Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORY PERSEPSI


“KONJUNGTIVITIS”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Erwin Hidayat
KHG.D16019

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES KAERSA HUSADA GARUT
2016
LAPORAN PENDAHULUAN KONJUNGTIVITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

Pengertian Konjungtivitis

 Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan


pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah,
sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
 Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau
pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
 Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata
dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme
(virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif
dkk: 2001)
Faktor Resiko Konjungtivitis
 Iklim yang kering dan berdebu, daerah dengan iklim ini memiliki prevalensi
trakoma yang lebih tinggi
 Usia bayi dan anak-anak lebih rentan terinfeksi
 Status sosioekonomi, yang menunjukkan kondisi higienis, kebersihan air,
peralatan yang bersih, dan memadai.
 Kondisi lingkungan yang berdebu dan banyak terpajan sinar matahari, yang
dapat meningkatkan resiko terinfeksi.
Etiologi Konjungtivitis
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi
(pada reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral,
penyebabnya adalah toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah
stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau virus.
Juga dapat disebabkan oleh butir-butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan
kosmetika yang mengandung klorin, atau benda asing yang masuk kedalam mata.

 Konjungtivitis Bakteri terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus,


Streptococcus pneumoniae,Haemophilus influenzae, dan Moraxella
catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak
langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang
terkontaminasi. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut Neisseria gonnorrhoeae
dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan
mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.
 Konjungtivitis Viral. Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human
adenovirus ( yang palingsering adalah keratokonjungtivitis epidermika )
Herpes simpleks, Herpes zoster Klamidia, New castle, Pikoma,Enterovirus,
dan sebagainya atau dari penyakit virussistemik seperti mumps dan
mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukanfolikel sehingga
disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam
24-48 jam
 Konjungtivitis Alergi Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan
sensitivitas terhadapserbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat
tertentu, gigitan serangga dan/atauobat ( atropin dan antibiotik golongan
Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zatkimia seperti hair spray, tata rias,
asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan
konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat diudara, yang
menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien
dengankonjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman,
atau alergi spesifik (misal terhadap kucing). Dapat juga terjadi karena reaksi
hipersensitivitas tipe cepat ataulambat, atau reaksi antibodi humoral terhadap
alergen. Pada keadaan yang beratmempakan bagian dari sindrom Steven
Johnson, suatu penyakit eritema multiforme beratakibat reaksi alergi pada
orang dengan predisposisi alergi obat-obatan. Pada pemakaianmata palsu atau
lensa kontak juga dapat terjadi reaksi alergi.
 Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan
konjungtivitisgonore ).Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang
terdapat pada bayi yang baru lahir. Penyebab oftalmia neonatorum adalah
Gonococ, Chlamydia ( inklusion blenore ), StaphylococusMasa inkubasi
bervariasi antara 3 – 6 hari, Gonore : 1 – 3 hari, Chlamydia : 5 – 12 hari
Patofisiologi

Terlampir

Manifestasi Klinis Konjungtivitis

 Tanda dan gejala konjungtivitis bisa meliputi :


 Hyperemia (kemerahan)
 Cairan
 Edema
 Pengeluaran air mata
 Gatal
 Rasa terbakar/ rasa tercakar
 Ada benda asing
- Manifestasi Klinis Konjungtivitis berdasarkan kasus,
 Tanda gejala konjungtivitis gonorea yang dapat mengancam penglihatan
 Cairan purulen yang berlimpah
 Pembengkakan kelopak mata

Pemeriksaan Fisik

* Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang
ke arah limbus.
* Edema konjungtiva
* Lakrimasi
* Kemungkinan adanya sekret:
* Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan
kelopak mata lengket saat bangun tidur.
* Berair/encer pada infeksi virus.
* Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan
infiltrasi).
* Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan
pseudo membrane pada infeksi pneumokok. Kadang–kadang disertai
perdarahan subkonjungtiva kecil–kecil baik di konjungtiva palpebra
maupun bulbi yang biasanya disebabkan pneumokok atau virus.
* Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien
karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan
kemunduran visus/melihat halo.

Pemeriksaan Penunjang

Selain pemeriksaan fisik, dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang pada klien
yang mengalami konjungtivitis untuk mengetahui penyebab spesifik dari
konjungtivitis pada klien. Pada kasus, bayi B mengalami konjungtivitis setelah 2
hari kelahirannya dari ibu yang menderita infeksi gonnorhea. Kemungkinan jenis
infeksi yang dialami oleh bayi B adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh
bakteri. Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan pewarnaan
metilen biru dimana akan terlihat diplokok di dalam sel leukosit. Dengan
pewarnaan gram akan terdapat sel intraselular atau ekstraselular dengan sifat gram
negative. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. Apabila
pada pewarnaan terlihat gram positif diplok batang intraselular, dapat dicurigai
konjungtivitis gonore.

Penatalaksanaan

Penderita konjungtivitis gonoroika dirawat dan diisolasi. Berikan salep mata


penicillin, mula-mula tiap ½ jam. setiap kali pemberian mata dibersihkan dulu dari
sekret. Bila telah reda berikan tiap jam. Suntikan penisilin diberikan sebanyak
600.000 IU sebanyak 5 kali atau dosis tunggal 2,4 juta IU. Untuk bayi diberikan
500.000 IU per kilogram berat badanelama 5-7 hari. sekret diperiksa tiap hari.
kornea harus diperhatikan. bila sekret telah negative selama 2 hari berturut-turut,
dan tidak ada komplikasi pada kornea , penderita dapat dipulangkan. (sumber :
kapita selekta kedokteran,1982)
Rekomendasi dari Center for Disease Control and Prevention (1998) antara lain
adalah penetesan larutan perak nitrat 1%, atau salep mata eritromisin 0,5%, atau
salep mata tetrasiklin 1% ke dalam masing-masing mata. Bagi bayi yang lahir dari
ibu gonore yang belum diterapi, diberikan seftriakson 25 sampai 50 mg/kg secara
IM atau IV (tidak melebihi 125 mg)

Komplikasi
Komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya :
1. Glaukoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis.
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta adalah seringnya berupa ulkus
kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan psdeudomembranasea
7. Komplikasi konjungtivitis vernal.

Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi, beberapa diantaranya bersifat primer sedang
yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain,
kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat
dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan. Bila segera diatasi,
konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Konjungtivitis bakteri yang
disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti HaemophilusInfluenzae, adalah
penyakit swasirna. Bila tidak diobati akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu.
Dengan pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1-3 hari. Namun jika penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun
ablasi retina (Barbara C. Long, 1996).
Pathway

Flora normal pada mata (Streptococcus, Staphylococcus, Corynebacterium)

Kontaminasi eksterna oleh bakteri,virus atau benda asing

Pertahanan tubuh primer rusak

Infeksi konjungtiva

Dilatasi pembuluh darah di konjungtiva posterior Aktivasi leukosit

Hiperemi
Sintesis DNA dan RNA baru
Pembengkakan dan hipertrofi papilla

Transudasi dan merangsang Pembentukan pyrogen endogen


Nyeri akut
sekresi air mata
Sirkulasi dalam darah
sekret kental dan purulent

Mediator protein
Gangguan sensori- Gangguan
persepsi: pengelihatan rasa nyaman
Asetilkolin

Set point shift (membrane


ca2 + Flux

Asetilkolin

Vasokontriksi,
metabolisme produksi
panas
Hipertermi
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian

a. Data Pasien
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga

c. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi :
 Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang ke
arah limbus.
 Edema konjungtiva
 Lakrimasi
 Kemungkinan adanya sekret:
 Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak
mata lengket saat bangun tidur.
 Berair/encer pada infeksi virus.
 Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien
karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan
kemunduran visus/melihat halo.

d. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat diplokok
di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan gram akan terdapat sel intraselular atau
ekstraselular dengan sifat gram negative.
- Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. Apabila pada
pewarnaan terlihat gram positif diplok batang intraselular, dapat dicurigai
konjungtivitis gonore.
Diagnosa Keperawatan yang muncul

- Nyeri Akut
- Hipertermi
- Gangguan sensori persepsi : pengelihatan
- Gangguan rasa nyaman

Asuhan keperawatan

Terlampir

Evaluasi

Terlampir
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x24 NIC Label
berhubungan jam, diharapkan nyeri klien dapat teratasi dengan Pain Management
dengan agen criteria hasil : - Gunakan komunikasi terapeutik agar - Komunikasi terapeutik digunakan
cidera (biologi, NOC Label pasien mengatakan pengalaman nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien
psikologi, kimia, Pain Control - Ajarkan pasien untuk mengurangi nyeri
fisika) - Pasien dapat mengenal nyeri yang dialaminya dengan terapi nonfarmakologi ( teknik - Teknik distraksi dapat membuat klien
lebih relaks
(skala 5) relaksasi )
- Pasien mengetahui factor penyebab nyeri - Mengobservasi adanya respon
- Pasien dapat melaporkan nyeri pada petugas ketika nonverbal ketidaknyamanan - Reaksi nonverbal dapat menunjukkan
pasien berada pada skala nyeri ringan,
tidak dapat mengontrol nyeri - Anjurkan pasien untuk menggunakan sedang atau berat
- Pasien melaporkan perubahan gejala nyeri pengobatan nyeri yang adekuat
- Penggunaan agen-agen fakmakologi
- Kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk mengurangi rasa nyeri
dalam pemberian analgesik

- Pemberian analgesic dapat


menurunkan skala nyeri klien

Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi selama batas waktu yang disesuaikan dengan kondisi pasien, maka hasil asuhan keperawatan yang diharapkan
adalah :
- Pasien mengenal rasa nyeri yang dirasakannya
- Nyeri yang dirasakan dapat dikontrol oleh pasien
- Pasien menyatakan nyerinya sudah berkurang
- Wajah klien tidak terlihat masih meringis
2. Hipertermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 NIC Label
berhubungan jam, diharapkan suhu tubuh klien dapat kembali dalam
Vital Sign Monitoring
dengan penyakit rentang normal dengan criteria hasil :
1. Memonitor tekanan darah, nadi, suhu 1. Dapat memberikan gambaran umum
NOC Label
dan respirasi yang tepat keadaan klien
Thermoregulation Vital Sign
2. Jelaskan upaya untuk mengatasi 2. Untuk mengurangi hipertermi klien
- Klien mengetahui batas normal suhu tubuh hipertermi
3. Memastikan tekanan darah klien tetap
- Klien mampu mengatasi hipertermi 3. Memonitor tekanan darah klien setelah stabil
klien melakukan pengobatan jika
memungkinkan

Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi selama batas waktu yang disesuaikan dengan kondisi pasien, maka hasil asuhan keperawatan yang diharapkan
adalah :- suhu tubuh pasien dapat kembali normal dalam rentang suhu 36,5 – 37,50 C
3. Gangguan Sensori Sensory Function Sensory Perceptual: Visual, Disturbed
Persepsi: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x Activity Therapy
Penglihatan 24 jam, diharapkan klien mampu untuk melihat - Berkolaborasi dengan ahli terapi dalam - klien mendapatkan terapi pemulihan lebih
berhubungan dengan normal kembali dengan kriteria hasil : merencanakan dan memonitoring lengkap jika dikolaborasikan dengan tim
dengan perubahan - Klien dapat menggerakkan bola mata ke segala program pelatihan yang dijalankan klien medis lain
integrasi sensori arah (mata kanan dan kiri dapat bergerak kea rah sesuai keperluan
kanan, kiri, atas, bawah, serta memutar) - Perawat mengetahui komitmen klien - perawat dapat membantu klien dalam
- Penglihatan klien menjadi semakin jelas (tidak dalam meningkatkan kemampuan gerak menjalankan komitmennya tersebut
kabur) matanya untuk kembali normal
- Dapat membedakan setiap warna yang dilihat - Membantu klien untuk fokus dalam - Meyakinkan klien agar selalu semangat
- Tidak merasakan pusing saat melatih otot mata latihan yang dapat dilakukannya dan tidak memikirkan keurangan yang
- Mata klien dapat membuka dan menutup dengan dibandingkan dengan kekurangan yang dimilikinya, dengan begitu klien akan
normal tanpa diberi tekanan/paksaan dimiliki klien dapat menjalankan terapinya dengan
maksimal tanpa pikiran yang negative
- Membantu klien untuk mengidentifikasi - Karena klien memiliki hambatan dalam
dan memperoleh sumber daya yang melihat, perawat dapat membantu untuk
diperlukan untuk kegiatan yang ingin mencarikan sarana yang sesuai dengan
dilakukan klien latihan yang dilakukan klien
- Menjelaskan kepada klien tujuan dari - Klien mengetahui kegunaan dari latihan
latihan yang dilakukan yang dilakukan dan agar klien semakin
kuat dalam menjalankan terapi
- Menginstruksikan kepada klien atau - klien tidak sesuka hati melakukan terapi,
keluarganya mengenai aturan dalam padahal pada terapi yang dilakukan
kegiatan fisik, sosial, spiritual, dan memiliki aturan dan tujuan spesifik
kognitif yang dilakukan dalam tertentu yang harus ditaati
mempertahankan fungsi dan kesehatan
mata klien
- Memfasilitasi aktivitas tambahan ketika - klien dapat melaksanakan terapinya
klien memiliki waktu yang kurang untuk walaupun dengan waktu kurang
latihan

Cerebral Perfusion Promotion


- Memberikan obat nyeri sesuai kebutuhan - perawat dapat mempertahankan
kondisi klien kenyamanan klien
- Memonitor status respirasi klien - respirasi klien tetap normal (RR: 14-16
x/menit)
Communication Enhancement: Visual
Deficit
- Perawat memperkenalkan diri saat - klien mengetahui siapa yang sedang
bertemu klien berbicara dengannya dan perawat tidak
mengejutkan klien saat berbicara

- Catat reaksi klien ketika ada penglihatan - perawat dapat mengetahui suasana hati
yang tampak kurang pada klien (seperti: klien, apakah sedang baik dan bisa untuk
depresi, menarik diri, ataupun menolak) ditemui dan diajak berbicara atau tidak
- Mendeskripsikan lingkungan di sekitar - perawat dapat membantu klien
klien mengetahui dimana letak benda-benda
yang berada di sekelilingnya walaupun
dalam keadaan penglihatan yang kurang
baik, dan klien mampu memperkirakan
sendiri jarak benda atau tempat yang
ingin ditujunya
- Membacakan surat, koran, dan sumber - klien selalu mendapatkan informasi yang
informasi lainnya kepada klien terkini dan terpercaya walaupun sedang
dalam keadaan sakit
4. Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label:
nyaman …x24 jam, diharapkan gangguan rasa kenyamanan Environmental Management
berhubungan pasien kembali normal dengan kriteria hasil: a) Ciptakan lingkungan yang aman bagi a) Pasien dapat merasa nyaman dengan
dengan gejala NOC Label: pasien. lingkungannya.
terkait penyakit Comfort Status : Enviroment b) Keluarkan benda berbahaya dari b) Menghindari sesuatu yang tidak
a) Suhu rungan dalam rentang normal (skala lingkungan. diinginkan terjadi pada pasien.
4) c) Identifikasi kebutuhan keamanan c) Untuk mempermudah memberikan
b) Lingkungan yang mendukung untuk pasien, berdasarkan tingkat fungsi fisik perawatan yang sesuai pada pasien.
beristirahat (skala 4) dan fungsi kesadaran dan sejarah
c) Membersihkan lingkungan yang tidak perilaku.
nyaman (skala 4)
d) Penyinaran dalam ruangan (skala 4)
e) Privasi (skala 4)
f) Menginginkan kesiapan adaptasi (skala 4)
g) Lingkungan yang bersahabat (skala 5)
Endurance
a) Aktivitas (skala 4)
b) Pola makan (skala 3)
c) Energi yang dipulihkan setelah istirahat
(skala3)

Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi selama batas waktu yang disesuaikan dengan kondisi pasien, maka hasil asuhan keperawatan yang diharapkan
adalah :
- Penglihatan klien menjadi jelas, tidak kabur
- Klin mampu menggerakkan bola mata secara maksimal
- Klien tidak melaporkan adanya ketidaknyamanan
- Tidak adanya respon klien terhadap ketidaknyamanan
DAFTAR PUSTAKA

- Martha&Kelly. 2010. Diagnosa Keperawatan Nanda, Yogyakarta : Digna Pustaka


- Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth
Edition, USA : Mosby Elsevier
- Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA :
Mosby Elsevier
- Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah
volume 3, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai