Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI

MENTAL

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : M.Tarisia Rini, S.Kep,.Ners,M.Kes

Disusun oleh:
1.Deko Pirnando (30.01.1200)
2.Nyoman Lusiawati (30.0.12.0033)
3.Renalia Sari Nastiti (30.01.12.00)
4.Sariah Damayanti ( 30.01.12.00)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PERDHAKI CHARITAS


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2015
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkah dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang “Asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi
mental”. Dengan harapan makalah ini dapat membantu mahasiswa/i dalam
mempelajari mata kuliah keperawatan Anak.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan anak yang berkaitan dengan
retardasi mental pada anak. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga
untuk menambah wawasan tentang pengetahuan keperawatan anak secara meluas.
Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi
konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Palembang, Mei 2015

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Medis ........................................................... 4
2.1.1 Pengertian ................................................................. 4
2.1.2 Etiologi ..................................................................... 5
2.1.3 Manisfestasi Klinik ................................................... 6
2.1.4 Patofisiologi .............................................................. 6
2.1.5 Klasifikasi ................................................................. 7
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ........................................... 10
2.1.7 Pencegahan ............................................................... 11
2.1.8 Penatalaksanaan ........................................................ 12
2.1.9 Komplikasi ............................................................... 14
2.1.10.Perencanaan Pulang ............................................... 15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................. 15
2.2.1 Pengkajian Keperawatan .......................................... 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................. 17
2.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................ 17
2.2.4 Implementasi Keperawatan ...................................... 20
2.5.5 Evaluasi Keperawatan .............................................. 21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterbelakangan mental ( Retardasi Mental, RM ) atau di sebut juga


oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.adalah
suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang dibawah rata –
rata disertai dengan kekurangan kemampuannya untuk menyesuaikan diri
(berprilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun atau keadaan
dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang
secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang.
Pembatasan ini akan menyebabkan anak belajar dan berkembang dengan lambat
daripada anak lain.

Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk


berbicara, berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju dan
makan. Mereka punya masalah belajar disekolah, mereka akan belajar tetapi itu
akan makan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang mereka tidak bisa
pelajari.Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental
berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah
70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena
0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan
sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).

Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia


1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena
retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan
dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak
sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5
kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.Sehingga
retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya
masih merupakan masalah yang tidak kecil. Dari penjelasan tersebut, penulis
tertarik untuk membuat makalah asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi
mental.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian dari retardasi mental ?


2) Apa etiologi dari retardasi mental ?
3) Bagaimana manisfestasi klinik dan patofisologi dari retardasi mental pada
anak?
4) Apa pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada anak dengan
retardasi mental ?
5) Bagaimana penatalaksanaan dari anak dengan retardasi mental ?
6) Apa saja komplikasi yang terjadi pada anak dengan retardasi mental ?
7) Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental ?

1.3. Tujuan

1.3.1.Tujuan umum

Mengetahui konsep dasar medis dan asuhan keperawatan pada


anak dengan retardasi mental .
1.3.2.Tujuan Khusus

1) Mengetahui landasan teori dari anak dengan retardasi mental


(pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan)
2) Mengetahui WOC pada anak dengan retardasi mental .
3) Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi
mental secara efisien dan tepat dengan peka budaya serta
menghargai sumber-sumber etnik, agama, atau faktor lain dari
setiap klien yang unik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.KONSEP DASAR MEDIS

2.1.1Pengertian

American Association on Mental Deficiency(AAMD)membuat definisi


retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu
penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal
penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.

Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti


atau tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya (
impairment) keterampilan ( kecakapan, skill ) selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial. ICG ( WHO, 1992 )

Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat


fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian
perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.

Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi


pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:

a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social
2.1.2 Etiologi

Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :

a. Penyebab Organik

1). Faktor prenatal :

a) Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)


b) Kelainan genetik/herediter
c) Intoksikasi
d) Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )
2). Faktor Perinatal :

a) Abrupsio plasenta
b) Diabetes maternal
c) Kelahiran premature
d) Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
3). Faktor Pasca natal :

a) Cedera kepala
b) Infeksi
c) Gangguan degeneratif

b. Penyebab non organik


a) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
b) Sosial cultural
c) Interaksi anak kurang
d) Penelantaran anak
c. Penyebab lain :
Keturunan,pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain
Retardasi mental dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat
dengan deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan Anak
FKUI, Jakarta )

2.1.3. Manisfestasi Klinik

a. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )


b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar
atau lebih kecil dari ukuran normal )
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
h. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

2.1.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-
hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif
yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan
disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif :
berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah
tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan
diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca
natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
2.1.5 Klasifikasi

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural


Disorders , WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan
yaitu :

a. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69


Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental
dapat dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi
masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk
wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri
sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol
saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat
perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan
utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak
yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka
tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan
sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak
mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau
kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
a. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan
per kembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian
akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan
ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa
diantaranya mem- butuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan
di sekolah terbatas, sebagian masih ssbisa belajar dasar- dasar membaca,
menulis dan berhitung.
b. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34

Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi


mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-
keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat
ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya
defisit neurologis. Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama
dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab
organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada
retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang
bermakna atau adanya defisit neurologis.

c. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20

Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu
pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.
Tabel 1: Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan

RM IQ Usia Usia Sekolah Usia Dewasa


Prasekolah (0-21 tahun) (>21 tahun)
(0-5 tahun)
Sangat <20 Retradasi jelas Beberapa Perkembangan
berat Perkembangan motorik motorik dan
dapat berespon namun bicara sangat
terbatas terbatas

Perkembangan Dapat bicara atau Dapat berperan


Berat 20- motorik yang berkomunikasi namun sebagian dalam
23 miskin latihan kejujuran tidak pemeliharaan
bermanfaat diri sendiri
dibawah
pengawasan
ketat

Dapat Latihan dalam Dapat bekerja


berbicara atau keterampilan social dan sendiri tanpa
Sedang 35- belajar pekerjaan dapat dilatih namun
49 berkomunikasi bermanfaat, dapat pergi perlu
, ditangani sendiri ketempat yang pengawasan
dengan telah dikenal terutama jika
pengawasan berada dalam
sedang stress

Dapat Dapat belajar Biasanya dapat


mengembangk keterampilan akademik mencapai
Ringan 50- an sampai ± kelas 6 SD keterampilan
69 keterampilan social dan
social dan kejujuran namun
komunikasi, perlu bantuan
retradasi terutama bila
minimal stress
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita


retardasi mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance
Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
 Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
 Uji perkembangan seperti DDST II
 Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales,
Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of
the adaptive behaviour scales ).

2.1.7 Pencegahan

1.Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya
perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada
wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak
pada anak-anak).
2.Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka
dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3.Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah
luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis
dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh
karena mempunyai anak dengan Retardasi mental.
2.1.8 Penatalaksanaan
1.) Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu
bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat
yang sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk
menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala
hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.

2.) Non Farmakologi


Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang
tuanya. Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual,
psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak yang
tidak menguntungkan bagi anak tersebut).
Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi
dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan sikap, tingkah
laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya
ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang
mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-
koreksi terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga
ketekunan dan kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi mental serta
melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapattingkah laku anak
maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun
lingkungannya(teman-teman disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat
sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan
anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua anak dengan
retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah
sikaporang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat
diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya
untuk mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena
ternyata banyak ibu lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan
retardasi mental. Dengan demikian ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih
dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang baikbagi
anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi kelompok
untuk ibu-ibu tersebut di atas.

2.1.9 Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
2.1.10 Perencanan Pulang dan Perawatan di Rumah
a) Rujuk anak dan keluarga ke lembaga dan ahki yang dapat memberi
bantuan khusus sehubungan dengan perawatan anak serta perawatan dan
hygene gigi
b) Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk konseling
genetik, bantuan keuangan, peralatan adaptif, dan layanan-layanan
pendukung
c) Bekerja sama dengan kelurga dalam membentuk dan
mengimplementasikan renacana perbaikan perilaku
d) Fasilitas pembelajaran keterampilan yang benar dalam hal sosial,
kemasyarakatan, komunikasi, keamamanaan masyarakat, dan menghindari
orang asing ,serta perkembangan minat berhubungan dengan kelompok
sebaya dan bersantai dan berekreasi.
e) Fasilitas keikutsertaan anak dalam program sekolah, program rekreasi, dan
lingkungan masyarakat.

2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan


kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan
diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri,
pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan
ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

1.) Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ), Lambatnya
ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap perkembangan
yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus otot
abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya
perkembangan motoris halus dan kasar.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom ( Trisomi 21 (
Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom ( distrofi otot Duchene ),
neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ),
Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal
termasuk meningitis dan perdarahan intracranial, Cedera kepala, Infeksi,
Gangguan degenerative.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa atau
penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari ibu
tersebut.

2.)Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga : keduanya letak rendah; dll
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif


2) Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
3) Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
4) Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
5) Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
6) Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya
kematangan perkembangan.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi
kognitif
Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang

Kriteria Hasil :

-Tak ada kemunduran mental

-Anak mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan secara optimal


Intervensi :

1. Kaji tingkat perkembangan anak


2. Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas
3. Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
4. Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar)
5. Pantau tingkat perkembangan anak
Rasional :

1. Informasi data dlm menentukan intervensi


2. Melatih kemampuan meningkatkan harga diri
3. Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak
4. Meningkatkan kemampuan
5. Mengetahui kemajuan / perkembangan anak

2. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi


sosial
Tujuan : Anak mampu berinteraksi social

Kriteria Hasil :

-Anak tidak mengisolasi diri


-Anak mapu bergaul dengan lingkungan
Intervensi :
1) Kaji factor penyebab gangguan perkembangan dan isolasi sosial
2) Tingkatkan komunikasi verbal
3) Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
4) Beri reinforcement yang positif atas hasil yang dicapai anak
5) Ajarkan anak untuk bermain bersama teman kelompoknya
Rasional :

1) Informasi data dlm menentukan intervensi


2) Melatih anak dalam berkomunikasi
3) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
4) Meningkatkan harga diri anak
5) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi

3. Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya


kematangan perkembangan.
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil :

-Anak tampak bersih


-Anak mampu berperan dalam perawatan dirinya

Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan anak
2) Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
3) Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
4) Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
5) Beri dorongan anak untuk merawat dirinya
Rasional :
1) Untuk menentukan intervensi
2) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
3) Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
4) Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
5) Meningkatkan motivasi anak.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan
tersebut diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan dan hasil yang di harapakan. Tindakan keperawatan harus mendetail.
Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan kondisi pasien.
2.2.5 Evalusi Keperawatan

Evaluasi atau hasil penilaian yang dapat di capai setelah tindakan keperawatan
antara lain:

-Tidak mengalami kegagalan tumbang

-Anak mampu berinteraksi social

-Perawatan diri terpenuhi

-komunikasi verbar dapat meningkat

-kelurga menerima kondisi anaknya


BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Retardasi mental merupakan suatu penurunan fungsi intelektual secara


menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan
gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam
definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa
perkembangan. Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :penyebab organik (
faktor prenatal,intratal dan pascanatal) dan penyebab non organik. Diagnosis
retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.retardasi mental
dapat di klasifikasikan dalam 4 bagian yaitu : Retardasi mental ringan (mampu
didik) 52-69, retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51, retardasi mental berat
20-35 ,retardasi mental sangat berat dibawah 20.

3.2.Saran

Peran orang tua sangatlah penting dalam perawatan anak dengan retardasi
mental, di dalam setiap kehidupan sehari-hari anak. Dan sebaiknya orang tua
ataupun keluarga menerima apapun kekurangan dari seorang anak dengan
retardasi mental, serta lebih memberikan support atau pujian yang dapat membuat
anak menjadi lebih baik. Serta peran serta perawat dalam memberikan dukungan
pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang dapat berkontribusi dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam merawat anak
dengan retardasi mental.

.
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Nelson. 1994. Ilmu kesehatan anak, Jilid I. Jakarta: EGC

Betz and Sowden. 2002. Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta : EGC

Marlynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse.1999. Rencana asuhan

keperawatan. Jakarta : EGC

http://haerulanwar6.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-anak-

dengan.html Di akses pada 15 Mei 2015

http://stikesaisyiyahsurakarta-kepanak.blogspot.com/p/retardasi-

mental.html Di akses pada 15 Mei 2015

http://www.slideshare.net/yabniellitjingga/lp-rm Di akses pada 15 Mei

2015

http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-8.pdf Di akses pada 15 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai