Penulis
Daftar Isi
Pendahuluan............................................................................................................... 1
Mekanisme Pindah Panas ..................................................................................... 2
Konduksi ................................................................................................................... 12
Konveksi.................................................................................................................... 15
Koefesien Pindah Panas Keseluruhan .......................................................... 17
(Overall Heat Transfer Coefficient) ................................................................. 17
Kerak .......................................................................................................................... 21
Radiasi........................................................................................................................ 23
Pemanasan Dielectric dan Microwave.......................................................... 27
Pindah Panas Mantap .......................................................................................... 30
(Steady-State Heat Transfer)............................................................................. 30
Pindah Panas Konduksi dalam Bahan Berlapis ........................................ 30
Koefesien Pindah Panas...................................................................................... 34
Konveksi bebas (Free or Natural Convection) .......................................... 35
Konveksi Paksa (Forced Convection) ............................................................. 37
Pindah Panas Tidak Mantap ............................................................................ 38
(Unsteady-State Heat Transfer) ....................................................................... 38
Prinsip Umum .................................................................................................... 38
Perubahan Suhu Sisa (Unaccomplished) ...................................................... 43
Penyelesaian Umum untuk Pindah Panas Tidak Mantap ................ 44
Pindah Panas dengan hambatan Internal yang dapat diabaikan
(Negligible Internal Resistance to Heat Transfer) ..................................... 45
Fluida bercampur sempurna (Bi < 0.1) ................................................... 45
Hambatan internal terbatas untuk pindah panas .................................... 48
Finite Internal Resistance to Heat transfer .................................................. 48
(Bi > 0.1) ............................................................................................................... 48
Example ................................................................................................................ 53
Objek terbatas (Finite Objects)......................................................................... 54
Kondisi lain .............................................................................................................. 55
PINDAH PANGAN PADA
PANGAN
Pendahuluan
Pindah panas merupakan salah satu unit operasi yang penting
dalam industry pangan. Hampir semua proses memerlukan
baik input panas maupun penghilangan panas untuk
meningkatkan karakteristik fisik, kimia ataupun karakteristik
penyimpanan dari suatu produk. Sebagai contoh, pada suatu
penyimpanan produk segar, sayuran, daging dan produk susu,
panas dihilangkan untuk menurunkan suhu produk sehingga
memperpanjang masa simpan dari produk. Di lain pihak,
panas terkadang justru ditambahkan untuk mengawetkan.
Contoh penambahan panas untuk mengubah karakteristik
produk termasuk di dalamnya pemasakan untuk mengubah
tekstur bahan makanan dan dipanaskan untuk
mengembangkan warna dan rasa pada pembuatan
permen/gula-gula. Penghilangan panas digunakan untuk
menghasilkan perubahan fisik yang diinginkan (seperti pada
proses kristalisasi) pada makanan beku dan beberapa gula-
gula.
Pada semua proses termal, pindah panas didasari oleh hukum-
hukum fisika. Pemahaman yang baik terhadap prinsip-prinsip
fisika ini membantu seseorang mampu untuk memperkirakan
suatu phenomena pemanasan dan juga menentukan suatu
kondisi operasi yang optimum. Dalam proses menentukkan
kondisi operasi yang optimum, pertimbangan bukan hanya
pada transfer energi semata namun juga harus
mempertimbangkan kualitas dari produk yang ditangani.
Untuk ini diperlukan pengetahuan dasar yang baik tentang
keteknikan terutama teknik pindah panas dan juga
1
pengetahuan bahan pangan. Pada uraian ini, prinsip-prinsip
fisika dari pindah panas akan disajikan secara singkat dengan
perhatian khusus pada sifat asli dari bahan yang akan
ditangani (dipanasi/didingingkan).
3
Nilai panas spesifik beberapa bahan disajikan dalam tabel
(Rahman, 1995). Perhatikan bahwa kapasitas panas diberikan
dalam satuan energi joule/kJ. Satu calori adalah 4.187 J. Juga,
Cp mempunyai satuan suhu K, dan 1 K = 1oC. Karena kapasitas
panas sangat tergantung pada kandungan air dan komposisi
bahan, beberapa rumus-rumus terkait dengan perhitungan
nilai kapasitas panas adalah sebagai fungsi komposisi bahan
telah dikembangkan. Dickerson (1968) mngembangkan
persamaan berikut untuk kapasitas panas dari daging dengan
kandungan air lebih besar dari 26% dan jus buah dengan
kandungan air lebih besar dari 50%.
𝐶𝑝 = 1.675 + 0.025𝑤
5
6
7
Panas laten pemanasan dipengaruhi oleh tekanan dan titik
didih dari fase cair. Untuk air murni pada suhu 100oC, panas
laten penguapan adalah 2259 kJ/kg atau 540 cal/g (971
btu/lb). Nilai dari panas laten penguapan sebagai fungsi dari
suhu atau teknan dapat ditemukan pada buku-buku pegangan.
Panas laten fusi untuk air murni pada suhu 0oC (32oF) adalah
335 kJ/kg atau 80 cal/g (144 BTU/lb)
Pada berbagai proses pindah panas sangat diperlukan untuk
mengetahui jumlah total dari panas yang harus dipindahkan.
Dengan mengetahui ini, laju proses dapat diperkirakan dari
parameter proses sistem pindah panas. Untuk menilai total
panas yang harus dipindahkan, panas sensible, panas
evaporasi, dan panas fusi semua harus dipertimbangkan untuk
dipilih ketepatannya. Panas sensible dapat dihitung dari
persamaan:
𝑄𝑠 = 𝑀𝐶𝑝 ∆𝑇
𝑄𝑓 = 𝑀𝑓 𝜆𝑝
𝑄𝑣 = 𝑀𝑣 𝜆𝑣
dimana QV adalah pindah panas laten (kJ), Mv adalah massa
bahan menguap atau terkondensasi (kg), dan λv adalah panas
penguapan atau kondensasi (kJ / kg).
8
Panas total yang dibutuhkan (atau dilepaskan) kemudian
jumlah ketiga, yaitu
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑄𝑠 + 𝑄𝑓 + 𝑄𝑣 (6)
𝑄𝑠 = 𝑊𝐶𝑝 ∆𝑇
𝑄𝑣 = 𝑊𝑣 𝜆𝑣
mana WV adalah massa bahan menguap atau terkondensasi
per satuan waktu (kg / jam). Jadi laju total pindah panas ini
menjadi
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑊𝐶𝑝 ∆𝑇 + 𝑊𝑓 𝜆𝑓 + 𝑊𝑣 𝜆𝑣
9
Perpindahan panas adalah proses dinamis dimana panas
dipindahkan dari benda panas ke benda dingin, laju
perpindahannya tergantung pada perbedaan suhu antara dua
benda tersebut. Perbedaan suhu diperlukan untuk pindah
panas, dan perbedaan temperatur ini disebut kekuatan
pendorong (driving force) untuk pindah panas. Tanpa
perbedaan suhu tidak ada pindah panas. Sebagai contoh, air
tidak bisa didihkan pada suhu 100oC dengan uap air bersuhu
100oC.
Dalam memindahkan energi panas dari satu benda ke benda
lain mungkin terdapat hambatan. Hambatan terhadap aliran
panas dapat terjadi di dalam bahan atau pada permukaannya.
Ekspresi untuk hambatan ini diberikan dalam Sec. II. B dan II.
C. Seperti menilai semua proses, laju perpindahan panas
adalah berbanding lurus dengan beda suhu (driving force) dan
berbanding terbalik dengan hambatan.
beda suhu
laju pindah panas =
resistansi
Konduksi
Hukum dasar perpindahan panas dengan konduksi diberikan
oleh hukum Fourier. Hukum Fourier menyatakan bahwa laju
perpindahan panas melalui bahan seragam secara langsung
proporsional dengan luas untuk menindahkan panas, secara
langsung proporsional dengan perbedaan suhu melalui bahan,
dan berbanding terbalik dengan ketebalan bahan. Lain
matematis, hukum Fourier adalah:
𝑑𝑄 𝑑𝑇
𝑑𝑡
= −𝑘𝐴 𝑑𝑥 (11)
12
k konstanta kesebandingan yang disebut konduktivitas termal
dan itu adalah sifat fisik (properti) dari bahan dimana terjadi
perpindahan panas.
q A q
T1
Δ
T2
L
X=L X=0
14
Konveksi
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, perpindahan panas
konvektif terjadi sebagai akibat dari gerakan molekul dalam
fluida. Jelas, perpindahan panas dengan konduksi terjadi
secara bersamaan, tetapi umumnya diabaikan dibandingkan
dengan pindah panas konvektif. Ada dua jenis perpindahan
panas konvektif: konveksi alami dan konveksi paksa. Pada
konveksi alami gerakan sebagian besar cairan terjadi sebagai
akibat dari gradien kerapatan yang terjadi selama pemanasan
atau pendinginan cairan. Dalam konveksi paksa sumber energi
dari luar (seperti pompa, pengaduk, atau kipas) digunakan
untuk memindahkan fluida. Dalam aplikasi pengolahan
makanan, perpindahan panas konveksi paksa lebih sering
digunakan karena jauh lebih cepat dari konveksi bebas.
Laju perpindahan panas konvektif diatur oleh hukum Newton
tentang pendinginan. Hukum ini menyatakan bahwa laju
perpindahan panas dengan konveksi secara langsung
proporsional dengan luas area perpindahan panas dan
perbedaan suhu antara cairan panas dan dingin. Hubungan
kuantitatifnya adalah:
𝑞 = ℎ𝐴∆𝑇 (14)
15
di mana q adalah laju perpindahan panas (W), A adalah luas
bidang perpindahan panas (m2), ΔT adalah suhu perbedaan
(oC), dan h adalah konstanta proporsionalitas (W/m2oC). Nilai
konstanta proporsionalitas h yang disebut koefisien
perpindahan panas.
16
Koefesien Pindah Panas Keseluruhan
(Overall Heat Transfer Coefficient)
17
Lapisan
dindin fluida dingin
T1
T2
T3
Q Q
temperatur
T4
Fluida
panas T6
T5
Lapisan
Fluida
fluida panas
dingin
(𝑇1 −𝑇6 )
= 𝐿 (17)
(1/ℎ𝐴)ℎ𝑜𝑡 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 +( ) +(1/ℎ𝐴)𝑐𝑜𝑙𝑑 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑
𝑘𝐴 𝑤𝑎𝑙𝑙
18
dimana U adalah keseluruhan pindah panas koefisien
(W/m2C). Persamaan (18) adalah sama dengan Pers. (14),
kecuali U digantikan h. Persamaan (18) menunjukkan bahwa
laju perpindahan panas adalah produk dari tiga faktor:
keseluruhan koefisien perpindahan panas, beda suhu, dan luas
permukaan pemanas.
and q = UiAi (T1-T6). Alm adalah logaritmik dari luas area. Jika
mengacu pada jari-jari luar maka , q = UoAo (T1 - T6).
Dalam setiap aplikasi pemanasan perlu untuk menetapkan
besarnya U sehingga ukuran peralatan dapat ditentukan
dengan benar. Dengan mengetahui laju perpindahan panas
yang diinginkan, koefisien perpindahan panas keseluruhan,
dan kekuatan pendorong (driving force) pindah panas, luas
permukaan yang dibutuhkan dapat dihitung. Dalam aplikasi
makanan, umumnya resistansi-resistansi utama untuk pindah
panas dihitung. Dengan demikian, nilai-nilai U umumnya
mempunyai besaran yang sama besarnya dengan nilai h untuk
makanan pada sisi penukar panas.
Persamaan (16) sebenarnya hanya diterapkan jika beda suhu
adalah konstan untuk semua bagian dari permukaan pemanas.
Pada kenyataannya suhu fluida panas menurun ketika fluida
bergerak melalui penukar panas. Jadi, ΔT adalah tidak konstan
selama menyusuri dinding penukar panas. ΔT yang digunakan
dalam Persamaan. (18) harus mewakili beda suhu rata-rata
untuk pindah panas. Dapat dibuktikan bahwa ΔT rata-rata
19
adalah rata-rata logaritmik. Untuk menggambarkan hal ini,
perhatikan sistem pertukaran panas yang ditunjukkan pada
Gambar. 3.3. ketika fluida panas bergerak melalui penukar
panas, suhu berubah dari T1H untuk T2H dan suhu dingin
cairan berubah dari T1C ke T2C. Jelas ΔT antara dua aliran
terus-menerus berubah dan panas dipindahkan lebih cepat di
pintu masuk fluida dari pada pintu keluar. Analisis sistem
dengan cara keseimbangan energi panas menunjukkan bahwa.
∆𝑇 −∆𝑇
1 2
𝑞 = 𝑈𝐴 𝑙𝑛(∆𝑇 = 𝑈𝐴∆𝑇𝑙𝑚 (19)
1 /∆𝑇 )
2
T1H
T2C
ΔT1 ΔT2
T2C
T1C
Fluida Fluida keluar
k
Gambar 3.4 Suhu pada alat penukar panas paralel
20
Gambar 3.4 Plate-type heat exchangers
Kerak
21
Kerak menambahkan resistansi menjadi lebih besar dalam
proses pindah panas dan ini dicirikan oleh hf (= kd/δd) atau Rf
(=1/hc=δd/kd). Dalam prakteknya, meskipun telah banyak
penyelidikan terhadap pembentukan kerak terutama untuk
pasteurisasi, sterilisasi dan penguapan susu, purees buah-
buahan dan sayuran atau jus, persamaan prediktif sangat
sedikit untuk memperkirakan hambatan kerak. Pada sebagian
besar kasus, pemasok peralatan pendingin/pemanas
memperkirakan hambatan oleh kerak dalam rancangan
sistemnya didasarkan pada pengalaman mereka sebelumnya
dengan spesifik produk atau jenis produk tertentu atau
spesifikasi proses pemanasan atau pendinginan yang
terdahulu.
Faktor penting dalam pembentukan kerak adalah kecepatan
fluida, suhu permukaan, energi bebas permukaan, kekasaran
permukaan, komposisi aliran, perlakuan awal aliran dan
perbedaan suhu antara aliran dingin dan aliran panas.
Pembentukan kerak umumnya diminimalkan dengan
menggunakan aliran berlawan dengan koefisien perpindahan
panas yang kira-kira sama untuk kedua aliran. Untuk aliran
dengan protein terlarut, dilakukan pemanasan awal pada suhu
sekitar 95oC selama beberapa detik atau bahkan menit untuk
mendorong terjadinya denaturasi (bukan denaturasi di
dinding).
Pembentukan kerak umumnya dikompensasi dengan
merancang penukar panas dengan memperhitungkan
penurunan efisiensi dalam jangka waktu (atau pengolahan)
yang diinginkan. Untuk cairan yang menghasilkan kerak
sangat cepat, mungkin perlu untuk memiliki sistem
pemanasan lain yang siap sedia sehingga satu sistem dapat
dioperasikan sementara yang lain sedang dibersihkan.
Satu peringatan terakhir tentang kerak ada hubungannya
dengan sensor. Dalam operasi pindah panas untuk makanan,
sensor digunakan untuk mengukur dan mencatat suhu sebagai
22
fungsi waktu. Sensor sendiri juga tempat terjadinya kerak, dan
jika ini terjadi dan hambatan untuk pindah panas mengendap
pada unit penginderaan, maka suhu yang diukur akan lebih
rendah dari suhu cairan sebenarnya. Konsekuensinya adalah
bahwa sistem pemanas akan merespon dengan:
(1) meningkatkan suhu media pemanas (untuk meningkatkan
ΔT untuk perpindahan panas dan juga untuk mengatasi
hambatan yang bertambah)
(2) mengurangi kecepatan aliran dari aliran produk (untuk
memberikan waktu tinggal lebih lama di penukar panas),
atau
(3) meningkatkan laju aliran dari aliran pemanasan (untuk
memberikan ΔT lebih besar di penukar panas).
Sayangnya, semua tindakan ini akan justru mempercepat
pembentukan kerak yang mengakibatkan kondisi diluar
kebutuhan proses.
Untuk mengatasi situasi ini, kebanyakan sistem pemanas
dengan sensor kendali juga dilengkapi dengan sensor stand by
yang dipasang ke dalam sistem sehingga satu sensor dapat
beroperasi sementara yang lain dibersihkan. Dalam situasi
lain, sensor ditempatkan dalam aliran produk dimana
turbulensi maksimal seperti pada penyempitan atau siku
dalam aliran sistem.
Radiasi
Sebagaimana tercantum dalam Sec. II. Energi, dapat dipindah
dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
dari satu benda dan diserap oleh yang lain. Radiasi
elektromagnetik berjalan dengan kecepatan cahaya dan
ditandai oleh panjang gelombang dan frekuensi. Hubungan
antara panjang gelombang dan frekuensi
𝑐 = 𝜆𝑓
23
di mana c adalah kecepatan cahaya (3x1010 cm/detik), λ
adalah panjang gelombang (cm), dan f adalah frekuensi (cps).
Besar rentang panjang gelombang dan frekuensi untuk
berbagai jenis radiasi elektromagnetik ditunjukkan pada
Tabel 3.5. Radiasi panjang gelombang 0,8-400 µm
(inframerah) disebut sebagai radiasi termal atau heat rays
karena radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang ini
paling mudah diserap dan diubah menjadi energi panas.
Karena radiasi inframerah ditransmisikan dengan cepat ke
permukaan bahan, sehingga inframerah sering digunakan
terutama untuk pemanasan permukaan. Contoh
penggunaanya meliputi (1) dehidrasi buah-buahan dan
sayuran, (2) pemanggangan (roasted) biji kakao dan biji
kacang, (3) dehidrasi gandum, (4) dehidrasi teh, (5)
pengeringan beku, dan (6) kue.
Semua benda memancarkan radiasi elektromagnetik, jumlah
dan panjang gelombangnya tergantung pada kondisi fisik dan
suhu benda. Untuk tujuan perbandingan perlu untuk
mendefinisikan benda yang memancarkan jumlah energi
maksimum yang mungkin pada suhu tertentu. Benda teoritis
ini disebut benda hitam (Black Body). Energi yang dipancarkan
oleh suatu benda hitam diberikan oleh Stefan- Boltzmann
hukum,
𝑞
𝐴
= 𝜎𝑇 4 (20)
𝑞
𝐴
= 𝜀𝜎𝑇 4 (22)
26
Pemanasan Dielectric dan Microwave
Radiasi elektromagnetik dalam rentang frekuensi radio dapat
digunakan untuk menghasilkan panas dalam benda yang
efisien menyerap gelombang panjang. Bahan yang
mengandung air atau molekul-molekul polar lainnya
menyerap frekuensi radio (rf) energi secara efisien, sehingga
pemanasan rf berlaku untuk makanan.
Ada dua jenis pemanasan dengan frekuensi radio. Dalam satu
kasus, pemanasan dilakukan dengan menempatkan objek di
antara elektroda paralel (pemanasan dielektrik). Di sisi lain,
produk ditempatkan dalam ruang resonansi (pemanasan
microwave). Dalam pemanasan dielektrik medan listrik
dibangkitkan di antara dua elektroda dan polaritas dibolak-
balik jutaan kali per detik. molekul Dipolar yang terkandung
dalam objek yang dipanaskan berupaya untuk menyelaraskan
diri dengan medan ini, dan gerakan molekul ini menghasilkan
panas. Ini dapat dianggap sebagai pemanasan kapasitansi
karena konduktor listrik relatif sedikit (makanan) terletak di
antara elektroda. Panas yang dibangkitkan dalam produk
adalah fungsi dari frekuensi, potensial di produk (field
strength), dan sifat dielektrik produk (Zhang dan Datta, 2001).
Karena frekuensi yang digunakan dalam pemanasan rf juga
digunakan dalam komunikasi, Komisi Komunikasi Federal
telah memutuskan bahwa hanya frekuensi tertentu dapat
digunakan untuk industri, ilmiah, dan tujuan medis (ISM).
Keempat frekuensi yang umum digunakan adalah 915, 2450,
5800, dan 22.150 Mc/s. Dari keempatnya, pemanasan
dielektrik umumnya dilakukan di 915 Mc/s (1Mc/s = 1 MHz).
Pemanasan microwave adalah proses radiatif yang
sesungguhnya. Electromagnetic radiasi dihasilkan dalam
tabung osilator khusus, seperti magnetron atau klystrons, dan
menyebar ke ruang tertutup yang berisi produk. Ruang ini
dibangun dengan dinding yang sangat reflektif sehingga
radiasi dipantulkan bolak-balik sampai radiasi itu diserap oleh
27
produk. Biasanya ada deflektor gelombang yang terletak di
titik dimana radiasi memasuki oven (ruang) untuk
mendistribusikan radiasi seragam dalam oven. Radiasi
gelombang mikro umumnya memiliki frekuensi 2450 Mc/s.
Panas yang dihasilkan dalam microwave dan pemanasan
dielektrik diberikan oleh
T1
T2
T3
T4
L1 L3
L2
atau
QAx1 QAx2 QAx3
T1 − T2 = ; T2 − T3 = ; T3 − T4 =
k1 k2 k3
31
QAx1 QAx2 QAx3
= k1
+ k2
+ k3
x x x
= QA �k1 + k2 + k3 �
1 2 3
Sehingga
T1 −T4 T1 −T4 (T1 −T4 )
QA = x1 x x
+ 2+ 3
= (R = ∑3i=1 Ri
(27)
k1 k2 k3 1 +R2 +R3 )
𝐴 = 2𝜋𝑟𝐿
32
Kemudian
𝑑𝑇 𝑞𝑟 𝑟2 𝑑𝑟 𝑇2
𝑞𝑟 = −𝑘12 (2𝜋𝑟𝐿) ; 𝑑𝑎𝑛 � = � −𝑘12 𝑑𝑇
𝑑𝑟 2𝜋𝐿 𝑟1 𝑟 𝑇1
Dan
2𝜋𝐿𝑘12
𝑞𝑟 = (𝑇 − 𝑇1 )
𝑙𝑛(𝑟2 /𝑟1 ) 2
r1 r2 r3
33
Karena luas permukaan tergantung pada r, maka luasan rata-
rata logaritmik digunakan untuk menghitung luasan pindah
panasnya dengan rumus:
(𝑇 −𝑇 )
𝑞𝑟 = 𝑘𝐴𝑙𝑚 (𝑟1 −𝑟2)
2 1
dimana
(𝑟2 −𝑟1 )
𝐴𝑙𝑚 = 2𝜋𝐿 (31)
𝑙𝑛(𝑟2 /𝑟1 )
Dan
(𝑇1 −𝑇3 )
𝑞𝑟 = (𝑟2 −𝑟1 ) (𝑟 −𝑟 )
� �+� 2 3 �
𝑘12 𝐴𝑙𝑚 𝑘23 𝐴𝑙𝑚
(𝑇1 −𝑇3 )
𝑞𝑟 = ∆𝑟 ∆𝑟 (32)
� � +� �
𝑘12 𝐴𝑙𝑚 𝑘32 𝐴𝑙𝑚
12 23
𝑁𝑢 = 𝑎(𝐺𝑟𝑃𝑟)𝑚
36
Konveksi Paksa (Forced Convection)
Pada konveksi paksa, fluida dipindahkan dengan
menggunakan gaya tambahan pada fluida. Biasanya gaya
diciptakan dengan menggunakan kipas, pompa atau pengaduk.
Hal ini jenis yang paling umum dari konveksi dalam
pengolahan makanan karena tidak hanya media
pemanasan/pendinginan yang bergerak (misalnya, udara, air,
garam, zat pendingin) tetapi juga produk (misalnya, susu,
campuran es krim, sayuran atau buah dalam air garam atau
sirup). Sangat mudah untuk membayangkan bahwa konveksi
paksa akan menghasilkan panas lebih cepat dari konveksi
bebas karena energi tambahan digunakan pencampuran
massa fluida. Selanjutnya, nilai koefisien konvektif tidak hanya
fungsi sifat-sifat fisik fluida, bilangan Prandl, tetapi juga sifat
aliran fluida [yaitu, laminar atau aliran turbulen, diwakili oleh
37
bilangan Reynolds (Re), gaya kinetik/gaya viskos]. Korelasi
untuk konveksi paksa umumnya dirumuskan sebagai berikut:
𝜇 𝑝 𝐷 𝑑
𝑁𝑢 = 𝑎 𝑅𝑒 𝑛 𝑃𝑟 𝑚 �𝜇 𝑏 � � 𝐿 � (37)
𝑤
Tc
Ts
h
Ta
k R
Gambar 3.7 Model pindah panas tidak mantap
40
Selanjutnya, panas dikonveksikan dari silinder menurunkan
suhu silinder dengan persamaan yang menggambarkan
pengaruh perubahan suhu sensible terhadap suhu silinder.
𝑄 = 𝑚𝐶𝑝∆𝑇
41
Perhatikan bahwa hR/ks adalah bilangan Bi dan kt/ρCpR2
adalah juga bilangan tak berdimensi yang disebut bilangan
Fourier (Fo). Kombinasi k/ρCp disebut dengan difusivitas
termal (𝛼). Sehingga
𝑘 𝑡 𝛼𝑡
� � 2 = 2 = angka Fourier (Fo)
𝜌𝐶𝑝 𝑅 𝑅
𝑇 −𝑇
�𝑇2 −𝑇𝑎� = e−2BiFo (45)
1 𝑎
e
0
e =1
𝑇2 − 𝑇𝑎
� � e- 𝐵𝐵∝
slope=-2 𝑅2
𝑇1 − 𝑇𝑎
e-
e-
e-
waktu
43
T
T1 _
T1-T2
T2 _ T1-Ta
T2-Ta
Ta _
t waktu
Gambar. 3.8 Suhu vs. waktu pendinginan
45
Dari contoh sederhana yang disajikan sebelumnya,
diasumsikan bahwa Bi itu sangat kecil. Hal ini dapat terjadi
ketika Bi<0,1. Ingat bahwa ini berarti pindah panas konvektif
kurang dari 10% (0.1) dari pindah panas konduktif.
ℎ𝑅 𝑘
𝐵𝑖 = 𝑘
≤ 0.1 ; 𝑑𝑎𝑛 ℎ ≤ 0.1 𝑅
Solusinya adalah:
ℎ𝐴
𝑇2 −𝑇𝑎 −� �𝑡
=𝑒 𝜌𝐶𝑝 𝑉
(47)
𝑇1 −𝑇𝑎
47
Jika udara diam digunakan untuk memanaskan atau
mendinginkan produk dan koefisien konvektif (h) adalah 5
W/moC, maka
0.0597 0.0597
𝑅≤ 𝑚= = 0.012𝑚 = 12𝑚𝑚
ℎ 5
scrap
49
Gambar. 3.10 Unaccomplished temperature–Fourier number
untuk lempengan dengan panjang tidak terbatas
50
Gambar. 3.11 Unaccomplished temperature–Fourier number
silinder dengan panjang tidak terbatas
51
Gambar. 3.12 Unaccomplished temperature–angka Fourier
untuk bola
52
Example
ℎ𝑅 6000R 8571
𝐵𝑖 = = =
𝑘 0.7 R
53
T = Ta-0.20(Ta-Ti) T = Ta-1.0(Ta-Ti)
T = 100-0.20(100-15) T = 100-1.0 (100-15)
T = 100 – 0.20 (85) T = 100 – 85
= 100 - 17 T = 15 oC
T = 83oC
Tyrosinase tidak aktif Tyrosinase aktif
Oleh karena itu, titik gelap akan terjadi pada r/R = 0.6; r = 0.6R
= 0.6(3.8)cm;
r = 2.3 cm.
ΔTunacc silinder terbatas = ΔTunacc, silinder tidak terbatas X ΔTunacc, lempengan tidak
terbatas
Dan
54
ΔTunacc, bata terbatas = (ΔTunacc, x) x (ΔTunacc, y) X (ΔTunacc, z)
Kondisi lain
56
Symbol-simbol
A luasan pindah panas (m2)
c kecepatan cahaya (cm/s)
Cp kapasitas panas (kJ/kgoC)
E daya medan listrik (V/cm)
f frequency (cps)
h film heat-transfer coefficient (W/m2C)
k thermal conductivity (W/mC)
L karakteristik panjang atau ketebalan ½ (m)
M massa (kg)
P daya (W/cm3)
Q or q energy panas yang dipindakan (kJ or W)
R hambatan thermal (C/W) atau radius (m)
t waktu (s)
T suhu (oC, oF, R, K)
ΔT Beda suhu (oC)
ΔTlm logaritmik beda suhu rata-rata
U overall heat-transfer coefficient (W/m2oC)
W laju massa (kg/s)
Xf ketebalan lapisan tidak nyata/imajiner (m)
α absorptivitas
ϵ emissivitas
ϵ" faktor kehilangan dielectric
λ panas laten (kJ/kg) or panjang gelombang (cm)
σ konstanta Stefan-Boltzmann (W/m2K4)
ρ densitas (kg/m3)
Subscripts
f proses pembekuan/pelelehan
s panas sensible (terukur)
57
v vaporization or condensation process
REFERENCES
Carslaw HS and Jaeger JC. Conduction of Heat in Solids, 2nd ed.
Oxford, UK: ClarendonPress, 1959, pp. 1–510.
Datta AK and Anantheswaran RC, eds. Handbook of Microwave
Technology for Food Applications. New York: Marcel
Dekker, 2001, pp. 1–511.
Dickerson RW Jr. Thermal poperties of foods. In Tressler DK,
Van Arsdel WB, and Copley MJ, eds. The Freezing
Preservation of Foods. 4th ed. Vol. 2. Westport, CT:AVI
Publ. Co, 1968, pp. 26–51.
Perry RH and Green D. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook,
7th ed. New York: McGraw-Hill, 1997.
Rahman S. Food Properties Handbook. Boca Raton, FL: CRC
Press, 1995, pp. 239, 240,275–339.
Schiffmann RF. Microwave processes for the food industry. In
Datta AK and Ananthewaran RC, eds. Handbook of
Microwave Technology for Food Applications. New York:
Marcel Dekker, 2001, pp. 299–337.
Sweat VE. Experimental values of thermal conductivity of
selected fruits and vegetables. J Food Sci 39:1080–1083,
1974.
Sweat VE. Modeling thermal conductivity of meats. Trans Am
Soc Agric Engr 18(1):564–565, 567, 568, 1975.
Zhang H and Datta AK. Electromagnetics of microwave heating:
magnitude and uniformity of energy absorption in an
oven.
58
In Datta AK and Anantheswaran RC, eds. Handbook of
Microwave Technology for Food Applications. New York:
Marcel Dekker, 2001, pp. 33–67.
59