Disusun oleh:
Adies Wandia
1810104224
Disusun oleh:
Adies Wandia
1810104224
Disusun oleh :
Adies Wandia
1810104224
Oleh :
Pembimbing : Fitria Siswi Utami, S.ST., MNS
Tanggal :
Tanda Tangan :
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Penulis
DAFTAR ISI
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 masih cukup tinggi yaitu sebesar 32
per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25/1.000 kelahiran hidup.
Menurut data WHO (2016), cakupan ASI Eksklusif di seluruh dunia hanya
merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat satu jam pertama asetelah
diberikan saat bayi memasuki 6 bulan dengan terus menyusui sampai 2 tahun
(WHO, 2016).
Indonesia hanya 42%. Angka ini berada di bawah target WHO yang mewajibkan
cakupan ASI hingga 50%. Dengan angka kelahiran di Indonesia mencapai 4,7
juta per tahun, maka bayi yang memperoleh ASI selama enam bulan hingga dua
tahun tidak mencapai dua juta jiwa. Produksi ASIyang sedikit pada hari-hari
pertama setelah melahirkan menjadi kendala dalam memberikan ASI secara dini.
Usaha untuk merangsang hormone prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah
melahirkan selain dengan memeras ASI, dapat juga dilakukan dengan
88% pada bayi berusia kurang dari 3 bulan, 2) sebanyak 31,36% (82%) dari
37,94% anak sakit, karena tidak menerima ASI Eksklusif. Investasi dalam
$302 miliyar setiap tahunnya atau sebesar 0-49% dari pendapatan Nasional
Di Indonesia bayi yang mendapat ASI eksklusif pada tahun 2014 sebesar
cakupan pemberian ASI eksklusif per 2014 sebesar 80%. Kenyataannya baru
27,5% ibu di Indonesia yang berhasil memberi ASI eksklusif (BkkbN, 2014).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif tahun 2016, bayi yang
mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sekitar 49,8% untuk bayi baru lahir
usia <1 jam dan 21,5% untuk bayi baru lahir >1 jam dan bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif sampai 6 bulan sekitar 55,4% sedangkan bayi yang
mendapat ASI eksklusif 0-5 bulan sekitar 70,9% (Kemenkes RI, 2016)
Hanya sekitar 60% masyarakat ahu informasi tentang ASI dan baru ada sekitar
40% tenaga kesehatan terlatih yang bisa memberikan konseling menyusui.
Sehingga perlu adanya solusi untuk ibu yang terlanjur khawatir dan mencegah
pemberian susu formula karena masalah pemberian ASI dini yang disebabkan
berkontraksi dan membuat ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus
dan putting kemudian dihisap oleh bayi. Semakin lancar pengeluaran ASI
semakin banyak pula produksi ASI (Wijayanti, 2014). Hal tersebut sesuai
dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang akan memproduksi ASI, dan hormon
dari hasil penelitian ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu
peningkatan produksi ASI setelah dilakukan pijat oksitosin terlihat dari p value =
0,032 (<0,05) yang berarti ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI
jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi dan anak untuk
pemberian ASI dalam Undang-undang Kesehatan No. 35 Tahun 2009 pasal 129
penelitian tentang “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Postpartum Hari Ke 1-3 Dengan
B. Batasan Masalah
ASI tidak lancar dengan pemberian pijat oksitosin dengan produksi ASI pada ibu
C. Rumusan Masalah
Tahun 2019?”
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
c. Menganalisis hasil intervensi pijat oksitosin pada ibu nifas 1–3 hari di
E. Manfaat
penerapan proses manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI
tidak lancar.
F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah asuhan kebidanan pada ibu
nifas yang membahas tentang pijat oksitosin dan produksi asi pada ibu nifas.
Studi kasus ini dilakukan dari 30 april-05 Mei 2019 karena jangka waktu
Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Jetis Kota
digunkan yaitu paired T test. Hasil: Produksi ASI pada ibu nifas dengan
kenaikan berat badan pada kelompok kontrol dengan rentang 100-250 gram,
pada kelompok kontrol dengan rentang kenaikan mulai dari 200-600 gram.
Saran:Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas
value = 0,000 (p value < 0,05). Setelah diberikan teknik pijat oksitosin
Eksperimen) dengan rancangan one group pre and post test design
paritas multipara sebanyak 21 responden (70%), dan lila normal 23,5 – 26,5
(90%). Hasil uji statistik menggunakan Mcnemar Test diperoleh nilai p value
mempercepat pengeluaran asi pada ibu pasca salin normal di dusun sono
((Mean= 6.2143) dari pada kelompok kontrol (Mean = 8.9286). Hasil uji
pengaruh pijat oksitocin terhadap pengeluaran ASI pada ibu pasca salin
minimal pada 2 jam pasca salin untuk mempercepat pengeluaran ASI agar
pemberian susu formula dapat dihindari dan pemberian ASI eksklusif dapat
terwujud.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Masa nifas
1) Serviks
hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada
lebih menonjol.
3) Perenium
sebelum melahirkan.
4) Payudara
laktasi.
5) Laktasi
susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi
6) Sistem Pencernaan
7) Sistem Perkemihan
8) Sistem Musculoskeletal
dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan
persalinan.
9) Sistem Endokrin
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan
plasma kembali pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4
jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa nifas ini ibu
a) Suhu Badan satu hari (24 jam) PP suhu badan akan naik sedikit
lain.
b) Nadi
d) Pernafasan
dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga
2. Produksi ASI
2012).
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi
mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh trush
kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3
tekanan baju/BH.
keluar karena masih dihambat oleh kadar esterogen yang tinggi. Pada
turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan. Pada saat ini
sehingga sekresu ASI makin lancar. Proses laktasi terdapat dua refleks
yang berperan yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran/let down yang
1) Refleks Prolaktin
puting susu dan kalang payudara, maka akan merangsang ujung – ujung
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal tiga bulan
akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, tetap pengeluaran
air susu tetap berlangsung, pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak
hingga ke-3.
Pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti
menyusui.
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofisis
aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan
kontraksi uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kotraksi dari
sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli lalu masuk
ke mulut bayi.
refleks let down adalah keadaan stress, seperti keadaan bingung, pikiran
perilaku spontan ibu dan bayi berperan penting untuk menyusui, bayi
mencegah pembengkakan.
c) Sering menyusui
mencegah pembengkakan.
Hal ini dilakukan agar memastikan asupan lemak yang cukup untuk
Sunarsih (2011) :
a) Makanan
e) Anatomi payudara
f) Faktor fisiologi
g) Pola istirahat
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi
mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh trush
g) Payudara Bengkak
tekanan baju/BH.
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu
dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna dan ibu mengalami
kecemasan, maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa terjadi pada
bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras,
terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar,
sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan
mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. (Wiknjosastro, 2010).
kecukupan ASI, terutama pada bulan pertama. Setelah bulan pertama tanda
kecukupan ASI lebih tergambar melalui perubahan berat badan bayi. Tanda
a) Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah
b) Bayi menyusu 8 - 12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada setiap
setiap payudara.
c) Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat
d) Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Urin berwarna
kristal urat pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang.
e) Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling
tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok
bayi, pada bayi usia 4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang
BAB setiap kali menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal
hitam seperti ter), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini
g) Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui.
apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi tidak
melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan
membetulkan posisi dan pelekatan bayi maka hal ini akan menurunkan
produksi ASI
h) Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir
i) Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai 14 hari
setelah lahir.
1) Frekuensi Penyusuan
2) Berat Lahir
asupan ASI bayi. Bila umur kehamilan kurang dari 34 minggu (bayi
lahir premature), maka bayi dalam kondisi sangat lemah dan tidak
dan fikiran harus tenang, keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih
2013).
Padahal dalam banyak hal ini tidak perlu, karena lebih berbahaya
bagi bayi jika mulai diberi susu formula daripada terus menyusu dari
sakit, bayi dianjurkan ikut dirawat bersama ibu agar tidak terhenti
6) Konsumsi Rokok
7) Konsumsi Alkohol
berkurang.
8) Pil Kontrasepsi
hal yang perlu diperhatikan agar ibu hamil sehat dan mampu
adalah Jika LILA < 23,5 cm berarti status gizi ibu hamil kurang,
Jika LILA ≥ 23,5 cm berarti status gizi ibu hamil baik (Ferial, 2011).
air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila
Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga
berkurang.
3. Pijat Oksitosin
rusuk) ke 5-6 sampai ke scapula (tulang belikat) yang akan mempercepat kerja
syaraf parasimpatis, saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada
Menurut Rina Herawati (2016), Manfaat pijat oksitosin bagi ibu nifas dan
let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah
ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang
(Mardiyaningsih, 2010).
dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI. Payudara yang bengkak juga
dapat dibantu dengan pijat oksitosin untuk meredakan sakitnya. Tehnik ini
1) Persiapan Alat
Alat-alat :
a) Kursi
b) Meja
c) Baby oil
d) Handuk
e) Waslap
2) Persiapan Lingkungan
a) Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ibu mampu menyusui dengan
lancar.
c) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya.
4) Pelaksanaan
a) Mencuci tangan
g) Di area tulang belakang leher, cari daerah dengan tulang yang paling
h) Dari titik penonjolan tulang tadi, turun sedikit ke bawah kurang lebih 1-
2 jari dan dari titik tersebut, geser lagi ke kanan dan kiri masing-masing
1-2 jari. Mulai pemijatan, memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang
ibu dengan menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari menunjuk
ke depan.
belakang dari leher ke arah tulang belikat, selama dua atau tiga menit.
melahirkan dan dalam keadaan sehat dan pijat oksitosin dilakukan selama 2 –
َ الرضَاعَةَ َو
ُعلَى ا ْل َم ْولُو ِد لَه َّ َاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرا َد أَن يُتِ َّم
ِ َوا ْل َوا ِلدَاتُ يُ ْر ِض ْعنَ أ َ ْوالَ َدهُنَّ َح ْولَي ِْن ك
ََآر َوا ِل َدةُ ِب َولَ ِد َها َوال
َّ سعَ َها الَ تُض
ْ س إِالَّ ُوٌ ف نَ ْف ِ س َوت ُ ُهنَّ ِبا ْل َم ْع ُر
ُ َّوف الَ ت ُ َكل ْ ِر ْزقُ ُهنَّ َو ِك
ََاو ٍر فَال
ُ اض ِم ْن ُه َما َوتَش ٍ صاالً عَن ت َ َرَ ِث ِمثْ ُل ذَ ِلكَ فَ ِإ ْن أ َ َرادَا ف ِ علَى ا ْل َو ِار
َ َم ْولُود ُُُلَّهُ ِب َولَ ِد ِه َو
َ ست َ ْر ِضعُوا أ َ ْوالَ َد ُك ْم فَالَ ُجنَا َح
َ علَ ْي ُك ْم إِذَا
سلَّ ْمتُم َّمآ َءات َ ْيت ُم ْ َ علَي ِْه َما َوإِ ْن أ َ َر ْدت ُ ْم أَن ت
َ ُجنَا َح
ُ وف َواتَّقُوا هللاَ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ هللاَ ِب َما ت َ ْع َملُونَ بَ ِص
}233{ ُُ ير ِ ِبا ْل َم ْع ُر
Artinya :
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah
memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan”.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa pemberian ASI saja diberikan sampai
ASI merupakan makanan yang sempurna bagi bayi dan berisi segala zat gizi
sering terjadi dengan pemberian ASI salah satunya adalah ASI yang tidak
Masa Nifas
Menyusui
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Refleks Refleks Let pengeluaran ASI :
Prolaktin Down
a. Frekuensi penyusuan
b. Berat lahir
c. Umur kehamilan saat
Produksi ASI di Pengeluaran melahirkan
Alveolus ASI d. Ketenangan jiwa dan
fikiran
e. Ibu dengan penyakit
f. Konsumsi rokok
g. Konsumsi alkohol
h. Pil kontrasepsi
i. Nutrisi/gizi ibu
j. Pola istirahat
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan dengan tujuan utama untuk
(Arikunto, 2010). Studi kasus adalah laporan yang dilaksanakan dengan cara
meneliti suatu permasalahan studi kasus melalui suatu yang terdiri dari unit
dan dilaksanakan dengan metode penelitian studi kasus. Studi kasus adalah
kasus melalui suatu yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini menggambarkan asuhan kebidanan ibu nifas dengan asi
Bantul. Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju pada saat pelaksanaan studi
kasus (Notoatmodjo, 2010). Subjek pada penelitian ini adalah ibu post partum
hari ke 1-3 dengan asi tidak lancar di Puskesmas Jetis I Bantul, dengan 2 kasus
1. Alat
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
2) Buku tulis
3) Bollpoint
1) Tensimeter
2) Stetoskop
3) Termometer
4) Timbangan badan
6) Jam tangan
2) Rekam medik
3) Alat tulis
a. Data Primer
penelitian.
1) Pemeriksaan fisik
secara sistematis.
a) Inspeksi
payudara.
c) Perkusi
d) Auskultasi
2) Wawancara
3) Observasi
b. Data Sekunder
menggunakan SOAP.
dengan cara mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber dan
1. Triagulasi sumber
memberikan asuhan.
2. Triagulasi tehnik
kepada sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda. Bila dengan tehnik
3. Triagulasi waktu
kebidanan pada ibu nifas dengan asi tidak lancar dalam waktu yang
F. Analisis Data
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
3. Conclusion drawing/verification
Kasus 1 Kasus 2
Pengkajian awal Pengkajian awal
30 April 2019/ 11.05 WIB 03 Mei 2019/ 13.05 WIB
kabupaten Bantul. Kecamatan Jetis terdiri dari 4 Desa yaitu: Desa Patalan,
yaitu Desa Sumber Agung dan Trimulyo. Luas wilayah kerja kedua Desa
Kecamatan Pleret dan Kecamatan Imogiri, Sebelah Selatan Desa Canden dan
Puskesmas keliling dan sepeda motor. Pelayanan Rawat inap Puskesmas Jetis I
meliputi Pengobatan Umum, Ruangan Rawat Inap, Pelayanan Gigi dan Mulut,
Masyarakat (UKM) seperti Promkes dan UKS, Kesling, KIA dan KB,
36
B. Gambaran Umum Subyek Penelitian
responden adalah ibu nifas dengan ASI belum keluar atau tidak lancar yang
C. Implementasi
Tabel 4.2 Implementasi
Pemeriksaan pada Ny. I
Pasien Intervensi Comparasion Outcome Teori
Ny. I 21 tahun P1A0 6 Pemberian pijat oksitosin - Pijat oksitosin tanggal Menurut maryunani 2015, stadium laktasi dibagi
jam post partum normal tiga yaitu kolostrum yang keluar pada hari 1-4, asi
selama 3 menit 30-04-2019
ASI tidak lancar transisi yang keluar pada hari 4 – 10 dan ASI
Pijat oksitosin matur yang akan diproduksi pada hari ke 10 dan
Tanggal : 30 April 2019 seterusnya
dilakukan sehari 2 kali
Pukul : 11.05 WIB
S : ibu mengatakan pagi dan sore, Sehabis Persalinan akan merasakan kelelahan
melahirkan bayinya maka salah satu factor terhambatnya produksi ASI
menyusui bayi
pada pukul 05.00 adalah faktor istirahat, Faktor istirahat
wib, dari saat minimal 2 jam sekali mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
dilakukan IMD ASI Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat,
nya belum keluar maka asi juga berkurang (Dewi, 2012).
