Anda di halaman 1dari 9

TUGAS GANESA BAHAN GALIAN

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpetaan

Oleh bapak William Don Boris, ST.,MT

Disusun oleh :

NAMA : FERONIKA PURBA

NIM : DBD 113 137

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2014
MAGMA

Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara
alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersama antara 90°-110°C dan berasal
atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas (F.F
Grounts,1947; Turner&Verhoogen,1960; H.Williams,1962). Secara fisika, magma
merupakan sistem berkomponen ganda (multi compoent system) dengan fase cair
dan sejumlah kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan
pada keadaan tertentu juga berfase gas.

Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal dari proses


“pembusukan” material-material radioaktif yang kemudian meluruh atau
mengalami disintegration menjadi unsur radioaktif dengan komposisi yang lebih
stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan sejumlah energi (panas) yang
kemudian akan melelehkan batuan-batuan disekitarnya. Dimungkinkan, dari
proses tersebut dan pengaruhnya terhadap geothermal gradient yang mencapai
193.600°C inilah magma dapat terbentuk.

Pembentukan magma sebenarnya adalah suatu proses yang sangat rumit.


Proses-proses ini berlangsung tahap demi tahap yang kemudian membentuk
sebuah rangkaian khusus yang meliputi proses pemisahan atau differentiation,
pencampuran atau assimilation, dan anateksis atau peleburan batuan pada
kedalaman yang sangat besar. Sementara itu, faktor atau hal-hal yang selanjutnya
akan menentukan komposisi suatu magma adalah bahan-bahan yang meleleh,
derajat fraksinasi, dan jumlah material-material pengotor dalam magma oleh
batuan samping (parent rock).

Magma pada perjalanannya dapat mengalami perubahan atau disebut


dengan evolusi magma. Proses perubahan ini menyebabkan magma berubah
menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai berikut :

a. Hibridasi : proses pembentukan magma baru karena pencampuran 2 magma


yang berlainan jenis.
b. Sintetis : Pembentukan magma baru karena adanya proses asimmilasi dengan
batuan samping.
c. Anateksis : proses pembentukan magma dari peleburan batu-batuan pada
kedalaman yang sangat besar.
Dan dari proses-proses diatas, magma akan berubah sifatnya, dari yang
awalnya bersifat homogen pada akhirnya akan menjadi suatu tubuh batuan beku
yang bervariasi.

DIFERENSIASI MAGMA

Diferensiasi magma adalah suatu tahapan pemisahan atau pengelompokan


magma dimana material-material yang memiliki kesamaan sifat fisika maupun
kimia akan mengelompok dan membentuk suatu kumpulan mineral tersendiri
yang nantinya akan mengubah komposisi magma sesuai penggolongannya
berdasarkan kandungan magma. Proses ini dipengaruhi banyak hal. Tekanan,
suhu, kandungan gas serta komposisi kimia magma itu sendiri dan kehadiran
pencampuran magma lain atau batuan lain juga mempengaruhi proses diferensiasi
magma ini.

Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses
sebagai berikut:
a. Hibridisasi = pembentukan magma baru karena pencampuran 2 magma yang
berlainan jenis.
b. Sintesis = pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
gamping.
c. Anateksis = proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman
yang sangat besar.

Sehingga dari akibat-akibat proses tersebut magma selanjutnya mengalami


perubahan daya kondisi awal yang homogen dalam skala besar sehingga menjadi
suatu tubuh batuan beku yang bervariasi.
Gambar Skematik proses differensiasi magma pada fase magmatik cair

Proses-proses differensiasi magma (keterangan untuk Gambar 7) meliputi:

1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O),


Karbon dioksida (CO2), Sulfur dioksida (SO2), Sulfur (S) dan Klorin (Cl). Pada
saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas,
seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta
unsur-unsur yang lebih volatile seperti Sodium dan Potasium.

2. Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan
material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang
sangat lambat. Proses diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme
differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses diffusi dapat menjadi
sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan
disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan
mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung Sodium dan Potasium
cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar
dengan unsur-unsur Sodium dan Potasium.

4. Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung Kalsium,


Magnesium dan Besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak
disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin
menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah
diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat
dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral Silikat yang lebih ringan.

5. Assimilation of Wall Rock, Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material
asing dalam tubuh magma seperti adanya batuan disekitar magma yang kemudian
bercampur, meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian akan
mengubah komposisi magma. Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari
dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan
magma atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi
magma. Jika batuan dinding kaya akan Sodium, Potasium dan Silikon, magma
akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan
Kalsium, Magnesium dan Besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi
Gabroik.

Gambar asimilasi magma


6. Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses
differensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding
reservoir. Jika bagian sebelah dalam memebeku, terjadi Crystal Settling dan
menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak pada
lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.

7. Fragsinasi, Proses ini merupakan suatu proses pemisahan kristal-kristal dari


larutan magma karena proses kristalisasi perjalan tidak seimbang atau kristal-
kristal tersebut pada saat pendinginan tidak dapat mengubah perkembangan.
Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi sebagai akibat dari adanya
perubahan temperatur dan tekanan yang mencolok serta tiba-tiba.

Gambar Crystallization and settling

8. Liquid Immisbility, Ialah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan
pecah menjadi larutan yang masing-masing akan membelah membentuk bahan
yang heterogen.
STRIKE DAN DIP

Dalam penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus mengetahui kedudukan
batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah penyebarannya dan juga
kemiringan batuan. Dalam ilmu Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike
dan Dip.

Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar
dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip adalah
derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya
tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah bidang
yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar,
dll.

Strike Dip pada bidang

Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan
(sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi.
Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah :

N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and
(Nilai Dip)

Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas
Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki
klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk
mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna
untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
Kompas geologi

Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:

 Mencari arah jurus pada bidang (strike)

1. Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan
arah.
2. Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur)
pada bidang yang akan kita ukur.
3. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung
udara pada bull eyes berada di tengah.
4. Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara.
Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.

 Mencari kemiringan bidang (dip)

1. Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang
bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
2. Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di
tengah.
3. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.

Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan


dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut
kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam menentukan
strike dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas, dan mineral-
mineral lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://sourcerocks.blogspot.com/2010/04/magma-differentiation.html

diakses pada tanggal 18 Oktober 2014 pukul 09.16 WIB

http://www.geology110.com

diakses pada tanggal 18 Oktober 2014 pukul 09.10 WIBdiposkan oleh Shandy
Nandya di 19.30 WIB

http://allcoma.blogspot.com/2011/12/strike-dan-dip.html

diakses tanggal 21 Oktober 2014 pukul 18.14 WIB

http://doctorgeologyindonesia.blogspot.com/2010/05/kompas-geologi.html

diakses tanggal 21 Oktober 2014 pukul 18.25 WIB

http://web.arc.losrios.edu/~borougt/StrikeAndDip.jpg

diakses tanggal 21 Oktober 2014 pukul 18.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai