Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN MODEL TRANSPORTASI DALAM PENDISTRIBUSIAN BBM DI

PROVINSI SULAWESI SELATAN


1 2
Edhy Bastian , Prof. Dr. Hj. Aidawayati Rangkuti, MS. ,
3
Dr.Eng. Armin Lawi, M.Eng
Program studi Matematika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Hasanuddin
bastian.edhy@yahoo.co.id

ABSTRAK
Dalam penulisan skripsi ini di lakukan penelitian tentang perbandingan dua metode yaitu Vogel
Approximation Method (VAM) dan Metode Batu Loncatan (Stepping Stone Method) untuk menentukan
solusi optimal masalah transportasi. Penelitian transportasi tersebut adalah pendistribusian BBM di
Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa metode Batu Loncatan memberikan hasil
yang optimal dengan hasil yang diperoleh sebesar Rp. 15.776.080.600 dibandingkan metode vogel sebesar
Rp. 24.312.194.200. Dalam pendistribusian BBM di Sulawesi Selatan PT. Pertamina(PERSERO) memiliki
3 depot dengan tujuan pengiriman yaitu 21 kabupaten.

Kata Kunci : Vogel Approximation method, Metode Batu Loncatan .

ABSTRACT
This paper doing research on a comparison of two methods namely of Vogel Approximation Method and
Stepping Stone Method to determine the optimal solution of transport problems. The transportation study
is the distribution of fuel in the province of South Sulawesi. The simulation results showed that Stepping
Stones method more optimal with the results obtained IDR 15,776,080,600 than Vogel Approximation
Method with the results obtained IDR 24,312,94,200. In the distribution of fuel in South Sulawesi in PT.
Pertamina (Persero) has 3 depots with the purpose of sending that 21 districts.
Keywords : Vogel Approximation method, Stepping Stone Method.

1. Pendahuluan satu faktor keberhasilan suatu perusahaan untuk


Masalah transportasi merupakan model khusus mencapai keuntungan yang besar adalah
dari masalah pemograman linear pada umumnya bagaimana perusahaan tersebut dapat mengirimkan
berhubungan dengan distribusi suatu produk dari hasil produksinya dengan waktu yang tepat dan
beberapa sumber dengan penawaran terbatas menuju beban biaya yang kecil.
beberapa tujuan dengan biaya tertentu pada biaya
transportasi minimum. Tujuan dari model 2. Tinjauan pustaka
transportasi adalah merencanakan pengiriman 2.1 Pemrograman Linear
produk dari sumber-sumber ke tujuan sedemikian
rupa untuk meminimumkan total biaya Pemrograman linear merupakan metode
transportasi, dengan kendala-kendala yaitu setiap matematis dalam mengalokasikan sumber daya yang
permintaan dan persediaan terpenuhi, dan sumber terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti
tidak mungkin mengirim komoditas lebih besar dari memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan
kapasitas. Dengan strategi dan perencanaan biaya. Tujuan penyelesaian masalah dengan
yang baik maka biaya untuk proses pemrograman linear berkaitan dengan masalah
transportasi bisa dihemat. Perencanaan optimalisasi, yaitu tujuan maksimal atau minimal,
pengeluaran transportasi berhubungan dengan dimana tingkat pencapaian tujuan ini dibatasi oleh
jumlah dan kapan akan di langsungkan kendala yang mencerminkan keterbatasan dari
pengeluaran. Dengan adanya perencanaan kapasitas yang dimiliki. Nilai-nilai variabel
pengeluaran trans- portasi maka akan diperoleh keputusan yang dihasilkan dari proses pencapaian
peningkatan keuntungan karena mampu tujuan ini disebut sebagai solusi yang layak. Solusi
meminimalkan biaya transportasi dan permintaan layak dapat memberikan nilai fungsi tujuan paling
pasar juga dapat terpenuhi dengan baik. besar untuk kasus maksimal atau yang paling kecil
Program transportasi juga dapat digunakan untuk kasus minimal disebutsolusi optimal.
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada
dunia bisnis. Terbukti bahwa saat ini perusahaan- 2.1.1 Model Pemrograman Linear
perusahaan melebarkan sayapnya untuk Bentuk umum model program linear
meningkatkan hasil produksinya agar sebagai berikut :
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Salah
1
Maksimumkan Vogel pada tahun 1948. VAM juga merupakan
Z = ∑𝑛𝑗=1 𝑐𝑗 𝑥𝑗 (2.1) salah satu metode transportasi yang lebih baik dan
Dengan batasan : mendekati hasil optimal. Dengan menggunakan
∑𝑛𝑗=1 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 ≤ 𝑏𝑖 untuk i = 1,2,3,…,m (2.2) VAM, besarnya biaya dihitung dengan
𝑥𝑗 ≥ 0 untukj=1,2,3,…,n (2.3) menggunakan penalti. penalti diperoleh dengan
memilih biaya terkecil dari tiap-tiap baris dan kolom
kemudian menghitung selisih antara biaya terkecil
2.2 Model Transportasi
tersebut dengan biaya terkecil lainnya. Metode
Transportasi merupakan suatu model yang VAM (Vogel Approximation Method) merupakan
digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber metode yang lebih mudah dan lebih cepat untuk
yang menyediakan produk yang sama ke tempat- mengatur alokasi dari beberapa sumber ke beberapa
tempat yang membutuhkan secara optimal. Alokasi daerah yang membutuhkan (Singh,2012). Adapun
produk ini harus diatur sedemikian rupa, karena Prosedur dari metode VAM yaitu :
terdapat perbedaan beban dari satu sumber ke suatu Langkah I
tempat-tempat tujuan yang berbeda-beda. Secara Menyusun jumlah sumber dan tujuan, kapasitas
matematis permasalahan transportasi dapat sumber, permintaan tujuan dan biaya pengangkutan
dimodelkan sebagai berikut: ke dalam matriks pada tabel transportasi.
Fungsi tujuan: Langkah II
Z = ∑𝑚 𝑛
𝑖=1 ∑𝑗=1 𝐶𝑖𝑗 𝑋𝑖𝑗 (2.7) Menentukan biaya penalti untuk setiap baris
dengan batasan : dan kolom dengan Mencari perbedaan dari dua
∑𝑛𝑗=1 𝑋𝑖𝑗 = Si ; i =1,2,...,m (2.8) biaya terkecil, yaitu biaya terkecil dan terkecil
𝑚 kedua untuk tiap baris dan kolom pada matriks (Cij).
∑𝑖=1 𝑋𝑖𝑗 = Dj ; j =1,2,...,n (2.9)
Xij≥ 0, untuk semua i dan j Langkah III
Pilih baris atau kolom dengan biaya penalti
2.2.1 Metode Sudut Barat Laut (NCR) tertinggi. Kemudian di alokasikan sebanyak
mungkin pada variabel dengan ongkos terkecil,
Metode Sudut Barat laut adalah metode yang disesuaikan antara persediaan dengan permintaan,
paling sederhana untuk mencari solusi awal dari kemudian baris atau kolom yang sudah terpenuhi
transportasi. Ciri dari metode ini adalah alokasi diberi tanda. Kalau ada dua buah kolom atau baris
satuan belum memandang biaya transportasi. yang terpenuhi secara simultan, dipilih salah satu
Langkah-langkah Penyelesaiannya adalah untuk diberi tanda, sehingga persediaan atau
1. Mulai dari pojok barat laut tabel dan permintaan pada baris atau kolom dengan
alokasikan sebanyak mungkin pada X11 persediaan atau permintaan pada baris atau kolom
tanpa menyimpang dari kendala yang tidak terpilih adalah 0. Setiap baris atau kolom
penawaran atau permintaan (artinya X11 dengan persediaan atau permintaan yang sama
ditetapkan sama dengan yang terkecil di dengan 0, tidak akan terbawa lagi dalam
antara nilai a1 dan b1). perhitungan penalti berikutnya.
2. Proses pertama akan menghabiskan Langkah IV
penawaran pada tujuan 1. Akibatnya, tak Ulangi semua langkah 2 dan 3 sampai semua
ada lagi barang yang dapat dialokasikan ke baris dan kolom sepenuhnya teralokasi.
kolom atau baris yang telah dihabiskan dan a. Bila tinggal satu kolom atau baris yang belum
kemudian baris atau kolom itu ditandai, pengerjaan dihentikan.
dihilangkan. Kemudian pengalokasian b. Bila tinggal satu kolom atau baris dengan
sebanyak mungkin ke kotak di dekatnya persediaan atau permintaan positif yang belum
pada baris atau kolom yang dapat di ditandai, tentukan variabel basis pada kolom
hilangkan. Jika kolom maupun baris telah atau baris dengan cara ongkos terkecil.
dihabiskan, pindahlah secara diagonal ke c. Bila semua baris dan kolom yang belum ditandai
kotak berikutnya. mempunyai persediaan dan permintaan sama
3. Lanjutkan dengan cara yang sama sampai dengan 0, di tentukan variable-variabel basis
semua penawaran telah dihabiskan dengan yang berharga dengan cara ongkos terkecil.
keperluaan permintaan tekah dipenuhi. Kemudian pengerjaan dihentikan.
Metode Northwest Corner Rule atau yang dikenal d. Jika langkah 3 a, b, dan c tidak terjadi, hitung
dengan metode sudut barat laut merupakan salah kembali penalti untuk kolom atau baris yang
satu pemecahan awal yang digunakan dalam belum diberi tanda. Kembali ke langkah 3.
menyelesaikan persoalan transportasi. Langkah V
Menghitung total biaya transportasi (fungsi
tujuan).
2.2.2 Vogel Approximation Method (VAM)
Metode VAM (Vogel Approximation 2.2.3 Metode Batu loncatan (Stepping Stone
Method) pertama kali diperkenalkan oleh W.R Method )
2
Metode Stepping Stone adalah salah satu 10. Menentukan harga variabel basis (yang
solusi optimum untuk melanjutkan solusi dasar berada di dalam loop yang baru) di mana
awal. Metode Stepping Stone merupakan cara nilai untuk variabel yang baru masuk basis
mengubah penyelesaian awal menjadi pemecahan diambil dari nilai variabel minimal dalam
yang optimal. Cara ini digunakan untuk loop.
mengevaluasi biaya transportasi dengan mengubah 11. Untuk variabel-variabel basis yang lain
rute yang belum terpakai. Langkah berikutnya yang juga berada dalam loop yaitu:
adalah menekan ke bawah biaya transport dengan 1) Xij baru = Xij lama – X minimal
memasukan variabel nonbasis ( yaitu alokasi 2) Xij baru = Xij lama + X minimal
barang ke kotak kosong) ke dalam solusi. Proses 12. Untuk variabel-variabel basis yang lain di
evaluasi variabel nonbasis yang memungkinkan luar loop harganya tetap dan hitung
terjadinya perbaikan solusi dan kemudian kembali nilai Zij – Cij untuk variabel non-
mengalokasikan kembali dinamakan Stepping basis.
Stone. Setiap kotak kosong menunjukkan suatu 13. Diperoleh tabel optimal jika semua Zij – Cij
variabel nonbasis. Bagi variabel non basis yang ≤ 0.
akan memasuki solusi dan harus memberi 14. Jika masih ada nilai Zij – Cij > 0 , maka
sumbangan dalam penurunan nilai fungsi. Hal ini dapat ditentukan kembali entering
dapat ditunjukkan pada proses jalur tertutup. variable dan leaving (variabel yang masuk
Beberapa hal penting yang perlu disebutkan dengan dan yang keluar).
penyusunan jalur Batu Loncatan ( Stepping
Stone) yaitu : 3. Metodologi Penelitian
Pemecahan fisibel yang pertama dengan
3.1 Sumber Data
menggunakan metode sudut barat laut.
1. Kotak yang terisi disebut kotak basis, Data yang di peroleh merupakan data
nilainya diberi tanda kurung buka dan primer yang berasal dari hasil wawancara dan
tutup seperti (xij), i melambangkan baris pengambilan data di PT Pertamina Persero
dan j untuk kolom. Pemasaran Regional VII Makassar pada bulan Juli
2. Kotak yang tidak terisi disebut kotak bukan sampai agustus 2016. Adapun data yang di peroleh
basis (non basis cell). adalah :
3. Semua kotak memuat biaya angkut per unit 1. Data persediaan (supply) BBM di tiga depot
barang sebesar Cij di mana 1 unit barang Sulawesi Selatan
diangkut dari sumber m ke tujuan n. 2. Data pemintaan (demand) BBM di tiap SPBU di
4. ai = supply atau persediaan barang di daerah
sumber m, dan bj = permintaan barang dari
tujuan n dan Z = Cij Xij = jumlah biaya 3.1 Identifikasi Penelitian
angkut yang harus dibuat minimal
Pada penelitian ini dilakukan
5. Agar tabel tidak rumit, nilai yang
pendistribusian BBM yang berdasarkan
menunjukkan biaya angkut tidak
permasalahan kondisi di lapangan yang sering
dicantumkan dalam tabel
mengalami keterlambatan pengiriman. Perusahaan
6. Dibuat loop tertutup bagi setiap
membedakan ke dalam 21 Kabupaten dalam
variabel non-basis di mana loop
mendistribusikan BBM. Pada sistem ini pengaruh
tersebut berawal dan berakhir pada
utama pada pendistribusian berupa banyaknya
variabel non-basis, dan setiap titik sudut
kapasitas barang yang akan didistribusikan dan
loop tersebut harus merupakan titik-titik
biaya yang akan dikeluarkan pada proses
yang ditempati oleh variabel-variabel
pendistribusian barang. Kapasitas kendaraan yang
basis dalam tabel transportasi.
digunakan dalam mendistribusikan BBM yaitu
7. Dihitung Zij – Cij = jumlah Cij pada loop
mobil tangki berkapasitas 8 k l , 16 kl, dan 24
dengan koefisien (+) dan (-) secara
k l . Jumlah kendaraan yang beroperasi dalam
bergantian.
mendistribusikan BBM sebanyak 30 kendaraan.
8. Menentukan variabel yang masuk
menjadi basis (entering variable) dengan
cara memilih nilai Zij – Cij yang terbesar 3.2 Pengolahan Data
atau Max Zij – Cij. Tahapan yang di lakukan dalam pengolahan data
9. Menentukan variabel yang keluar dari sebagai berikut :
basis dengan cara: 1. Tabulasi Data
1) Dibuat loop yang memuat Zij – Cij yang 2. Analisis data dengan Metode Northwest Corner
terbesar. Rule, Vogel, dan Batu Loncatan (Stepping Stone).
2) Diadakan pengamatan pada Cij dalam loop 3. Menentukan biaya minimal dari ketiga metode
yang mempunyai koefisien (+). transportasi tersebut
3) Variabel Xij yang keluar basis bila dan
hanya bila Xij minimal dari jalur loop. 4. Hasil Dan Pembahasan
3
4.1 Deskripsi singkat Tentang Perusahaan 17. Kabupaten Luwu timur
18. Kabupaten Luwu utara
PT.Pertamina (PERSERO)
19. Kabupaten Tana Toraja
4.1.1 Sejarah Singkat 20. Kabupaten Toraja Utara
21. Kabupaten Sidrap
Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas
4.1.4 Permintaan dan Penawaran BBM di
bumi yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia
Sulawesi Selatan
(National Oil Company), yang berdiri sejak
Adapun Kapasitas permintaan di 3 depot dan
tanggal 10 Desember 1957. Dengan bergulirnya
jumlah penawaran di tiap daerah yang ada di
Undang-Undang No.8 Tahun 1971 sebutan
Sulawesi Selatan antara lain :
perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini
1. Kapasitas Persediaan dari 3 depot di Sulawesi
tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status
Selatan dalam jangka waktu 6 bulan yaitu :
hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO).
Pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan  Makassar = 168.024 KL
Undang-Undang Republik Indonesia No.22 Tahun  Pare – Pare = 42.000 KL
2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang  Palopo = 44.616 KL
minyak dan gas bumi. 2. Jumlah Permintaan tiap daerah di Sulawesi
Selatan dalam jangka waktu 6 bulan yaitu :
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan Tabel 4.1.4 (a) Jumlah permintaan BBM

Merupakan suatu gambaran mengenai


mekanisme kerja antar bagian, unit atau departemen
yang ada disuatu organisasi atau perusahaan
sebagai dasar dalam melaksanakan prosedur kerja
menjalankan fungsinya masing-masing. Dengan
adanya struktur organisasi maka akan terlihat jelas
pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab.

4.1.3 Gambaran Umum depot dan daerah tujuan


distribusi BBM di Sulawesi Selatan
a. Depot pertamina
Dalam Mendistribusikan BBM di Sulawesi
Selatan, PT.Pertamina (Persero) memiliki 3 depot
di antaranya : 4.1.5 Gambaran Umum Transportasi
1. Kota Makassar Dalam Mendistribusikan BBM di Setiap
2. Kota Pare – pare daerah, PT. Pertamina (PERSERO) Menggunakan
3. Kota Palopo dua jenis transportasi yaitu :
b. Daerah Tujuan Distribusi 1. Untuk Jalur darat dengan menggunakan
mobil tangki yang dapat dilalui oleh
Seperti halnya daerah Asalnya, PT. kendaran roda empat
Pertamina (Persero) Memiliki daerah tujuan 2. Untuk Jalur antar pulau atau laut dengan
distribusi yang Tersebar di seluruh provinsi di menggunakan Kapal tangki
Sulawesi Selatan di antaranya :
4.2 Penerapan Model Transportasi dalam
1. Kabupaten Bantaeng
2. Kabupaten Bone Pendistribusian BBM di Provinsi Sulawesi
3. Kabupaten Bulukumba Selatan
4. Kabupaten Gowa
5. Kabupaten Jeneponto Bentuk analisis yang digunakan dalam
6. Kabupaten Maros penulisan skripsi ini adalah dengan menentukan
7. Kabupaten Pangkep solusi awal terlebih dahulu menggunakan VAM
8. Kabupaten Selayar (Vogel’s Approximation Method) dan North West
9. Kabupaten Sinjai Corner Method, Kemudian Mencari Solusi akhir
10. Kabupaten Takalar dengan menggunakan metode Batu Loncatan
11. Kabupaten Barru (Stepping Stone). Dalam mendistribusikan BBM
12. Kabupaten Pinrang dari 3 depot ke daerah tujuan di Sulawesi Selatan,
13. Kabupaten Soppeng PT. Pertamina (PERSERO) Menggunakan Metode
14. Kabupaten Wajo tersendiri.
15. Kabupaten Enrekang
16. Kabupaten Luwu
4
4.3 Pembahasan penerapan Metode Vogel Dan yang lebih optimal dengan presentase
Stepping Stone pengerjaannya 64.88 %.

Dari tabel di atas, bahwa solusi yang optimal 5 Kesimpulan Dan saran
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dari
kedua metode adalah Metode stepping Stone. 5.1 Kesimpulan
Metode Vogel dalam proses pengerjaannya
membutuhkan 333 langkah namun hanya Berdasarkan pembahasan pada bab – bab
membutuhkan waktu sebentar berbeda dengan sebelumnya yang menjelaskan penerapan model
metode Stepping Stone yang di kerjakan sampai transportasi dengan metode Sudut Barat Laut, VAM,
720 Langkah dan membutuhkan waktu yang banyak dan Stepping Stone hasil optimalisasi BBM di
dalam perhitungannya hal ini meyebabkan Provinsi Di Sulawesi Selatan. Maka dapat
banyaknya waktu yang terbuang. disimpulkan bahwa :
Dari hasil kedua metode tersebut efisiensi
waktu pengerjaan metode Vogel terhadap metode a. Untuk persentase efesiensi waktu pengerjaan
Stepping Stone yang di peroleh adalah kedua metode tersebut dapat dilihat bahwa
dengan menggunakan metode vogel waktu
𝐸𝐿𝑠𝑠−𝐸𝐿𝑣 pengerjaannya lebih efisien namun
Efesiensi Langkah = X 100 %
𝐸𝐿𝑠𝑠 menggunakan metode Stepping Stone hasilnya
355−368 lebih optimal dan akurat.
= X 100 %
355

