Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangkitnya industri pers lokal telah memberikan kontribusi dan warna

baru dalam tradisi bermedia dan kehidupan demokrasi di Indonesia. Berdasarkan

pasal 33 Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang pers dimana berbunyi fungsi

pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

Namun demikian, kehidupan bermedia, terutama di ranah lokal masih

menunjukkan persoalan pelik untuk diurai. Netralisasi pers lokal dalam pemilihan

kepala daerah (pilkada) misalnya, para kandidat berlomba- lomba memasang

iklannya di media massa untuk menarik perhatian masyarakat. Juga dalam

Undang-Undang Pemilu No.12 Tahun 2003 Pasal 73 dimana berbunyi bahwa

media eletronik dan media cetak wajib memberikan kesempatan yang sama

kepada peserta pemilu untuk memesang iklan pemilu dalam rangka kampanyenya.

Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 1 Undang-Undang nomor 10 tahun

2008). Pemilihan umum merupakan sarana masyarakat atau individu berinteraksi

untuk melakukan kontrak sosial atau perjanjian masyarakat antara partai politik

dan kandidat yang mencalonkan diri yang menjadi peserta pemilihan umum (visi

dan misi) dengan rakyat yang memiliki hak pilih, yang dilakukan partai melalui

1
2

aktivitas politik meliputi kampanye, iklan politik media massa cetak (koran),

audio (radio), audio visual (televisi) serta media lainnya seperti poster-poster,

spanduk, itu semua berisi janji politik guna meyakinkan pemilih sehingga pada

pencoblosan dapat menentukan pilihan. Didalam masa pemilihan sering terjadi

persaingan bahkan konflik dan kisruh antar partai politik ataupun para kandidat

yang mencalonkan diri dan pendukungnya sehingga ada yang sampai pada

pelanggaran pidana

Menyongsong pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Bengkulu

Tahun 2018 yang sukses salah satu pemegang kunci keberhasilan adalah peranan

media, Karena arus informasi yang cepat dan meluas di dapat melalui media.

Dengan demikian media lokal adalah pilihan yang sangat efektif untuk dapat di

manfaatkan sebagai corong agar visi dan misi dari para kandidat dapat diketahui

atau dibaca oleh para calon pemilih. Akan tetapi banyak kandidat calon walikota

dan calon wakil walikota yang mengikuti pilkada membuat persaingan

memperebutkan suara terbanyak menjadikan masyarakat semakin sulit

menentukan pilihannya, salah satunya karena timbulnya rasa ketidakpastian,

terutama bagi bagi pemilih pemula yang di gambarkan dari golongan remaja yang

karna usianya baru bisa memilih, karena itu kandidat harus mengkomunikasikan

dengan cara memperkenalkan dan mengsosialisasikan diri kepada masyarakat

secara terus-menerus sarana sosialisasi yang dapat digunakan adalah berita di

media massa karena kemampuan media mempengaruhi khalayak sangatlah

tinggi..
3

Kehadiran media yang independen dapat mengarah pada dua peran

pertama menjadi alat kontrol sosial politik bagi pemerintah, kedua mengedukasi

publik atas berbagai isu yg berpengaruh terhadap kehidupan mereka sehari-hari.

Interaksi ini terlihat di banyak sektor kehidupan dalam konteks yang lebih

politis, pemilu misalnya, sebagian besar mengunakan media sebagai sumber

informasi pemilihan umum dengan demikian dengan demikian ini tentu sangat

membukapenyalahgunaan media sebagai sarana “main mata” antara pemilik

media dan elit politik daerah.

Penjualan rubrik oleh media cetak (koran, tabloid, buletin, dan majalah)

kepada calon kandidat, yang kemudian isi rubrik itu hanya memuat kegiatan-

kegiatan sosial kepada masyarakat. Kemudian ini disetting sedemikian rupa

dengan sempurna sehingga tidak terlihat tujuan media tersebut adalah

mempromosikan salah satu calon melalui kegiatan sosial. Publik tentu akan

mengasumsikan bahwa hal tersebut murni berita, padahal dibalik semua itu adalah

kampanye politik agar publik bersimpati, melalui suguhan berita yang hal positif

saja publik tentu akan jatuh cinta kepada calon yang beritanya lebih banyak

dimuat. Seorang kandidat membeli dan mengisi rubrik media cetak lebih dari

lima media yang ada maka secara langsung sang calon akan lebih familiar di mata

masyarakat umumnya dan pada calon pemilih khususnya.

Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Bengkulu menetapkan 4 Pasangan

Calon atau Paslon yang berhak mengikuti pemilihan kepala daerah

atau Pilkada serentak pada bulan Juni 2018. Tiga di antaranya merupakan

pasangan calon yang diusung partai politik dan satu paslon maju melalui jalur
4

perseorangan atan independen. Keempat pasangan calon tersebut adalah Patriana

Sosialinda yang berpasangan dengan Mirza yang diusung Partai Golkar, Hanura

dan PDI Perjuangan. Helmi Hasan dan Deddy Wahyudi yang diusung Partai

Gerindra, Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat, serta pasangan Erna Sari

Dewi berpasangan dengan Ahmad Zarkasih yang diusung Partai Nasdem dan

PKS.Satu pasangan yang maju melalui jalur perseorangan yaitu Mayor Inf David

Suardi yang berpasangan dengan Bakhsir. Keduanya dinyatakan lolos setelah

dilakukan verifikasi dukungan oleh tim KPUD Kota Bengkulu dengan

mengantongi dukungan sebanyak 31.666 dukungan masyarakat.

Ada berbagai cara yang dilakukan oleh para pasangan kandidat untuk

menarik simpati masyarakat kota Bengkulu dengan cara seperti konvoi damai,

panggung terbuka, serta pemberian sumbangan pembangunan tempat-tempat

umum seperti mesjid dan lain-lain yang berada di kota Bengkulu. Peran media

juga tidak kalah pentingnya dalam kompanye yang dilakukan oleh calon Walikota

dan Wakil Walikota kota Bengkulu Tahun 2018.

Dari penjelasan diatas peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih dalam

mengenai “Peran Harian Rakyat Bengkulu pada Pemilihan Walikota dan

Wakil Walikota Kota Bengkulu Tahun 2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah dalam penelitian ini

dirumuskan bagaimana peran harian Rakyat Bengkulu pada pemilihan walikota

dan wakil walikota kota Bengkulu tahun 2018?


5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran harian Rakyat Bengkulu

pada pemilihan walikota dan wakil walikota kota Bengkulu tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk

penelitian berkelanjutan tentang peran harian Rakyat Bengkulu pada

pemilihan walikota dan wakil walikota kota Bengkulu tahun 2018.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa fakultas ilmu

sosial Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Dehasen Kota Bengkulu.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang peran media masa dalam pemilihanumum pernah diteliti

oleh peneliti sebelumnya yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanuddin (2015) dengan judul Peran Media

Massa Dalam Peningkatan Partisipasi Pemilih Pemula Pada Pilkada 2013 Di

Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Peran media massa dalam peningkatan partisipasi pemilih pemula pada

pilkada 2013 di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo yaitu sebagai Pemberi

Informasi yaitu media massa memiliki peran yang sangat penting pada

peningkatan partisipasi pemilih pemula di karnakan posisinya sebagai

pemberi informasi yang banyak di butuhkan masyarakat untuk mendapatkan

informasi yang terkait dengan pilkada 2013 di Kabupaten Wajo, media massa

juga membantu masyarakat terkhususnya pemilih pemula untuk mempelajari

cara berpartisipasi dengan benar pada pilkada. Memperluas pengetahuan

yaitu media massa pada pilkada 2013 di Kabupaten Wajo berperan serta

untuk membantu masyarakat dan pemilih pemula memperluas wawasan dan

pengetahuannya mengenai pemilihan umum sehingga menimbulkan

kesadaran masyarakat dan pemilih pemula mengenai fungsinya sebagai warga


7

negara yang memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum.

Alat komunikasi media massa menjadi salah satu alat komunikasi massa yang

berfungsi membantu memperluas pengetahuan dan memberikan informasi

kepada masyarakat yang berkaitan dengan pilkada 2013 di Kabupaten Wajo.

Adapun Tingkat partisipasi pemilih pemula Kecamatan Tempe Kabupaten

Wajo pada pemilihan kepala daerah tahun 2013 meningkat dan sangat antusis

dari pada pemilihan kepala daerah sebelumnya, partisipasi dalam bentuk

pemberian suara terbukti dari banyaknya pemilih pemula yang terdaftar pada

DPT yang datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya, partisipasi dalam

bentuk kampanye juga mengalami peningkatan walaupun sebahagian pemilih

pemula menjadikan kampanye sebagai ajang untuk berkumpul dengan teman-

teman mereka.

2. Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Wiwindari 2012 tentang Partisipasi

Politik Warga Dalam Pemilihan Kepala Daerah Di Desa Sukarami

Kecamatan Air Nipis Di Kabupaten Bengkulu Selatan. Tujuan penelitian ini

adalah Untuk mengetahui bagaimana partisipasi politik warga desa sukarami

dalam proses kegiatan pilkada kabupaten bengkulu selatan. Dan hasil dari

penelitian ini adalah partisipasi politik warga desa sukarami dalam kegiatan

penjaringan calon masih rendah, tidak aktif. Itu disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan dan wawasan yang dimiliki sehingga keterlibatan mereka

tentang kegiatan penjaringan calon.

3. Selanjutnya penelitian terdahulu dilakukan oleh Dwita Martias Ningsih 2012

tentang Pertisipasi Politik Masyarakat Pada Pilkada Bengkulu Tengah Studi


8

Perilaku Pemilih Di Kecamatan Taba Penanjung. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perilaku pemilih dalam partisipasi masyarakat yang terjadi

di kabupaten bengkulu tengah, partisipasi masyarakat dilihat melalui ikut

dalam pemungutan suara dan kampanye. Dan hasil dari penelitian ini adalah

masyarakat taba penanjung memberikan suara bukan dalam bentuk partisipasi

tetapi mobilisasi karena mereka memilih mendapatkan imbalan dan mencari

keuntungan dari kandidat bupati dan wakil bupati bengkulu tengah.

Berdasarkan penelitian diatas maka dapat disimpulkan persamaan dan

perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang sebagai berikut :

1. Hasanuddin (2015) terdapat persamaan dengan penelitian sekarang sama-

sama meneliti tentang peranan media masaa dan sama-sama meneliti tentang

pemilu Perbedaannya adalah penelitian terdahulu dilakukan pada pemilu

pemilihan wakil daerah sedangkan penelitian sekarang untuk pemilihan

walikota dan wakil walikota

2. Wiwindari (2012) persamaannya adalah sama-sama meneliti dalam pemilihan

kepala daerah, tetapi perbedaan nya dilihat dari partisipasi masyararakatnya

sedangkan penelitian sekarang peran dari media.

3. Dwita (2012) sama-sama meneliti tentang pemilu dalam pemilihan kepala

daerah, perbedaannya adalah pada penelitian terdahulu yang diteliti adalah

masyarakatnya sedangkan penelitian sekarang peranan dari media.

2.2 Peran Media Massa


9

Peran adalah merupakan salah satu komponen dari sistem sosial organisasi,

selain norma dan budaya organisasi. Di sini secara umum peran dapat

didefinisikan menurut Haris (2012:204) sebagai presepsi mengenai cara orang itu

diharapkan berperilaku atau dengan kata lain adalah pemahaman atau kesadaran

mengenai pola prilaku atau fungsi yang diharapkan dari orang tersebut.

Dari defenisi di atas dapat dikatakan bahwa peran adalah suatu konseptual

yang melibatkan penciptaan produk sebagai lawan dari prilaku atau tindakan atau

bisa dikatan suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut

oleh para penilai dan pengamat.

Haris (2012:212) mengemukakan peran berarti laku, bertindak, peran adalah

perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan

atau memegang kekuasaan. Dari peryataan di atas dapat dijelaskan menurut

historis atau sejarah konsep peran adalah karakter yang disandang atau dibawakan

oleh seorang aktor dalam sebuah pentas. Sedangkan menurut ilmu sosial peran

adalah suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menududuki jabatan

tertentu. Dari pendapat di atas disimpulkan peran adalah sesuatu yang mempunyai

memiliki pengaruh sesuai dengan fungsinya.

Media massa adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan informasi

atau pesan dari sumber kepada khalayak dalam jumlah banyak (massa). Media

massa merupakan suatu penemunan teknologi yang luar biasa, media massa

adalah alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan informasi secara serempak,

cepat kepada audience yang luas kelebihan media dibanding dengan jenis
10

komunikasi yang lainnya adalah media massa bisa mngatasi hambatan ruang dan

waktu. Bahkan media massa mampu.

Effendy (2015:21), media massa digunakan dalam komunikasi apabila

komunikasi berjumlah banyak dan tempat tinggal yang jauh. Media massa yaitu

alat komunikasi yang memungkinkan kita mengetahui suatu informasi sacara

hampir bersamaan walaupun berada di tempat yang berbeda atau di tempat tinggal

yang jauh menyebarkan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas.

Pemahaman lebih lanjut tentang media dapat ditinjau dari perkembangan

teknologi menurut Ida (2012:41) mengemukakan bahwa media massa dapat

dibagi mnejadi dua jenis yaitu: Media massa modern, yang dimaksud media

massa modern adalah media massa yang mengunakan teknologi modern yaitu

media cetak dan media eletronik. Media massa cetak adalah media massa yang

dalam menyampaikan informasinya terlebih dahulu harus di cetak menggunakan

alat cetak. Media ini misalnya surat kabar, majalah, tabloid. Media massa

eletronik adalah media massa yang dalam menyampaikan informasinya

mengunakan jasa listrik, tanpa listrik media massa ini tidak dapat berfungsi.

Media massa dibedakan menjadi dua bentuk ,yaitu media cetak dan media

elektronik yaitu Media cetak dan Media elektronik selain itu jenis yang kedua

adalah media tradisional yang digunakan sebagai sarana penyampaian informasi

pada zaman dulu, lebih banyak mengunakan media massa tradisional misalnya

wayang, lawak, lenong, dan seni tradisional lainya.

Peran media massa sangat dekat dengan komunikasi massa karena berfungsi

sebagai saluran dari komunikasi massa.Istilah komunikasi massa kadang- kadang


11

telah diberikan defenisi di dalam dua cara menurut (Arifin, 2010:39) komunikasi

melalui media dan komunikasi untuk umum. Namun demikian, komunikasi massa

tidak berarti komunikasi yang pesan-pesannya diterima setiap orang. Media

cenderung menyeleksi khalayak dan sebaliknya, khalayak juga menyeleksi

diantara dan didalam media. Berdasarkan pandangan di atas, dapat diartikan

bahwa media massa adalah alat untuk mediator untuk berkomunikasi dengan

masyarakat dalam ilmu komunikasi, media massa diartikan sebagai alat untuk

berkomunikasi dengan massa yaitu pers (surat kabar dan majalah), radio, dan

televisi.

Seperti yang dikemukakan di atas dapat diartikan bahwa media massa

adalah alat, instrument komunikasi yang memungkinkan kita untuk merekam serta

mengirim informasi dan pengalaman dengan cepat kepada masyarakat luas dan

terpencar.

Media massa mampu mempengaruhi tindakan dan pemikiran khalayak

antara lain dalam hal budaya, sosial, dan politik . Media dianggap memiliki peran

yang sangat penting dalam mentransmisi dan menstimulasi permasalahan politik.

Hal ini menjadi sangat penting dalam setiap kampanye politik. Cakupan yang luas

dalam masyarakat membuat media massa dianggap sebagai salah satu cara yang

efektif dalam mengkomunikasikan program kerja, pesan politik kepada pemilih.

Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat

modern tidak ada yang menyangkal, menurut McQuail (2011: 66), ada 5

perspektif dalam hal melihat peran media massa yaitu :


12

1. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa

yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk

mengetahui berbagai peristiwa.

2. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang

merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa

tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi

dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya

demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak

suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap

sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan

khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka

inginkan.

3. Media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal

untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi

atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini

khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan

mendapat perhatian.

4. Media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan

ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan

umpan balik.

5. Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu

lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan

terjadinya komunikasi interaktif.


13

Pendeknya, semua itu ingin menunjukkkan, peran media dalam kehidupan

social bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi

dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses

sosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa

yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi

sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang

nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial.

Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah

pula terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa dituntut menyampaikan

informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan

tuntutan etis dan moral penyajian media massa (Afdjani, 2007:98).

Kekuatan peran media massa sebenarnya juga mampu mengubah budaya

politik atau partisipasi politik masyarakat Indonesia menjadi lebih baik. Partisipasi

merupakan suatu kegiatan dari warga negara baik secara langsung maupun tidak

langsung terkait dengan kebijakan pemerintah yang dilakukan oleh individu-

inidvidu maupun kelompok secara spontan ataupun dimobilisasi. Perubahan

partisipasi masyarakat dalam politik banyak dipengaruhi oleh media massa dalam

menyampaikan informasi (Prisgunanto, 2011: 92).

Kekuatan media massa ini dimanfaatkan oleh pemerintah atau suatu

kelompok tertentu dalam suatu pemerintahan untuk mempengaruhi opini publik.

Peran media massa ini dapat dijadikan sebagai alat komunikasi politik oleh orang-

orang yang memiliki kekuatan dan kepentingan politik untuk memperoleh

kekuatan melalui opini publik. Kepentingan politik ini yang membuat media
14

massa sebagai kegiatan politik demi mencapat tujuan kepentingan pemerintah atau

kelompok. Kegiatan politik banyak dilakukan oleh pemerintah dan partai politik

karena fungsi mereka dalam dunia politik dan kegiatan politik tersebut dapat

mempengaruhi partisipasi politik masyarakat (Prisgunanto, 2011: 87). Melalui

media massa, masyarakat yang sebelumnya tidak tahu mengenai politik, dapat

melihat berbagai kejadian yang tidak dapat diketahui secara langsung. Misalnya

dalam pemilihan calon legislatif atau bahkan presiden, masyarakat dapat

mengetahui calon-calon dari media massa.

Menurut Surbakti (2010: 171) dinyatakan bahwa ada empat faktor yang

mempengaruhi perilaku politik seorang aktor politik, yaitu berawal dari

lingkungan sosial seperti sistem politik, sistem hukum ekonomi, sistem budaya,

dan sistem media massa. Lingkungan sosial politik langsung mempengaruhi dan

membentuk kepribadian dari aktor politik, seperti keluarga, agama, kelompok

bergaul, dan sekolah. Struktur kepribadian tercermin dalam sikap individu. Dari

penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat berpartisipasi politik

dengan menggunkan hak suaranya dalam pemilu untuk memilih salah satu calon

dari partai politik tertentu bukan murni karena kesadaran diri masing-masing,

namun bisa saja hal itu sebagai dampak dari media massa.

Hal ini diperjelas dalam teori perilaku pemilih bahwa persepsi pemilih atau

partai-partai politik yang ada terdapat korelasi atau kedekatan emosional pemilih

terhadap partai-partai politik tertentu. Dari kedekatan emosional akan membentuk

loyalitas pada partai sehingga menimbulkan persepsi tersendiri dari pemilih

(masyarakat) dalam menentukan sikap. Melalui media, komunikasi antara


15

pemerintah dengan masyarakat menjadi lebih mudah. Media menjadi saluran

komunikasi yang sangat tepat untuk menyampaikan sosialisasi kepada

masyarakat. Sebagai lembaga yang netral, saat ini media menjadi salah satu

lembaga yang sangat dipercayai oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam

membentuk partisipasi masyarakat, media diharapkan mampu memberikan

dorongan kepada masyarakat untuk mau menggunakan haknya untuk

berpartisipasi dalam politik.

Partai politik menganggap bahwa media sebagai kendaraan penting dalam

mencapai pemilihan. Media massa digunakan untuk mempertahankanstabilitas

partai. Media massa seperti televisi memiliki peran yang lebih dominan dalam

menyebarkan informasi politik negara kepada masyarakat. Dalam situasi pemilu,

penyampaian berita mengenai kegiatan politik di atur sedemikian rupa dan

disampaikan melalui aturan-aturan yang disusun rapi oleh partai politik. Melalui

media massa ini, kampanye dilakukan dengan lebih mudah kepada masyarakat.

Pihak yang mencalonkan diri mempublikasikan berbagai kegiatan yang

dilakukannya kepada masyarakat guna memperoleh dukungan yang lebih banyak.

Pencarian berita atau informasi yang dipublikasikan media banyak

mengungkapkan hal-hal yang sebelumnya diabaikan dalam masyarakat atau

mengungkapkan penderitaan kaum minoritas. Hal itu kemudian memunculkan

tekanan publik kepada pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Selain itu publikasi media mengenai korupsi dalam politik berkontribusi pada

meningkatnya jumlah non-pemilih di suatu negara. Umumnya, masyarakat

pengguna media massa akan disuguhkan suatu pesan yang sama dengan berbagai
16

fakta pendukung untuk mempengaruhi atau memperoleh simpati dari masyarakat

(Ikuo & Broadbent, 2007: 358).

Media dipandang memiliki pengaruh langsung dalam pengambilan

keputusan pemilih atau masyarakat di suatu negara. Pengambilan keputusan

pemilih dalam pemilihan umum sebagai bentuk partisipasi politik berdasarkan

hasil penelitian dari Emery (1976: 89-90) dapat dilihat sebagai berikut.

1. Sekitar 80 persen pemilih telah membuat keputusan sebelum kampanye

dimulai, 70-85 persen akan memilih partai yang akan mereka pilih dalam

pemilihan sebelumnya; sekitar 10 persen beralih dari satu partai kepada

partai yang lain (namun ada juga yang kembali ke partai pilihan mereka

sebelumnya); 10 persen pemilih belum memutuskan apakah berpartisipasi

aktif oleh kampanye.

2. Di antara pengaruh besar terhadap keputusan pemilih adalah

kecenderungan pemilih untuk mendukung partai, calon atau pembuat

keputusan terkait masalah (peran komunikasi interpersonal, termasuk

pengaruh dari orang yang dianggap sebagai pemimpin opini) dan asosiasi

kelompok serta tekanan sosial lainnya.

3. Semakin pemilih terkena kampanye di media massa, mereka semakin

merasa perlu tahu tentang calon mereka, semakin banyak informasi yang

mereka dapatkan, semakin besar kemungkinan mereka untuk datang ke

tempat pemungutan suara.


17

4. Pengaruh media massa pada pemilih dalam membuat atau mengubah

pengambilan keputusan dengan kampanye kecil, tetapi menjadi penting

dalam pemilihan dalam waktu dekat.

5. Televisi dipengaruhi dengan iklan yang diaktifkan sejumlah besar orang

dengan meningkatkan loyalitas partai dan kepentingan politik.

Media massa modern memiliki efek yang kuat dan menginformasikan pada

aspek kehidupan sosial dan politik secara luas dan dikendalikan oleh kelompok-

kelompok atau suatu golongan. Baik teori maupun bukti menunjukkan bahwa

media memiliki kekuatan yang relatif lemah karena efeknya bisa dibelokkan dan

disebarkan oleh kelompok yang kuat serta menjadi sarana untuk melakukan

intervensi kepada masyarakat yang lebih luas. Efek dari media dibatasi oleh tiga

hal, yaitu pertama, orang-orang yang tidak tertarik untuk memiliki pengetahuan

dan terlibat dalam politik menjadi orang yang paling rentan terhadap pengaruh

media. Kedua, semakin orang tahu dan memiliki pengalaman langsung dari

sesuatu, semakin besar kemungkinan mereka untuk tertarik terhadap liputan

media itu, tetapi semakin besar kemungkinan mereka untuk mempercayai

penilaian mereka sendiri daripada media. Ketiga, semakin aktif media massa dan

mencoba untuk membujuk orang dalam posisi politik, besar kemungkinan

masyarakat melihat bahwa media itu tidak netral dan memihak sehingga

masyarakat tidak terpengaruh (Newton, 2006: 227).

Peningkatan toleransi dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang

diberitakan dalam media massa. Berita-berita atau informasi-informasi positif

dalam berdemokrasi dan bertoleransi harus lebih ditingkatkan terutama dalam


18

kegiatan politik. Kegiatan di dunia politik tidak harus menampilkan keburukan

yang lain untuk memperlihatkan kebaikan diri sendiri apalagi melalui media

massa. Saling menghargai dan toleransi antarsesama masyarakat Indonesia perlu

ditingkatkan untuk membentuk toleransi pengguna yang merupakan masyarakat

Indonesia.

2.3 Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Menurut Ramlan (2014:8) pemilu dapat dirumuskan sebagai mekanisme

pendelegasian kedaulatan rakyat kepada peserta pemilu dan/atau calon anggota

DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah untuk membuat dan melaksanakan keputusan politik sesuai dengan

kehendak rakyat. Pemilu juga berarti mekanisme perubahan politik mengenai pola

dan arah kebijakan publik, dan atau mengenai sirkulasi elite, yang dilakukan

secara periodik dan tertib.1 Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah, atau seringkali disebut Pilkada atau Pemilukada, adalah bagian dari

implementasi demokrasi.

Menurut Agus (2009:2) Kepala Daerah adalah jabatan politik yang

bertugas memimpin dan menggerakkan lajunya roda pemerintahan. Terminologi

jabatan publik artinya kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan keputusan

langsung dengan kepentingan rakyat atau publik, berdampak kepada rakyat dan

dirasakan. oleh Karena itu Kepala Daerah harus dipilih oleh rakyat dan wajib
19

mempertanggung jawabkannya. Sedangkan makna jabatan politik adalah bahwa

mekanisme rekruitmen kepala daerah dilakukan secara politik yaitu melalui

pemilihan yang melibatkan elemen – elemen politik yaitu dengan menyeleksi

rakyat terhadap tokoh yang mencalonkan sebagai kepala daerah.

Dalam kehidupan politik di daerah, pilkada merupakan kegiatan yang

nilainya sejajar dengan pemilihan legislative, terbukti kepala daerah dan DPRD

menjadi mitra. 2 Dalam pasal 1 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Tahapan, Program, Dan Jadwal

Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil

Bupati, Dan/Atau Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017 menjelaskan

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau

Walikota dan Wakil Walikota, selanjutnya disebut Pemilihan, adalah pelaksanaan

kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih

Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan

Wakil Walikota secara langsung dan demokratis

2.4 Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Peran Media Massa menurut McQuail


(2010: 66),:
1. Media dipandang sebagai jendela
2. Cermin berbagai peristiwa.
Media Rakyat 3. Media massa sebagai filter
Bengkulu 4. Media massa sebagai forum
5. Media massa sebagai interlocutor
20

Peran harian Rakyat Bengkulu pada


pemilihan walikota dan wakil
walikota kota Bengkulu tahun 2018

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka analisis di atas dapat dilihat bahwa media masa

sangat memiliki peran penting dalam peningkatan partisipasi politik masyarakat

dalam pemilihan walikota dan wakil walikota tahun 2018 dengan indikator

menurut McQuil (2010:66) yaitu :

a. Harian Rakyat Bengkulu dipandang sebagai jendela yaitu media massa

merupakan sarana bagi masyarakat untuk melihat peristiwa yang sedang

terjadi terutama dalam pemilihan walikota dan walikota kota Bengkulu

tahun 2018.

b. Cermin berbagai peristiwa, hal ini menggambarkan bahwa harian Rakyat

Bengkulu dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengetahui peristiwa dan

berita yang menyangkut pemilihan walikota dan wakil walikota kota

Bengkulu tahun 2018.

c. Media massa sebagai filter, masyarakat dituntut untuk dapat memfilter

kejadian-kejadian yang terjadi baik dari omongan orang-orang maupun

dari media masa.


21

d. Media massa sebagai forum, media massa mempersentasikan berbagai

fakta dan peristiwa yang terjadi untuk diberitahukan kepada masyarakat

sehingga masyarakat dapat memberikan tanggapan terhadap berita

tersebut.

e. Media massa sebagai interlocutor, media massa memiliki peran positif dan

negatif, peran positif media massa berupa kontribusi dalam

menyebarluaskan informasi kepada khaayak ramai. Lain halnya dengan

negatif misalnya pemberitaan yang mereduksi fakta sehingga

menghasilkan kenyataan semu (false reality), yang dapat berakibat

menguntungkan kepentingan tertentu dan sekaligus merugikan pihak lain


22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dikategorikan dalam tipe penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Moleong (2012:5) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang

terjadi dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada.

Sedangkan menurut Sugiyono (2013:2) penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

(gabungan) analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi. Pada penelitian ini akan diteliti
23

mengenai peran harian Rakyat Bengkulu pada pemilihan walikota dan wakil

walikota kota Bengkulu tahun 2018.

3.2 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spadley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang

terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat

dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi”

di dalamnya (Sogiyono, 2013 :215).


22
Pada situasi sosial atau objek penelitian ini, peneliti dapat mengamati

secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu. Pada

istilah kualitatif juga tidak menggunakan istilah sampel. Sampel pada

penelitian kualitatif disebut sebagai informan atau subjek penelitian, yaitu

orang-orang yang dipilih diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan

penelitian. Namun dalam penelitian kali ini peneliti menyebutnya sebagai

informan. Informan adalah seseorang yang diasumsikan mempunyai

informasi penting tentang suatu objek. Menurut Rahmat (2008:296),

“Informan disebut sebagai subjek penelitian karena informan dianggap aktif

mengkonstruksi realitas bukan sekedar objek yang hanya mengisi

kuesioner”.

Teknik penarikan informan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive sampling, pilihan sampel diarahkan pada sumber yang dipandang


24

memiliki data yang penting berkaitan dengan permasalahan yang sedang

diteliti. Dalam penelitian ini seperti yang dijelaskan Sutopo (2012:56)

memiliki kecenderungan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui

informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk

menjadi sumber data yang mantap. Adapun informan dalam penelitian ini

sebanyak 5 orang yang terdiri dari :

1. 2 orang wartawan harian Rakyat Bengkulu

2. 3 orang masyarakat kota Bengkulu

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut :

a. Wawancara mendalam:

Menurut Kriyantono (2013:96) wawancara adalah percakapan

antara periset seseorang yang bertahap mendapatkan informasi dan

informan seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting

tentang suatu objek.

Wawancara secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau

orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

(guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama (Bryman, 2008:321).


25

Sehingga peneliti menggunakan metode wawancara secara

mendalam (Depth Interview), yaitu suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar

mendapatkan data lengkap dan mendalam. Sedangkan pendekatan

wawancara yang dilakukan adalah semi structured interview, yang mana

peneliti mempunyai satu daftar pertanyaan atau topik pembahasan yang

spesifik atau biasa disebut dengan panduan wawancara dan informan atau

objek yang menjadi penelitian memiliki kebebasan untuk menjawab

pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti. Objek penelitian tidak

mesti tepat sesuai urutan dalam daftar untuk melakukan jawaban

pertanyaan. Dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terdaftar dalam

panduan wawancara juga peneliti tanyakan sesuai dengan perkembangan

jawaban objek peneliti.

Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan untuk

mengetahui tentang :

1. Peranan media Rakyat Bengkulu jika dipandang sebagai media

informasi untuk pemilihan walikota dan wakil walikota tahun 2018.

2. Perenan media Rakyat Bengkulu yang merupakan cerimnan dalam

peristiwa untuk pemilihan walikota dan wakil walikota tahun 2018.

3. Peranan media Rakyat Bengkulu sebagai filter dari informasi yang

berhubungan dengan pemilihan walikota dan wakil walikota tahun

2018.
26

4. Peranan media Rakyat Bengkulu sebagai forum dalam mendiskusikan

pemilihan walikota dan wakil walikota tahun 2018.

5. Peranan media Rakyat Bengkulu sebagai interlocutor pada untuk

pemilihan walikota dan wakil walikota tahun 2018.

b. Observasi:

Menurut Sugiyono (2013:145) metode observasi adalah metode

pengumpulan data di mana penyelidik mengadakan pengamatan secara

langsung terhadap situasi yang kompleks dan merupakan suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis yang

mengutamakan pengamatan dan ingatan.

Pada penelitian ini observasi dilakukan dengan cara lansung ke

tempat penelitian yaitu kantor harian Rakyat Bengkulu dan mencari

informasi yang berkaitan dengan penelitian.

c. Dokumentasi

Menurut Moleong (2012:161) merupakan bahan tertulis

digunakan untuk keperluan peneliti karena alasan-alasan yang dapat di

pertanggung jawabkan seperti sumber data yang stabil, kaya, dan berguna

sebagai bukti. Pengumpulan data dengan melihat informasi melalui

dokumentasi bisa berbentuk tulisan, foto, arsip, atau keterangan tertulis

lainnya yang menyimpan suatu peristiwa sesuai dengan kebutuhan

penelitian .

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah seluruh berkas ataupun

arsip yang berhubungan dengan pemilihan walikota dan wakil walikota


27

tahun 2018. Semua arsip yang didapatkan akan dijadikan sebagai sumber

data dalam penelitian ini.

3.4. Teknik Analisis Data

Analisa dilakukan sejak data awal penelusuran dan dilakukan secara

terus menerus sampai menemukan data yang sesuai dengan batasan

penelitian.Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa interaktif, yaitu bahwa ketiga komponen aktivitasnya berbentuk

interaksi dengan proses pengumpulan data berbagai proses siklus. Dalam

bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisis, yaitu data

reduction (reduksi data), data display (sajian data) dan data conclusion

drawing (penarikan kesimpulan) Miles dan Huberman (1992:44). Seperti

dalam skema di bawah ini:

a. Reduksi data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstrkasi data

(kasar) yang ada di lapangan berupa hasil wawancara, observasi, artikel

dan surat kabar, serta dokumen pendukung lainnya. Proses ini berlangsung

sepanjang pelaksanaan penelitian, yang dimulai sebelum proses

pengumpulan data, yaitu sejak pengambilan keputusan tentang kerangka

kerja konsepsional pemilihan kasus, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

dan cara pengumpulan data yang dipakai.

b. Penyajian data
28

Suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kumpulan riset

dapat dilakukan. Penyajian data berupa hasil wawancara, observasi yang

kesemuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya

mudah dilihat dan diambil pengertiannya dengan bentuk yang kompak.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian kualitatif. Peneliti

berusaha untuk memberikan makna yang penuh dari data yang terkumpul.

Beranjak dari reduksi data, dapat disimpulkan berbagai masalah yang

dihadapi dalam penelitian.

3.5. Teknik Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data penelitian ini, peneliti menggunakan

dengan konsep triangulasi. Menurut Moleong (2012:330), triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu dengan yang

lain. Maka dilakukan triangulasi dengan teknik triangulasi sumber dan

triangulasi waktu.

a. Triangulasi Tehnik,

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

tehnik yang berbeda, yaitu data yang diperoleh melalui tehnik

wawancara/observasi, di cek lagi melalui tehnik berbeda, seperti

observasi, dokumentasi atau dengan media internet.

b. Triangulasi Waktu
29

Waktu sangat mempengaruhi data yang di peroleh dari tehnik wawancara

valid atau tidak. Maka dari itu, pemilihan waktu merupakan hal yang

penting dalam proses wawancara.

Anda mungkin juga menyukai