Ibu mau melakukan
sampai saat ini
pijat oksitosin namun
Menurut Rina Herawati, (2017) manfaat pijat
ASI belum keluar
O: oksitosin salah satunya dapat membuat ibu
1. TTV menjadi rileks.
Keadaan Umum :
Baik
Kesadaran :
compos mentis
TD : 105/76
mmhg
Suhu : 36,6oC
Pernafasan : 20
x/mnt
Nadi : 78 x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara tidak
nyeri tekan
b. Tidak ada masa
c. ASI belum
keluar
Analisis Pertemuan I : Setelah dilakukan pijat oksitosin selama 3 menit belum terlihat ada pengeluaran ASI namun ibu merasakan badannya menjadi
lebih rileks dan merasa lebih nyaman hal ini sesuai dengan teori.
Ny . I, usia 21 tahun, Pemberian pijat oksitosin - Pijat oksitosin tanggal Pijat oksitosin dilakukan pada tulang belakang
P1A0 ASI tidak lancar selama 3 menit 01-05-2019 mulai daricosta ke 5-6 sampai
dengan pijat oksitosin Pijat oksitosin scapula,neurotransmitter akan merangsang
dilakukan sehari 2 kali medullaoblongata langsung mengirim pesan
Tanggal : 1 Mei 2019 pagi dan sore kehypothalamus di hypofise posterior untuk
Pukul : 07.00 WIB Ibu mau dilakukan mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan
pijat oksitosin dan
buah dada mengeluarkan air susu nya (Gustriani,
ASI keluar sedikit
2015).
S :
Ibu mengatakan Menyusui tanpa ada batasan waktu Manfaatnya
sudah lebih baik, yaitu meningkatkan sirkulasi prolaktin,
hanya saja ASI nya mengurangi tingkat FIL (feedback inhibitor of
masih belum keluar lactation), melatih menyusui dan mencegah
banyak dan masih pembengkakan. UNICEF (2010)
sedikit
O:
TTV
1. Keadaan Umum :
Baik
Kesadaran :
Composmentis
TD : 110/75 mmhg
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 22x/mnt
Nadi : 83 x/mnt
4. Pemeriksaan Fisik :
a. Payudara tidak ada
nyeri tekan
b. Tidak ada massa
c. ASI keluar sedikit
Analisis pertemuan II : Setelah dilakukan pijat oksitosin pada hari pertama ibu mengatakan ASInya belum keluar namun payudaranya terasa tegang
badannya menjadi lebih rileks dan merasa lebih nyaman. ASI keluar sedikit pada hari kedua. Setelah dilakukan pijat oksitosin selama 3 menit.
Ny. I, Usia 21 tahun Pemberian pijat oksitosin - Pijat oksitosin tanggal Manfaat di lakukan room in yaitu memungkinkan
P1A0 ASI tidak lancar 02-05-2019 sering menyusui, meningkatkan kadar oksitosin,
dengan pijat oksitosin memungkinkan ibu dan bayi untuk mengenal satu
Tanggal : 2 mei 2019 Pijat oksitosin
sama lain terutama tanda – tanda menyusui dan
Pukul : 16.00 WIB dilakukan sehari 2 kali
pagi dan sore mengurangi risiko kematian bayi yang tiba – tiba.
S : Ibu mengatakan Ibu bersedia
sudah bisa melakukan pijat Menyusui tanpa ada batasan waktu Manfaatnya
menyusui bayinya oksitosin, ASI sudah yaitu meningkatkan sirkulasi prolaktin,
dan ASI sudah lancar keluar dan ibu mengurangi tingkat FIL (feedback inhibitor of
lancar keluar dapat menyusui lactation), melatih menyusui dan mencegah
O: bayinya langsung
pembengkakan. UNICEF (2010)
TTV serta menganjurkan
K keadaan Umum : Baik menyusui sesering
K kesadaran : Compos mungkin
mentis
TD : 120/80 mmhg
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 24 x/mnt
Nadi : 81 x/mnt
Pemeriksaan Fisik :
a. Payudara tidak ada
nyeri tekan
b. Tidak ada massa
c. ASI sudah lancar
keluar
Analisis Pertemuan III : setelah dilakukan pijat oksitosin pada hari ketiga ASI Ny I telah keluar
Pemeriksaan pada Ny. S
Pasien Intervensi Comparasion Outcome Teori
Ny. S 27 tahun P3A0 Pemberian pijat oksitosin - Pijat oksitosin tanggal Menurut maryunani 2015, stadium laktasi dibagi
13 jam post partum tiga yaitu klostrum yang keluar pada hari 1-4, asi
selama 3 meni 03-05-2019
normal ASI tidak lancar transisi yang keluar pada hari 4 – 10 dan ASI
Pijat oksitosin
matur yang akan diproduksi pada hari ke 10 dan
Tanggal : 3 Mei 2019
dilakukan sehari 2 kali seterusnya
Pukul : 13.05 WIB
S : ibu mengatakan pagi dan sore,
melahirkan bayinya
menyusui bayi
pada pukul 23.40
wib, dari saat minimal 2 jam sekali
dilakukan IMD ASI
nya belum keluar
Ibu bersedia
sampai saat ini
O: melakukan pijat
1. TTV oksitosin namun ASI
Keadaan Umum : belum keluar
Baik
Kesadaran :
composmentis
TD : 98/70 mmhg
Suhu : 36,4oC
Pernafasan : 20
x/mnt
Nadi : 82 x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudarah tidak
nyeri tekan
b. Tidak ada masa
c. ASI belum keluar
Analisis pertemuan I : Setelah dilakukan pijat oksitosin selama 5 menit belum terlihat ada pengeluaran ASI namun ibu merasakan badannya menjadi
lebih rileks dan merasa lebih nyaman.
Ny . S, usia 27 tahun, Pemberian pijat oksitosin - Pijat oksitosin tanggal Pijat oksitosindilakukan pada tulang belakang mulai
P3A0 ASI tidak lancar selama 3 menit 04-05-2019 daricosta ke 5-6 sampai scapula,neurotransmitter
dengan pijat oksitosin Pijat oksitosin akan merangsang medullaoblongata langsung
dilakukan sehari 2 kali mengirim pesan kehypothalamus di hypofise
Tanggal : 04 Mei 2019 pagi dan sore posterior untukmengeluarkan oksitosin
Pukul : 09.30 WIB Ibu mau dilakukan sehinggamenyebabkan buah dada mengeluarkan
S : pijat oksitosin dan
airsusu nya (Gustriani, 2015).
Ibu mengatakan ASI keluar sedikit
sudah lebih baik,
hanya saja ASI nya Menyusui tanpa ada batasan waktu Manfaatnya yaitu
masih belum keluar meningkatkan sirkulasi prolaktin, mengurangi
banyak dan masih tingkat FIL (feedback inhibitor of lactation), melatih
sedikit menyusui dan mencegah pembengkakan. UNICEF
O: (2010)
TTV
1. Keadaan Umum :
Baik
Kesadaran :
Composmentis
TD : 120/70 mmhg
Suhu : 36,4 oC
Pernafasan : 22x/mnt
Nadi : 82 x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Payudara tidak
ada nyeri tekan
b. Tidak ada massa
c. ASI sedikit
keluar
Analisis pertemuan II : setelah dilakukan pijat oksitosin pada hari pertama dan kedua ASI ibu telah keluar sedikit hal ini di pengaruhi oleh pijat
oksitosin yang diberikan juga ibu sering menyusui bayi hal ini sesuai dengan teori yang di kemukan oleh Gustiani 2015.
