Skripsi Vhe Siap Jilid
Skripsi Vhe Siap Jilid
PENDAHULUAN
secara khusus, hingga untuk kepentingan studi dan pendalaman disiplin ilmu.
Sumber bacaan pun beragam, mulai dari bacaan populer seperti tulisan-tulisan
pada koran, surat kabar, dan majalah hiburan (Mulyati, dkk., 2009: 4.4).
aspek yang terdapat dalam puisi yaitu; pelafalan, intonasi, kontak pandang,
membaca sastra. Budaya literasi sebagai bukti hadirnya peradaban. Literasi berarti
melek. Literasi sastra artinya melek sastra melek mengandung konteks paham dan
mampu menjalankan. Melek sastra juga mampu berolah sastra. Literasi mungkin
telah menjadi istilah yang familiar bagi banyak orang. Namun, tidak banyak dari
mereka yang memahami makna dan defenisinya secara jelas. Sebab memang
1
literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus
yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari
itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya “kemampuan untuk
mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video,
gambar). Budaya literasi sastra adalah kemampuan membaca dan menulis karya
sastra. Membaca dan menulis sastra, tentu diawali dari mendengarkan, menonton,
menyimak, dan membaca tulisan sastra. Sebelum ada sastra tulis, orang sudah
membaca. Budaya literasi sastra berarti tradisi keberaksaraan pada karya sastra.
Keberaksaraan berarti melek sastra. Budaya literasi sastra itu sebuah kebiasaan
untuk membaca realitas. Literasi sastra yang cerdas, seharusnya mampu membaca
2
berkiblat. Literasi sastra adalah sebuah fenomena yang perluh dibudidayakan
Untuk itu, gerakan literasi yang sekarang ini marak, tidak hanya
membangun suatu kebiasaan justru dimulai dari unit terkecil di masyarakat yaitu
sangat penting bagi pengembangan potensi sumber daya manusia. Namun harus
kita akui secara jujur, bahwa secara umum kegiatan intelektual membaca dan
dikalangan guru maupun siswa masih rendah. Saat ini tradisi membaca dan
kemajuan pendidikan akan lebih pesat. Kemudian melalui kegiatan menulis, ide,
gagasan, serta ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Melalui tulisan ide dan
3
gagasan, akan lebih dikenang sepanjang masa dibandingkan hanya terucapkan
secara lisan yang mudah hilang selepas gagasan tersebut diucapkan. Kebiasan
guru yang akan naik pangkat dituntut harus menghasilkan karya tulis
yaitu dari lingkungan keluarga. Keluarga sangat penting dalam hal membimbing
dan membina mental anak, agar minat baca anak dapat meningkat melalui bacaan
sederhana di rumah. Dalam hal ini peneliti berharap bahwa, membaca puisi juga
keterampilan siswa sangat dituntut dalam dunia pendidikan, maka siswa harus
mampu dan cekatan. Kata ‘terampil’ mendapat imbuhan ke- -an menjadi
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi baik lisan mupun tulis.
4
keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis (Mulyati, dkk, 2009:
2.20).
pada menyimak pesan yang berusaha dipahami, disampaikan secara lisan, maka
pesan yang dipahami oleh pembaca adalah pesan yang disampaikan melalui
dikomunikasikan baik dalam bentuk lisan maupun tulis (Mulyati, dkk, 2009:
2.22).
secara khusus, hingga untuk kepentingan studi dan pendalaman disiplin ilmu.
pada koran, surat kabar, dan majalah hiburan kaya-karya fiksi seperti novel dan
cerpen tulisan ilmiah populer seperti pada majalah-majalah khusus dan tulisan-
tulisan keilmuan untuk disiplin ilmu tertentu seperti yang kita dapati pada jurnal-
jurnal ilmiah, buku-buku teks, dan karya publikasi ilmiah lainnya. Untuk berbagai
5
pandai memilih dan menerapkan strategi yang tepat dalam menghadapi bahan
yang paling dasar yang terjadi pada kegiatan membaca permulaan. Pada tahap ini
sejumlah informasi. Proses pengubahan menjadi bunyi berarti itu disebut proses
pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis dan konteks bacaan (Mulyati,
yang baik seseorang harus memiliki keterampilan membaca yang baik. Dalam
6
Puisi pada hakikatnya memiliki beberapa tujuan. Tujuan membaca puisi
ada dua macam yaitu membaca untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain.
Membaca puisi untuk orang lain pada dasarnya sama dengan mengkonkretkan
puisi tersebut baik dalam bentuk audio maupun visual. Pembacaan demikian
disebut juga deklamasi. Deklamasi sebagai suatu proses, melibatkan (1) puisi
yang dibaca, (2) pembaca, dan (3) pendengar. Pada pembelajaran membaca puisi
pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP terdapat materi membaca
yang paling banyak melakukan kegiatan dalam proses pembacaan puisi. Kegiatan
yang dilakukan pembaca ialah memahami makna puisi dan mengkreasikan puisi
tersebut dalam bentuk suara dan gerak. Oleh karena itu, pembaca harus
memperhatikan (1) pemanfaatan alat ucap yang dimiliki, (2) menguasai faktor
kebahasaan (pelafalan kata atau frasa dan intonasi suara), (3) menguasai faktor-
faktor nonkebahasaan (sikap tenang dan wajar, gerak gerik dan mimik, volume
Puisi merupakan salah satu hasil karya sastra yang masih tumbuh dan
berkembang sampai sekarang. Akan tetapi, tidak semua orang dapat dengan
mudah memahami apa isi yang terkandung dalam sebuah puisi. Bahasa yang
digunakan dalam puisi berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam karangan
prosa. Bahasa dalam puisi menggunakan kata-kata yang bermakna kias dan
simbol-simbol tertentu. Selain bahasa, bentuk struktur puisi juga berbeda dengan
karya sastra lain karena puisi terdiri atas beberapa bait yang tersusun atas
7
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang dapat menjadi wahana
curahan perasaan pengarang, ide atau gagasan, serta dapat pula sebagai media
kegelisahan, dan suasana hati lainnya. Dengan puisi seseorang akan lebih sadar
alam disekitarnya. Beberapa manfaat dari puisi antara lain: (1) menggugah
perasaan lebih dalam, (2) membangkitkan imajinasi, (3) mendorong orang lebih
hiburan. Berbeda dengan karya-karya sastra yang lain (seperti prosa, cerpen,
roman, dan novel), puisi merupakan karya sastra yang sangat menonjolkan
keindahan bahasa, kedalaman makna, dan kepadatan bentuk. Selain itu, hanya
puisi yang dapat dimusikalisasi, sedangkan karya sastra tertulis yang lain tidak
dapat. Musikalisasi yaitu membaca puisi dengan diiringi musik yang sesuai
dengan tema dan suasana yang tergambar dalam puisi tersebut (Anindyarini, dkk,
2008: 22).
membaca puisi atau berpuisi merupakan salah satu kegiatan untuk melatih siswa
tampil di depan kelas. Membaca puisi pada umumnya dilakukan dengan nyaring
atau berdeklamasi. Deklamasi adalah pembacaan puisi yang disertai oleh gerak
dan mimik yang sesuai. dalam berpuisi, berdeklamasi, pembaca tidak hanya
8
perasaan dan pesan penyair dalam puisinya. Membacakan puisi merupakan
kegiatan membaca indah. untuk itu pembaca harus memperhatikan empat hal:
lafal, tekanan, intonasi dan jeda. Tujuannya agar isi puisi dapat terekspresikan
dengan jelas sehingga pendengar bisa memahami maksud penyairnya dengan baik
membaca puisi. Dalam hal ini yang dimaksud oleh peneliti adalah siswa kelas VII
SMPN 3 Ruteng Watu Benta harus menguasai aspek-aspek yang terdapat dalam
puisi.
ini adalah keterampilan membaca puisi yang dilakukan oleh siswa. Hal tersebut
sesuai dengan kompetensi dasar yang harus disesuai dengan kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa kelas VII semester II yaitu KD 3.9 Mengidentifikasi
informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dan
bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar. Berdasarkan kompetensi
dasar tersebut, siswa kelas VII diharapkan mampu membaca puisi dengan baik
mimik. Berdasarkan hala-hal yang telah dijelaskan di atas akan menuntut seorang
pembaca puisi untuk menguasai hal-hal pokok dalam kegiatan membaca puisi
agar bisa didengar dan dipahami apa yang telah dibacakan demi tercapainya
9
Untuk mencapai yang diharapkan oleh peneliti siswa dilatih menggunakan
teknik yang baik pada saat membaca puisi serta melatih kemampuan siswa
kemampuan membaca siswa sehingga, siswa mampu menjadi pembaca puisi yang
baik. Maka, dengan itu dalam penelitian ini peneliti memilih salah satu jenis
membaca puisi di depan umum, karena sangat penting bagi siswa yaitu
puisi.
depan umum untuk menyatakan apa yang menjadi isi dari sebuah bacaan.
membaca puisi, karena untuk menjadi seorang pembaca puisi yang baik harus
puisi pun harus sesuai dengan aspek yang terdapat dalam puisi. Namun demikian,
kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta belum mencapai harapan yang diinginkan.
terstruktur yang dilakukan oleh peneliti dengan salah seorang guru bahasa
Indonesia kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta, peneliti memperoleh informasi
bahwa keterampilan membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu
Benta masih rendah. Hal tersebut dibuktikan bahwa dalam proses kegiatan
membaca dalam kelas ternyata masih ada siswa yang kurang efektif dalam
10
membaca terutama dalam membaca puisi sangat rendah. Di lihat dari jumlah
siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta bahwa hasil nilai keterampilan
Dari hasil nilai rata-rata tersebut ternyata masih banyak siswa yang belum
yang terdapat dalam membaca puisi yaitu pelafalan, intonasi, kontak pandang,
volume suara, gestur tubuh. Berdasarkan masalah yang terjadi pada siswa kelas
VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta tersebut peneliti berpikir bahwa ternyata adanya
kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta sudah memenuhi standar kompetensi dan
mengenai keterampilan membacakan puisi pada siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng
Watu Benta. Penelitian difokuskan pada siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu
lapangan banyak siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta yang mengalami
kesulitan dalam membaca terutama dalam membaca puisi. Harapanya dari peneliti
melalui penelitian ini siswa mampu membacakan puisi dengan baik sehingga
11
1.2 Rumusan Masalah
bagaimana keterampilan membaca puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu
Benta dilihat dari pelafalan, intonasi, kontak pandang, volume suara, dan gestur
tubuh ?
keterampilan membacakan puisi yang baik pada siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng
puisi.
Adapun manfaat yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
12
b. Bagi Guru
pembelajaran.
c. Bagi Siswa
pengalaman.
d. Bagi Sekolah
berdasarkan pengalaman.
13
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi baik lisan mupun tulis.
keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis (Mulyati, dkk., 2009:
2.20).
melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu
14
proses) berlainan dengan berbicara dan menulis justru melibatkan penyandian
kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language
secara khusus, hingga untuk kepentingan studi dan pendalaman disiplin ilmu.
Sumber bacanya pun beragam mulai dari bacaan populer seperti tulisan-tulisan
pada koran, surat kabar, dan majalah hiburan kaya-karya fiksi seperti novel dan
cerpen tulisan ilmiah populer seperti pada majalah-majalah khusus dan tulisan-
tulisan keilmuan untuk disiplin ilmu tertentu seperti yang kita dapati pada jurnal-
jurnal ilmiah, buku-buku teks, dan karya publikasi ilmiah lainnya. Untuk berbagai
pandai memilih dan menerapkan strategi yang tepat dalam menghadapi bahan
yang paling dasar yang terjadi pada kegiatan membaca permulaan. Pada tahap ini
15
belum menekankan aspek makna/informasi. Sasarannya adalah melek huruf.
sejumlah informasi. Proses pengubahan menjadi bunyi berarti itu disebut proses
pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis dan konteks bacaan (Mulyati,
umumnya merupakan proses penangkapan ide atau gagasan yang diperoleh dari
bahan bacaan. Dalam penelitian ini teori membaca sangat berperan penting bagi
siswa untuk memperoleh pemahaman dari bahan bacaan. Kegiatan membaca pada
gagasan yang ada dalam teks bacaan. Dalam hal ini peneliti memilih suatu teori
alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau
mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. membaca
nyaring yang baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi
serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat pada bahan bacaan
16
untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar. Juga harus mampu
mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para
nyaring sebagai kegiatan membaca puisi yang baik, dengan memperhatikan aspek
demikian karena di dalam membaca nyaring, segala kekuatan puisi itu disajikan.
diupayakan tersampaikan dalam membaca nyaring. Dalam hal ini siswa perluh
membaca nyaring, mereka akan terlatih pula dalam memahami puisi. Perluh
diingat bahwa membaca puisi nyaring bukan berarti berbuat aneh-aneh seperti
anggapan keliru sebagian orang sehingga siswa pemalu tidak mungkin membaca
1. Pembaca Tunggal
2. Pembacaan Berdialog
17
Puisi yang mengandung dialog dapat dibaca oleh beberapa siswa, yang
3. Pembacaan Berkelompok
membosankan.
senandung. Cara ini tepat untuk semua pembaca nyaring yang telah
memiliki irama yang enak untuk disertai gerakan dan atau mengandung
dialog.
18
Dari ulasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa membaca nyaring
sangat berperan penting dalam kegiatan membaca puisi. Membaca nyaring dapat
membantu pembaca untuk menjelaskan atau menyampaikan isi atau pesan dari
sebuah puisi yang dibacakan. Membaca nyaring memerluhkan intonasi yang jelas
sehingga para pendengar bisa menangkap bahan bacaan (puisi) dengan baik.
penting tersebut dapat berupa informasi yang baru, sesuatu pengalaman yang
berharga, uraian yang jelas, karakter yang menarik hati, sekelumit humor yang
segar, atau sebait puisi. Tanpa dorongan yang sedemikian rupa, kegiatan
membaca nyaring itu akan menjadi hambar dan tidak hidup. Pembaca hendaklah
menginterprestasikan bahan bacaan itu secara tepat. Agar dapat membaca nyaring
dengan cepat dan tepat. Yang sama pentingnya dengan hal itu ialah kemampuan
19
4. Menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suaranya
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai
pembacanya. Oleh karena itu, setiap puisi pasti memiliki isi dan makna berbeda-
beda, meskipun ditulis oleh orang atau penyair yang sama. Puisi sebagai sebuah
karya sastra memiliki susunan bahasa yang lebih dapat dan terikat irama, jika
dibandingkan dengan prosa. Dalam memahami isi sebuah puisi (Anindyarini, dkk,
2008: 118).
Puisi adalah sebagai sebuah karya seni sastra yang dapat dikaji dari
mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam
unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula pusi dikaji jenis-jenis atau ragam-
ragamnya, mengingat bahwa ada berbagai ragam-ragam puisi. Puisi juga dapat
20
dikaji dari sudut kesejaraannya, menginga bahwa sepanjang sejarahnya dari
waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Sepanjang zaman
sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan
dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffaterre, 1998: 1).
sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang
bermakna, yang mempunyai arti bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna.
teks puisinya. Ia harus hafal puisi yang akan dibacakannya. Sedangkan, saat
Berikut ini hal-hal yang perluh diperhatikan dalam menanggapi pembacaan puisi :
1. Penjiwaan
suara dan bahasa tubuh pembaca puisi akibat pemaknaanya terhadap isi
puisi.
2. Suara (vokal)
suara).
21
3. Gerak
Gerak dapat dibagi menjadi beberapa macam: (1) mimik (raut muka), dan
(2) gerak tubuh (gestur). Gerak dalam pembacaan puisi berarti mengikuti
nada dan suasana hati pembaca puisi sesuai dengan isi puisi yang
dibacakan.
dapat ditafsirkan dari suasana yang terkandung dalam puisi. Suasana dalam puisi
dibangun melalui pilihan kata, baik berupa kata yang bermakna denotatif (lugas)
atau konotatif (kias). Selain itu, untuk membangun makna yang lebih intensif
dengan benda, peritiwa, dan keadaan yang dialami penyair citraan dalam puisi
menakutkan, patah hati, dan sebagainya. Dengan demikian, setiap puisi selalu
mengungkapkan sebuah perasaan. Perasaan penyair dalam puisi dapat kita ketahui
jika puisi tersebut telah kita baca. Intonasi dalam pembacaan puisi sangatlah
penting. Kejelasan artikulasi memberi kesan kepada pendengar bahwa setiap bait
yang dibaca sesuai dengan apa yang tertulis dalam teks puisinya. Selain itu,
22
ketidak jelasan artikulasi kata dapat membedakan makna kata itu sendiri. Dalam
puisi dengan baik tanpa memiliki apresiasi sastra yang memadai. Namun
dipastikan dapat melakukan baca puisi dengan baik. Seorang kritikus, dosen
sastra, bahkan mungkin juga seorang penyair tidak semuanya dapat melakukan
baca puisi yang dapat dinikmati oleh khalayak pada umumnya. Begitupun
sebaliknya, seorang pembaca puisi yang baik belum tentu juga memiliki apresiasi
seni maupun sastra yang memadai. Akan tetapi, sekecil apapun proses pelatihan
dan perwujudan ekspresi baca puisi, mengandung unsur edukasi yang dapat
Baca puisi sebagai sarana apresiasi sastra, berarti juga sebuah cara untuk
langsung antara pembaca dan karya sastra. Peningkatan apresiasi sastra dapat
antara karya sastra dan pembaca. Pendekatan termasuk bisa dicapai apabila unsur-
unsur nilai dalam karya sastra dapat dihayati oleh pembacanya baik secara
adanya kegiatan pokok bagi setiap individu untuk membaca karya sastra, sehingga
23
setiap individu dapat menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra
Beberapa hal yang harus dipahami ketika akan membaca puisi, yaitu
1. Rima dan irama, artinya dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun
terlalu lambat. Membaca puisi berbeda dengan membaca sebuah teks biasa
karena puisi terikat oleh rima dan irama sehingga dalam membaca puisi
2. Artikulasi atau kejelasan suara, artinya suara kita dalam membaca puisi
harus jelas, misalnya dalam mengucapkan huruf-huruf vokal /a/, /i/, /u/,
dengan isi puisi. Ketika puisi yang dibacakan adalah puisi sedih, maka
ekpresi mimik wajah harus bisa menggambarkan isi puisi sedih tersebut.
panggung).
6. Selain hal-hal di atas ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan
24
a. Vokal
Suara yang dihasilkan harus benar. Salah satu unsur dalam vokal
ialah artikulasi (kejelasan pengucapan). Bunyi vokal seperti /a/, /i/, /u/,
/e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus jelas terdengar. Demikian pula
b. Ekspresi
Ekspresi mimik atau perubahan raut muka harus ada, namun harus
secara tepat.
berikut.
jeda. Jeda pendek dengan tanda (/) dan jeda panjang dengan
25
3. Memahami suasa, tema, serta makna puisinya.
hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih
melalui penglihatan, pendengaran atau cita rasa. Adapun jenis-jenis imaji dalam
pembaca).
kata-kata dalam larik dan bait. Sementara itu, irama (ritme) adalah pergantian
tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama
karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang
26
bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang
pendek kata. Hal yang erat berhubungan dengan pembicaraan bunyi adalah irama.
Irama dalam bahasa adalah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut
Dengan kata lain, rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun
irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama dapat
menciptakan efek musikalisasi dalam puisi, membuat puisi menjadi indah, dan
enak didengar meskipun tanpa dilagukan. Berdasarkan jenis bunyi yang diulang,
2. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian
3. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih
4. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir
5. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup
(konsonan).
6. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata
7. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal
tengah kata.
8. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada huruf- huruf
27
2.1.8 Pengertian Baca Puisi
Sebagai kegiatan budaya, seni baca puisi dapat dilaksanakan dengan cara
yang relatif mudah dan bahkan bisa dilaksanakan oleh setiap orang yang pernah
cara dan teknik yang baik sesuai konvensi seni bersangkutan. Secara umum,
istilah baca puisi belum memiliki definisi yang bersifat khusus dan spesifik.
Karena itu, istilah baca dan pembacaan puisi, sering kabur maknanya, agak rumit
kegiatan sastra atau merupakan seni tersendiri yang terlepas dari hakikat sastra.
Karena itu pula, meski seorang pembaca puisi yang hebat pun, atau juara baca
puisi, tidak selalu mengerti, atau mampu menjelaskan apa dan bagaimana definisi
baca puisi. Di sisi lain, khususnya dalam kajian sastra, kata pembacaan puisi
sering digunakan dalam pengertian yang berbeda dengan istilah pembacaan puisi
yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini, dapat ditemukan
lima pengertian umum tentang aktivitas membaca yang memiliki kaitan langsung
proses apresiasi puisi. Yakni, membaca puisi dengan cara pasif, diam
tanpa suara. Boleh juga diartikan membaca puisi dalam hati. Dengan
membaca aksara, membaca buku, atau membaca teks puisi dalam buku
atau media lainnya. Sehingga pembaca tanpa pretensi apa pun selain
28
berusaha memahami atau sekedar menikmati keindahan puisi itu dalam
Creative reading merupakan kata lain dari membaca puisi secara kreatif
dengan tujuan tertentu.istilah ini sering dipakai dalam proses kritik sastra,
sepenuhnya perasaan dan pikiran dengan puisi yang dibaca. Sehingga pada
estetiknya.
Orality reading berarti membaca teks puisi dengan suara, dengan vokal
puisi, cara ini memiliki pengertian yang lebih luas dari model pembacaan
29
seperti terurai pada point-point diatas. Expressive reading bisa juga
suara, isyarat, gerak tubuh, atau peralatan lain, serta semua cara yang
bentuk teks seni yang terdiri dari susunan huruf dan kata-kata. Sejumlah baris
kalimat indah yang ditulis di atas kertas, dalam lembaran buku atau sarana lain
yang memilki fungsi serupa. Dengan sendirinya, beragam bentuk dan jenis teks
karya sastra yang disepakati sebagai puisi itu sama sekali tidak memiliki unsur-
unsur keindahan yang dapat ditonton, dilihat didengarkan oleh khalayak pada
tentu saja hanya diberlakukan dalam konteks teori dan genre sastra. Sedangkan
estetiknya melalui berbagai media alternatif yang sesuai. Seperti juga jenis
2014: 75-76).
Alih ragam teks puisi dari susunan kata-kata yang tertulis di kertas menuju
ke atas pentas, dari medium kata-kata beralih ke medium gerak tubuh dan suara
30
manusia, telah melahirkan ragam seni pertunjukan tertentu yang dikenal dengan
Poetry Staging, atau pembacaan dan pemanggungan puisi. Akan tetapi, istilah
yang rumit jika dikaitkan dengan disiplin ilmu sastra maupun seni pertunjukan.
tidak langsung telah dikenal adanya ragam seni baca puisi yang berkembang
1. Puisi Audial
pada 1970-an, yang disebut dengan puisi radio, atau baca puisi melalui
stasiun radio.
internet.
2. Puitisasi AlQur’an
yang dipilih atau yang telah diguba dalam bentuk puisi, yang dilakukan
31
3. Deklamasi
seni baca puisi. Deklamasi berasal dari bahasa latin “ declamare atau
declaim”, yang berarti membaca sebuah teks dengan suara dan intonasi
4. Poetry Reading
sastra. Sebagai istilah umum, Poetry Reading dapat diartikan sebagai cara-
cara untuk mengomunikasikan teks puisi melalui suara dan gerak tubuh
bentuk pembacaan puisi dengan suara dan gerak tubuh manusia yang
lanjut sebagai pengetahuan pokok yang mengenai konsep dan identitas puisi dapat
dimaknai lebih lanjut sebagai pengetahuan pokok yang menjadi konsep dasar dari
seni baca puisi. Hakikat seni baca puisi adalah usaha kreatif untuk menyampaikan
32
1. Puisi sebagai Dasar Ekspresi
didekati melalui siapa yang menulis teks puisi dan dari mana teks itu
direproduksi, diambil atau disalin. Sehingga dengan itu ekspresi seni baca
puisi memerlukan adanya teks puisi dari hasil karya orang lain, dan bukan
a. Unsur estetis karya puisi dapat dilihat melalui kritik sastra. Bahwa
puisi itu disebut karya seni jika telah diuji kulitas keindahannya dan
karya puisi agung, puisi bagus dan memesona. Dengan sendiri, puisi
pokoknya bukan pada kualitas puisi itu sendiri, sehingga teks puisi
dapat dikategori sebagai karya seni jika itu ditulis oleh penyair
33
ternama, atau yang dianggap penyair oleh masyarakat pada masanya
untuk didengar, dirasakan dan dinikmati oleh audiensnya. Sekecil apa pun
makna puisi mesti ditemukan dalam diri seorang pembaca dan kemudian
pemahaman yang terkait dengan unsur pokok seni baca puisi (Salad, 2014:
147-150).
Prinsip baca puisi ialah melisankan teks puisi, dan karena itu tidak
dari ekspresinya untuk menjalin komunikasi dengan audiens. Jika seni baca puisi
mengabaikan hal ini, tentu saja, hakikat puisi akan kembali ke dalam bentuk
34
tulisan yang bersifat literer, dan pembaca puisi menjadi tak berfungsi
1. Adanya teks puisi, atau karya sastra yang dinyatakan oleh pengarangnya
petikan, bagian dari puisi panjang, atau bagian dari cerita pendek dan
novel.
Dengan sendirinya pembaca itu mesti manusia dan dapat dilihat dengan
kasat mata.
sebagai tempat berekspresi bagi pembaca puisi. Baik itu tanpa atau
(Salad, 2014:151).
Dalam pengertian yang lebih khusus, aspek teoretik seni baca puisi
menuntut adanya disiplin tertentu yang merujuk pada metode, teknik dan gaya.
berkaitan dengan konsep dasar seni pertunjukan, proses pelatihan dan persiapan,
35
serta cara-cara yang dapat dikembangkan oleh para pelakunya. Sedangkan gaya
menunjuk pada fakta-fakta perwujudan bentuk ekspresi yang dapat di dengar dan
disaksikan oleh audiensnya. Gaya juga berkaitan dengan potensi suara, bentuk
tubuh, imajinasi dan pikiran yang menjadi medium utamanya. Sehingga dengan
memahami aspek-aspek teoretik tersebut seni baca puisi dapat dipelajari dan
diajarkan sebagai wacana budaya yang bersifat estetis sekaligus juga pragmatis.
Seni baca puisi bukanlah sekedar cara untuk menyuarakan bunyi kata, tetapi juga
kesedihan dan kebahagiaan yang ditafsirkan dari dalam kandungan makna puisi.
1. Metode Interprestasi
Metode berasal dari yang kata methodos, yang berarti cara atau
jalan untuk mencapai tujuan. Dalam konteks, bahasan ini metode diartikan
sasaran dalam seni baca puisi. Objek utama dalam seni baca puisi ialah
makna puisi. Sedangkan jalan yang dapat ditempuh untuk itu dalam ilmu
yang berbeda-beda. Perbedaan itu antara lain disebabkan oleh tidak adanya
oleh para ahli sastra. Satu pihak beranggapan bahwa kemampuan untuk
memahami dan menjelaskan makna puisi itu bukan saja ditentukan ole
36
ada juga yang beranggapan bahwa interpretasi merupakan proses untuk
2. Teknik Vokalisasi
suara, gerak tubuh dan isyarat dengan motivasi, alasan atau pertimbangan
tertentu yang dapat dipahami oleh dirinya sendiri maupun orang yang
mendengarnya.
semakin baik pula perwujudan bentuk ekspresinya. Oleh sebab itu, teknik
Dengan kata lain, tanpa mengenal dan menguasai adanya teknik berkaitan,
seorang tidak mungkin dapat melakukan aksi baca puisi dengan baik.
Teknik dalam seni baca puisi disebut juga vokalisasi. Yaitu cara-
cara pengucapan atau pelafalan huruf dan kata-kata melalui kekuatan lisan,
sehingga teks dan makna puisi dapat didengar, dirasakan, dinikmati dan
37
seni baca puisi. Sedangkan vokalisasi dapat dikenali ekspresinya melalui
a. Artikulasi
adanya artikulasi, susunan suara tidak memiliki arti bagi orang yang
melafalkan huruf dan suku kata dengan suara yang jelas dan tegas
atau ketidak jelasan dalam mengucapkan huruf dan suku kata dalam
b. Intonasi
intonasi itu teks puisi dapat didengar melalui unsur volume, nada dan
melalui intonasi itu ekspresi keindahan suara dalam seni baca puisi
c. Diksi
38
keindahan suara melalui telinga, sedangkan diksi melahirkan
3. Gaya Representasi
yang menjadi bagian pennting dari seni baca puisi. Gaya memiliki arti
pembacaan puisi. Oleh karena itu, gaya memiliki sifat kreatif yang khas
dan personal sehingga tidak ada kriteria khusus yang dapat ditetapkan.
unsur definitif yang dapat dipakai untuk mendekatinya, bahwa gaya dalam
39
b. Bentuk ekspresi keseluruhan di atas panggung yang dapat dilihat
oleh penonton.
c. Karakter suara, tubuh dan mimik yang bersifat khusus dan hanya
dimiliki atau ditiru oleh orang lain. Karena itu, gaya merupakan
153-159).
Secara umum, segala bentuk dan jenis puisi memiliki kemungkinan untuk
disuarakan atau dilisankan oleh seorang pembaca puisi. Akan tetapi tidak setiap
puisi mengandung unsur pelisanan yang sesuai dengan potensi tubuh dan suara
sang pembaca. Oleh karena itu, kegiatan memilih dan menentukan ragam dan
jenis puisi yang sesuai dengan orientasinya, merupakan hal utama yang tidak bisa
diabaikan. Proses mencari, memilih dan menentukan puisi mana yang akan
dibaca, sekurangnya dapat didasarkan pada beberapa hal yang berkaitan dengan
ragam bentuk dan jenis puisi. Dalam konteks seni baca puisi, ragam bentuk dan
jenis puisi dapat dipilah menjadi dua, yakni “puisi kamar” dan “puisi auditorium”.
40
Kedua istilah ini dicetuskan oleh Leon Agusta pada akhir 70-an. Melalui
pembacaan antologi puisi -Hukla -di Teater Arena, Taman Ismail Marzuki, pada
22 November 1977 Leon Agusta memberi penjelasan singkat. Puisi kamar ialah
jenis-jenis puisi yang bersifat konteplatif, sunyi, tenang dan stabil, sehingga hanya
publik. Sedangkan puisi auditorium merupakan jenis-jenis puisi yang kaya makna,
imaji dan suasana, sehingga jenis puisi ini sangat cocok untuk ditampilkan melalui
panggung pertunjukan atau pembacaan puisi yang bersifat massal, disuatu tempat
1. Puisi Lirik
itu, hampir semua teks puisi yang tergolong dalam jenis ini tidak
2. Puisi Simbolik
simbolik. Akan tetapi, dalam pengertian ini atau kaitannya dalam seni baca
puisi, puisi simbolik lebih dimaksudkan sebagai bentuk puisi yang bersifat
kata, baris kalimat dan bait, serta susunan huruf-huruf dan tanda baca yang
tidak mudah dipahami arti dan maknanya. Bahkan juga terkesan sulit
41
untuk diucapkan atau dilisankan tanpa mendalami hal-hal yang
3. Puisi Naratif
cerita yang memiliki urutan waktu: pagi, siang, sore atau masa kecil,
remaja, dewasa, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, pisi naratif sering
juga disebut juga puisi prosaik, atau bentuk puisi yang berusaha untuk
4. Puisi Dramatik
puisi panjang yang di dalamnya tersurat adanya unsur tokoh dan karakter,
dialog, serta konflik dan peristiwa. Bahkan, bisa dinyatakan bahwa puisi
42
2.1.15 Proses Pelatihan Baca Puisi
Bagian pokok dalam seni baca puisi ialah bagaimana cara terbaik untuk
menyuarakan, mengucapkan, atau melisankan susunan huruf dan kata dari sebuah
teks baca puis. Karena pada akhirnya, kriteria dalam penilaian seni baca puisi
sama sekali tidak didasarkan pada teks puisi itu sendiri. Maka, ketika sebuah puisi
telah dibacakan, tak ada alasan bagi audiens, penonton dan pendengarnya untuk
menilai apakah teks puisi itu baik atau kurang baik. Dengan demikian, apa yang
dimaksud proses pelatihan disini, harus dipahami dan diarahkan tujuannya pada
pembaca puisi. Sehingga dengan pelatihan itu, seorang pembaca puisi diharapkan
mampu menyuarakan, mengucapkan atau melisankan apa pun bentuk dan jenis
teks puisi telah dipilihnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, proses pelatihan dapat
dan olah vokal. Olah pernapasan berfungsi untuk memberdayakan, mengatur dan
memanfaatkan sumber energi dalam tubuh. Sedangkan olah vokal bertujuan untuk
tenggorokan.
Latihan pernapasan dalam seni baca puisi memiliki kesamaan dengan olah
pernapasan dalam dunia keaktoran, atau proses latihan dasar teater. Dalam seni
baca puisi selalu muncul unsur-unsur yang melebihi puisi itu sendiri, dan
Dengan kata lain, keberhasilan seni baca puisi sangat ditentukan oleh kemampuan
intelektualitas dan imajinasi, suasana hati dan emosi, persiapan dan kosentrasi
43
pembaca. Selain itu keberhasilan juga didukung oleh proses kreatif yang ditempuh
a. Latihan Pengucapan
cara mengungkapkan jiwa puisi. Jiwa puisi selalu muncul secara tersurat
melalui diksi, atau susunan kata dan frasa yang digunakan oleh penyair
untuk mewakili makna pokok sebuah puisi. Sedangkan diksi dapat dicari
untuk mencari dan menemukan jiwa puisi, serta berlatih dan berupaya
karakter vokal yang dimiliki. Maka itu, latihan pengucapan ini sangat
berikut.
3. Mampu memberi alasan pada pilihan intonasi, irama, dan nada yang
hendak diekspresikan.
44
6. Mampu menyimpulkan dan menghayati pesan puisi, serta dapat
b. Latihan Penandaan
dalam seni baca puisi dapat juga dilakukan dengan cara memberi “tanda
pembaca” pada teks puisi. Khususnya bagi pemula, latihan penandaan ini
tanda tertentu dalam teks puisi, baik itu diletakkan dalam baris kalimat,
susunan kata maupun diantara suku kata. Penandaan dapat juga diletakkan
atau sebuah teks puisi seorang pembaca atau deklamator harus memahami
Dalam kajian sastra, khususnya dalam ilmu kritik sastra banyak teori yang
dapat digunakan untuk memahami puisi. Ada tiga cara untuk menilai dan
memahami puisi; yaitu secara mimetik, ekspresif, dan objektif. Memahami puisi
secara mimetik dapat ditempuh dengan jalan menghubungkan teks puisi dengan
situasi dan kondisi masyarakat pada masa ketika puisi itu ditulis. Sedangkan
puisi dengan biografi, pemikiran dan aktivitas sosial penyairnya. Memahami puisi
45
secara mimetik dan ekspresif, seringkali mengalami hambatan yang disebabkan
oleh kurang tersedianya bahan atau pengetahuan yang diperlukan. Oleh karena itu,
disediakan pula jalan memahami puisi secara objektif. Dimana seseorang dapat
menikmati, menilai dan memahami puisi berdasarkan susunan kata dan kalimat
dalam puisi itu sendiri. Di bawah ini terurai cara alternatif yang diharapkan dapat
membantu untuk memahami makna puisi secara terpisah atau berurutan. Artinya,
jika cara pertama belum dapat menghasilkan penafsiran, dapat juga ditempuh cara
berulang-ulang. Dengan kata lain, jangan sampai teks puisi tersebut hanya
yang tersirat dari puisi itu dapat ditangkap, dihayati, dan diresapi makna
pokoknya.
makna dari keseluruhan puisi. Judul juga sering dinyatakan sebagai pintu
46
kebalikan, maupun perbedaannya dengan kata lain yang berdekatan.
Sehingga dengan sendirinya, setiap teks puisi memiliki kata atau susunan
sesuai dengan arti dan makna yang diharapkan, maupun yang membias
pembaca perlu berupaya mencari arti dan makna kata yang dominan atau
dianggap penting di dalam teks puisi. Sehingga baris dan bait puisi itu
kalimat prosaik di sela susunan kata, baris dan bait puisi. Sehingga teks
mampu memahami makna, atau pesan yang tersirat dalam puisi yang dibacakan.
Dalam hal ini siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta harus mampu
seorang deklamator yang baik siswa harus memperhatikan intonasi, vokal, volume
47
2.2 Penelitian Relevan
keterampilan membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta.
Indonesia semester II terdapat materi tentang membaca puisi, maka peneliti telah
lapangan di SMPN 3 Ruteng Watu Benta, peneliti memperoleh informasi dan data
penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Yeni
48
Sungai Raya, sedangkan yang dilakukan oleh peneliti adalah keterampilan
membaca puisi dan sastra dan Kompetensi Dasar (KD) 7.1 Membaca puisi
dengan lafal, nada, tekanan dan intonasi. Indikator yang hendak dicapai
lafal, nada, tekanan dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi; membahas
49
Pembelajaran membaca puisi pada kelas X SMA. Sedangkan yang dilakukan oleh
peneliti adalah keterampilan membaca puisi pada satu sekolah yaitu di SMPN 3
membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta belum mencapai
yang tidak terstrukur yang dilakukan oleh peneliti dengan salah seorang guru
bahasa Indonesia kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta, peneliti memperoleh
Ruteng Watu Benta masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. Hal tersebut
dibuktikan bahwa dalam proses kegiatan membaca di dalam kelas ternyata masih
terdapat siswa yang kurang efektif dan kurang mampu membaca dengan baik
terutama dalam membaca puisi sangat rendah karena tidak memperhatikan aspek-
aspek dalam membaca puisi yaitu: pelafalan, intonasi, volume suara dan gerak
tubuh. Oleh karena itu pembelajaran tentang membaca puisi perluh diterapkan
kepada siswa untuk meningkatkan keterampilan daya membaca siswa serta berani
kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta. Puisi merupakan salah satu karya sastra
yang dapat menjadi wahana curahan perasaan pengarang, ide atau gagasan, serta
50
jarang terjadi penafsiran makna yang berbeda-beda dalam memakna sebuah puisi.
Puisi dapat mengekspresikan emosi, suasana hati, rasa pesona, kagum, keresahan,
kegelisahan, dan suasana hati lainnya. Unsur utama dalam melakukan atau
membacakan puisi di depan umum adalah harus mempunyai keberanian agar tidak
yang sangat mudah jika seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta Kecamatan
51
BAB III
METODE PENELITIAN
gejala, peristiwa kejadian yang terjadi saat sekarang (Trianto, 2010: 197).
keterampilan membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta
52
penelitian, yang kedua peneliti akan melakukan pendekatan kepada
3. Peneliti akan menyiapkan teks puisi untuk dibacakan oleh siswa yang
membaca puisi yang diterapkan oleh siswa pada saat membaca puisi
53
puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta. Dalam penelitian ini
siswa diminta untuk membaca sebuah puisi yang telah disediakan oleh
peneliti.
dengan aspek yang dinilai, yaitu aspek kebenaran saat siswa sedang
dengan memperhatikan lima apek pokok dalam membaca teks puisi yang
ditentukan oleh peneliti saat awal membaca sampai akhir, dan dipilahkan
dengan siswa yang tidak memenuhi lima aspek pokok dalam membaca
puisi.
2. Data yang diperoleh dari siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta
54
3.1.2.4 Bagan Metodelogi Tahap Perencanaan Penelitian
METODE
PENELITIAN
JENIS PROSEDUR
PENELITIAN PENELITIAN
KUALITATIF
DESKRIPTIF
TAHAP PERENCANAAN
PENELITIAN
TAHAP PELAKSANAAN
PENELITIAN ATAU
PENGUMPULAN DATA
HASIL PENELITIAN
55
3.2 Latar Penelitian
Yang menjadi latar dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 3 Ruteng Watu Benta
siswa kelas VII Kecamatan Rahong Utara Kabupaten Manggarai. Penelitian ini
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneiliti yang menjadi subjek utama
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta yang
berjumlah 29 orang siswa. Dari 29 orang siswa tersebut, terdapat 13 orang siswa
membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta. Dalam hal ini,
peneliti akan mengamati siswa pada saat membaca puisi. Hal yang akan diamati
oleh peneliti dalam penelitian ini berkaitan dengan teknik yang digunakan siswa
pada saat membaca puisi dengan memperhatikan aspek pelafalan, intonasi, kontak
3.4.1 Data
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan
masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan,
gambar, suara, huruf, angka, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita
gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, objek, kejadian ataupun suatu
56
konsep. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data deskriptif kualitatif
yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata. Data yang akan dikumpulkan
kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta Kecamatan Rahong Utara Kabupaten
Data dalam sebuah penelitian, merupakan bahan pokok yang dapat diolah dan
dianalisi untuk menjawab masalah penelitian. Agar data yang akan diambil sesuai
dengan kebutuhan penelitian maka, terlebih dahulu harus dipilih dan ditentukan
Yang menjadi sumber data utama yang akan dianalisis oleh peneliti
bersumber dari siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta Kecamatan Rahong
Utara Kabupaten Manggarai. Data yang dikumpulkan oleh peniliti yaitu yang
pertama, data menta. Data mentah adalah data yang diperoleh dari siswa berupa
lembar pengamatan yang dipegang oleh peneliti melalui membaca teks puisi siswa
kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta. Yang kedua adalah menganalisi data jadi.
Data jadi adalah data yang diolah dari lembar hasil pengamatan untuk dianalisis
lebih lanjut guna untuk mendapatkan hasil keterampilan membaca puisi siswa
57
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
2010: 262). Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indra untuk
puisi kepada setiap siswa. Dimana pada saat siswa membaca teks puisi peneliti
penelitian, karena tujuan utama dari peneliti adalah mendapatkan data tanpa
mengetahu teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
Dalam hal ini cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data.
Teknik observasi yang digunakan peneliti guna untuk memperoleh data tentang
ini adalah tes penampilan siswa. Tes yang dimaksudkan adalah bagaimana cara
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
58
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
membaca puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes penampilan (Trianto, 2010:
264). Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja atau sejenisnya yang
kemampuan dari subjek peneliti. Lembar instrumen yang berisi serangkaian aspek
yang digunakan oleh peneliti untuk menilai keterampilan membaca puisi siswa.
Tes yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah memberikan teks puisi
kepada siswa dengan catatan peneliti mengamati saat siswa sedang membaca puisi
untuk memperhatikan lima aspek dalam membaca puisi yaitu aspek pelafalan,
59
Contoh lembar pengamatan atau lembar observasi yang digunakan oleh
peneliti.
Keterangan Penskoran:
Pelafalan
bunyi fonem.
nyaring.
Intonasi
membaca.
60
1 : Tidak tepat : tidak memperhatikan tanda baca, tidak
membaca.
Kontak Pandang
Volume Suara
Gestur Tubuh
Jumlah Skor
Nilai = × 100
Total Skor
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jelas. Dengan pengamatan yang
terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali (Sugyono, 2010:
243). Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti setelah data
61
dipilih. Dalam penelitian ini data analisis dengan menggunakan analisis dokumen
yang berupa lembar pengamatan tentang membaca puisi yang dipegang oleh
peneliti saat siswa membaca puisi. Dokumen yang dianalisis adalah hasil
meningkatkan keterampilan membaca puisi pada siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng
volume suara, dan gestur tubuh yang telah dilakukan oleh peneliti. Data dianalisis
puisi yang ditentukan oleh peneliti. Adapun kriteria penilaian yang akan
Total nilai
Rata − rata =
Jumlah siswa
berikut:
Keterangan :
≤ 60 = kurang (D)
62
BAB IV
Hasil tes keterampilan membaca puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng
Watu Benta dalam penelitian ini adalah menggunakan tes membacakan puisi
yang akan dinilai dari kelima aspek dalam membacakan puisi yaitu aspek
pelafalan, intonasi, kontak pandang, volume suara, gestur tubuh. Hasil tes
keterampilan membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta
Tabel 4.1
Tabel Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi Siswa Kelas VII SMPN 3
Ruteng Watu Benta
63
15 O.J 3 2 3 3 14 93,33
16 O.M 3 2 2 3 2 13 86,66
17 O.M 3 2 2 3 3 12 80
18 P.R.C 3 2 2 3 3 13 86,66
19 P.J 2 2 2 3 2 11 73,33
20 P.F.N 3 3 2 3 2 13 86,66
21 P.H 2 2 3 2 11 73,33
22 P.J 2 2 2 3 2 11 73,33
23 P.D.A 3 2 2 3 2 12 80
24 R.Y.T 3 3 3 3 3 15 100
25 R.M 3 3 3 3 3 15 100
26 R.A.A 2 2 3 2 2 11 73,33
27 S.P 2 2 3 2 2 11 73,33
28 T.N.J 3 2 3 2 2 12 80
29 V.S.P 2 2 3 2 2 11 73,33
373 2486,59
Jumlah 3 2 0 3 2 0 3 2 0 3 2 0 3 2 0
Persentase B C K B C K B C K B C K B C K
Nilai rata-rata= 2486,59/29 = 85,744828
Keterangan Penskoran:
Pelafalan
bunyi fonem.
nyaring.
Intonasi
membaca.
64
1 : Tidak tepat : tidak memperhatikan tanda baca, tidak memperhatikan
Kontak Pandang
Volume Suara
Gestur Tubuh
Jumlah Skor
Nilai = × 100
Total Skor
Total nilai
Untuk mengetahui nilai Rata − rata =
Jumlah siswa
berikut:
Jika T = baik> 60
65
Keterangan :
≤ 60 = kurang (D)
keterampilan membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta
hasilnya sudah sangat baik sekali dan dapat dilihat dari jumlah nilai secara
4.1.2 Pelafalan
Pelafalan merupakan kata imbuhan dari kata dasar lafal. Kata lafal ini
dapat diartikan sebagai suatu cara seseorang atau kelompok orang dalam
mengucapkan bunyi suatu kata. Pelafalan adalah tata cara mengucapkan kata.
pada siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta bahwa siswa akan melafalkan
Pada aspek pelafalan siswa akan memperhatikan bunyi kata atau fonem
pada bait puisi yang akan dibacakan siswa. Berdasarkan penjelasan di atas untuk
kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta dapat dilihat pada tabel berikut.
66
Tabel 4.2
Aspek Pelafalan
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Jelas 18 62,06 %
2 Cukup Jelas 11 37,93 %
3 Kurang Jelas 0 0%
Jumlah 29 100 %
aspek pelafalan, sebanyak 18o rang siswa yang pelafalan jelas pada saat
yang pelafalannya cukup jelas pada saat membacakan puisi atau persentase 37,93
% sedangkan kurang jelas pada saat membacakan puisi sebanyak 0 siswa. Dalam
Ruteng Watu Benta sudah terampil dalam membacakan puisi dilihat dari aspek
pelafalan.
4.1.3 Intonasi
penekanan pada kata-kata tertentu di dalam kalimat. Intonasi memiliki tiga macam
yaitu: (1) Tekanan dinamik (keras lemah) ucapkan kalimat dengan melakukan
penekanan pada setiap kata yang memerluhkan penekanan. Misalnya pada larik
puisi berikut “sepuluh tahun yang lalu dia terbaring tetapi bukan tidur, sayang.
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya senyum bekunya mau berkata: kita
67
sedang perang” pada larik puisi ini perhatikan bahwa setiap tekanan kata harus
berbeda. (2) Tekanan Nada (tinggi) berusaha untuk mengucapkan kalimat dengan
mengucapkan kalimat dengan suara yang naik turun dan berubah-ubah. Jadi, yang
dimaksud dengan tekanan nada adalah tentang tinggi rendahnya suatu kata yang
pengucapan. Tekanan ini sering digunakan untuk lebih mempertegas apa yang di
maksudkan. Untuk lebih jelas cobalah untuk membacakan puisi dengan tempo
yang berbeda agar menghasilkan nada atau intonasi yang baik dalam membacakan
puisi.
siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta dilihat dari aspek intonasi dapat
Tabel 4.3
Aspek Intonasi
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Tepat 12 41,37 %
2 Cukup tepat 17 58,62 %
3 Kurang Tepat 0 0%
Jumlah 29 100%
aspek intonasi sebanyak 12 orang siswa yang intonasinya sangat tepat pada saat
68
intonasinya kurang tepat sebanyak 0 siswa atau 0%. Berdasarkan data di atas
disimpulkan bahwa siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta sudah terampil
menyampaikan puisi artinya pandangan mata jangan selalu tertuju pada teks dan
pegang teks setinggi dada sehingga pandangan mata tertuju pada audiens. Melalui
kontak pandang seorang juga melihat bahwa apakah lawan atau para pendengar
memperhatikannya.
harus tertuju ke semua audiens secara proporsional. Oleh karena itu, aspek kontak
pandang merupakan salah satu aspek penting dalam membacakan puisi. Adapun
ketercapaian aspek kontak pandang pada siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu
Tabel 4.4
Aspek Kontak Pandang
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Sering 19 65,51 %
2 Cukup Sering 10 34,48 %
3 Kurang sering 0 0%
Jumlah 29 100 %
kontak pandang atau persentase 65,51%, 10 orang siswa cukup sering melakukan
69
kontak pandang atau persentase 34,48%, dan 0 siswa yang kurang sering
melakukan kontak pandang atau presentase 0%. Pemerolehan skor siswa pada
aspek kontak pandang sangat bervariasi. Dari frekuensi ketercapaian aspek kontak
pandang seperti pada data di atas menunjukan bahwa sebagaian besar siswa kelas
VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta sudah mampu melakukan kontak pandang pada
sering dan sering melakukan kontak pandang adalah siswa yang membacakan
siswa terkategori kurang dan tidak melakukan kontak pandang adalah yang tidak
maka peneliti menyimpulkan bahwa siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta
Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat
(pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.
siswa adalah 100 % dan sudah terkategori sangat baik (lulus semua).
70
4.1.5 Volume Suara
harus bisa menyesuaikan suara dengan keadaan ruangan dan jumlah pendengar.
Kecepatan membacakan puisi dapat diubah sesuai dengan penting atau tidaknya
isi puisi. Disela-sela pergantian bait puisi, pembaca puisi bisa melakukan jeda
pergantian bait puisi. Pergantian bait puisi dilakukan untuk mengesankan para
pendengar. Berdasarkan hal itu aspek volume suara merupakan salah satu aspek
penting dalam membacakan puisi. Adapun ketercapaian aspek volume suara saat
siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta yang telah diteliti dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.5
Aspek Volume Suara
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Jelas 22 75,86%
2 Cukup Jelas 7 24,13%
3 Kurang Jelas 0 0%
Jumlah 29 100 %
orang siswa yang diteliti terdapat 22 orang siswa yang volume suaranya jelas atau
dengan persentase 75,86%, sedangkan 7 orang siswa lainnya cukup jelas dalam
membacakan puisi atau dengan persentase 24.13% dan jumlah siswa yang kurang
jelas volume suara berjumlah 0 siswa atau persentase 0%. Dilihat dari
ketercapaian aspek volume suara siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta
peneliti menyimpulkan bahwa siswa kelas VII sudah bisa membacakan puisi
71
4.1.6 Gestur Tubuh
tubuh, wajah, tangan, ataupun badannya sesuai dengan makna puisi yang
dibacakan. Pada aspek ini siswa diharuskan untuk membacakan sebuah puisi
membacakan puisi. Berikut akan dijelaskan hasil ketercapaian aspek gestur tubuh
siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta pada saat siswa membacakan teks
puisi.
Tabel 4.6
Aspek Gestur Tubuh
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Tidak Kaku 12 42.37%
2 Sedikit Kaku 17 58.62%
3 Sangat Kaku 0 0%
Jumlah 29 100 %
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dijelaskan bahwa, dari 29 orang siswa yang
gestur tubuh sebanyak 12 orang siswa yang tidak kaku atau dengan persentase
sedangkan yang sangat kaku 0 siswa dengan persentase 0%. Dari hasil
ketercapaian aspek gestur tubuh peneliti menyimpulkan bahwa siswa kelas VII
SMPN 3 Ruteng Watu Benta sudah bisa membacakan puisi dengan baik.
72
4.2 Pembahasan
bahwa, keterampilan membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu
Benta baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara
keseluruhan yaitu 85,74. Dari nilai rata-rata tersebut siswa kelas VII sudah
menguasai aspek-aspek yang perlu dikuasai dalam membacakan puisi yang baik
dan benar, seperti pelafalan, intonasi, kontak pandang, volume suara, dan gestur
kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta. Puisi merupakan salah satu karya sastra
yang dapat menjadi wahana curahan perasaan pengarang, ide atau gagasan, serta
jarang terjadi penafsiran makna yang berbeda-beda dalam memakna sebuah puisi.
Puisi dapat mengekspresikan emosi, suasana hati, rasa pesona, kagum, keresahan,
kegelisahan, dan suasana hati lainnya. Unsur utama dalam melakukan atau
73
Dengan demikian keterampilan membacakan puisi siswa kelas VII SMPN
3 Ruteng Watu Benta tergolong baik, dilihat dari ketercapaian aspek pelafalan,
intonasi, kontak pandang, volume suara, dan gestur tubuh. Sebagaimana yang
siawa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta sangat baik, meskipun ada sebagian
siswa yang kurang teliti ataupun kurang fokus saat membacakan puisi yang dibuat
oleh peneliti. Harapan peneliti dalam penelitian ini yaitu, dengan adanya
membacakan puisi yang baik bagi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta.
Berikut adalah puisi yang dipakai oleh peneliti untuk dibacakan oleh siswa kelas
74
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku masih sangat mudah.
ditemukan bahwa siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta sudah tergolong
baik dalam membacakan puisi. Hal ini, dilihat dari nilai rata-rata yang diperoeh
siswa yaitu 85,74 dengan kriteria baik. Berikut ini akan dibahas berdasarkan
diketahui bahwa ketercapaian dalam menguasai aspek pelafalan siswa kelas VII
SMPN 3 Ruteng Watu Benta sangat baik. Dari 29 orang siswa yang diteliti
presentasi siswa yang terampil dalam membaca puisi berdasarkan aspek pelafalan
yaitu 100%.
Berikut adalah bait puisi yang benar pada ketercapaian aspek pelafalan
yang dibacakan oleh siswa saat membacakan puisi. [Sepuluh tahun ] yang lalu dia
[terbaring] tetapi bukan, tidur sayang. Pada baris puisi di atas, siswa harus
Pada baris puisi di atas juga siswa harus mengucapkan kata [sebuah]
dengan artikulasi jelas, serta berbunyi nyaring, perhatikan pula jeda dan tempo
75
[Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring]
Tetapi bukan tidur, sayang
[Sebuah lubang peluru bundar di dadanya]
Senyum bekunya mau berkata: aku masih sangat mudah.
Pada bait puisi di atas jelas, bahwa pengucapan kalimatnya sangat jelas
puisi. Pada saat membacakan puisi sebuah teks puisi perluh diperhatikan aspek
artikulasi, harus diperhatikan pula jeda dan tempo sesuai dengan tanda baca yang
tempo dan jeda disesuaikan dengan makna kalimat dan melihat kondisi audiens
sehingga disampaikan secara menarik dan tetap mendapat perhatian dari para
pendengar.
VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta bahwa jumlah siswa yang terampil dari 29
orang siswa yang diteliti berdasarkan aspek intonasi yaitu 100%. Berdasarkan
rata-rata presentase ini siswa sudah sangat terampil dalam membacakan puisi
siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta sudah terampil membacakan puisi
dilihat dari aspek intonasi. Berikut adalah penggunaan intonasi yang tepat pada
76
Pada bait puisi di atas, siswa harus memperhatikan penggunaan tanda baca
yang tepat, juga harus memperhatikan tekanan suara (keras/lembutnya) kata yang
dengan tanda baca yang ada seperti tanda koma, titik, tanya, seru, dan lainnya.
Pada bait puisi di atas jelas sekali bahwa intonasinya harus disesuaikan dengan
penempatan tanda baca agar kesan dari para pendengar semakin menarik.
dilihat dari ketercapaian aspek kontak pandang jumlah siswa yang terampil dalam
siswa pada aspek kontak pandang sangat bervariasi. Dari frekuensi ketercapaian
aspek kontak pandang seperti pada data di atas menunjukan bahwa sebagian besar
siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta sudah mampu melakukan kontak
pandang pada saat membacakan puisi. Dari hasil pengamatan peneliti, siswa yang
terkategori sangat sering dan sering melakukan kontak pandang adalah siswa yang
dan tidak melakukan kontak pandang adalah yang tidak pernah mengarahkan
77
kecendrungan siswa karena terpaku pada teks. Berikut adalah bait puisi yang
perluh diperhatikan dalam aspek kontak pandang saat siswa membacakan puisi.
Pada bait puisi ini seseorang pembaca puisi harus perhatikan mimik atau
ekspresi yang menunjukkan makna dari bait pusi misalnya pada baris puisi
audiens atau pendengar. Mata adalah bagian dari indera penglihatan yang
memiliki peran penting dalam membacakan puisi artinya pandangan mata harus
bilamana pada saat membacakan puisi suaranya harus seimbang, tidak terlalu
keras, tidak juga terlalu pelan supaya pendengar atau audiens bisa mendengar
dengan baik puisi yang dibacakan oleh pembaca. Dengan menggunakan volume
suara yang sangat jelas pada siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta tersebut
menunjukan bahwa, ada 29 orang siswa yang sudah terampil membacakan puisi
dilihat dari aspek volume suara atau dengan persentase 100%, dari jumlah siswa
suaranya harus seimbang, tidak terlalu keras, tidak juga terlalu pelan supaya
pendengar atau audiens bisa mendengar dengan baik puisi yang dibacakan oleh
pembaca. Dengan menggunakan volume suara yang sangat jelas pada siswa kelas
78
VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta tersebut. Berikut adalah bait puisi yang jelas saat
menggunakan volume suara yang keras dan jelas saat membacakan puisi agar para
audiens dapat menikmati dan merasakan keindahan bunyi puisi berupa nada dan
bahwa hasil ketercapaian aspek gestur tubuh sebanyak 29 orang siswa yang sudah
terampil dalam membacakan puisi dengan memperhatikan aspek gestur tubuh atau
dengan presentase 100%. Dari hasil ketercapaian aspek gestur tubuh peneliti
menyimpulkan bahwa siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta sudah
terampil membacakan puisi dengan baik. Berikut adalah bait puisi yang perluh
diperhatikan dalam aspek gestur tubuh pada saat siswa membacakan puisi.
79
Pada bait puisi di atas, pembaca puisi harus menggunakan aspek gestur
tubuh yang meliputi gerakan tangan, dan ekspresi wajah yang ditunjukan kepada
dibaca. Dari berbagai data yang diperoleh serta hasil analisis atas data tersebut,
maka kondisi yang ditemukan pada siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta
adalah sebagian siswa kelas VII sudah bisa membacakan puisi dengan baik, meski
masih terdapat siswa yang kurang mampu dalam membacakan puisi dengan
puisi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta pada tahun ajaran 2017/2018
terkategori baik.
Watu Benta
kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta ditemukan dua hal penting yang perlu
dibahas lebih lanjut. Pertama ada siswa yang terampil membacakan puisi dengan
baik, kedua ada siswa yang cukup terampil membacakan puisi. Pengkategorian
siswa ke dalam dua sisi tersebut karena dipertimbangkan dengan data yang
Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan serta dibahas terkait data tentang siswa
yang mampu membacakan puisi dengan baik dan siswa yang tidak mampu
siswa.
80
4.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Membacakan Puisi
Benta dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari hasil wawancara dan hasil penelitian
yang diperoleh peneliti dengan guru SMPN 3 Ruteng Watu Benta, adapun faktor-
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang asalnya dari dalam diri seseorang atau
individu itu sendiri. Faktor ini biasanya berupa sikap juga sifat yang melekat
pada diri seseorang. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
a. Faktor fisik. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaan yang mendukung
aspek pelafalan, kondisi lidah yang baik akan mempengaruhi artikulasi dan
lafal yang baik pula. Hal ini, berarti faktor siswa mendukung. Kondisi
mata yang kurang baik, siswa susah memperhatikan kata, tanda baca, atau
kalimat. Keadaan ini banyak ditemukan dari siswa oleh peneliti saat
membacakan puisi.
b. Faktor Psikologis (mental) Siswa. Siswa yang memiliki sikap percaya diri
akan tampil dengan penuh rasa percaya diri (tidak malu), begitu pula
dengan siswa yang tidak memiliki sikap percaya diri atau malu akan
81
Dari kedua faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa antara faktor
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor
a. Lingkungan sosial
pola asuh didalam keluarga. Pola asuh yang mendukung adanya proses
belajar, tentu saja akan memberikan efek yang lebih efektif dibandingkan
b. Lingkungan keluarga
yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap proses belajar anak
adalah orang tua. Dalam hal ini peran orang tua di rumah sangat penting
82
c. Lingkungan Sekolah
didik atau siswa mampu menerima materi dengan baik dengan penuh
83
Dilihat dari hasil keterampilan membacakan puisi siswa kelas VII SMPN 3
puisi baik, dan didukung oleh faktor fisik maupun nonfisik yang baik. Setiap
sebagian siswa terkategori cukup baik. Melihat kondisi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi fisik atau faktor fisiologis sangat berpengaruh dalam
sangat berperan penting dalam keberhasilan membacakan puisi yang baik dari
siswa. Selain itu, berdasarkan hasil yang diamati oleh peneliti, ternyata ada siswa
gugup karena berapa hal, yaitu tidak percaya diri serta malu dengan teman-teman
sekelas. Kedaan seperti ini dilihat oleh peneliti sebagai hambatan bagi siswa
kemampuan siswa terutama mental siswa itu sendiri. Keterangan dan pengamatan
bahwa sebagaian siswa mempunyai minat, motivasi, serta kondisi mental yang
siswa yang tidak mempunyai minat ataupun motivasi dan kondisi mental yang
baik.
84
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa, keterampilan membacakan puisi siswa kelas VII SMPN
keterampilan membaca puisi siswa sudah mencapai hasil yang sangat baik.
Berikut adalah hasil keterampilan membaca puisi siswa berdasarkan aspek yang
dinilai:
siswa yang pelafalan jelas pada saat membacakan puisi atau dengan
jelas pada saat membacakan puisi atau persentase (37,93 %), sedangkan
2. Aspek intonasi, pada aspek intonasi siswa kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu
Benta sudah terampil dalam membacakan puisi. Dari 29 orang siswa yang
aspek intonasi sebanyak 12 orang siswa yang intonasinya tepat pada saat
85
yang intonasinya cukup tepat dengan persentasi (58,62%), sedangkan
3. Aspek kontak pandang, Pada aspek kontak pandang siswa kelas VII
4. Aspek volume suara, pada aspek volume suara siswa kelas VII SMPN
baik. Dari 29 orang siswa yang diteliti ketercapaian aspek volume suara
volume suara dengan seimbang pada saat membacakan puisi, Hal tersebut
presentase (0%).
5. Aspek gestur tubuh, pada aspek gestur tubuh siswa kelas VII SMPN 3
Ruteng Watu Benta sudah terampil dalam membacakan puisis yang baik.
yang tidak kaku atau dengan persentase (42,37%), sedikit kaku sebanyak
86
17 orang siswa dengan persentase (58.62%) sedangkan yang sangat kaku
Ruteng Watu Benta Kecamatan Rahong Utara Kabupaten Manggarai tahun ajaran
5.2 Saran
penelitian ini yaitu kepada sekolah, para guru, siswa, dan peneliti atau pembaca
umumnya.
a. Bagi Sekolah
b. Bagi Guru
puisi. Juga dapat melatih dan mengembangkan minat dan bakat siswa
87
c. Bagi Siswa
Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi dasar atau acuan bagi peneliti
e. Bagi Pembaca
kualitas pembelajarannya.
88
DAFTAR PUSTAKA
89
LAMPIRAN 1
90
LAMPIRAN 2
Lembar Pengamatan Peneliti Terhadap Keterampilan Membacakan Puisi
Siswa Kelas VII SMPN 3 Ruteng Watu Benta
Petunjuk.
1. Pada saat siswa membaca teks puisi, peneliti mengamati aspek-aspek yang
ada pada kolom berikut.
2. Peneliti memberi nilai sesuai dengan aspek.
Aspek Yang Dinilai
No Nama Sikap Sko Nilai
Siswa Pelafalan Intonasi Kontak Volume Gestur r
Pandang Suara Tubuh
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 F.W 2 2 2 2 2 10 66,66
2 K.J 2 2 3 2 2 11 73,33
3 M.B 3 3 3 3 2 14 93,33
4 M.E.S 2 2 3 2 2 11 73,33
5 M.F.D 3 3 3 3 3 15 100
6 M.G.A 3 3 3 3 3 15 100
7 M.F.J 2 2 3 3 3 13 86,66
8 M.Y 3 3 3 3 3 15 100
9 M.J 2 2 2 3 2 11 73,33
10 M.R 3 3 3 3 3 15 100
11 M.D.D 3 3 3 3 2 14 93,33
12 M.L.G 3 3 3 3 2 14 93,33
13 M.H.D 3 3 3 3 3 15 100
14 N.A 3 3 3 3 3 15 100
15 O.J 3 2 3 3 14 93,33
16 O.M 3 2 2 3 2 13 86,66
17 O.M 3 2 2 3 3 12 80
18 P.R.C 3 2 2 3 3 13 86,66
19 P.J 2 2 2 3 2 11 73,33
20 P.F.N 3 3 2 3 2 13 86,66
21 P.H 2 2 3 2 11 73,33
22 P.J 2 2 2 3 2 11 73,33
23 P.D.A 3 2 2 3 2 12 80
24 R.Y.T 3 3 3 3 3 15 100
25 R.M 3 3 3 3 3 15 100
26 R.A.A 2 2 3 2 2 11 73,33
27 S.P 2 2 3 2 2 11 73,33
28 T.N.J 3 2 3 2 2 12 80
29 V.S.P 2 2 3 2 2 11 73,33
373 2486,59
Jumlah 3 2 0 3 2 0 3 2 0 3 2 0 3 2 0
Persentase B C K B C K B C K B C K B C K
Nilai rata-rata= 2486,59/29 = 85,744828
91
Keterangan Penskoran:
Pelafalan
bunyi fonem.
nyaring.
Intonasi
membaca.
Kontak Pandang
Volume Suara
92
Gestur Tubuh
Jumlah Skor
Nilai = × 100
Total Skor
Total nilai
Untuk mengetahui nilai Rata − rata =
Jumlah siswa
93
LAMPIRAN 3
94
Peneliti Saat Praktek Membacakan Puisi Yang Baik
95
Siswa Sedang Membacakan Puisi
96
97
Saat Guru Bahasa Indonesia Memberi Motivasi
98