Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini sudah semakin
bertambah pesat salah satunya pada perkembangan teknologi di bidang
elektronika. Dalam bidang elektronika, terdapat berbagai komponen alat, salah
satunya adalah resistor. Resistor adalah komponen utama pada pengukuran
resistansi yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam
suatu rangkaian.Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya
terbuat dari bahan karbon. Dari hukum ohms diketahui, resistansi berbanding
terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Pada resistor
menghasilkan tegangan yang sebanding dengan arus listrik melewatinya. Resistor
disebut ohm dilambangkan dengan  (omega). Kemampuan resistor dalam
menghambat arus listrik sangat beragam disesuaikan dengan nilai resistansi
resistor tersebut.
Pengukuran sendiri merupakan aktivitas membandingkan suatu besaran yang
diukur dengan alat ukur. Pengukuran merupakan sesuatu hal yang penting, segala
sesuatu yang berbentuk pasti ada ukurannya, baik itu panjang, tinggi, berat,
volume, ataupun dimensi dari suatu objek.. Resistansi disebut juga dengan
resistansi listrik yaitu kemampuan suatu benda dalam menghambat atau
mencegah aliran arus listrik. Dimana kita ketahui aliran listrik adalah banyaknya
muatan yang mengalir pada suatu rangkaian listrik tiap satuan waktu. Pada
dasarnya, setiap bahan penghantar atau konduktor memiliki sifat yang
menghambat arus listrik, besaran hambatanlistrik pada suatu penghantar atau
konduktor yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: jenis bahan, suhu,
panjang penghantar dan luas penampang.
Pengukuran resistansi perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi sirkuit atau
komponen.Dari hukum ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan
jumlah arus yang mengalir melaluinya. Semakin tinggi resistansi, semakin rendah
arus dan sebaliknya. Oleh karena itu dilakukan kegiatan praktikum yang bertujuan
untuk memahami prinsip dasar pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter-
Ammeter pada sistem rangkaian sederhana sebab pengukuran arus akan tidak
mendapat hasil yang maksimal apabila resistansi bahan yang digunakan tinggi dan
mengetahui efek posisi voltmeter pada pengukuran resistansi pada metode
Voltmeter-Ammeter pada sistem rangkaian sederhana untuk mendapat hasil yang
lebih akurat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter-
Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana?
2. Bagaimana efek posisi Voltmeter pada pengukuran resistansi dengan metode
voltmeter – Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah:
1. Memahami prinsip dasar pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter-
Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana.
2. Mengetahui efek posisi voltmeter pada pengukuran resistansi dengan metode
Voltmeter – Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana.
BAB II
LANDASAN TEORI

Resistansi atau hambatan merupakan perbandingan antara tegangan listrik


dari suatu komponen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang
melewatinya. Alat yang digunakan untuk menghambat arus listrik disebut resistor.
Resistor merupakan komponen di dalam sirkuit listrik yang berfungsi untuk
menahan arus dalam jumlah tertentu. Satuan hambatan atau resistansi dinyatakan
dengan Ohm (Lutfiyana, 2017 :81).
Suatu cara populer untuk pengukuran tahanan dengan menggunakan metoda
voltmeter ampermeter (voltmeter ammeter method), karena instrumen-instrumen
ini biasanya tersedia di laboratorium. Jika tegangan V antara ujung-ujung tahanan
dan arus I melalui tahanan tersebut diukur, tahanan Rx yang tidak diketahui dapat
ditentukan berdasarkan hukum ohm:
V
Rx  ................................ (1) (Cooper, 1999:72).
I
Resistansi pada batang konduktor yang mempunyai luas penampang A dan
panjang l dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑙
𝑅x = 𝜌 ............................... (2) (Lutfiyana, 2017 :81).
𝐴
Persamaan (1) berarti bahwa tekanan amperemeter adalah nol dan tahanan
voltmeter tak terhingga, sehingga kondisi rangkaian tidak terganggu.

(a) (b)
Gambar 1. Efek voltmeter dan amperemeter dalam pengukuran-pengukuran
voltmeter-amperemeter.
Dalam gambar 1(a) arus sebenarnya (true current) yang disalurkan ke beban
diukur oleh amperemeter,tetapi voltmeter lebih tepat mengukur tegangan sumber
daripada tegangan beban nyata (aktual). Untuk mendapatkan tegangan yang
sebenarnya pada beban, penurunan tegangan di dalam amperemeter harus
dikurangkan dari penunjukan voltmeter. Jika voltmeter dihubungkan langsung di
antara ujung-ujung tahanan seperti di dalam gambar 1(b), dia mengukur
mengukur tegangan beban yang sebenarnya tetapi amperemeter menghasilkan
kesalahan (error) sebesar arus yang melalui voltmeter. Dalam kedua cara
pengukuran 𝑅𝑥 ini kesalahan tetap dihasilkan. Cara yang betul untuk
menghubungkan voltmeter bergantung pada nilai 𝑅𝑥 beserta tahanan voltmeter
dan amperemeter. Umumnya tahanan amperemeter adalah rendah sedangkan
tahanan voltmeter adalah tinggi.
Dalam gambar 1(a) amperemeter membaca arus beban (𝐼𝑥 ) yang sebenarnya
dan voltmeter mengukur tegangan sumber (𝑉𝑡 ). Jika 𝑅𝑥 besar dibandingkan
dengan tahanan dalam amperemeter, kesalahan yang diakibatkan oleh penurunan
tegangan di dalam amperemeter dapat diabaikan dan 𝑉𝑡 sangat mendekati tegangan
beban yang sebenarnya (𝑉𝑡 ). Dengan demikian, rangkaian pada gambar 1(a)
adalah yang paling baik untuk pengukuran nilai-nilai tahanan yang tinggi (high
resistance values). Gambar 1(b) voltmeter membaca tegangan beban yang
sebenarnya (𝑉𝑡 ) dan amperemeter membaca arus sumber (𝐼𝑡 ). Jika 𝑅𝑥 kecil
dibandingkan tahanan dalam voltmeter, arus yang dialirkan ke voltmeter tidak
begitu mempengaruhi arus sumber dan 𝐼𝑡 sangat mendekati arus beban sebenarnya
(𝐼𝑥 ). Berarti rangkaian pada gambar 1(b) paling baik untuk pengukuran nilai-nilai
tahanan rendah (low resistance values) (Cooper, 1999:72-73).
Sistem pengukuran resistansi ditunjukkan pada gambar 2. Metode yang
digunakan dengan melewatkan arus pada R yang tidak diketahui besarnya,
kemudian diukur besarnya tegangan drop pada R tersebut,
Gambar 2. Pengukuran resistansi dengan voltmeter digital (Wulyanti, 2008:140).
Selanjutnya dengan memberikan sebuah tahanan Rx yang besarnya tidak
diketahui, Cara mengetahui voltmeter telah dihubungkan dengan tepat bila besar
tahanan 𝑅𝑥 tidak diketahui adalah sebagai berikut:
a. Hubungkan voltmeter terhadap 𝑅𝑥 dengan sakelar di posisi 1 dan amati
pembacaan amperemeter.
b. Pindahkan sakelar ke posisi 2. Jika pembacaan amperemeter tidak berubah,
kembalikan sakelar ke posisi 1. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan
rendah.Catat pembacaan arus dan tegangan dan hitung nilai 𝑅𝑥 menurut
persamaan (1).
c. Jika pembacaan amperemeter berkurang sewaktu memindahkan saklar dari
posisi 1 ke posisi 2, biarkan voltmeter pada posisi 2. Gejala ini menunjukkan
pengukuran tahanan tinggi.Catat arus dan tegangan kemudian hitung nilai 𝑅𝑥
menurut persamaan (1).

Gambar 3. efek posisi voltmeter dalam pengukuran cara voltmeter


Amperemeter
Pengukuran tegangan didalam rangkaian elektronik umumnya dilakukan dengan
voltmeter rangkuman ganda atau multimeter, dengan sensitivitas antara 20 kΩ/V
sampai 50 kΩ/V. Dalam pengukuran daya dimana arus umumnya besar,
sensitivitas voltmeter bisa serendah 100 Ω/V. Tahanan amperemeter bergantung
pada perencanaan kumparan dan umumnya lebih besar bagi arus skala penuh yang
rendah. (Cooper, 1999: 73).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Ketelitian Voltmeter DMM (SANWA CD771) = ± (0,9 % + 2 digit)
Ketelitian Ammeter DMM (SANWA CD771) = ± (1,4 % + 3 digit)

B. Analisis Data
1. Resistansi Resistor 100 Ω
a. Posisi 1
12

10
y = 0,108x + 0,123
R² = 0,999
Tegangan (Volt)

2
(91,0 ; 2,00)
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Kuat Arus (mA)

Grafik 1.1 Hubungan antara Kuat Arus dan Tegangan pada Posisi 1
y = mx + c
V = m(I) + c
V
= m + c, sehingga
I

R = m = 0,108x
y = 0,108x − 0,123
Jadi, nilai resistansi resistor berdasarkan grafik yaitu 0,108 kΩ
atau 108 Ω.
Titik yang diambil dari grafik, (91,00 ; 2,00).
I = (91,00 − 17,71)mA = 73,29 mA
V = (10,00 − 2,00)volt = 8,00 V
∆I ∆V 1,05 mA 0,09 V
∆R = {| | + | |} × R = {| |+| |} × 108 Ω
I V 73,29 mA 8,00 V
= {|0,01433| + |0,01125|} × 108 Ω
= {|0,02558|} × 108 Ω
= 2,7626 Ω
∆R 2,7626 Ω
KR = × 100% = × 100%
R 108 Ω
= 2,56 % (3 AB)
PF = |108 ± 3| Ω
b. Posisi 2
12

10
y = 0,109x - 0,102
R² = 0,996
Tegangan (V)

2
(93,60 ; 2,00)
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Kuat Arus (mA)

Grafik 1.2 Hubungan antara Kuat Arus dan Tegangan pada Posisi 2
y = mx + c
V = m(I) + c
V
= m + c, sehingga
I

R = m = 0,109x
y = 0,109x − 0,102
Jadi, nilai resistansi resistor berdasarkan grafik yaitu 0,109 kΩ
atau 109 Ω.
Titik yang diambil dari grafik, (93,60 ; 2,00).
I = (93,60 − 19,90)mA = 73,7 mA
V = (10,00 − 2,00)volt = 8,00 V
∆I ∆V 1,05 mA 0,09 V
∆R = {| | + | |} × R = {| |+| |} × 109 Ω
I V 73,7 mA 8,00 V
= {|0,01425| + |0,01125|} × 109 Ω
= {|0,0255|} × 109 Ω
= 2,7795 Ω
∆R 2,7795 Ω
KR = × 100% = × 100%
R 109 Ω
= 2,55 % (3 AB)
PF = |109 ± 3| Ω
2. Resistansi Resistor 100 kΩ
a. Posisi 1
12

10
y = 100,0x + 1,003
8 R² = 1
Tegangan (V)

2 (0,09 ; 2,00)

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
Kuat Arus (mA)

Grafik 2.1 Hubungan antara Kuat Arus dan Tegangan pada Posisi 1
y = mx + c
V = m(I) + c
V
= m + c, sehingga
I

R = m = 100,0x
y = 100,0x − 1,003
Jadi, nilai resistansi resistor berdasarkan grafik yaitu 100,0 kΩ.
Titik yang diambil dari grafik, (0,09 ; 2,00).
I = (0,09 − 0,01)mA = 0,08 mA
V = (10,00 − 2,00)volt = 8,00 V
∆I ∆V 0,001 mA 0,09 V
∆R = {| | + | |} × R = {| |+| |} × 100,0 kΩ
I V 0,08 mA 8,00 V
= {|0,0125| + |0,01125|} × 100,0 kΩ
= {|0,02375|} × 100,0 kΩ
= 2,375 kΩ
∆R 2,375 kΩ
KR = × 100% = × 100%
R 100,0 kΩ
= 2,37 % (3 AB)
PF = |100 ± 2| 𝑘Ω
b. Posisi 2
12

10
y = 100,0x + 1,00
Tegangan (V)

8 R² = 1

2 (0,09 ; 2,00)
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
Kuat Arus (mA)

Grafik 2.2 Hubungan antara Kuat Arus dan Tegangan pada Posisi 2
y = mx + c
V = m(I) + c
V
= m + c, sehingga
I

R = m = 100,0x
y = 100,0x − 1,00
Jadi, nilai resistansi resistor berdasarkan grafik yaitu 100,0 kΩ.
Titik yang diambil dari grafik, (0,09 ; 2,00).
I = (0,09 − 0,01)mA = 0,08 mA
V = (10,00 − 2,00)volt = 8,00 V
∆I ∆V 0,001 mA 0,09 V
∆R = {| | + | |} × R = {| |+| |} × 100,0 kΩ
I V 0,08 mA 8,00 V
= {|0,0125| + |0,01125|} × 100,0 kΩ
= {|0,02375|} × 100,0 kΩ
= 2,375 kΩ
∆R 2,375 kΩ
KR = × 100% = × 100%
R 100,0 kΩ
= 2,37 % (3 AB)
PF = |100 ± 2| 𝑘Ω
3. Persentase perbedaan %diff
a. Resistor 100 Ω Posisi 1
R 𝑅𝑒𝑓 − R 𝑀𝑒𝑎𝑠
% diff = {| |} × 100%
R𝐴𝑣𝑒𝑟𝑔
100 Ω − 108 Ω
= {| |} × 100%
104 Ω
8Ω
= {| |} × 100%
104 Ω
= 0,07692 × 100%
= 7,69 %
b. Resistor 100 Ω Posisi 2
R 𝑅𝑒𝑓 − R 𝑀𝑒𝑎𝑠
% diff = {| |} × 100%
R𝐴𝑣𝑒𝑟𝑔
100 Ω − 109 Ω
= {| |} × 100%
104,5 Ω
9Ω
= {| |} × 100%
104,5 Ω
= 0,08612 × 100%
= 8,61 %
c. Resistor 100 kΩ Posisi 1
R 𝑅𝑒𝑓 − R 𝑀𝑒𝑎𝑠
% diff = {| |} × 100%
R𝐴𝑣𝑒𝑟𝑔
100000 Ω − 100000Ω
= {| |} × 100%
100000 Ω
0Ω
= {| |} × 100%
100000 Ω
= 0 × 100%
=0%
d. Resistor 100 kΩ Posisi 2
R 𝑅𝑒𝑓 − R 𝑀𝑒𝑎𝑠
% diff = {| |} × 100%
R𝐴𝑣𝑒𝑟𝑔
100000 Ω − 100000Ω
= {| |} × 100%
100000 Ω
0Ω
= {| |} × 100%
100000 Ω
= 0 × 100%
=0%
C. Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai