Anda di halaman 1dari 8

Tsunami

Tsunami sering diawali dengan gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi,
selain itu disebabkan oleh kejatuhan meteor dan percobaan nuklir, dan kemudian juga
disebabkan oleh angin. Tsunami memiliki panjang gelombang (λ) yang sangat panjang dan
periode. Nilai λ biasanya berkisar dari beberapa kilometer hingga ratusan kilometer, sehingga
gelombang tersebut jauh lebih panjang beberapa ratus meter dari gelombang angin yang
dihasilkan di dekat pantai. Karena dasar laut lebih dalam 11 km yang disebut dengan parit
Mariana, berarti di daerah laut gelombang tsunami berprilaku sebagai gelombang air dangkal
yang mana (H= Kedalaman laut). Ketika gelombang mencapai daerah pesisir,
karakter gelombang tsunami bukan lagi gelombang air dangkal tetapi merupakan gelombang
air yang sangat besar.
Berdasarkan hasil pengamatan, gelombang air bergerak dengan pola gerakan ellips oleh
partikel-partikel air. Rata-rata posisi partikel (x,y), pergeseran δx dan δy dengan kesesuaian
posisi rata-rata dan pergerakan amplitudo δxo dan δyo. H adalah ketinggian air yang tak
terganggu. Seperti yang ditunjukkan gambar berikut.

Gerakan pada gelombang air tersebut sesuai dengan persamaan berikut :

𝛿𝑥 = 𝛿𝑥0 sin(±𝜔𝑡), (1)

𝛿𝑦 = −𝛿𝑦0 cos(±𝜔𝑡), (2)

Dimana δx dan δy adalah pergeseran yang sesuai dengan posisi rata-rata pada bidang x-
y vertikal seperti gambar 1 dan δxo dan δyo adalah konstanta. Ketika pergerakan diakitkan
dengan gelombang yang sedang merambat sepanjang sumbu horisontal x, persamaan (1) dan
(2) jelas menjadi :
𝛿𝑥 = 𝛿𝑥0 sin(𝑘𝑥 ± 𝜔𝑡), (3)

𝛿𝑦 = −𝛿𝑦0 cos(𝑘𝑥 ± 𝜔𝑡), (4)

Berikutnya pada gelombang tsunami ada hubungan dispersi, yaitu hubungan antara ω
dan k. Ini didasarkan pada konservasi energi dengan memperlakukan kombinasi linear yang
menghasilkan persamaan gelombang stasioner berikut :

𝛿𝑥 = 𝛿𝑥0 |sin(𝑘𝑥 + 𝜔𝑡) − sin(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)| = 2𝛿𝑥0 cos(𝑘𝑥) sin(𝜔𝑡), (5)

𝛿𝑦 = −𝛿𝑥0 𝑘𝑦|cos(𝑘𝑥 + 𝜔𝑡) − cos(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)| = 2𝛿𝑥0 𝑘𝑦 sin(𝑘𝑥) sin(𝜔𝑡). (6)

Hubungan dispersi ini berisi semua elemn untuk memahami sifat-sifat dasar gelombang
air dangkal dan khusunya tsunami. Gelombang tsunami memiliki kecepatan fase dan kecepatan
grup yang dapat dirumuskan berdasarkan persamaan berikut :
𝜔
|𝑣𝑝 | = | | = √𝑔𝐻
𝑘
𝑑𝜔
|𝑣𝑔 | = | | = √𝑔𝐻
𝑑𝑘
Saat tsunami mendekati wilayah pesisir, perubahan kecepatan sebagai akar kuadrat dari
kedalaman. Persamaan diatas memiliki konsekuensi penting, secara khusus untuk frekuensi
konstan ini menunjukkan bahwa panjang gelombang λ = 2π / k sebagai perubahan √𝐻.
Pertimbangkan gelombang dengan λ = 100 km = 105 m di daerah laut dalam dengan H = 4000
m. Waktu yang dibutuhkan untuk gelombang berjalan sepanjang jalan yang sama adalah ≈105
/ (200) ≈ 500 s ≈ 8 min. Ini menunjukkan bahwa waktu gelombang tsunami jauh lebih lama
dari gelombang angin. Gelombnag ini dapat menghasilkan gelombang raksasa menghancurkan
dan tidak dapat berlari cepat.
Perubahan dalam kecepatan dengan kedalaman memiliki implikasi mendasar pada
ketinggian gelombang. Gelombang tsunami terjadi karena rambatan dari gerakan partikel air.
Ketinggian gelombang bisa lebih besar apabila mendekati pantai, tetapi jauh lebih kecil di laut.
Ini membuat tsunami sulit dideteksi tetapi juga memungkinkan tindakan defensif seperti
bergerak untum menjauhi pantai dan laut. Kajian Fisika tsunami dapat dilihat pada hal berikut,
diantaranya:
1. Pemodelan Numerik pada Tsunami
Metode MARKER dan CELL (MAC) oleh Harlow dan Welch (1965) adalah sebuah
teknik numerical untuk perhitungan viskositas, aliran mampat dengan permukaan bebas.
Metode ini menggunakan teknik untuk menemukan perbedaan bergantung waktu pada
persamaan Navier-Stokes.
Persamaan untuk aliran dua dimensi adalah :
Metode MAC sama seperti persamaan diferensial gerak yaitu konservasi massa dan
momentum. Perbedaan batas persamaan MAC mengungkapkan prinsip konservasi untuk setiap
sel. Chan dan Street membangun sebuah teknik untuk menggambarkan mengenai permukaan
bebas secara lebih akurat. Tekanan permukaan bebas ditentukan pada permukaan itu sendiri
bukan di permukaan pusat sel. Nichols dan Hirt memodifikasi langkah langkah yang dilakukan
Chan dan Street, Merancang teknik untuk mendefinisikan permukaan fluida oleh satu set
partikel penanda permukaan yang bergerak dengan kecepatan fluida lokal.
MAC sederhana telah dijelaskan oleh Harlow dan Amsden yang tidak memerlukan
tekanan untuk dihitung. Program komputasi yang digunakan untuk perhitungan tsunami
disebut ZUNI dan dijelaskan oleh Amsden. Teknik SMAC dari Harlow dan Amsden telah
dimodifikasi untuk menyertakan perbaikan permukaan bebas Nichols dan Hirt. Perbaikan sel
parsial yang memungkinkan hambatan tergelincir bebas untuk melalui tempat sel diagonal juga
telah disertakan. Batas kemiringan yang diinginkan diperoleh dengan memilih aspek rasio yang
sesuai untuk sel sel mesh. Dengan dmeikian, teknik numeric dapat digunakan untuk
menghitung gelombang bergerak di pantai terbuka disamping pantai terendam.
Metode SMAC yang dideskripsikan oleh Harlow dan Amsden disempurnakan cara
perhitungannya oleh Welch dengan memberikan kriteria stabilitas:

Dimana C adalah kecepatan, ΔX dan ∆𝑌 adalah lebar sel, dan ∆𝑡 adalah kenaikan
waktu. Untuk perhitungan tsunami dijelaskan sebelumnya ∆𝑡 harus kurang dari 4 detik. Jika
jalankan dengan waktu 3 detik terbukti stabil. Street menyatakan bahwa metoda numeric MAC
telah diamati , stabil pada viskositas nol, analisis Nichols dan Hirt menunjukkan gangguan bisa
bertambah jika viskositas itu tidak lebih besar dari 20 dan lebih kecil dari 30.000 mg/sm.
Pada air dangkal biasa Air dangkal biasa, teori panjang gelombang mengasumsikan
bahwa komponen gerakan vertical tidak mempengaruhi distribusi tekanan yang dianggap
hidrostatis. Ini merupakan hal penting untuk membandingkan hasil studi numeric dalam
memecahkan persamaan lengkap Navier Stokes dengan menggunakan persamaan teori
panjang gelombang.

Dimana 𝑢 dan 𝑣 adalah komponen kecepatan pada arah x dan y, H adalah tinggi gelombang,
D adalah kedalaman air tak terganggu dan 𝑔 gravitasi.
Pada simulasi tsunami yang menggunakan air dangkal memperoleh hasil yang sama
dengan teori panjang gelombang untuk gelombang (panjang gelombang) tsunami yang besar,
tetapi tidak berlaku pada tsunami dengan gelombang yang pendek. Teori panjang gelombang
tidak bisa digunakan untuk menggambarkan aliran tsunami yang disebabkan hambatan bawah
air laut pada air dangkal. Hambatan di bawah air laut ini dapat mencerminkan sejumlah energi
tsunami.

Tekanan Hidrostatik.

Gaya gravitasi menyebabkan zat cair dalam suatu wadah tertarik kebawah. Semakin
tinggi zat cair dalam wadah, semakin berat zat cair tersebut sehingga semakin besar juga
tekanan zat cair pada dasar wadahnya. Tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh beratnya
sendiri disebut tekanan hidrostatik.

Bisa dibayangkan luas penampang persegi panjang pada dasar suatu wadah berbentuk
balok pl yang terletak pada kedalaman h dibawah permukaan zat cair (massa jenis = ρ). Volume
zat cair dalam balok = p l h sehingga massa zat cair didalam zat cair didalam balok adalah
sebagai berikut.

𝑚 = 𝜌𝑉 = 𝜌𝑝𝑙ℎ

Berat zat cair didalam balok adalah sebagai berikut.

𝐹 = 𝑚𝑔 = 𝜌𝑝𝑙ℎ𝑔

Tekanan zat cair disembarang titik pada luas bidang adalah sebagai berikut.
𝐹 𝜌𝑝𝑙ℎ𝑔
𝑃ℎ = = = 𝜌𝑔ℎ
𝐴 𝑝𝑙

Jadi, tekanan hidrostatik zat cair (𝑃ℎ ) dengan massa jenis ρ pada kedalaman h dirumuskan
sebagai berikut

𝑃ℎ = 𝜌𝑔ℎ

Gelombang Air Laut


Gelombang adalah getaran yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan mengikuti
gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan mungkin radiasi gravitasional, yang bisa
berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada medium (yang karena perubahan bentuk
dapat menghasilkan gaya memulihkan yang lentur) di mana mereka dapat berjalan dan dapat
memindahkan energi dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel medium
berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Malahan, setiap titik
khusus berosilasi di sekitar satu posisi tertentu.

Pada tahun 1779, Benyamin franklin megatakan, “Udara yang bergerak yaitu angin, melewati
permukaan yang halus, akan mengganggu permukaan, dan menjadikan permukaan tersebut
bergelombang, jika angina bertiup terus, maka menjadi elemen gelombang”.

Dengan kata lain, jika dua lapisan fluida yang mempunyai perbedaan kecepatan bertemu, maka
akan ada tegangan friksi diantara keduanya, maka akan ada transfer energi. Di permukaan laut,
kebanyakan energi yang ditransfer merupakan hasil dari gelombang, namun dengan proporsi
yang kecil merupakan hasil dari arus yang dibangkitkan oleh angin. Pada tahun 1925 Harold
Jeffrey S. menganggap gelombang memperoleh energi dari angin karena perbedaan tekanan
yang disebabkan efek dari puncak gelombang. (Gambar 1) Walaupun hipotesa dari Jeffrey
gagal menjelaskan bentuk gelombang yang sangat kecil, tapi berlaku jika :

1. Kecepatan angin lebih besar dari kecepatan gelombang.


2. Kecepatan angin melebihi 1 m/s
3. Gelombang cukup curam untuk memberikan efek berlindung /naungan.

Secara empiris, dapat ditunjukkan bahwa efek naungan akan maksimum jika kecepatan angin
diperkirakan tiga kalilebih besar dari kecepatan gelombang. Di laut yang terbuka, gelombang
yang dibangkitkan oleh angina mempunyai kecuraman (H/L) sekitar 0,03 – 0,06. Secara umum,
semakin besar perbedaan kecepatan dan gelombang, semakin curam gelombangnya. Namun
seperti yang kita lihat kemudian, kecepatan gelombang di laut dalam tidak ada hubungannya
dengan kecuraman gelombang, tetapi panjang gelombangnya, semakin besar panjang
gelombang, semakin cepat gelombang berjalan.

Gambar 1. Model pembentukan gelombang Jeffrey (Sumber: The Open University, 2004)

Perhatian urutan kejadian jika, setelah cuaca tenang. Angin mulai bertiup, sampai bertiup
kencang untuk beberapa waktu. Petumbuhan gelombang yang tidak signifikan terjadi jika
kecepatan angin melebihi 1 m/s. kemudian gelombang curam yang kecil akan terbentuk dengan
meningkatnya kecepatan angin. Bahkan sampai angin mencapai kecepatan yang konstan,
gelombang terus tumbuh dengan kenaikan yang cepat sampai mencapai ukuran dan panjang
gelombang (dan kemudian kecepatan) yang sebanding dengan 1/3 kecepatan angin. Dibawah
posisi ini, gelombang terus meningkat ukurannya, panjang gelombang dan kecepatannya, tetapi
dengan laju yang berkurang. Selanjutnya mungkin diharapkan gelombang tumbuh terus sampai
kecepatan yang sama dengan kecepatan angin, namun dalam prakteknya pertumbuhan
gelombang berhenti pada saat kecepatan gelombang masih dibawah kecepatan angin, hal ini
karena :

1. Beberapa energi angin ditransferkan ke permukaan laut melalui gaya tangensial, yang
kemudian menghasilkan arus permukaan
2. Beberapa energi angin didisipasikan/dikurangi oleh gesekan.
3. Energi hilang dari gelombang lebih besar sebagai hasil dari While Chapping yaitu
pecahnya puncak gelombang karena dibawa kedepan oleh angin yang lebih cepat dari
perjalanan gelombang itu sendiri.
Gerakan partikel air

Partikel air di laut dalam bergerak dalam bentuk hampir lingkaran. Di puncak gelombang,
partikel bergerak dalam arah yang sama dengan penjalaran gelombang, dan di lembah bergerak
dalam arah yang berlawanan.

Di permukaan, diameter orbital berkaitan dengan tinggi bertambahnya kedalaman hingga


kedalaman air sama dengan ½ panjang gelombang dan diameter orbital diabaikan dan tidak
ada perpindahan partikel air Gambar 2.

(a)

(b)

Gambar 2. Gerakan partikel dalam gelombang perairan (a ) Laut dalam (b) Laut dangkal

Terdapat hubungan matematik antara karakteristik panjang gelombang (L), peroda (T) dan
tinggi gelombang (H) terhadap kecepatan gelombang dan energi gelombang dilaut dalam.
Pertama, kecepatan gelombang ( c ) Kecepatan gelombang ditentukan dari waktu yang
diberikan untuk panjang gelombang yang melewati titik tertentu, yaitu :

𝐿
𝑐=
𝑇

Dua istilah yang ditemukan dalam literatur oseanografi adalah bilangan gelombang, k, dimana
k = 2π/T.

Perlu diperhatikan, bahwa kecepatan gelombang yang telah disebutkan diatas adalah untuk
gelombang yang berjalan di laut dalam. Di perairan dangkal, kedalaman air berpengaruh pada
kecepatan gelombang, kecepatan gelombang dapat dinyatakan dalam persamaan :
𝑔𝐿 2𝜋𝑑
𝑐=√ tanh
2𝜋 𝐿

dimana percepatan gravitasi bumi, g = 9,8 m/s2, L = Panjang gelombang (m) dan d =
Kedalaman air (m), tanh adalah fungsi matematik yang disebut tangen hiperbolik. Jika x kecil,
misalnya kurang dari 0,05 maka tanh x ≈ x. Jika x lebih besar dari π, maka tanh x ≈ 1.

Energi gelombang

Energi gelombang terbagi dalam dua bentuk :

1. Energi kinetik, dimana energi yang terdapat dalam gerakan orbital parikel air.
2. Energi potensial, ialah energi yang dipunyai partikel ketika dipindahkan dari posisi
rata-ratanya.

Energi total persatuan luas :

1
𝐸 = (𝜌𝑔𝐻 2 )
8

dimana : ρ adalah densitas air (kg/m3), g = 9,8 m/s2 dan H adalah tinggi gelombang (m). Energi
(E) dalam satuan joule per meter kuadrat (J/m2)

Anda mungkin juga menyukai