Anda di halaman 1dari 3

Analisis Resiko Kebencanaan

Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan


kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Hal ini tercantum dalam UU no. 24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Atau dengan kata lain pengelolaan bencana yang meliputi
pra, saat dan pasca bencana atau biasa disebut dengan manajemen bencana (Wicaksono dan
Pangestuti, 2019). Bentuk dari pengelolaan pra bencana dapat berupa kajian – kajian wilayah
yang akan terkena dampak dari suatu bencana sehingga diketahui bentuk penanganan pada saat
terjadinya bencana. Proses rehabilitasi dapat berupa pemulihan segala aspek pelayanan dan
fasilitas umum dan masyarakat. Rehabilitasi dapat berupa pemberian bantuan dari pemerintah
yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 22 tahun 2008.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana no. 2 tahun
2012, terdapat 3 komponen dalam penentuan risiko bencana, yaitu Ancaman, Kerentanan dan
Kapasitas (Hazard, Vulnerability, Capacity).
𝑉
𝑅= 𝐻
𝐶
a. Ancaman (Hazard)
Hazards dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai ancaman atau bahaya
yangmemiliki definisi sebagai fenomena atau kejadian alam atau ulah manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan, kerugian dan/atau korban manusia (Ma’arif, 2012). Dilihat dari
potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard
potency) yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, maupun bencana ulah
manusia.
Bali merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia dan diapit oleh dua
lempeng, lempeng Indo – Australia di bagian selatan (zona subduksi) dan di bagian utara
terdapat back arc thrust atau patahan bagian belakang (Darsono et al., 2016). Selain itu, Bali
juga merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

b. Kerentanan (Vulnerability)
Kerentanan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam menghadapi
ancaman. Kerentanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah fisik, sosial,
ekonomi dan lingkungan. Kerentanan fisik merupakan kerentanan yang paling mudah
teridentifikasi karena jelas terlihat seperti ketidak mampuan fisik (cacat, kondisi sakit, tua,
kerusakan jalan dan sebagainya), sedangkan kerentanan lainnya sering agak sulit diidentifikasi
secara jelas (Ma’arif, 2012).
Kerentanan (vulnerability) juga dapat diartikan sebagai keadaan atau sifat/perilaku manusia
atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman.
Dalam Perka BNPB no. 4 tahun 2008 kerentanan dapat berupa:
1. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan
menghadapi bahaya tertentu.
2. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat
kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau daerah yang
miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai
kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau
mitigasi bencana.
3. Kerentanan Sosial
Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman
bahaya. Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan
bencana akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan
masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya.
4. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan. Masyarakat
yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya
kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap
ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya.
c. Kapasitas (Capacity)
Kapasitas atau kemampuan merupakan kombinasi dari semua kekuatan dan sumber
daya yang ada dalam masyarakat, kelompok, atau organisasi yang dapat mengurangi
tingkat risiko atau dampak bencana. Penilaian kapasitas mengidentifikasi kekuatan dan
sumber daya yang ada pada setiap individu, rumah tangga, dan masyarakat untuk
mengatasi, bertahan, mencegah, menyiapkan, mengurangi risiko, atau segera pulih dari
bencana. Kegiatan ini akan mengidentifikasi status kemampuan komunitas di
desa/kelurahan pada setiap sektor (sosial, ekonomi, keuangan, fisik dan lingkungan) yang
dapat dioptimalkan dan dimobilisasikan untuk mengurangi kerentanan dan risiko bencana
(Ma’arif, 2012).
Daftar Pustaka
Darsono, R., Sukarasa, I. K., & Setiawan, Y. A. (2016). Analisa Tingkat Resiko Bencana
Gempa Bumi Di Wilayah Bali. Buletin Fisika, 17(1), 57–62.
Ma’arif, Syamsul. 2012. Pikiran dan Gagasan Penanggulangan Bencana di Indonesia.
Jakarta: BNPB.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 2 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 4 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan
Bencana.
Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Wicaksono, Raudya Dimas dan E. Pangestuti. 2019. Analisis Mitigasi Bencana Dalam
Meminimalisir Risiko Bencana (Studi Pada Kampung Wisata Jodipan Kota
Malang). JAB. Vol 71(1).

Anda mungkin juga menyukai