= 25,1 % b. Untuk Persentase tiap Metode dapat dilihat


Selanjutnya dari segi meminimalkan biaya bahwa dengan menggunakan Metode Vogel
dapat diketahui dengan menggunakan metode hasil yang diperoleh sebesar Rp. 24.312.194.200
Vogel di peroleh hasil sebagai berikut Rp. dengan persentase 25,1 % sedangkan dengan
24.312.194.200 Sedangkan pengolahan metode Stepping Stone hasil yang diperoleh
menggunakan metode Stepping Stone di peroleh Sebesar Rp. 15.776.080.600 dengan persentase
hasil sebagai berikut Rp. 15.776.080.600. 64,88 %. Jadi dengan menggunakan metode
Dari hasil kedua metode tersebut rasio biaya Stepping Stone pada data simulasi PT.
minimal yang di peroleh adalah Pertamina (PERSERO) dapat menghemat biaya
distribusi.
𝑂𝑠𝑡
Rasio = X 100 %
𝑂𝑣 5.2 Saran
Rp.15.776.080.600
= X 100 %
Rp.24.312.194.200 Adapun saran-saran untuk penulisan
= 64.88 % selanjutnya adalah sebagai berikut :

Untuk persentase efesiensi waktu pengerjaan 1. yang digunakan adalah VAM dan Steping
ke dua metode di atas dapat di lihat bahwa dengan stone digunakan untuk mengevaluasi kinerja
menggunakan metode vogel waktu pengerjaannya dan memenuhi kebutuhan penerapan
sedikit namun biaya yang diperoleh lebih besar pendistribusian BBM di Provinsi Sulawesi
berbeda dengan metode stepping stone biayanya Selatan. Pada penulisan selanjutnya,
lebih optimal. Selanjutnya di lihat dari segi disarankan untuk menggunakan metode
meminimilkan biaya metode Steping Stone danzing
hasilnya lebih optimal dari vogel. Jadi total biaya
transportasi untuk mendistribusikan BBM dari 2. Pada penulisan selanjutnya, disarankan untuk
depot ke spbu dengan menerapkan metode Stpping menggunakan aplikasi dengan bahasa
Stone adalah Rp. 15.776.080.600. Dari sini terlihat pemrograman lain, misalnya Matlab untuk
bahwa metode Stepping Stone lebih optimal dari menganalisis perbandingan Pada penulisan
metode Vogel dan meminimalkan bIaya tugas akhir ini, metode
pendistribusian BBM di provinsi Sulawesi Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Jadi, dapat di simpulkan bahwa dengan
Devo Avidianto. 2010. Pengertian Distribusi dan
menggunakan metode vogel dengan jumlah tabel
Fungsi Distribusi.
yang banyak hanya membutuhkan waktu http://devoav1997.webnode.com.
pengerjaan sedikit dan persentase pengerjaannya Tangerang Selatan, Banten.
25,1 % dan hasil yang di peroleh mendekati metode
Stepping Stone. Selanjutnya dengan menggunakan Dimyati, T.T. & Dimyati, A. 2004. Operations
metode Stepping Stone akan mendapatkan hasil Research; Model-model pengambilan

5
keputusan. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.

D. R. Anderson, D. J. Sweeney and T. A. Williams.


2010. An introduction
tomanagementsciencees quantitative
approaches to decision making. Thirteen
edition, Minnesota: West Publishing
Company.

John, Hendri. 2009. Riset Operasional, Yogyakarta.

M. Mathirajan and B. Meenakshi. 2004. Asia-Pacific


Journal of Operational
Research.Experimental Analysis of Some
Variants of Vogel's Approximation
Method part 21(4), page 447-462.

N. Balakrishnan. 1990. Modified Vogel’s


Approximation method for unbalanced
transportation problem. Applied
Mathematics Letters part 3 (2) page 9-
11.

Rangkuti, Aidawayati. 2012. 7 Model Riset Operasi


dan Aplikasinya. Surabaya: Brilian
International.

Shweta singh, G.C. Dubey , and Rajesh


Shrivastava. 2012. Optimization and
analysis of some variants through
Vogel’s approximation method (VAM).
IOSR Journal of Engineering (IOSRJEN)
part 9 (2), page 20-30.

Taha, Hamdy. 2007. Operation Research An


Introduction. Eight edition, Mcgrawhill,
New York.
Taylor III, 2000. Sains Manajemen Pendekatan
Matematika untuk bisnis. Buku Satu, edisi
kelima, Indonesia, jakarta.
Woorward, Frank H, 1982. Manajemen
Transportasi. Jakarta: PT. Pustaka
Binaman Pressind

6
7

Anda mungkin juga menyukai