Anda di halaman 1dari 7

PENJURNALAN KARYA ILMIAH RSC FIA UB 2009 EDISI 2

PENGGABUNGAN KONSEP ON-FARM, DOWN-STREAM, DAN MARKETING


AGRIBUSSINESS PADA PERKEBUNAN KAKAO SEBAGAI UPAYA
OPTIMALISASI DAERAH AGROWISATA
Nasrun Annahar, Ayu Novia, M. Idrus Nugroho

ABSTRAKSI
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati
yang sangat beragam. Dengan keragaman dan keunikan yang bernilai tinggi serta
diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam maka potensi Indonesia
mempunyai daya tarik kuat untuk dijadikan sebagai agrowisata. Melihat kenyataan
bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan perkebunan
kakao menjadi agrowisata yang mampu menghasilkan devisa negara, namun potensi ini
belum tergali secara maksimal. Oleh karena itu perlu perhatian khusus untuk mencapai
efektifitas dan tujuan dari pengembangan Agrowisata Kakao yaitu sebuah alternatif
pemecahan masalah Penggabungan Konsep On-farm, Down-stream dan Marketing
Agribusiness pada Perkebunan Kakao sebagai Upaya Optimalisasi Daerah
Agrowisata. Dengan tujuan yang di targetkan dari penelitian ini adalah penerepan
manajemen ke tiga konsep tersebut dalam pengoptimalan daerah agrowisata. Manfaat
yang diperoleh yaitu secara teoritis dan secara praktis. Konsep ini akan dikembangkan
dengan menggunakan teori agrowisata. Teori ini kemudian dihubungkan dengan konsep
On-farm, Down-stream, dan Marketing Agribusiness mengacu pada pengoptimalan
agrowisata kakao di Indonesia. Gabungan ketiga konsep On-farm, Down-stream, dan
Managemant Agribusiness merupakan sebuah menajemen baru untuk pengoptimalan
agrowisata sebagai keunggulan lokal. Ketiga konsep tersebut mampu meningkatkan
agrowisata yang lebih bermutu tinggi serta mampu menjadikan agrowisata kakao di
Indonesia yang berdaya saing internasional.
Keyword : Kakao, Agrowisata, On-farm, Down-Stream, Marketing Agribusiness.
di pasaran dunia, tapi juga berdampak
PENDAHULUAN
terhadap pendapatan petani dan produsen
Indonesia adalah negara agraris kakao.
yang mempunyai kapasitas ekspor yang Keragaman dan keunikan yang
tinggi. Salah satunya adalah Kakao bernilai tinggi serta diperkuat oleh
(Theobroma Cacao). Tanaman ini kekayaan kultural yang sangat beragam
merupakan tanaman tahunan yang maka potensi Indonesia mempunyai daya
menjadi salah satu unggulan ekspor non tarik kuat untuk dijadikan sebagai
migas Indonesia. Indonesia merupakan agrowisata. Melihat kenyataan bahwa
negara produsen kakao terbesar kedua di Indonesia memiliki potensi yang besar
dunia setelah Pantai Gading. Meskipun untuk mengembangkan perkebunan kakao
Indonesia dikenal sebagai negara menjadi agrowisata yang mampu
produsen kakao terbesar di dunia, tetapi menghasilkan devisa negara, namun
produktivitas dan mutunya masih sangat potensi ini belum tergali secara maksimal
rendah. Sehingga hal ini menyebabkan karena berbagai hambatan diantaranya
citra kakao Indonesia dinilai kurang baik kurangnya perhatian pemerintah terhadap
di pasaran Internasional. Rendahnya citra potensi kakao yang ada di Indonesia, tidak
dan mutu kakao Indonesia tidak saja adanya pabrik pengolahan kakao dan
menimbulkan kerugian yang cukup besar rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM).

RESEARCH STUDY CLUB (RSC) FIA UB 41


PENJURNALAN KARYA ILMIAH RSC FIA UB 2009 EDISI 2

Indonesia sebagai pengekspor kakao ke wisatawan berkembang secara dinamis.


dua sedunia yang sudah mendapat nama Kecenderungan pemenuhan kebutuhan
dalam kualitasnya, jika dibiarkan tanpa dalam bentuk menikmati obyek-obyek
ditindak lanjuti maka produksi kakao spesifik seperti udara yang segar,
semakin merosot dan bahkan tidak pemandangan yang indah, pengolahan
mampu mengekspor lagi. produk secara tradisional maupun produk-
Upaya dalam rangka produk pertanian modern yang mampu
mengembalikan citra kakao Indonesia di menunjukkan peningkatan sangat pesat.
mata pasar dunia yaitu dengan cara Kecenderungan ini merupakan signal
pengembangan Agrowisata Kakao. tingginya permintaan akan agrowisata dan
Dengan cara ini diharapkan dapat sekaligus membuka peluang bagi
memperbaiki kualitas kakao baik dari segi pengembangan produk-produk agribisnis
penanaman maupun segi pengolahan dan baik dalam bentuk kawasan ataupun
pemasaran. Selain itu dapat pula menarik produk pertanian yang mempunyai daya
wisatawan mancanegara ke Indonesia, tarik spesifik.
sehingga para wisatawan dapat mengenal Obyek agrowisata tidak hanya
Indonesia sebagai negara penghasil kakao terbatas kepada obyek dengan skala
yang potensial. Oleh karena itu perlu hamparan yang luas seperti yang dimiliki
perhatian khusus untuk mencapai oleh areal perkebunan, tetapi juga skala
efektifitas dan tujuan dari pengembangan kecil yang karena keunikannya dapat
Agrowisata Kakao. Berdasarakan uraian menjadi obyek wisata yang menarik.
tersebut, sebagai sebuah alternatif Cara-cara bertanam tebu, cara penciptaan
pemecahan masalah dan saran bagi pihak– varietas baru ini adalah acara panen tebu
pihak yang terkait. (On-farm Agribusiness), pembuatan gula
pasir tebu. Cara ini merupakan salah satu
TINJAUAN PUSTAKA DAN contoh obyek yang kaya dengan muatan
METODE pendidikan yang juga dapat menjadi
Data utama yang digunakan dalam media promosi, karena dipastikan
penulisan ini adalah data sekunder. Data pengunjung akan tertarik untuk membeli
sekunder yang digunakan diperoleh dari gula pasir yang dihasilkan oleh
penulisan terdahulu, buku, artikel dari masyarakat sekitar. Dengan adanya
surat kabar maupun dari internet masyarakat yang mendatangi obyek
mengenai keadaan perkebunan kakao di wisata, peluang pasar terbuka bagi produk
Indonesia dan hubungannya dengan dan obyek agrowisata yang bersangkutan.
potensi SDM yang ada khususnya dalam (Direktori Wisata Agro Indonesia, 2009)
rangka pengoptimalan potensi agrowisata Agrowisata bukan semata
kakao di Indonesia. merupakan usaha atau bisnis dibidang jasa
yang menjual jasa bagi pemenuhan
Potensi Pengembangan Agrowisata konsumen akan pemandangan yang indah
Pada dekade terakhir, dan udara yang segar namun juga dapat
pembangunan pariwisata di Indonesia berperan sebagai media promosi produk
maupun di mancanegara menunjukkan pertanian, menjadi media pendidikan
kecenderungan terus meningkat. masyarakat, memberikan signal bagi
Konsumsi jasa dalam bentuk komoditas peluang pengembangan diversifikasi
wisata bagi sebagian masyarakat negara produk agribisnis dan dapat menjadi
maju dan masyarakat Indonesia telah kawasan pertumbuhan wilayah baru.
menjadi salah satu kebutuhan sebagai Dengan demikian, maka agrowisata dapat
akibat meningkatnya pendapatan, aspirasi menjadi salah satu sumber pertumbuhan
dan kesejahteraan. Selain itu, motivasi daerah baru baik dari sektor pertanian

RESEARCH STUDY CLUB (RSC) FIA UB 42


PENJURNALAN KARYA ILMIAH RSC FIA UB 2009 EDISI 2

maupun ekonomi nasional. Potensi HASIL DAN PEMBAHASAN


agrowisata yang sangat tinggi ini belum
Kondisi Umum Agrowisata Kakao di
sepenuhnya dikembangkan dan
Indonesia
dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, Kebutuhan pasar agrowisata dan
perlu dirumuskan langkah-langkah wisata alam cukup besar dan
kebijakan yang konkrit dan operasional menunjukkan peningkatan diseluruh
guna tercapainya kemantapan pengelolaan dunia. Sekitar 52% aset wisata Indonesia
obyek agrowisata di era globalisasi dan sebenarnya berupa sumber daya alam
otonomi daerah. Dalam pengembangan (Direktori Wisata Agro Indonesia, 2009).
agrowisata dibutuhkan kerjasama sinergis Sebagai negara agraris yang memiliki
diantara pelaku yang teribat dalam kekayaan sumber daya alam berlimpah,
pengelolaan agrowisata yaitu masyarakat,
pengembangan industri agrowisata
swasta dan pemerintah. seharusnya memegang peranan penting
Strategi Pengembangan Agrowisata dimasa depan. Salah satunya ditunjukkan
Pembangunan agrowisata dari potensi perkebunan yang dimiliki
merupakan paradigma pembangunan Indonesia yaitu Kakao (Theobroma
pertanian yang didasarkan kepada prinsip- cacao) yang merupakan tanaman tahunan
prinsip bisnis. Upaya pertama yang harus yang menjadi salah satu unggulan ekspor
dilakukan untuk meningkatkan daya saing non migas Indonesia. Kakao berpotensi
agrowisata dalam perdagangan global menjadi produk unggulan perkebunan di
adalah meningkatkan akses para pelaku Indonesia karena iklim Indonesia yang
agrowisata baik dari pasar domestik tropis dan dapat memenuhi syarat tumbuh
maupun pasar global. Upaya ini dilakukan tanaman tersebut. Untuk saat ini,
dengan meningkatkan kemampuan para Indonesia merupakan produser kakao
pelaku agrowisata untuk mengidentifikasi terbesar ke dua di dunia setelah Pantai
peluang pasar dan menganalisis dinamika Gading. Tanaman perkebunan ini telah
permintaan pasar. mendorong dunia agribisnis Indonesia
Pada era persaingan global yang menjadi lebih menggeliat. Hal ini
semakin kompleks ini, maka faktor dibuktikan dengan penyerapan tenaga
efisiensi merupakan faktor kunci dalam kerja yang cukup besar. Pada tahun 2002,
pengembangan agribisnis termasuk tercatat 900.000 kepala keluarga petani
agrowisata. Pergerakan kearah efisiensi kakao di Indonesia. Perkebunan kakao di
tersebut menuntut kemumpuan manajerial, Indonesia sebagian besar (87,4%)
profesionalisme dalam pengelolaan usaha merupakan perkebunan rakyat sedangkan
dan penggunaan teknologi maju. sisanya dikelola (6%) perkebunan besar
dan (6,7%) perkebunan swasta (Nahda
Konsep On-farm , Down-stream dan
Kanara, 2009).
Marketing Agribusiness
Potensi Agrowisata kakao belum
Menurut Departement Pertanian,
sepenuhnya tergali. Terbukti dari
pembangunan pertanian dalam kerangka
sejumlah daerah penghasil kakao
sistem agribisnis merupakan suatu
keberadaan agrowisata kakao sebagian
rangkaian dan keterkaitan dari:
besar hanya terdapat di pulau Jawa
a. Sub Agribisnis Hulu (Up-stream
padahal potensi kakao terbesar di
Agribusiness)
Indonesia berada di pulau Sulawesi. Hal
b. Sub Agribisnis Usahatani (On-farm
ini di karenakan sistem manajemen yang
Agribusiness) atau Pertanian Primer
digunakan belum maksimal dan optimal
c. Sub Agribisnis Hilir (Down-stream
serta masih menggunakan cara yang
Agribusiness)
tradisional. Para petani hanya belajar
d. Sub Jasa Penunjang

RESEARCH STUDY CLUB (RSC) FIA UB 43


PENJURNALAN KARYA ILMIAH RSC FIA UB 2009 EDISI 2

mengelola kakao secara otodidak dan pengolahan kakao untuk keperluan


turun temurun. Akibatnya menimbulkan konsumsi. Hal ini karena tidak adanya
masalah turunan yang kompleks prasarana pabrik pengolahan. Selain itu,
diantaranya, kurang optimalnya kebijakan investasi serta semakin
pengelolaan perkebunan kakao serta gencarnya sosialisasi yang dilakukan
penghasilan masyarakat yang tidak maka dapat membantu pengembangan
merata. Untuk mengatasi masalah diatas, agrowisata kakao ini.
maka dapat ditawarkan beberapa alternatif
Penerapan Gabungan Konsep On-farm,
sebagai berikut :
Down-stream dan Marketing-
1. Mengadopsi dari pengelolaan wisata
Agribusiness pada Perkebunan Kakao
alam yang ada di Negara Kosta Rika Pengembangan industri pariwisata
yaitu mengoptimalkan aspek lokalita
khususnya agrowisata memerlukan
baik sumber daya manusia maupun kreativitas dan inovasi, kerjasama,
sumber daya alam untuk dijadikan koordinasi, promosi serta pemasaran yang
pemandangan yang disuguhkan pada baik. Pengembangan agrowisata
para wisatawan.
memerlukan adanya keterlibatan unsur-
2. Perlu adanya penyuluhan pada unsur wilayah, peran Dinas pariwisata,
masyarakat sekitar wilayah agrowisata pengusaha kakao, petani, dan masyarakat
yang lebih intensif terkait masalah secara intensif. Hal ini dikarenaka
pengelolaan perkebunan dan pengembangan agrowisata akan
pengolahan kakao. berdampak sangat luas dan signifikan
3. Perlu pengawasan dan penetapan target dalam pengembangan ekonomi dan
pencapaian peningkatan praktek, upaya-upaya pelestarian sumber daya
manajemen dan income dari alam dan lingkungan. Melalui
pengelolaan perkebunan. perencanaan dan pengembangan yang
Dengan upaya diatas para petani tepat, agrowisata kakao dapat menjadi
kakao diharapkan dapat menerapkan salah satu sektor penting dalam ekonomi
tidak hanya cara pengelolaan tanaman dan daerah maupun nasional. Perencanaan
pengolahan menjadi barang jadi tetapi pengembangan kawasan agrowisata harus
juga dapat menerapkan manajemen memperhatikan hubungan faktor
agrowisata yang unggul. Dengan penawaran (supply factor) dan faktor
meningkatnya sumber daya manusia permintaaan (demand). Demand Factor
tentunya akan terjadi peningkatan kualitas adalah profil dan situasi pasar wisata baik
kakao, pendapatan masyarakat, devisa internasional maupun domestik,
negara serta peningkatan kepercayaan kecenderungan pasar dan sebagainya.
para investor. Sedangkan Supply Factor merupakan
Pengembangan agrowisata juga produk dan layanan wisata yang
dibutuhkan sarana dan prasarana seperti dikembangkan baik berupa kegiatan,
penginapan, transportasi, tempat ibadah fasilitas maupun aset wisata.
dan pemandu wisata. Sarana dan Adapun penerapan alternatif yang
prasarana tersebut sudah ada di beberapa ditawarkan untuk mengoptimalisasi
kawasan agrowisata kakao di Indonesia agrowisata kakao di Indonesia dapat
seperti Jember, Banyuwangi dan Makasar. digambarkan sebagai berikut:
Namun semuanya hanya menawarkan
1. On-Farm Agribusiness (Perkebunan)
pemandangan alam dan rangkaian On-Farm Agribusiness atau
pengelolaan perkebunan dari mulai Pertanian Primer biasa juga disebut
pembibitan sampai pemanenan. Sub Agribisnis Usahatani, yaitu
Agrowisata kakao yang ada tidak kegiatan yang menggunakan sarana
menawarkan pengetahuan tentang cara

RESEARCH STUDY CLUB (RSC) FIA UB 44


PENJURNALAN KARYA ILMIAH RSC FIA UB 2009 EDISI 2

produksi dan sub agribisnis hulu untuk industri pendorong berdaya saing.
menghasilkan komoditas pertanian Masalah yang ada pada seluruh
primer. Sub ini di Indonesia disebut agrowisata kakao di Indonesia adalah
pertanian. Sub sistem ini adalah salah tidak adanya pabrik pengolahan yang
satu bentuk sumberdaya alam dan berada di dalam kawasan agrowisata.
keunggulan yang dapat dimanfaatkan Hal ini menyebabkan kurangnmya
sebagai pelestarian alam dan sekaligus ketertarikan wisatawan untuk
sebagai obyek wisata alam. Upaya mengunjungi kawasan wisata tersebut.
optimalisasi agrowisata perbaikan di Kecenderungan ini muncul karena
semua bidang perlu dilakukan, tidak wisatawan beranggapan bahwa mereka
terkecuali pada bidang perkebunan. hanya dapat melihat cara pengelolaan
Permasalahan yang ada saat ini adalah perkebunan tanpa bisa menikmati
kualitas dan kuantitas produk yang pemandangan cara mengolah dan tidak
tidak optimal, karena pada umumnya bisa menikmati hasil olahan kakao
pohon kakao di Indonesia sudah tua secara langsung.
dan kurang produktif. Di samping itu Untuk mengatasi permasalahan
ada permasalahan lain yang tersebut, maka sebagai alternatif
mempengaruhi perkembangan pemecahannya yakni sebagai berikut :
agrowisata kakao yaitu praktek a. Perlu pembekalan khusus untuk
pengelolaan perkebunan secara umum masyarakat daerah agrowisata
masih menggunakan cara tradisional. yang nantinya bertindak sebagai
Maka diperlukan adanya : pelaku pengolahan kakao.
a. Revitalisasi tanaman kakao yang b. Perlu pembangunan pabrik
sudah tua secara berkala. pengolahan kakao di kawasan
b. Perlu adanya penyuluhan agrowisata.
pendidikan kepada petani yang lebih c. Memfokuskan strategi
intensif terkait masalah pengelolaan pengembangan produk berdaya
perkebunan kakao. saing dan berorientasi pada pasar
c. Perlu pengawasan dan penetapan internasional.
target pencapaian peningkatan d. Membangun kepercayaan para
praktek, manajemen dan income dari infestor bahwa agrowisata kakao
pengelolaan perkebunan kakao. merupakan usaha yang prospektif
2. Down-Stream Agribusiness (Pabrik) dengan cara memperbaiki dan
Down-stream Agribusiness memodernkan sistem manajemen.
yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah Dengan adanya upaya diatas
komoditas pertanian primer menjadi maka diharapkan akan berdampak
produk olahan baik bentuk produk positif pada peningkatan kesempatan
(intermediate product) maupun bentuk kerja bagi masyarakat setempat,
produk akhir (finished product). peningkatan pendapatan daerah, dan
Sebagian agrowisata di Indonesia devisa Negara. Bahkan mampu
sudah memanfaatkan sub sistem ini menjadikan agrowisata ini menjadi
sebagai objek wisata namun masih keunggulan lokal.
banyak yang tidak dimanfaatkan. 3. Marketing Agribusiness (Pasar)
Setelah melakukan perbaikan Aliran proses setelah
pada sektor perkebunan maka yang pengolahan, tentunya akan diperoleh
perlu dilakukan adalah perbaikan pada output. Dari sinilah diperlukan
sektor pengolahan atau pabrik. Sesuai manajemen pemasaran yang baik agar
dengan prasyarat pembangunan daerah hasil pengolahan kakao dapat
agrowisata andalan harus terdapat terdistribusikan secara efektif dan

RESEARCH STUDY CLUB (RSC) FIA UB 45


PENJURNALAN KARYA ILMIAH RSC FIA UB 2009 EDISI 2

efisien. Tidak hanya di dalam negeriMaka alternatif yang ditawarkan adalah


tapi juga di luar negeri. Dari situlah
:
masyarakat atau wisatawan dapat a. Pembangunan pasar pada kawasan
menikmati hasil olahan coklat kakao agrowisata yang menjual hasil
menjadi beberapa macam makanan olahan kakao siap untuk
untuk dikonsumsi. Sehingga dikonsumsi.
keunggulan agrowisata kakao di b. Melakukan promo di berbagai
Indonesia siap berkembang menjadi media baik nasional maupun
pasar yang berdaya saing internasional.internasional tentang keberadaan
agrowisata kakao di Indonasia.
Penggabungan Konsep On-Farm, Down-Stream, dan Marketing Agribusiness

Sumber: Olahan tim penulis


Dari ketiga konsep yang berorientasi pada pasar internasional
ditawarkan yaitu On-Farm Agribusiness mampu terwujud. Untuk memperoleh
(perkebunan), Down-Stream Agribusiness output itu, proses yang ditawarkan yaitu
(pabrik), Marketing Agribusiness (pasar) memberi penyuluhan terlebih dahulu
maka secara tidak langsung inputnya kepada petani, setelah itu para petani
adalah perencanaan wilayah untuk diawasi praktek sistem kerja yang
perkebunan coklat kakao, alat-alat moderen dengan menggunakan
produksi yang modern, pabrik manajemen yang lebih baik, lalu
pengelolaan kakao, dan dana dari menargetkan income untuk hasil
pemerintah. Hasil dari gabungan konsep pengelolaannya. Pihak pemerintah pun
tersebut mampu menghasilkan beberapa juga berpartisipasi dalam mendukung
output yaitu kualitas dan kuantitas kakao sepenuhnya yang diperlukan yaitu dengan
tinggi, hasil pengelolaan coklat kakao membangun pabrik pengelolaan coklat
yang siap untuk dijadikan keunggulan kakao yang bisa dilihat langsung oleh
lokal sehingga pendapatan daerah maupun wisatawan serta pembangunan pasar yang
devisa negara meningkat kemudian dari moderen. Peran Departemen Pariwisata
situlah membuka kesempatan kerja bagi pun tidak luput dari proses gabungan ke
masyarakat sekitar agrowisata. Sehingga tiga konsep tersebut, yaitu
para investor tertarik untuk bekerjasama mensosialisasikan baik di madia dalam
bahwa agrowisata kakao merupakan usaha negeri maupun di luar negeri bahwa
yang prospektif dan selanjutnya strategi adanya agrowisata kakao yang unggul di
pengembangan produk berdaya saing dan Indonesia. Masyarakat juga terlibat dalam

RESEARCH STUDY CLUB (RSC) FIA UB 46


PENJURNALAN KARYA ILMIAH RSC FIA UB 2009 EDISI 2

proses pengembangan agrowisata yaitu, tiga konsep itu maka pengelolaan produk
memberikan pelayanan semaksimal perkebunan kakao menjadi optimal
mungkin kepada para wisatawan. sehingga mampu menjadikan Indonesia
Sehingga melaluigabungan tiga konsep sebagai agrowisata kakao yang unggul
tersebut mampu menjadikan Indonesia dengan memiliki produk berdaya saing
sebagai agrowisata kakao yang unggul dan berorientasi pada pasar internasional.
dengan memiliki produk berdaya saing Kemudian perubahan secara menyeluruh
dan berorientasi pada pasar internasional. mampu meningkatkan pendapatan,
Kemudian perubahan secara menyeluruh aspirasi dan kesejahteraan.
mampu meningkatkan pendapatan,
aspirasi dan kesejahteraan. DAFTAR PUSTAKA
Buku:
KESIMPULAN Direktorat Pengembangan Kawasan
Kondisi agrowisata kakao di Khusus dan Tertinggal Deputi
Indonesia masih cenderung kurang Bidang Otonomi Daerah dan
diminati para wisatawan, hal ini karena Pengembangan Regional
kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh BAPPENAS. 2008.Pengembangan
Departemen Pariwisata kepada wisatawan Ekonomi Daerah Berbasis
baik domestik maupun mancanegara Kawasan Andalan: Membangun
sehingga tingkat pengunjung rendah. Model Pengelolaan dan
Selain itu sumberdaya manusia yang Pengembangan Keterkaitan
masih menggunakan teknik sederhana Program. Jakarta: BAPPENAS.
dalam pengelolaannya sehingga hasil yang Windia, dkk.2008.Model Pengembangan
diperoleh tidak optimal. Sarana-prasarana Agrowisata di Bali.Denpasar:
yang ada masih sangat minim yaitu hanya Universitas Udayana.
menawarkan pemandangan alam dan Internet:
rangkaian pengelolaan perkebunan tidak Bangka Pos.2009. Menata Agrowisata
disertai pabrik pengelolaan yang modern Terkonsep. Diakses melalui
di daerah agrowisata. Kurangnya http://www.bangkapos.com.[25
penyebaran informasi tentang agrowisara Oktober 2009]
kakao sehingga para investor kurang Jawa Pos. 2009. Puslit Kopi dan Kakao,
tertarik untuk bekerjasama. Serta "Pabrik" Benih Andalan Indonesia
rendahnya dana yang diberi oleh di Jember. Diakses melalui
pemerintah sehingga kondisi agrowisata http://www.jawapos.co.id/ [25
kakao yang ada di indonesia tidak Oktober 2009]
optimal. Nahda Kanara. 2009. Pengolahan Kakao
Gabungan dari konsep On-Farm Berbasis.agribisnis. Diakses
Agribusiness (perkebunan), Down-Stream melalui
Agribusiness (pabrik), Marketing http://agrikanara.blogspot.com [25
Agribusiness (pasar) mampu Oktober 2009]
menghasilkan outcome yang maksimal Suhendra. 2009. 12 Pabrik Penggiling
yaitu, target agrowisata yang semula Coklat Stop Produksi. Diakses
sudah ada namun belum maksimal setelah melalui http://www.detik.com [25
menggunakan manajemen gabungan ke Oktober 2009]

RESEARCH STUDY CLUB (RSC) FIA UB 47

Anda mungkin juga menyukai