Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/309556345

Alfred Russel Wallace dan Misteri Sulawesi yang Menghantuinya Selama 150
Tahun

Article · October 2015

CITATIONS READS

0 1,024

1 author:

Wahyu Kusdyantono
Universitas Gadjah Mada
10 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Eksplorasi Geothermal View project

All content following this page was uploaded by Wahyu Kusdyantono on 31 October 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ALFRED RUSSEL WALLACE DAN MISTERI SULAWESI YANG MENGHANTUINYA
SELAMA 150 TAHUN
Oleh: Wahyu Kusdyantono
Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Gadjah Mada
Sulawesi, pulau yang terjebak di antara Borneo dan Papua ini merupakan pulau terbesar ke-4 di
Indonesia dan pulau terbesar ke-11 di dunia. Pulau yang memiliki banyak lengan ini memiliki keunikan
yang sangat dalam untuk digali, baik dari segi geologinya maupun dari segi budaya dan kehidupan yang
terbentuk di dalamnya.
Kata Sulawesi sendiri menurut orang Jawa merupakan padanan dari dua suku kata yakni Sula dan
Wesi. Sula dalam bahasa Jawa berarti besi dan Wesi dalam bahasa Jawa juga berarti besi. Orang-orang
tua (pakada tomatua) dulu bilang bahwa, pada mulanya dahulu tidak ada Sulawesi, yang ada hanyalah
laut diantara dua pulau. Lalu keduanya bertabrakan maka terbentuklah Sulawesi. Itu sebabnya
pinggangnya bergunung-gunung, banyak aliran sungai dan banyak besi serta emas. Kejadian yang
menurut pakada tomatua yang dianggap sebagai tabrakan memanglah benar adanya.
Bentukan Sulawesi yang kita lihat sekarang memanglah hasil dari bentukan geologi yang sangat
kompleks. Banyaknya gunung-gunung, danau dan sungai-sungai serta dataran tinggi yang berlipat-lipat
merupakan wajah Sulawesi yang sangat jauh berbeda dibandingkan pulau-pulau besar lainnya di
Nusantara. Wajah yang berbeda dari Sulawesi ini membentuk ekologi yang unik: perpaduan fauna Asia-
Australia.
Keunikan dalam hal ekologi yang ada di Sulawesi sangat melegenda. Alfred Russel Wallace
menjelajah pulau ini antara rentang tahun 1856 sampai dengan 1859 dan selama penjelajahannya itu,
Alfred Russel Wallace membagi Indonesia berdasarkan persebaran faunanya dengan garis Wallace, garis
maya yang membagi wilayah fauna bagian barat dan timur Nusantara. Namun sebelum itu semua,
tahun-tahun penuh dengan rasa pesona dan kebingungan dirasakan Alfred Russel Wallace ketika ia
menyadari bahwa banyak spesies endemis yang ada di pulau ini yang tidak ia temukan di belahan bumi
lainnya, bahkan di pulau-pulau Nusantara sekalipun.
Terletak di tengah-tengah Nusantara, Alfred berpikiran bahwa seharusnya Sulawesi merupakan
pulau yang kaya fauna dari segala penjuru. Namun, karakteristik fauna Sulawesi menunjukan sejumlah
ciri khas yang mengejutkan. Di Sulawesi ada sebagian satwa yang memiliki ciri Australia dan Asia. Hal itu
yang membuat Alfred berpikir bahwa Sulawesi dahulu merupakan bagian yang terpisah antara daratan
Australia dan Asia lalu kemudian bersatu. Hingga akhirnya, Alfred menemukan pemikiran bahwa
jawaban dari kebingungannya selama bertahun-tahun hanya dapat dijawab dengan penyelidikan geologi
yang mendalam tentang pembentukan Pulau Sulawesi.
Prof. John A. Katili, ahli geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi
mengatakan bahwa terjadinya Sulawesi merupakan akibat dari tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian
timur dan Sulawesi bagian barat) antara 19 sampai dengan 13 juta tahun yang lalu. Pulau Sulawesi
sejatinya terletak pada zona pertemuan diantara tiga lempeng besar, yaitu lempeng Indo-Australia dari
arah selatan dengan kecepatan pergerakan rata-rata 7 cm/tahun, lempeng Pasifik dari arah timur
dengan kecepatan pergerakan sekitar 6 cm/tahun dan lempeng Eurasia yang bergerak relative pasif ke
tenggara dengan kecepatan 3 cm/tahun. Perkembangan tektonik di Sulawesi sendiri berlangsung sejak
zaman Tersier hingga sekarang.
Sulawesi merupakan daerah yang termasuk sebagai daerah teraktif di Indonesia dengan fenomena
geologi yang kompleks dan rumit. Bentukan tektonik yang dihasilkan berupa patahan dan gunungapi dan
hasil dari tumbukan tektonik tersebut membentuk Sulawesi seperti huruf “K”. Menurut Endarto dan
Surono (1991 dalam Kaharuddin MS, 2011) secara tektonik dan sejarah perkembangannya, Sulawesi
dibagi menjadi 4 (empat) mintakat geologi yaitu busur vulkanik Sulawesi Barat, kontinental kerak
Banggai Sula, oseanik kerak Sulawesi Timur dan kompleks metamorf Sulawesi Tengah. Keempat
mintakat tersebut dipisahkan oleh batas-batas tektonik yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Secara runtut, pembentukan Sulawesi menurut Awang Satyana (2014) dibagi menjadi empat
kejadian besar. Kejadian tersebut diantaranya:
1. 70 sampai dengan 50 juta tahun yang lalu (Ma) pada awalnya hanya ada Sulawesi Barat yang
masih menjadi bagian Sundaland, dan tambahan massa kerak Bumi di sebelah timurnya.
Sulawesi Barat kala itu adalah sebuah busur kepulauan/busur magmatic-volkanik hasil subduksi
kerak samudera terhadapnya. Busur kepulauan ini disertai juga jalur mélange dan ofiolit sebagai
jalur subduksi. Pasangan jalur busur kepulauan/magmatic-volkanik dan jalur subduksi
merupakan hal yang bisasa terjadi dalam tektonik lempeng. Pada jalur Sulawesi ini, polaritasnya,
curvaturenya selalu cembung ke arah samudera.
2. 50-15 Ma, kondisi seperti di atas secara garis besar lama bertahan, tetapi dari waktu ke waktu
terjadi perubahan signifikan yang pada intinya mengubah arah/polaritas kedua busur magmatik
dan subduksi Sulawesi dari cembung ke arah samudera menjadi agak lurus. Hal ini disebabkan
perubahan-perubahan tektonik di sekitarnya seperti pembukaan Selat Makassar, pembukaan
Teluk Bone, pembukaan Teluk Tomini/Cekungan Gorontalo, subduksi Laut Sulawesi. Subduksi
yang miring ke arah benua pun (kira-kira ke arah barat saat itu) terjadi berkali-kali dan
menghasilkan beberapa periode magmatik dan volkanik di Sulawesi bagian barat.
3. 15-5 Ma merupakan periode signifikan bagi Sulawesi. Pada kala ini terjadilah benturan, collision
dan docking dua mikrokontinen Australia ke arah Sulawesi dari sebelah tenggara (mikrokontinen
Buton-Tukangbesi) dan dari sebelah timur (mikrokontinen Banggai-Sula). Pada periode ini
diperkirakan terjadi pembalikan utama arah/polaritas busur-busur Sulawesi baik untuk busur
magmatik maupun jalur subduksinya dari semula cembung ke arah samudera menjadi cekung ke
arah samudera (ke arah timur pada kala ini). Pembalikan polaritas busur-busur Sulawesi ini
secara frontal adalah akibat benturan mikrokontinen di Banggai-Sula yang membenturnya di
titik pusat Sulawesi, di bagian tengah, di pivot point-nya, atau seolah di “pusar”-nya. Hal ini
dapat dianalogikan sebagai sebuah massa yang mengalami tolakan ke dalam diakibatkan adanya
“tendangan” dari luar. Bentuk “K” Sulawesi diperkirakan terjadi di kala ini. Ia membalik dari
cembung ke timur menjadi cekung ke timur. Pembalikan busur-busur Sulawesi itu terjadi melalui
perpindahan massa kerak Bumi bernama “rotasi”, Lengan Tenggara berotasi melawan arah
jarum jam sehingga membuka melebarkan Teluk Bone di sebelah baratnya, Lengan Utara
berotasi searah jarum jam sehingga menutup Cekungan Gorontalo.
4. 5-0 Ma (sekarang), adalah periode akhir pembalikan busur-busur Sulawesi dan periode tectonic
escape di Sulawesi. Sebagaimana diteorikan, mengikuti benturan/collision maka akan ada post-
collision tectonic escape, maka setelah benturan Buton-Tukangbesi dan benturan Banggai-Sula,
terjadilah tectonic escape berupa sesar-sesar mendatar besar yang meretakkan dan menggeser-
geser Sulawesi. Sesar-sesar ini mengarah ke timur umumnya, yaitu ke arah free oceanic edge
saat itu sebagaimana teori tectonic escape. Sesar-sesar mendatar besar Palu-Koro, Matano,
Lawanopo, Kolaka, dan Balantak terjadi melalui mekanisme post-collision tectonic escape.
Tectonic escape juga dimanifestasikan dalam bentuk retakan-retakan membuka, ekstensional, di
dalam area benturan Banggai-Sula atau Buton-Tukangbesi.
Demikianlah gambaran bagaimana Sulawesi terbentuk sampai akhirnya kini kita mendapatkan
Sulawesi dengan lengan-lengan pembentuk Sulawesi cekung ke arah timur membentuk huruf “K”.
Kejadian terbentuknya Sulawesi ini pulalah yang menyebabkan terbentuknya keunikan ekologi di Pulau
Sulawesi dimana disana terdapat banyak fauna endemis yang tidak dapat ditemukan di belahan bumi
lainnya. Sulawesi adalah hal yang tidak dapat ditemukan di belahan bumi manapun, baik dari segi
kerumitan geologi pembentukannya maupun keunikan ekologinya.
Referensi:
Kaharuddin MS, Ronald Hutagalung dan Nurhamdan. 2011. Perkembangan Tektonik dan
Implikasinya Terhadap Potensi Gempa dan Tsunami di Kawasan Pulau Sulawesi. Makassar: The 36th
HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition.
Satyana, Awang. 2014. Sulawesi: Pulau Terbalik?
Disadur dari: http://awangsatyana.blogspot.co.id/2014/08/sulawesi-pulau-terbalik.html
Ahmad Arif, Aswin Rizal Harahap, Amir Sodikin dan Laksana AS. 2012. Inilah Sulawesi yang
Memikat Wallace.
http://sains.kompas.com/read/2012/09/07/16032710/Inilah.Sulawesi.yang.Memikat.Wallace

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai