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berdasarkan Pasal 144
dapat disebut Undang-undang Peradilan Administrasi Negara, maka dewasa ini
perlindungan hukum terhadap warga masyarakat atas perbuatan yang dilakukan
oleh penguasa dapat dilakukan melalui 3 badan, yakni sebagai berikut:
a. Badan Tata Usaha Negara, dengan melalui upaya administratif.
b. Peradilan Tata Usaha Negara, berdasarkan Undang-undang Nomor 5
Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tara Usaha Negara
(PTUN).
c. Peradilan Umum, melaui Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUHPerdata).
Melihat betapa pentingnya peran Peradilan Tata Usaha negara dalam
menciptakan Negara Indonesi ayang adil dan sejahtera, pemakalah tertarik untuk

1
membahas lebih dalam mengenai Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia
dengan membuat makalah yang berjudul: “Peradilan Tata Usaha Negara”

B. Rumusan Masalah
Adapun representasi kompetensi absolut PTUN yaitu :

Uu 5/1986 (p1.3+p 1.4+p3)-(p2+p49)

Uu 51 tahun 2009 (p1.9+p1.10)

Uu 30/2014 (p1.1+p1.7+p1.8)+(p87+p53+p21)-(p2+p43)=p55

Dan rumus
Uu 5/1986 (p1.3+p 1.4+p3) - (p2+p49)

Uu 51 tahun 2004 (p1.9+p1.10)

Uu 30/2014 (p1.1+p1.7+p1.8)+(p87+p53+p21)-(p2+p43) = p55

b. Rumusan masalah
Jelaskan rumus kompetensi absolut PTUN !

2
BAB II
PEMBAHASAN

Uu 5/1986 (p1.3+p 1.4+p3) - (p2+p49)

Uu 51 tahun 2004 (p1.9+p1.10)

Uu 30/2014 (p1.1+p1.7+p1.8) +(p87+p53+p21)-(p2+p43) = p55

(p1.3+p 1.4+p3) - (p2+p49)

Uu 5/1986 (p1.3+p1.4+p3) - (p2+p49)

Adapun yang merupakan kompetensi absolut dari PTUN adakah :

Pasal 1 angka 3

Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang


dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan
hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;

Pasal 1 angka 4
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata
Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara, baik di Pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku;

Pasal 3
(1) Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan
keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan
dengan Keputusan Tata Usaha Negara.

3
(2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluar-kan
keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagai-mana ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan
keputusan dimaksud.
(3) Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak
menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka setelah
lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimanya permohonan, Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang bersang-kutan dianggap telah mengeluarkan
keputusan penolakan.

Batasan Kompetensi Ptun


Pasal 2
Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut undang-
undang ini :
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat
umum;
c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan per-setujuan;
d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab
UndangUndang Hukum Pidana atau Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;
e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan
badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
f. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia;
g. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di pusat maupun di daerah, mengenai hasil
pemilihan umum

4
Pasal 49
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu
dikeluarkan :
a. dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar
biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
b. dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku

Pasal 1 angka 9
Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum
tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku,
yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.

Pasal 1 angka 10
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang
tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau
pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(p1.1+p1.7+p1.8) + (p87+p53+p21)-(p2+p43) = p55

Pasal 1angka 1
Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah;
Pasal 1 Angka 7

5
Pengadilan adalah Pengadilan Tata Usaha Negara dan/atau Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara;
Pasal 1 angka 8
Hakim adalah hakim pada Pengadilan Tata Usaha Negara dan atau hakim
pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

Pasal 87
(1) Saksi dipanggil ke persidangan seorang demi seorang.
(2) Hakim Ketua Sidang menanyakan kepada saksi nama lengkap, tempat
lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kewarga-negaraan, tempat tinggal,
agama atau kepercayaannya, pekerjaan, derajat hubungan keluarga, dan hubungan
kerja dengan penggugat atau tergugat.
(3) Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau
janji menurut agama atau kepercayaannya.

Pasal 53
(1) Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengaju-kan gugatan
tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan
Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi. (2) Alasan-
alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) adalah :
a) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b) Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluar-kan
keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah menggunakan
wewenangnya untuk tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang
tersebut;

6
c) Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluar-kan atau
tidak mengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan
keputusan itu seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak
pengambilan keputusan tersebut.

Pasal 21
Seorang Hakim yang diberhentikan dari jabatannya tidak dengan sendirinya
diberhentikan sebagai pegawai negeri.
Pasal 2 Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut
undang-undang ini :
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum
perdata;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang
bersifat umum;
c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan per-
setujuan;
d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan
ketentuan Kitab UndangUndang Hukum Pidana atau Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain
yang bersifat hukum pidana;
e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
f. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia;
g. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di pusat maupun di daerah,
mengenai hasil pemilihan umum

7
Pasal 49
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu
dikeluarkan : a. dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau
keadaan luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; b. dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum
berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku
:

A. Kompetensi Absolute
yaitu kewenangan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu dan secara
mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku .
Dalam hal ini kompetensi absolute dari PTUN sesuai dengan ketentuan Pasal 4
UU No. 5/1986 adalah memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara.

Dengan dengan terhadap keputusan tata usaha Negara yang masuk dalam Pasal 2
UU 5/1986 termasuk perubahannya tidak dapat digugat di PTUN, demikian pula
terhadap keputusan yang dikeluarkan sebagaimana tersebut dalam Pasal 49
pengadilan tidak berwenang untuk mengadili.
Pasal 2 UU 5/1986 dan perubahannya disebutkan bahwa tidak termasuk
pengertian keputusan tata usaha Negara dalam undang-undang adalah :
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata.
Contoh :
Pemerintah melakukan jual beli , wanprestasi , gadai dll perbuatan yang
didasarkan pada kaidah hukum perdata kalau ada sengketa PTUN tidak
berwenang untuk memeriksa dan memutus
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum.
Contoh :

8
PERDA tentang MIRAS , maka apabila ada pihak yang merasa dirugikan
gugatannya tidak ke PTUN, terus kemana untuk menguji terhadap peraturan
perundang-undangan :
· Dibawah Undang- Undang, yang berwenang menguji adalah Mahkamah
Agung.
· Undang- Undang keatas, yang berwenang menguji adalah Mahkamah
Konstitusi.

c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan. Jenis


keputusan ini adalah keputusan yang belum final sehingga belum memiliki akibat
hukum.
Contoh :
Keputusan Walikota Semarang tentang Pemberhentian SEKDA yang klausulnya
bahwa “ keputusan ini akan berlaku sejak mendapat persetujuan dari Gubernur “,
maka ketika keputusan tersebut belum mendapat persetujuan Gubernur maka
keputusan itu belum mengikat, sehingga belum memiliki kekuatan hukum.

d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan KUHAP ; KUHP


dan peraturan lain yang bersifat hukum pidana.
Contoh :
Keputusan KAPOLRESTABES Semarang untuk menangkap si A karena diduga
melakukan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 284 KUHP, maka apabila si A
merasa dirugikan upaya pencarian keadilannya bukan ke PTUN namun melalui
lembaga pra peradilan di Peradilan Umum ;

e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan
badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

f. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Negara Tentara Nasional
Indonesia.

9
g. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik dipusat maupun di daerah , mengenai
hasil pemilihan umum.

Sekali lagi PTUN tidak berwenang untuk memeriksa, memutus dan


menyelesaikan sengketa terhadap keputusan- keputusan sebagaimana tersebut
dalam Pasal 2 diatas.

Dalam Pasal 49 disebutkan bahwa pengadilan tidak berwenang untuk memeriksa,


memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara tertentu dalam hal
keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan :
a. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar
biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
b. Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan kepentingan umum adalah kepentingan Negara dan/atau
kepentingan masyarakat bersama dan/atau kepentingan pembangunan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

B. Kompetensi relative
yaitu kewenangan mengadili antar pengadilan dalam satu lingkungan peradilan.
Kewenangan tersebut terletak dipengadilan manakah yang berwenang untuk
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara tertentu. Sedangkan kompetensi
relative Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 54 ayat 1 s/d 6 UU
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan :

1. Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada pengadilan yang


berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.
Contoh :

10
Bila Penggugat beralamat di kota Surabaya, sedangkan Tergugat adalah Walikota
Semarang , maka menurut ketentuan ayat ini gugatan diajukan di PTUN
Semarang, karena Walikota Semarang berkedudukan di daerah hukum PTUN
Semarang.
2. Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
danberkedudukan tidak dalam satu daerah hukum pengadilan, gugatan diajukan
kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
Contoh :
Bila Penggugat beralamat di Semarang, sedangkan yang digugat adalah Kepala
Kantor Pertanahan Kota Semarang ( Tergugat I ) , Kakanwil BPN Provinsi Jawa
Tengah ( Tergugat II ) ; Tergugat III ( Kepala BPN Pusat ) ; Tergugat IV (
Presiden ) , maka gugatann dapat diajukan di :
a. PTUN Semarang , yang daerah hukumnya meliputi salah satu Tergugat , atau
b. PTUN Jakarta , yang daerah hukumnya meliputi salah satu Tergugat.
Yang perlu diperhatikan dalam menentukan pengadilan yang akan mengadili
adalah kedekatan dengan saksi maupun obyek yang disengketakan.

3. Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum
Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan penggugat, untuk
selanjutnya diteruskan kepada pengadilan yang bersangkutan.
Contoh :
Penggugat kedudukannya didaerah hukum PTUN Makasar, sedangkan Tergugat
kedudukannya di daerah hukum PTUN Semarang, maka gugatan dapat diajukan
ke PTUN Makasar untuk selanjutnya diteruskan ke PTUN Semarang.
Hal ini karena untuk mengajukan gugatan di PTUN dibatasi waktu, sehingga agar
tidak lewat waktu maka dipergunakan pengadilan perantara, hitungan waktunya
adalah sejak Penggugat mendaftarkan perkara di pengadilan perantara yaitu
PTUN Makasar.

11
4. Dalam hal – hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara yang
bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan dapat diajukan
kepada pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman penggugat.

5. Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri, gugatan
diajukan kepada pengadilan di Jakarta ;

6. Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat diluar negeri ,


gugatan diajukan kepada pengadilan ditempat kedudukan tergugat.

12
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Ptun merupakan sarana untuk mendapatkan keadilan dari keluarnya KTUN
(ketetapan tata usaha Negara ) dengan menggunakan kompetensi absolut dan
relative yang dimiliki oleh peradilan tata usaha negara yang menghasilkan hak hak
dan kewajiban serta batasan batasan lain dalam hukum sehingga peradilan tata
usaha negara sesuai dengan norma dan kaidah yang ada.

b. Saran
Seharusnya setiap pembuatan undang undang tidak bertentangan antara undang-
undang yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi sehingga tidak terjadi
kontradiksi diantara undang undang dalam menegakkan peraturan

13
DAFTAR PUSTAKA

Bahan ajar hukum Acara dan Praktik Peradilan Tata Usaha Negara Jonny
Simamora,SH,Mum, Tri Andika,SH,MH, Sonia Ivana Barus 2019

14

Anda mungkin juga menyukai