Ny. S, Usia 27 tahun Pemberian pijat oksitosin - Produksi ASI jauh Menurut Mardiyaningsih (2010)produksi ASI sangat
P3A0 ASI tidak lancar selama 3 menit lebih banyak dipengaruhi olehhormon prolaktin yang akan
dengan pijat oksitosin dibandingkan hari memproduksiASI, dan hormon oksitosin
pertama dan kedua yangberpengaruh pada kelancaran pengeluaran
Tanggal : 05 Mei 2019 ASI, karena semakin ASI keluar produksiASI akan
Pukul : 16.25 WIB semakin meningkat.
S : Ibu mengatakan
sudah bisa
menyusui bayinya
dan ASI sudah
lancar keluar
O:
TTV
Kkeadaan Umum :Baik
Kesadaran : Compos
mentis
TD : 120/80 mmhg
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 23 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt
Pemeriksaan Fisik :
a. Payudara tidak ada
nyeri tekan
b. Tidak ada massa
c. ASI sudah lancar
keluar
Analisis pertemuan III :pada hari ke tiga dilakukan lagi pemijatan pada tulang belakang ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormone oksitosin
sehingga mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI.
E. Pembahasan
Studi kasus ini dilakukan dalam waktu 6 hari yaitu dari tanggal 30
April-5 Mei 2019. Kasus ditemukan pertama kali pada tanggal 30 April 2019.
Evaluasi dilakukan untuk pasien I yaitu Ny.I sebanyak 3 kali, di ruangan 2 kali
yaitu pada tanggal 30 April 2019 dan 01 Mei 2019 , di rumah 1 kali. Sedangkan
pasien II yaitu Ny.S sebanyak 3 kali, di ruangan 2 kali yaitu pada tanggal 3-4
P1A0, ibu tidak bekerja. Pasien II adalah Ny.S umur 27 tahun P3A0, ibu tidak
bekerja. Kedua pasien memiliki keluhan yang sama yaitu ASI tidak keluar.
persalinan namun produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan, Payudara akan menjadi besar dan keras hal ini sebagai tanda
ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tersedia makanan bagi dirinya,
dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman,
tentram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor penting
keadaan ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, yaitu Ny I KU ibu baik,
81x/I, S: 36,2 oC, P: 24x/i.payudara tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, ibu
masih merasakan ASI nya belum keluar setelah di coba diberikan kepada
payudara, dan pijat oksitosin. Kunjungan kedua pada pasien I didapatkan hasil
ASI sudah keluar tetapi sedikit dengan jumlah 15 ml dan pada pasien 2 dengan
jumlah 20 ml, dan lanjutkan intervensi yaitu melakukan pijat oksitosin dan
menganjurkan selalu berikan ASI kepada bayi setiap 2 jam sekali. Pada
kunjungan ketiga didapatkan hasil pemriksaan ASI nya sudah lancar keluar
tetap selalu memberikan ASI kepada bayi nya dan makan-makanan yang
otomatis oleh tubuh ibu ketika masih dalam masa kehamilan. Proses tersebut
keluar lebih dulu sampai bayi selesai dilahirkan dan plasenta meninggalkan
tubuh ibu.
rusuk) ke 5-6 sampai ke scapula (tulang belikat) yang akan mempercepat kerja
syaraf parasimpatis, saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada
let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada daerah
ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang
(Mardiyaningsih, 2010).
dapat dibantu dengan pijat oksitosin untuk meredakan sakitnya. Tehnik ini
mudah dilakukan dengan durasi 2-3 menit (Kaltimpost, 2013 ; Irsal, 2014).
Keluhan ASI tidak keluar pada pasien I pada kunjungan ke rumah
pasien hilang pada kunjungan ke III, ASI sudah lancar keluar. Pasien II keluhan
ASI tidak keluar hilang pada kunjungan ke III. Selain melakukan intervensi
yang diberikan, kedua pasien ini juga menghindari hal-hal yang menyebabkan
payudara ibu menjadi infeksi ataupun bengkak karena dalam posisi menyusui
Salah satu faktor penyebab dari asi tidak lancar adalah Ketenangan jiwa
dan fikiran. Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan
fikiran harus tenang, keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang
produksi ASI akan berkurang. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri
Berdasarkan data diatas tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik
karna setelah di kaji pada pasien Ny.I dan Ny.S ibu mengatakan merasa takut
Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lahan
informasi yang akurat dan lengkap dari sumber yang berkaitan dengan kondisi
responden, baik dari hasil anamnesa, hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan
responden, meliputi : identitas, keadaan ibu saat pengkajian, keluhan utama
untuk mengetahui permasalahan atau keluhan yang dialami ibu, riwayat hamil,
persalinan, nifas, riwayat penyakit. Pada studi kasus ini, peneliti tidak
serta antisipasi masalah potensial. Diagnosa yang dapat ditegakkan dari studi
kasus ini adalah ibu postpartum hari ke 1-3 dengan ASI tidak lancar. Penulis
segera untuk mengatasi ASI tidak lancar pada responden tersebut tidak
Setiap rencana dapat dilakukan dengan baik pada responden. Hal ini
penulis tidak dapat mengamati secara terus – menerus apakah pijat oksitosin
benar-benar dilakukan setiap pagi, siang, dan sore yang dibantu oleh suami atau
oksitosin ketika ASI tidak lancar bahkan tidak keluar sama sekali. Terlebih
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada Ibu Postpartum Hari Ke 1-3 Dengan Pijat Oksitosin Di Puskesmas Jetis
I Bantul Tahun 2019, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:
yaitu Ny I, usia 21 tahun, P1A0 nifas hari pertama dengan ASI belum
keluar dan Ny S 27 tahun, P3A0 nifas hari pertama dengan ASI belum
punggung ibu.
intervensi antara responden Ny.I dan Ny.S yaitu ASI sudah lancar keluar
pada hari ketiga kunjungan dikarenakan ibu juga mau mengikuti anjuran
yang cukup.
3. Berdasarkan hasil analisis data maka di dapatkan faktor-faktor yang
perawatan payudara pada saat hamil, pada saat persalinan ibu merasakan
takut dan tegang yang berlebihan sehingga hal itu berpengaruh pada
pengeluaran asinya.
B. SARAN
Pada kasus asuhan kebidanan pada Ibu Nifas Hari Ke 1-3 ASI Tidak
bantuan suami atau pun keluarga, karena terbukti pijat oksitosin dapat
3. Bagi Bidan
Dewi. (2012). Asuhan kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dewi, V dan Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Ferial, E.W. (2011). Hubungan Antara Status Gizi Ibu BerdasarkanUkuran Lingkar
Lengan Atas (LILA) Dengan Berat Badan Lahir Bayi Di RSUD Daya Kota
Makassar. Jurnal Alam dan Lingkungan, Vol.2 (3) Maret 2011
ISSN 2086-4604. Makassar : Universitas Hasanuddin.
IDAI. (2013). Pemberian Susu Formula Pada Bayi Baru Lahir. Tersedia dalam :
<http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/pemberian-susu-formula-pada-bayi-
baru-lahir.html>
Liva Maita (2016). Pengaruh Pijat OksitosinTerhadap Produksi ASI Ibu Nifas diBPM
Ernita, Amd.Keb Pekanbaru.Jurnal Penelitian Suara Forinkes. 7(3):Hal. 173-
175
Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi menyusui dini ASI eksklusif & manajemen laktasi.
Jakarta: TIM
Wiji, R.K. (2013) ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika