Anda di halaman 1dari 4

PSAK 13 (2015): PROPERTI INVESTASI

Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-
duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lesse melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental
atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk:

 Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif.

 Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.

Untuk dapat mengklasifikasikan suatu properti sebagai properti investasi, harus memenuhi kedua
kriteria berikut:

 Tujuan penggunaan (rental dan/atau kenaikan nilai), dan

 Jenis kepemilikan (dimiliki sendiri atau melalui sewa pembiayaan).

Contoh properti investasi adalah:

 Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk dijual jangka
pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari.

 Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum ditentukan. (Jika entitas
belum menentukan penggunaan tanah sebagai properti yang digunakan sendiri atau akan dijual
jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari, maka tanah tersebut diakui sebagai tanah yang
dimiliki dalam rangka kenaikan nilai.)

 Bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas melalui sewa pembiayaan) dan
disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi.

 Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain melalui satu
atau lebih sewa operasi

 Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di masa depan digunakan
sebagai properti investasi.

Yang bukan merupakan contoh properti investasi adalah:

 Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha-sehari-hari atau sedang dalam
proses pembangunan atau pengembang untuk dijual.

 Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga.

 Properti yang digunakan sendiri, termasuk properti yang dikuasai untuk digunakan di masa
depan sebagai properti yang digunakan sendiri, properti yang dimilik untuk pengembangan di
masa depan dan penggunaan selanjutnya sebagai properti yang digunakan sendiri, properti yang
digunakan oleh karyawan, dan properti yang digunakan sendiri yang menunggu untuk dijual.

 Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan.

Pengakuan
Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomik masa
depan yang terkait dengan properti investasi akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan properti
investasi dapat diukur secara andal.

Pengukuran

Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi termasuk dalam
pengukuran awal tersebut. Biaya perolehan properti investasi adalah harga pembelian dan setiap
pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung, seperti biaya jasa hukum, pajak pengalihan
properti, dan biaya transaksi lain.

Biaya perolehan properti investasi tidak termasuk:

 Biaya perintisan (kecuali biaya yang diperlukan untuk membawa properti ke kondisi yang
diinginkan sehingga dapat digunakan sesuai dengan maksud manajemen)

 Kerugian operasional yang terjadi sebelum properti investasi mencapai tingkat hunian yang
direncanakan

 Jumlah tidak normal bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain yang terjadi selama masa
pembangunan atau pengembangan properti.

Biaya perolehan awal hak atas properti yang dikuasai secara sewa dan dikelompokkan sebagai properti
investasi mengacu pada PSAK 30 Sewa yaitu aset diakui pada jumlah mana yang lebih rendah antara nilai
wajar properti dan nilai kini dari pembayaran sewa minimum.

Setelah pengakuan awal, entitas dapat memilih antara model nilai wajar atau model biaya untuk
kebijakan akuntansi atas seluruh properti investasinya. Untuk properti yang dikuasai melalui sewa
operasi diklasifikasikan sebagai properti investasi, harus diukur menggunakan model nilai wajar. Untuk
properti investasi yang nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal atas dasar berkelanjutan, harus
diukur dengan model biaya.

Jika entitas memilih untuk menggunakan model nilai wajar, maka seluruh properti investasi akan diukur
berdasarkan nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar properti
investasi akan diakui sebagai laba atau rugi pada periode berjalan. Jika sebelumnya entitas telah
mengukur properti investasi berdasarkan nilai wajar, maka entitas melanjutkan pengukuran properti
tersebut berdasarkan nilai wajar hingga pelepasan bahkan jika transaksi pasar yang sejenis menjadi
jarang terjadi dan harga pasar menjadi tidak banyak tersedia.

Entitas yang memilih untuk menggunakan model biaya, maka seluruh properti investasinya akan diukur
sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16 Aset Tetap.

Transfer

Pengalihan ke atau dari properti investasi dilakukan jika dan hanya jika terdapat perubahan penggunaan
yang dibuktikan dengan:

 Dimulainya penggunaan oleh pemilik, dialihkan dari properti investasi menjadi properti yang
digunakan sendiri.

 Dimulainya pengembangan untuk dijual, dialihkan dari properti investasi menjadi persediaan.
 Berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dialihkan dari properti yang dimiliki sendiri ke properti
investasi.

 Dimulainya sewa operasi kepada pihak lain, dialihkan dari persediaan menjadi properti investasi.

Jika entitas menggunakan model biaya dalam pengukuran properti investasinya dan akan mengalihkan
properti investasi tersebut menjadi aset yang digunakan sendiri (aset tetap) atau persediaan, maka nilai
tercatatnya tidak berubah. Untuk properti investasi yang dicatat pada nilai wajar dan kemudian
dialihkan menjadi aset yang digunakan sendiri atau persediaan, akuntansi selanjutnya mengacu pada
PSAK 16 dan PSAK 14, yaitu biaya perolehan bawaan (deemed cost) digunakan sebagai nilai wajar pada
saat dimulainya tanggal penggunaan.

Jika properti yang digunakan sendiri oleh pemilik berubah menjadi peroperti investasi dan akan dicatat
menggunakan nilai wajar, entitas menerapkan PSAK 16 sampai dengan tanggal berakhir perubahan
penggunaannya. Entitas memperlakukan perbedaan antara jumlah tercatat berdasarkan PSAK 16 dan
nilai wajar dengan cara yang sama sebagaimana revaluasi berdasarkan PSAK 16. Penurunan jumlah
tercatat properti akan diakui dalam laba rugi, tetapi jika terdapat surplus revaluasi yang terkait dengan
properti tersebut, kenaikan tersebut diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan mengurangi
surplus revaluasi di ekuitas. Perlakuan atas timbulnya kenaikan jumlah tercatat adalah jika kenaikan
tersebut membalik rugi penurunan nilai yang telah diakui sebelumnya atas properti tersebut, maka
kenaikan diakui dalam laba rugi. Jumlah yang diakui dalam laba rugi tidak boleh melebihi jumlah yang
diperlukan untuk mengembalikan nilai ke jumlah tercatat (setelah penyusutan) jika tidak ada pengakuan
rugi penurunan nilai. Sisa kenaikan yang ada diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan kenaikan
surplus revaluasi di ekuitas. Selanjutnya pada saat properti investasi dilepas, surplus revaluasi di ekuitas
dapat ditransfer ke saldo laba. Transfer dari surplus revaluasi ke saldo laba tidak melalui laba rugi.

Penghentian Pengakuan

Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat dilepas atau ketika properti investasi tidak
digunakan lagi dan tidak memiliki manfaat ekonomik di masa depan. Keuntungan atau kerugian yang
timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi ditentukan dari selisih antara hasil neto
pelepasan dan jumlah tercatat aset dan diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya penghentian
atau pelepasan.

Anda mungkin juga menyukai