Anda di halaman 1dari 12

ISLAM KAAFAH

H. Syamsir Kamaluddin / Pengurus takmir masjid agung al azhar

- Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kedalam islam secara keseluruhan , dan janganlah
kamu ikuti langkah- langkah syetan. Sungguh ia musuh yang nyata bagiku. ( Qs.02:208/J.02 ).

Ayat – ayat yang agung ini berisi perintah (suruhan) Allah kepada orang- orang yang
beriman agar masuk islam secara lkeseluruhan dan larangan Allah agar jangan mengikuti
langkah – langkah syetan.

Untuk memudahkan, atau membantu kita memahami maksud dari ayat – ayat tersebut,
Alhamdulillah alm. Prof. IR. Buya Hamka melalui tafsir al azhar juz I – II, menguraikan ayat
tersebut sebagainya kutipan berikut :

- Maka dapatlah kita tafsirkan ayat ini, bahwasanya kita kalau telah mengakui beriman,
hendaklah seluruh isi al-quran dan bantuan nabi Muhammad SAW diakui dan di ikuti.
Semuanya diakui kebenaranya secara mutlak. Meskipun misalnya belum dikerjakan
semuanya, sekali-kali jangan dibantah. Sekali-kali janganlah ada suatu peraturan lain
yang lebih baik dari peraturan islam. Dalam pada itu hendaklah kita melatih diri agar
sampaipun kita menutup mata yang terakhir, meninggal dunia, hendaklah kita menjadi
orang islam yang 100%. Sebagimana diingatkan Allah SWT melalui surat Al Imran ayat
102 ( Qs.03:102/J. 04).
- Janganlah kamu meninggal melainkan adalah hendaknya kamu musuh sejati.

Sebagai bangsa, sebelum nenek moyang kita masuk islam, kita telah mempunyai peraturan-
peraturan pusaka nenek moyang yang terdahulu. Seumpama orang Tapanuli dengan adat
pratiarchat dan orang Minangkabau telah mempunyai adat matriachat, yang keduanya
mempunyai peraturan-peraturan warisan yang berada samasekali daripada hukum yang
ditentukan Islam. Orang Minangkabau telah Islam tetapi kadang-kadang harta pencaharian
seorang laki-laki dirampas juga dari anaknya, karena adat. Demikian juga Orang Tapanuli, yang
mewariskan harta kepada saudara laki-laki, sehingga isteripun dia diwariskan pula dan tidak
mendapat bahagian.
Maka belumlah, sempurna, belumlah “masuk islam keseluruhanya” di Minangkabau dan
Mandailing, kalau peraturan warisanya masih belum menurut peraturan al-Quran walaupun
ditempat itu telah berdiri masjid-masjid yang megah perkasa.kitapun dapat memahami hukum-
hukum Sosiologi, bahwasanya merubah dari orde yang lama kepada orde tidaklah dapat secepat
kilat. Inipun tidak mengapa, asal saja dimengerti bahwasanya peraturan islam lebih baik daripada
peraturan adat lama itu.

Demikian juga dalam pendirian Negara yang modern dan berdasarkan demokrasi. Hendaklah
dinegeri-negeri Islam, agar ummatnya menjalankan peraturan-peraturan Islam. Jangan sampai
peraturan-peraturan dan dan hukum yang berasal dari islam ditinggalkan, lalu diganti hukum
berat yang bersumber dan latar-belakangnya. Kalau tidak dari Kristen, tentu Hukum Romawi
Kuno. Dan didalam Negara penduduknya sebagian besar ummat islam. , dan adapula pemeluk
agama yang lain, agar terhadap golongan yang besar Muslim itu dibiarkan berlaku hukum
syariat islam.

Pendeknya kita wajib berikhtiar agar Islam dalam keseluruhanya berlaku pada masing-
masing pribadi kita, lalu kepada masyarakat kita, lalu kepada masyarakat kita, lalu kepada
masyarakat kita, lalu kepada Negara kita. Selama hayat dikandung badan, kita harus berjuang
terus agar Islam dalam keseluruhanya dapat berdiri dalam kehidupan kita. Dan jangan sampai
kita mengakui bahwa ada satu peraturan lain yang lebih baik daripada peraturan Islam.

Demikianlah misalnya tentang percakapan saya dengan seorang sahabat saya yang telah lama
sekali mendapat pendidikan secara secara barat, tetapi mengakui dirinya seorang muslim. Lalu,
lantaran pendidikan dan pergaulan itu, dia susah sekali melepaskan dirinya daripada kebiasaan
yang buruk, yaitu meminum minuman keras. Lalu dia berkata kepadaku bahwa dia seorang
islam. Dia banyak membaca terjemahan al-Quran menghasung dan mengajak seorang Islam
memakai akal dan fikiranya. Menurut fikiranya, minuman keras diharamkan Tuhan, karena dia
menjadikan manusia mabok. Dia setuju sekali dengan larangan itu. Sebab itu kalau dia minum,
dia supaya jangan mabok.

Lalu saya menjawab, bahwa dalam mempergunakan akal dan fikiran, saudara telah menuruti
al-Quran. Sayangnya saudara mempergunakan akal fikiran itu ialah buat mempertahankan diri,
karena saudara telah melanggar larangan Allah yang tertulis dalam al-Quran sendiri. Saya
sendiri, oleh karena saya bukan mendapat didikan barat, jangankan meminum minuman keras,
mendengar sajapun perasaan saya telah menolaknya. Oleh sebab itu akal kita yang merdeka itu
hendaklah kita latih pula didalam kepatuhan kepada Allah. Sebab hasil akal dan fikiran itupun
kadang-kadang dipengaruhi oleh lingkungan kita dan sikap jiwa yang telah mempengaruhi kita.

Kitapun mengakui dan melihat bahwa tidak ada orang Islam zaman sekarang yang 100%
dapat menjadi orang islam, akan ada yang masih kekurangan dan tidak pula ada satu negri islam,
yang disana hukum islam telah berjalan 100%. Tetapi belum adanya itu bukanlah menunjukkan
bahwa islam boleh kita pegang separoh-separoh. Kita selalu wajib berusaha mencapai puncak
kesempurnaan hidup menurut kemauan islam, sampai kita mencapai Husnul Khatimah.

Kita mengakui bahwa kita manusia mempunyai banyak kelemahan, sehingga hasil cita-cita
yang bulat tidaklah dicapai sekaligus. Dia kadang-kadang menghendaki tenaga, turunan demi
turunan. Tetapi dengan adanya tujuan cita-cita, jelaslah apa yang diperjuangkan. Jangan hanya
merasa puas dengan apa yang telah dicapai, “ dan janganlah kamu turut jejak-jejak syaitan;
seseungguhnya dia bagi kamu adalah musuh yang nyata.” (ujung ayat 208).

Niscaya syaitan, baik yang halus maupun yang kasar, senantiasa berusaha hendak
membelokkan perhatian orang yang beriman daripada tujuan yang telah ditentukan itu. Niscaya
syaitan-syaitan tidak merasa senang kalau tercapai tujuan itu. Sebab itu gangguan syaitan akan
mengemukakan pula rencana-rencana lain, jejak dan pengaruh lain, sehingga bukan sedikit negri
islam atau orang yang terkemuka beragama Islam tidak merasa yakin, bahkan ada yang menolak
kebenaran kehendak Islam. Seumpama Negeri Turki dibawah pimpinan Kemal Attaruk, karena
merasa sulit menggabungkan beberapa ijtihad ulama Islam untuk hukum pidana dan perdata
negrinya, lalu diambilnya secara langsung undang-undang Swizerland untuk pengganti undang-
undang negrinya. Di Indonesia ini pemerintah jajahan Belanda, untuk menghilangkan pengaruh
hukum Islam, sengaja menonjolkan beberapa hukum adat. Dan hukum-hukum adat itu dicari-cari
pada tiap-tiap daerah, sehingga timbulah berbagai rona corak hukum, karena perbedaan adat.
Belanda lebih suka hukum adat yang terpecah belah, daripada penduduk negeri golongan
terbesar (mayoritas) beragama Islam itu bersatu hukumnya menurut agamanya, padahal hukum
itu memang ada.
Tetapi lucunya, di negri yang hukum Islam telah dijadikan hukum adat, mereka tidak pula
mengakui hukum itu, seumpama didalam negri Kerajaan Buton ( Pulau Buton, Sulawesi ) telah
dijadikan hukum adat merajam orang yang kedapatan berzina dengan disaksikan oleh saksi
menerut ketentuan al-Quran, dan telah pernah dipotong tangan itu. Pemrintah Belanda tidak mau
mengakui hukum adat yang demikian, sebab “katanya” melanggar perikemanusiaan yang amat
dijaga dan dipertahankan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Seakan-akan hanya mereka yang
mempertahankan kemanusiaan, dan rakyat jajahan tidak.

Negara-negara penjajah dan Negara yang besar yang berpengaruh telah berusaha dengan
jalan pendidikan atau propaganda memasukkan jejak-jelak syaitan ke dalam jiwa kaum
Muslimin pada negri-negri Islam yang mereka jajah atau pengaruhi, agar orang islam memakai
peraturan lain untuk mengatur pergaulan hidup mereka. Sehingga meskipun mereka masih
mengaku islam, tetapi mereka menolak tiap-tiap cita Islam untuk memperbaiki masyarakat.

Demikian juga dalam kehidupan peribadi sehari-hari, menyelinaplah syitan memasukan


pengaruh, menunjukkan jalan dan meninggalkan jejak-jejak sehingga kahirnya kelak Islam itu
hanya tinggal menjadi nama dan sebutan, tetapi telah menempuh berbagai jalan yang bersimpang
siur didalam menghadapi serba-serbi kehidupan. Kadang-kadang timbul perpecahan diantara
muslimin, masing-masing mendakwahkan dirinya yang bena, kawan yang lai kawan yang salah
belaka. Syaitanpun memasukan rasa permusuhan kepada masing-masing pihak sehingga suksr
dipertemukan. Maka terjauhillah diri mereka kepada syaitan,bukan lagi menjual diri kepada
Allah.

Demikian pemaparan Alm.Prof.Dr Buya Hamka berkenaan dengan ayat 208 surat Al
Baqarah tersebut, semoga dapat membantu pemahaman dan memudahkan pemahaman kita.
Kemudian ada baiknya pula kita tampilkan referensi dari buku “tafsir ayat-ayat yaa ayyuhal
ladzina aamanu, jilid I karya H. Fachrudin.HS berkenaan dengan ayat tersebut ringkasanya
sebagai berikut :

Pemahaman pertama dari seruan ini adalah agar orang-orang yang beriman menyerahkan
seluruh jiwa dan seluruh urusan mereka, baik yang kecil maupun yang besar hanya kepada Allah.
Penyerahan diri dalam arti total, sehingga tidak aka nada lagi sikap, ekspresi atau perasaan, niat
atau amal, keinginan atau ketakutan, yang tidak tunduk kepada Allah dan tidak rela menerima
ketetapan dan qadha-Nya. Penyerahan diri yang diliputi dengan ketaatan dan ridha.

Penyerahan diri kepada Dzat yang mengarahkan langkah mereka, dan mereka percaya bahwa
Dia menginginkan kebaikan, nasehat dan petunjuk bagi mereka. Merekapun merasa tenang
menuju jalan dan tempat kembali mereka didunia dan diakhirat.

Objek seruan ini adalah orang-orang yang beriman, karena ayat diatas mengisyaratkan
adanya jiwa yang masih diliputi keraguan dalam hal ketaatan mutlak, baik secara tersembunyi-
sembunyi ataupun terang-terangan. Ini adalah hal yang wajar, sekalipun orang yang ragu tersebut
berada dalam suatu kelompok dimana terdapat jiwa-jiwa yang tunduk dan penuh kerelaan.
Seruan ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman agar mereka tetap ikhlas dan terbebas
dari segala keraguan, sehingga seluruh hal yang terbesit dalam jiwa dan perasaan mereka mereka
itu dapat disesuaikan dengan apa yang dikehendaki Allah dan yang diarahkan oleh Nabi serta
agama mreka tanpa keragu-raguan, kebimbingan dan palingan.

Ketika seoran muslim menjawab seruan ini, maka ia seharusnya memasuki dunia yang
seluruhnya diwarnai dengan sikap patuh (slim) dan penuh damai (salam). Dunia yang seluruhnya
didominasi dengan rasa percaya dan tenang, rela dan mapan, tiada kebimbangan dan
kegelisahan, tiada kesesatan, damai bagi nalar dan logika, damai bagi manusia dan seluruh
makhluk hidup, damai bagi eksistensi dan segala yang ada, damai yang mengayomi kebahagiaan,
damai yang melindungi kehidupan dan masyarakat, damai di bumi dan damai di langit.

Di dalam seruan ini terdapat ajakan perdamaian bagi segenap kaum beriman, dan
memberitahukan bahwa perang dan permusuhan itu termasuk salah satu langkh syitan. Dalam
seruan ini juga terdapat ajakan perdamaian antara kaum mukminin dan kaum lainya. Sehingga
tidak ada peperangan, baik dengan kaum lain, apalagi dengan sesame mereka.

Jadilah orang-orang yang memelihara perdamaian diantara kalian. Jangan jadikan fanatisme
kaum jahiliyah sebagai penyebab munculnya pertentangan dan perpecahan. Janganlah mengikuti
langkah setan yang senantiasa mendorong kepada perpecahan, karena setan adalah musuh yang
nyata.
Seandainya mereka melenceng dari jalan yang diserukan ini setelah munculnya alas an
(hujjah) yang tegas bahwa inilah jalan yang benar, maka ketahuilah bahwa mereka akan ditimpa
siksa sebagai akibat dari pelencengan ini, karena sesungguhnya Allah Maha Perkasa dapat
menghukum siapa saja yang menyimpang dari jalan-Nya, dan Dia Maha Bijaksana dengan
memberikan hukuman sesuai pelanggaran yang dikerjakan.

Dengan demikian, dalam seruan ini terdapat perintah sekaligus larangan. Perintah yang
terdapat dalam ayat ini adalah, “masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan.” (Al-
Baqarah: 208)

Demikian kutipan referensi dari buku tafsir ayat-ayat “yaa ayyuhal ladzina aamanu, jilid I
tentang perintah Allah berkenaan dengan “masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhan .
semoga membantu memudahkan pemahaman kita”.

Selanjutnya tentang larangan Allah agar jangan mengikuti langkah-langkah syetan (ujung
ayat 208 surat Al-Baqaraah), ada baiknya kita mengetahui, memahami pula bagaimana model
dari langkah-langkah syetan itu, sebagaimana dipaparkan didadam buku/ referensi tersebut yaitu:

a. Rekayasa setan kepada manusia

Saudaraku tercinta, sesungguhnya puncak harapan setan dalam kehidupan ini


adalah menyesatkan manusia, memposisikannya dalam kekafiran yang nyata hingga
mengeluarkanya dari agama islam. Atau, berusaha mendorong manusia melakukan
maksiat dan perbuatan buruk lainya, seandainya ia tidak mampu mengeluarkanya dari
agama islam.

Berdasarkan target ini, maka setan berupaya mencari segala tindakan dan sarana
yang dapat mengantarkan mereka merealisasikan tujuanya, yakni menyesatkan umat
Islam atau mendorong mereka berbuat maksiat dan dosa, atau dengan cara meleawatkan
amalan-amalan yang utama.

Diantara tindakan dan sarana setan dalam menipu manusia sebagaimana yang
disebutkan dala, Al-Quran adalah dengan cara memperindah suatu perbuatan yang
sebenarnya bertentangan dengan syariat Islam sehingga tampak bagus dimata dan dapat
diterima manusia. Al-Quran telah menjelaskan hal ini dalam ayat, “maka mengapa
mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang
siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka kebagusan apa yang selalu mereka
kerjakan.” (Al-Anam: 43)

Maksud yang terkandung dalam ayat diatas adalah ; menghiasi dan memperbagus
sikap yang diperbuat manusia, seperti menyekutukan Allah (syirik), menentang dan
mengerjakan maksiat.

Setan juga menghiasi kemusyrikan dan penyembahan matahari, kepada Ratu


Saba’ dan para pengikutnya, sebagaimana yang dikisahkan Al-Quran, “ aku mendapati
dia dan kaumnya menyembah, matahari , selain Allah, dan setan telah menjadikan
mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari
jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.” (An-Naml: 24)

Setan memperbagus kekafiran untuk menghalangi mereka dari jalan kehidupan.


Setan juga memperbagus tindakanya bagi kaum kafir Quraisy, dan menempakan dirinya
dalam wujud manusia sebagai sosok suraqah bin Mudjil, saat kaum Quraisy mau
berangkat perang pada Perang Badar dalam rangka memerangi Rasul Shallallahu Alaihi
wa Sallam dan Umat Islam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “ ketika setan menjadikan mereka


memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, “tidak ada seorang manusia pun
yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah
perlindunganmu.” (Al-Anfal: 48)

Hiasan setan ini terdiri dari perbagai macam, diantaranya :

1. Menciptakan sesuatu yang baru dalam agama (bid’ah)

Setan menghiasi beragam bid’ah dalam agama sehingga tampak indah bagi orang
orang yang menjalankan bid’ah (mubtadi’) tersebut. Sehingga mereka senantiasa
mengamalkanya, mengajak orang lain melakukanya dan melestarikanya. Padahal, bid’ah
itu merupakan bentuk penyesetan setan terhadap manusia yang akan membawa bahaya
besar bagi mereka, karena bid’ah dapat menutupi diri mereka dari pintu taubat.
Sedangkan taubat harus didahului oleh pengakuan dosa orang yang bersangkutan , bahwa
dirinya telah berbuat maksiat terhadap Allah, dan menentang syariah. Adapun orang yang
menjalankan bid’ah akan merasa yakin bahwa dirinya itulah, banyak pepatah
menyebutkan, “Bid’ah itu lebih buruk daripada perbuatan maksiat.” Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman, “katakanlah,”Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-
orang yang paling merugi perbuatanya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatanya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya.” (Al-Kahfi: 103-104)

Ibnu Katsir berkata, “ Ayat ini bersifat umum mencakup siapa saja yang
menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala di luar jalan yang diridhai-Nya seraya menduga
bahwa jalan yang dipilihnya adalah benar, dan amalnya diterima Allah, padahal
sebenarnya ia telah menempuh jalan yang salah dan amalnya ditolak.”

Dalam rangka menjaga diri dari rekayasa setan, umat Islam harus mencamkan
sabda Rosulullah Shallahu wa Sallam yang berbunyi, “ barang siapa yang menciptakan
suatu yang baru dalam urusan agama kita, maka ditolak.”

2. Memperindah tindakan yang tidak penting ( al-mafdhul) dan meninggalkan


yang utama (al-fadhil)

Diantara contoh hiasan yang dibuat setan bagi seorang muslim adalah dengan
menjadikan I’tikaf di dalam masjid itu lebih penting daripada memperkuat benteng kaum
Muslimin ditempat-tempat yang dikhawatirkan mendapat serangan musuh. Setan juga
menjadikan infak untuk memperbagus masjid itu lebih penting daripada infak bagi para
pejuang dan kebutuhan jihad fisabilillah. Selain itu, setan juga menjadikan umrah berkali-
kali itu lebih baik, daripada membantu anak-anak yang lemah atau anak-anak yatim yang
sangat membutuhkan harta tersebut. Yang pasti, setan menghiasi seluruh perbuatan itu
dan mendorong kau Muslim meninggalkan amal yang sebenarnya lebih utama.

3. Memperindah perbuatan yang keluar dari norma Al-amru bil Ma’ruf wa An-
Nahyu ‘Anil Mungkar

Setan memperindah perbuatan mungkar, sehingga manusia merasa saying untuk


meninggalkanya. Atau, melalaikan manusia dari al-amru bil ma’ruf dengan duduk dan
makan bersama orang-orang yang berbuat kemungkaran, dengan dalih mendekati mereka
dan mengajak mereka agar meninggalkan kemungkaran. Padahal pendekatan yang
sebenarnya tidak harus disertai dengan duduk-duduk dan makan-makan bersama mereka.

Allah telah mencela Bani Israil yang terjerumus dalam menjilat ( mengambil
muka ) orang-orang yang berbuat kemungkaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “
telah dilaknati orang-orang kair dari Bani Israil dengan lisan Dawud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian disebabkan mereka selalu melampaui batas. (Qs 05:78/746)

4. Menakut-nakuti Orang-orang yang beriman

Terkadang setan menakut-nakuti orang-orang yang beriman dengan kemiskinan.


Karena, setan tahu bahwa kebanyakan manusia itu mencintai harta. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,”dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”
(Al-Fajr:20)

Dalam firman-Nya yang lain disebutkan,”dijadikan indah pada (pandangan)


manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak…” (Ali Imran: 14)

Berdasarkan kecintaan manusia kepada harta, maka setan mendorong manusia


agar menjaga hartanya tetap berada ditanganya, bahkan mendorongnya agar menambah
hartanya, serta mersa tidak puas dengan harta yang telah dimilikinya, meskipun jumlah
hartanya telah banyak. Maka dari itulah, Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “
seandainya anak cucu Adam memiliki dua lembah emas, niscaya ia akan mengharapkan
lembah emas yang ketiga, dan rongga-atau mata-anak cucu Adam itu tidak akan penuh
kecuali dengan debu, dan Allah menerima taubat siapa saja yang bertaubat.”

Naluru cinta harta inilah yang menyebabkan manusia kikir. Dan, faktor utama
yang dapat memperkuat atau memperlemah naluri ini dan adalah iman. Jika iman kuat,
maka lemahlah naluri itu, sedangkan jika iman lemah, maka kuatlah naluri itu.

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman, “setan menjajikan (manakut-nakuti) kamu


dengan kemiskinn dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah
menjajikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-
Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 268)

Demikian kutipan dari referensi tersebut diatas tentang larangan Allah agar jangan
mengikuti langkah-langkah setan, semoga membantu dan memudahkan pemahan atas
ayat 208 dari surat Al-Baqarah.

Islam yang kaafah itu adalah perpaduan yang serasi dan tidak terpisahkan diantara
aqidah, syariah dan akhlak, saling terkait dan berjauh dengan eratnya, sebagaima
digambarkan Allah SWT di dalam Al-Quran berupa sebuah tansil yang sangat indah,
yaitu pada surat Ibrahim ayat 24 (Qs. 14:24/J.13).

“tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat


yang baik (islam) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizing tuhan-Nya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.”

Bapak Drs.H. Memed Sururi menguraikan maksud ayat tersebut didalam buku
karya beliau yang berjudul “ Islam Sebagai Aqidah-Syariah dan Filsafah” sbb:

Aqidah islam dimisalkan dengan akar, atau urat bagai sebuah pohon, sedangkan
batang, cabang, dan ranting semisal syariah (peraturan-peraturan), sedang akhlak Islam
semisal buah pada pohon.

Perumpamaan tersebut diatas pasti mengandung maksud tertentu didalamnya,


dimana ada keserasian antara ketiga komponen dalam pohon itu. Kalau, akarnya akar
mangga, mestinya batang, dahan dan rantingnya juga pohon mangga dan buahnya buah
mangga. Alangkah anehnya kalau ada sebatang pohon, akarnya akar mangga, batang,
dahan, cabang, ranting, daun pohon belimbing dan buahnya buah jambu. Begitu juga
perumpamaan Islam dengan pohon tersebut. Kalau akarnya islam semestinya batang,
dahan, cabang ramting, daun Islam dan buahnya juga Islam.

Akar disatu sisi, batang, dahan, cabang, ranting, daun disisi lain dan buah pada
sisi lain pula saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Sebab, betapa
pun sebaiknya batang, dahan, ranting dan daun, kalau akarnya rusak oleh hama penyakit
akibatnya pohon itu akan layu dan lama kelamaan akan mati. Begitu sebaliknya, kalau
batang, dahan, cabang, ranting, daun rusak oleh hama penyakit, maka lama-kelamaan
akarpun akan rusak dan tidak berfungsi. Begitu pula, kalau akrnya bagus, pohonya
rindang, namun sepanjang tahun tidak berbuah, tentu manfaatnya tidak bisa dirasakan
oleh masyarakat sekitarnya.

Bertolak dari uraian-uraian tersebut diatas maka sebagai follow-up dari


pemahaman atas ayat 208 surat Al-Baqarah (Qs 02:208), perlu dan sangat urgent sekali
melakukan jelajah diri atau muhasabah, apakah kita sudah berada pada level Islam
kaafah, atau justru masih jauh dari pengertian kaafah itu.

Sebagai alat ukur atau tolak ukur untuk mencari bukti kekaafahan Islam kita,
perhatikan kriteria yang telah diajarkan Allah SWT melalui surat Al-An’am ayat 108 (Qs
06:168/J.08). “katakanlah (Muhammad) sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan
hatiku, hanyalah untuk Allah,Tuhan semesta Alam.”

Model muhasabah diarahkan kepada realita atau fakta setiap diri berkenaan
dengan aqidah, syariah dan akhlak Islam.

1. Muhasabah bermula yang berkenaan dengan Aqidah/keimanan


1. Apakah saya benar-benar beriman kepada Allah SWT?
2. Apakah saya benar-benar beriman kepada Malaikat?
3. Apakah saya benar-benar beriman kepada Al-Quran?
4. Apakah saya benar-benar beriman kepada Rasul-Rosul Allah, khususnya
Nabi Muhammad SAW?
5. Apakah saya benar-benar beriman kepada hari akhir?
6. Apakah saya benar-benar beriman kepada qadha dan qadhar Allah?
7. Apakah saya mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari cintanya kepada
Ibu, Bapak, Istri, Anak bahkan diri saya sendiri?
2. Muhasabah kedua berkenaan dengan syariah ( peraturan-peraturan Allah) dan
ibadah (amal saleh).
1. Apakah pengakuan, ikrar dalam dua kalimat syahadat benar-benar telah
sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW?
2. Apakah saya termasuk orang yang merindukan shalat sesuai dengan
tuntunan Nabi Muhammad SAW?
3. Apakah saya termasuk orang yang telah menuanaikan zakat?
4. Apakah saya telah berpuasa ramadhan sesuai tuntunan Nabi Muhammad
SAW?
5. Apakah saya telah menunaikan kewajiban berhaji ke Baitul Haram?
6. Apakah saya menerima hukum Allah dan sunnah Nabi Muhammad SAW
dan mentaatinya?
7. Apakah hawa nafsu saya telah tunduk kepada syariat dan sunnah Rasullah
SAW?
3. Muhasabah ketiga berkenaan dengan Akhlak Islam.
1. Apakah saya mencintai saudara-saudaraku seperti mencintai diriku
sendiri?
2. Apakah saya termasuk orang yang menjaga saudara-saudaranya tidak
membicarakan aib mereka dan tidak mencari-cari kesalahan mereka.
3. Apakah saya termasuk Muslim yang yang menepati janji?
4. Apakah saya termasuk orang yang memegang amanah?
5. Apakah saya suka mengadu domba?
6. Apakah saya termasuk yang menjalin silaturahmi?
7. Apakah saya benar-benar mencintai Rasulullah SAW?

Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jujur, sesuai dengan realita, atau fakta
pada diri sendiri. Semoga dengan demikian dapatlah kita mengetahui, atau merasa kira-
kira dimana level atau maqam keislaman kita, berusahalah dengan sungguh-sungguh .
semoga maqam Islam kaafah dapat diraih, sambil memohon bantuan bantuan dan hidayah
Allah SWT memohon bantuan dan hidayah Allah SWT. Amin ya Allah.

Anda mungkin juga menyukai