Anda di halaman 1dari 92

Laporan Kinerja Pemerintah

Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

BAB AKUNTABILITAS
III KINERJA
A. Pengukuran Kinerja

Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari


pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/kegiatan yang sudah
direncanakan. Esensi dari manajemen pembangunan berbasis kinerja adalah
orientasi untuk mendorong perubahan, di mana program/kegiatan dan sumber
daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan,
baik pada level keluaran, hasil maupun dampak.
Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip good governance dimana salah satu
pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan menunjukkan sejauh mana sebuah instansi
pemerintahan telah memenuhi tugas dan mandatnya dalam penyediaan layanan
publik yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Karena itulah,
pengendalian dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi bagian penting
dalam memastikan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada publik telah
dicapai. Pijakan yang dipergunakan adalah sistem akuntabilitas kinerja ini adalah
berpedoman kepada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam regulasi ini, antara lain juga mengatur
tentang kriteria yang dipergunakan dalam penilaian kinerja organisasi pemerintah.

Pengukuran Kinerja
Kerangka Pengukuran kinerja di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dilakukan
dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah. Adapun pengukuran kinerja tersebut dengan rumus sebagai berikut:

1. Apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin tingginya kinerja atau semakin
rendah realisasi menunjukkan semakin rendahnya kinerja, digunakan rumus:

Realisasi
Capaian indikator kinerja = X 100%
Rencana

25
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

2. Apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendahnya kinerja atau

semakin rendah realisasi menunjukkan semakin tingginya kinerja, digunakan rumus:

Rencana - (Realisasi - Rencana)


Capaian indikator kinerja = X 100%
Rencana
Atau
(2x Rencana) – Realisasi
Capaian indikator = X 100%
Rencana

Penilaian capaian kinerja untuk setiap indikator kinerja sasaran menggunakan


interprestasi penilaian dengan pengukuran dengan skala ordinal yaitu:

Tabel 3.1
Pengukuran dengan Skala Ordinal

Skala Ordinal Predikat/Kategori


85 ≤ X Sangat Berhasil
70 ≤ X < 85 Berhasil
55 ≤ X < 70 Cukup Berhasil
X < 55 Tidak Berhasil

Untuk capaian masing-masing indikator kinerja sasaran disimpulkan


berdasarkan “Metode Rata-Rata Data Kelompok”. Penyimpulan capaian
sasaran nilai mean setiap kategori ditetapkan sebagai berikut :
Penyimpulan pada tingkat sasaran dilakukan dengan mengalikan jumlah indikator untuk
setiap kategori (sangat berhasil, berhasil, cukup berhasil dan tidak berhasil) yang ada
disetiap kelompok sasaran dengan nilai mean (rata-rata) skala ordinal dari setiap kategori,
dibagi dengan jumlah indikator yang ada di kelompok sasaran tersebut.

Jumlah indikator untuk setiap kategori x nilai mean setiap kategori


Capaian sasaran = X 100%
Jumlah indikator kinerja sasaran

B. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016


Pengukuran target dari sasaran strategis yang telah ditetapkan adalah dilakukan
dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja, yang selanjutnya
akan dipergunakan untuk mengukur kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun
2016. Sasaran strategis berjumlah 16 (enam belas) sasaran strategis dengan 16 (enam
belas) Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bupati
Gunungkidul Nomor 433/KPTS/2015 tentang Indikator Kinerja Utama Bupati Tahun 2016.
Pencapaian IKU Bupati tahun 2016 secara ringkas ditunjukkan sebagai berikut:

26
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016
2016

Tabel 3.2
Capaian Indikator Kinerja Utama Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Realisasi Tahun 2016


No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Tahun Capaian
2015 Target Realisasi Kinerja
(%)
1 Harapan Hidup Usia Harapan Hidup 73,69 71,69 73,77*) 102,90
Masyarakat Meningkat (tahun)
2 Melek huruf Angka Melek 86,28 85,42 86,62*) 101,40
Masyarakat Huruf (persen)
Meningkat
3 Lama sekolah Rata- Rata Lama 6,46 6,83 6,66*) 97,51
penduduk meningkat Sekolah (tahun)
4 Jumlah Penduduk Persentase 21,73 20,04 21,43*) 93,06
miskin turun penduduk Miskin
(persen)
5 Pembinaan, Jumlah Kelompok 285 300 322 107,33
pengembangan dan Seni yang
pelestarian budaya Difasilitasi
lokal meningkat (kelompok)
6 Pendapatan Pendapatan 15.661.02 15.661.0 16.100.0 102,80
Masyarakat Perkapita ADHK 6,00 26,00 00,00*)
Meningkat (Rupiah)
7 Investasi Nilai Investasi 615.406. 871.534. 875.508. 100,46
Meningkat (Rupiah) 331.924 000.000 817.548
8 Kunjungan Wisata Jumlah Wisatawan 2.642.759 2.600.000 2.992.897 115,11
Meningkat (Orang)
9 Ketersediaan Persentase Desa 5% < 5% 5% 100,00
Distribusi dan Rawan Pangan
Konsumsi Pangan (Persen)
meningkat
10 Infrastruktur wilayah Persentase desa 65,00 75,00 75,00 100,00
meningkat yang memiliki
infrastruktur baik
(Persen)
11 Akses terhadap Persentase 67,3 80,00 80,00 100,00
Pengembangan Kawasan Strategis
Wilayah Kawasan yang tertangani
Strategis meningkat (Persen)
12 Ketaatan terhadap Kesesuaian 54,96 70,00 64,14 91,63
tata ruang meningkat pemanfaatan ruang
dengan RTRW
(Persen)

27
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Realisasi Tahun 2016


No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Tahun Capaian
2015 Target Realisasi Kinerja
(%)
13 Kualitas lingkungan Nilai Kualitas Waspada Baik Kurang 60,00
Hidup meningkat Lingkungan
(Kategori)
14 Kesiapsiagaan dalam Jumlah desa 7 4 5 125,00
menghadapi bencana
meningkat tangguh (Desa)
15 Akuntabilitas kinerja Nilai AKIP B B B 100,00
Pemerintah Daerah
Meningkat (Predikat)
16 Akuntabilitas Opini Pemeriksaan WTP WTP **) **)
pengelolaan
keuangan meningkat BPK (Opini)
*) Angka Estimasi Bidang Persandian dan Statistik Dinas Kominfo Kab.
Gunungkidul, 2017 **) Pemeriksaan BPK saat ini masih berlangsung

C. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja


Berikut ini akan diuraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang
menjelaskan capaian kinerja per sasaran strategis dengan indikator kinerja utama:

Sasaran 1
“Harapan Hidup Masyarakat Meningkat”

Derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Gunungkidul dapat dikatakan baik, hal ini
dapat dilihat dari tidak adanya kasus masalah kesehatan yang menonjol seperti gizi buruk
dan kematian akibat Kejadian Luar Biasa (KLB). Produktivitas penduduk juga dapat
dikatagorikan baik hal ini dapat dilihat dari angka harapan hidup yang cukup tinggi pada
tahun 2016 adalah 73,77 tahun. Hal tersebut di atas dapat tercapai karena telah tersedia
fasilitas-fasilitas kesehatan rumah sakit baik negeri maupun swasta, balai/klinik
pengobatan, Puskesmas dan Puskesmas pembantu/Polindes sampai di tingkat
padukuhan. Disamping itu Dinas Kesehatan bekerjasama dengan SKPD terkait dan
organisasi kemasyarakatan untuk melakukan sosialisasi dan pembinaan pola hidup sehat.

Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator


sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

28
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Tabel 3.3
Evaluasi Pencapaian Sasaran 1
Pengukuran Kinerja

Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Usia Harapan Hidup 73,69 71,69 73,77 102,90 Sangat
(tahun) berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 102,90
Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-rata
102,90% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai Misi
Kedua RPJPD yaitu: ”Mewujudkan Pemantapan Sistem dan Kelembagaan serta
Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia” pada sasaran “Tingkat
pembangunan daerah merata ke seluruh wilayah, berupa terwujudnya
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah”.
Meningkatnya rata-rata Usia Harapan Hidup dari rencana kinerja 71,69 tahun
dapat terealisasi sebesar 73,77 tahun sehingga tingkat capaian kinerjanya
sebesar 102,90%. Capaian UHH Gunungkidul pada 2015 adalah 73,69 tahun (BPS
2016), sehingga ada peningkatan sebesar 0,08 tahun. Salah satu indikator pokok
untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah Usia Harapan Hidup. Usia
Harapan Hidup di Kabupaten Gunungkidul cukup baik jika dibandingkan dengan
Usia Harapan Hidup rata-rata di Indonesia yaitu 70,8 tahun.
Gambar 3.1 Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten Gunungkidul 2004-2016

Usia Harapan Hidup 2004-2016

Sumber: Bidang Persandian dan Statistik Dinas Kominfo Kab. Gunungkidul, 2017

29
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Salah satu faktor yang menyumbang Angka UHH adalah kematian ibu. Jumlah
kematian ibu dihitung dari kejadian kematian ibu pada masa kehamilan (Bumil),
persalinan (Bulin), dan nifas (Bufas). Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten
Gunungkidul berfluktuasi dalam kurun 2004-2016 tergambar data historisnya dalam
time series pada Gambar 3.2. Jumlah kematian ibu cenderung menurun, di tahun 2011
sejumlah 14 ibu, menjadi 5 ibu di tahun 2016. Dibandingkan dengan capaian Nasional,
AKI di Gunungkidul lebih baik. Dibandingkan dengan capaian Provinsi, AKI di
Gunungkidul lebih rendah, namun bukan penyumbang kasus kematian ibu terbanyak.
Gambar 3.2 Kematian Ibu (Hamil, Bersalin, Nifas) Tahun 2005-2016

Sumber: Seksi Bina Kesga Bidang Kesmasy Dinkes Gunungkidul, 2016

Gambar 3.3 Perbandingan Angka Kematian Ibu Tahun 2004-2016

Sumber: Seksi Bina Kesga Bidang Kesmasy Dinkes Gunungkidul, 2016

30
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Menurunnya jumlah kasus kematian ibu dengan target sejumlah 6 kasus


terealisasi sejumlah 5 kasus, sehingga tingkat capaian kinerja adalah 116,67%.
Keberhasilan pencapaian kinerja pada sasaran ini disebabkan oleh banyak faktor
yaitu rumah tunggu persalinan pada program Jaminan Persalinan (Jampersal),
jejaring rujukan sudah tersosialisasi, adanya tenaga dokter spesialis Obsgyn dan
dokter spesialis anestesi yang kompeten, dan menurunnya jumlah Bumil-Bulin
dibanding tahun sebelumnya. Adapun masih tetap adanya kematian ibu dikarenakan
terjadi kehamilan resiko tinggi, pengawasan Post Operasi yang kurang baik, rujukan
yang kurang tepat, sosial ekonomi pasien, ketidakmampuan Rumah Sakit dalam
penanganan sepsis, adanya penyakit penyerta, dan masalah lainnya.
Faktor lain yang menyebabkan tetap ada kasus kematian ibu diantaranya
adalah Puskesmas rawat inap belum 100,00% PONED, dan belum seluruh
Puskesmas melayani persalinan 24 jam. Berbagai upaya telah dilakukan dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu yaitu: Ante Natal Care (ANC) yang
terpadu dari berbagai pihak terutama lewat desa siaga dan bidan di desa,
perbaikan gizi ibu selama hamil, peningkatan kunjungan ibu hamil K4,
peningkatan cakupan ibu hamil dengan komplikasi/obstetri yang ditangani, dan
cakupan pertolongan persalinan oleh bidan/nakes dengan kompetensi kebidanan.
Upaya untuk terus menurunkan AKI antara lain dengan melibatkan
peran serta masyarakat melalui desa siaga yang telah 100,00% (144 desa)
sejak tahun 2008, yang didalamnya terdapat kegiatan komprehensif deteksi
dini faktor resiko pada ibu hamil, Kelas Ibu Hamil, dan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Gunungkidul berfluktuasi dalam
kurun 2004-2016 seperti tergambar pada data historis yang time seriesnya seperti
pada Gambar 3.4. Jumlah kasus kematian bayi kecenderungannya menurun,
sejumlah 109 bayi di tahun 2011 dan 2013 turun menjadi 81 bayi di tahun 2016.
Gambar 3.4 Kematian Bayi Tahun 2005-2016

31
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Sumber: Seksi Bina Kesga Bidang Kesmasy Dinkes Gunungkidul, 2016


Menurunnya angka kematian bayi dan neonatal dari rencana kinerja 11,1/1000
Kelahiran Hidup (KH) terealisasi 7,97/1000 KH sehingga capaian kinerjanya 128,20%.
Adanya perubahan pola penyakit dan meningkatnya UHH maka pola penyebab
kematian juga mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir. Angka Kematian
Bayi melampaui target dari RPJMD, target Nasional maupun target dari Millenium
Development Goals (MDG’s) tahun 2015 (17/1000KH).
Penyebab kematian bayi masih perlu diwaspadai yaitu Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR), prematur, dan asfiksia. Kasus BBLR merupakan manifestasi dari
berbagai masalah diantaranya: faktor gizi, kesehatan, dan umur ibu waktu hamil.
Upaya untuk menurunkan angka kematian bayi masih tetap menjadi prioritas
ditahun-tahun mendatang, karena capaiannya berfluktuasi seperti melalui
program Kelas Ibu, peningkatan ANC, dan kesehatan reproduksi remaja (Kespro).
Capaian angka kesembuhan pengobatan penyakit TBC paru dari rencana kinerja
85,00% dapat terealisasi sebesar 84,00% sehingga tingkat capaian kinerjanya sebesar
98,82% dengan kategori sangat berhasil. Angka kesembuhan atau cure rate adalah
persentase kasus baru BTA positif yang sembuh di antara kasus baru TB paru BTA positif
yang diobati. Angka kesembuhan berguna untuk mengetahui efektivitas OAT standar
DOTS ketika diberikan kepada pasien TB di suatu komunitas. Angka kesembuhan yang
rendah merupakan indikator awal kemungkinan kekebalan/resistensi bakteri tuberkulosis
terhadap OAT standar. Hasil capaian persentase kasus TBC BTA positif yang diobati dan
sembuh pada tahun 2016 sebesar 84,00% dari target yang ditetapkan sebesar 85,00%, dan
untuk menjamin keberlanjutan pengobatan TBC pemerintah telah memenuhi kebutuhan
Obat Anti Tuberculosis (OAT). Disamping itu pula peran PMO (pendamping minum obat)
dalam memantau keteraturan minum obat sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan pengobatan TBC. Grafik capaian persentase pasien baru TB BTA positif
yang sembuh diantara kasus TB BTA posistif yang diobati pada tahun 2011 –2016 tersaji
pada Gambar 3.5 berikut:

32
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.5 Persentase Angka Kesembuhan (Cure Rate)


TB Paru Tahun 2011-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, 2016


Realisasi kasus TB BTA positif yang sembuh pada tahun 2016 sebesar 84%
yang berarti bahwa dalam kurun waktu 6 tahun (2011-2016) angka kesembuhan TB
BTA positif mengalami kenaikan cukup baik. Faktor penyebab rendahnya angka
kesembuhan bisa dibagi dua pihak; penyedia pelayanan dan pengguna pelayanan
(pasien). Sejumlah faktor penghambat yang dapat mempengaruhi angka
kesembuhan: (1) Putus berobat karena merasa sudah enak; (2) Pengobatan tidak
teratur karena berpindah-pindah tempat kerja; (3) Kebosanan minum obat; (4) Pasien
kurang motivasi; (5) Efek samping obat (reaksi pada tubuh setelah minum obat).
Upaya yang telah dilaksanakan untuk mencapai target indikator:
1. Penyiapan logistik, terutama Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara
teratur, menyeluruh dan tepat waktu
2. Meningkatkan peran PMO TB dalam memantau keteraturan berobat
pasien berjalan dengan baik
3. Public-Private-Mix, kerjasama antara institusi pemerintah dan swasta, atau
institusi pemerintah dan pemerintah, guna memperluas dan memelihara
kesinambungan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-
course), terutama di UPK swasta (RS, klinik, praktek dokter umum, dokter
spesialis) yang memiliki potensi meningkatkan penjaringan kasus, CDR,
maupun pengobatan kasus TB dengan strategi DOTS.
4. Melakukan pembinaan, superfisi dan evaluasi terhadap pelayanan di
UPK guna menjaga mutu dalam pengobatan TB.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan penilaian
terhadap hasil pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian terhadap
program pelaksanaan pengawasan tuberkulosis secara keseluruhan.

33
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

6. Menerapan Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis (SITT) sebagai langkah


untuk monitoring program TB dengan kualitas data yang lebih baik.
Menurunnya angka gizi buruk pada balita dari rencana 0,6% terealisasi 0,58%
sehingga capaian kinerjanya sebesar 103,33%. Status gizi buruk di tahun 2006 masih
1,21% dapat ditekan menjadi 0,58% di tahun 2016, sedangkan status gizi kurang di
tahun 2006 masih 13,55% dapat ditekan menjadi 7,46% di tahun 2016.

Gambar 3.6 Persentase Status Gizi Buruk pada Balita Tahun 2011-2016
% Status Gizi Buruk pada Balita
Di Kab.Gunungkidul Tahun 2005– 2016

1,4
1,21
1,18 1,17
1,2

1
0,81
0,8 0,71 0,7 0,73 0,69
0,57 0,58
0,6 0,48 0,52

0,4

0,2
0
2008

2014

2016
20
10
200

200

200

200

201

201

201

201
5

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, 2016 5

Upaya untuk turut meningkatkan derajat kesehatan di Kabupaten


Gunungkidul dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan. Gunungkidul sebagai
Kabupaten Pertama yang seluruh Kecamatannya mendeklarasikan Stop Buang
Air Besar Sembarangan (STOP BABS) atau Open Defecation Free (ODF).

Gambar 3.7 Deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS)
oleh Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F Moeloek

34
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1 Program Kesehatan Ibu
2 Program Kesehatan Bayi dan Anak
3 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
4 Program Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit Menular
5 Program Peningkatan Mutu Layanan kesehatan
6 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
7 Program Pelayanan Kesehatan BLUD Rumah Sakit
8 Program Peningkatan Kualitas dan Perlindungan Anak
9 Program Penguatan Pengarusutamaan Gender
10 Program Penguatan Perlindungan Perempuan
11 Program Keluarga Berencana
12 Program Pelayanan Kontrasepsi
13 Program pembinaan dan pemasyarakatan olah raga
Dalam melaksanakan ketigabelas program tersebut dianggarkan sebesar
Rp96.938.779.484,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran sebesar
Rp85.786.421.295,00 (88,50%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp11.152.358.189,00 (11,50%), yang dirinci sebagai berikut:
No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Kesehatan Ibu 703.954.500,00 214.467.500,00 30,47 489.487.000,00 69,53
2. Kesehatan Bayi 78.712.500,00 69.712.500,00 88,57 9.000.000,00 11,43
dan Anak
3. Perbaikan Gizi 704.957.000,00 682.425.175,00 96,80 22.531.825,00 3,20
Masyarakat
4. Penanggulangan 904.657.500,00 704.169.050,00 77,84 200.488.450,00 22,16
dan
Pemberantasan
Penyakit Menular
5. Peningkatan 783.520.000,00 586.064.419,00 74,80 197.455.581,00 25,20
Mutu Layanan
kesehatan
6. Promosi 1.317.015.000, 1.060.681.142, 80,54 256.333.858,00 19,46
Kesehatan dan 00 00
Pemberdayaan
Masyarakat
7. Pelayanan 85.667.367.734 76.338.682.690 89,11 9.328.685.044, 10,89
Kesehatan BLUD ,00 ,00 00
Rumah Sakit

35
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
8. Peningkatan 121.760.000,00 120.617.089,00 99,06 1.142.911,00 0,94
Kualitas dan
Perlindungan
Anak
9. Penguatan 367.060.000,00 364.182.730,00 99,22 2.877.270,00 0,78
Pengarusutamaan
Gender
10. Penguatan 57.292.500,00 54.892.500,00 95,81 2.400.000,00 4,19
Perlindungan
Perempuan
11. Keluarga 1.650.410.250, 1.553.175.300, 94,11 97.234.950,00 5,89
Berencana 00 00
12. Pelayanan 9.800.000,00 9.800.000,00 100,00 0,00 0,00
Kontrasepsi
13. Pembinaan dan 4.572.272.500, 4.027.551.200, 88,09 544.721.300,00 11,91
Pemasyarakatan 00 00
Olahraga
Jumlah 96.938.779.484 85.786.421.295 88,50 11.152.358.189 11,50
,00 ,00 ,00

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Panjangnya alur rujukan karena hanya ada 1 RSUD tipe C.
2. Akses ke pelayanan kesehatan masih kurang sehingga terjadi inequitas
pelayanan kesehatan.
3. Kurangnya distribusi tenaga medis khususnya dokter spesialis
Obsgyn, Anak, dan Anestesi.
4. Masih tingginya kasus kehamilan dan persalinan di usia remaja 10-18 tahun.
5. Belum semua kasus TB di masyarakat ditemukan sehingga masih banyak
pasien TB yang belum diobati, dan pastinya hal ini akan menjadi sumber
penularan dan mulai meningkatnya Kasus TB Multi Drug Resistance (MDR).
6. Penyakit kronis/bawaan, Pola Asuh keluarga, dan Kemiskinan
merupakan akar masalah Gizi.
Solusi Pemecahan Masalah:
1. Mengupayakan peningkatan RSUD menjadi tipe B dan menambah RS tipe D untuk
memperpendek alur rujukan, meningkatkan akses, dan equitas pelayanan kesehatan.
2. Mengkaji Sister Hospital dan Tubel Ikatan Dinas Dokter Spesialis.
3. Optimalisasi Program Kesehatan Reproduksi (Anak) Remaja melalui
kemitraan dengan Desa untuk pencegahan pernikahan dini didukung
oleh Pemda dan Bupati Gunungkidul.

36
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

4. Mengoptimalkan peran PMO dalam keberhasilan pengobatan TB dengan


memantau keteraturan berobat pasien berjalan dengan baik serta
memaksimalkan peran Pusk/Pustu/PPM/Ponpes/Praktisi Swasta (RS,
klinik, praktek dokter) yang memiliki potensi meningkatkan penjaringan
kasus, CDR, maupun pengobatan kasus TB dengan strategi DOTS.
5. Peningkatan kapasitas petugas dan kader gizi melalui pelatihan
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), pemberian PMT Pemulihan
dan micronutrien, pengembangan Community Feeding Center (CFC:
penanganan balita gizi buruk berbasis masyarakat) dan Theurapeutic
Feeding Center (TFC: Pusat Pemulihan Gizi) dan pemberdayaan
masyarakat melalui Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK).

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Memenuhi standar pelayanan di bidang kesehatan.
2. Meningkatkan kapasitas kompentensi SDM di bidang kesehatan.
3. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat untuk melaksanakan
pola hidup sehat.
4. Sosialisasi regulasi sistem rujukan sesuai ketentuan.
5. Antisipasi dan penanganan penyakit-penyakit menular sesuai ketentuan.
6. Pengawasan obat dan makanan sesuai standar kesehatan.
7. Pembinaan dan monitoring evaluasi usaha-usaha di bidang kesehatan.

Keberhasilan yang diraih:


1. Penghargaan tertinggi Kabupaten Sehat “Swasti Saba Wistara”untuk kedua kalinya.
2. Ksatria Bakti Husada Arutala yaitu Pembangunan Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan.
3. Tercakupnya seluruh desa di Gunungkidul menjadi desa siaga.
4. Implementasi paradigma sehat melalui klinik sehat di Puskesmas.
5. Terlampauinya jumlah Sistem informasi/Program data baik di Dinas
Kesehatan maupun di Puskesmas.
6. Meningkatnya jumlah beberapa pelayanan kesehatan swasta berizin,
seperti Rumah sakit swasta dan klinik kesehatan.
7. Tercakupnya sasaran keluarga miskin yang belum tercakup peserta
Jamkesmas dan Jamkesos dalam Jamkesta (Buffer).
8. Terbentuknya desa siaga sehat jiwa.
9. Terbentuknya kawasan dilarang merokok (KDR).
10. Program Pasar sehat.
11. Deklarasi stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) tingkat
Kabupaten oleh Menteri Kesehatan RI.

37
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Sasaran 2
“Melek huruf masyarakat meningkat”

Komponen penting dari pembangunan pendidikan adalah perluasan


akses pendidikan bagi setiap warga negara tanpa kecuali. Dalam konteks
pendidikan untuk semua dan peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia
yang dilandasi prinsip pendidikan sepanjang hayat, upaya Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
khususnya capaian angka melek huruf cukup menggembirakan yaitu 86,62%.
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.4
Evaluasi Pencapaian Sasaran 2
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Angka Melek Huruf 86,28 85,42 86,62 101,40 Sangat
(persen) berhasil

RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 101,40

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-rata 101,40%
yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai Misi Kedua RPJPD
yaitu: ”Mewujudkan Pemantapan Sistem dan Kelembagaan serta Peningkatan Kualitas
Sumberdaya Manusia”pada sasaran “Kualitas sumberdaya manusia yang semakin
meningkat, termasuk peran perempuan dalam pembangunan”.
Capaian angka melek huruf dengan kategori sangat berhasil tersebut
didukung keberhasilan Penuntasan buta aksara tahun 2016 sebanyak 10.000
orang. Pengentasan 10.000 orang buta aksara tersebut dibuktikan dengan
diterimakannya Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA) pada tanggal 31
Januari 2017 oleh Ibu Bupati ber tempat di Bangsal Sewoko Projo.

38
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Tabel 3.5
Penduduk Melek Huruf per Kecamatan Tahun 2016
Sisa
Penduduk Garapan Persentas
Sisa Penduduk e
No. Kecamatan Usia 15 s.d Buta Huruf Garapan Garapan Melek Capaian
59 Tahun 2014-2015 2016
2016 (15 tahun 2016 Huruf (%)
keatas)
1 Wonosari 67.628 538 500 38 67.590 99,94
2 Nglipar 26.908 378 270 108 26.800 99,60
3 Playen 47.813 643 530 113 47.700 99,76
4 Patuk 26.801 378 210 168 26.633 99,37
5 Paliyan 26.487 500 420 80 26.407 99,70
6 Panggang 23.851 317 310 7 23.844 99,97
7 Tepus 30.743 791 680 111 30.632 99,64
8 Semanu 46.814 1.295 1.190 105 46.709 99,78
9 Karangmojo 45.125 370 150 220 44.905 99,51
10 Ponjong 45.741 1.044 740 304 45.437 99,34
11 Rongkop 25.518 368 360 8 25.510 99,97
12 Semin 44.621 686 420 266 44.355 99,40
13 Ngawen 27.746 795 700 95 27.651 99,66
14 Gedangsari 30.698 1.005 810 195 30.503 99,36
15 Saptosari 30.664 1.204 1.200 4 30.660 99,99
16 Girisubo 21.845 634 480 154 21.691 99,30
17 Tanjungsari 23.743 875 800 75 23.668 99,68
18 Purwosari 16.742 257 230 27 16.715 99,84
Jumlah 609.488 12.078 10.000 2.078 607.410 99,66
Sumber: Seksi Pendidikan Masyarakat Bidang PAUDNI dan Dinas Dukcapil, 2016
Pada tahun 2016 penuntasan garapan buta huruf sebanyak 10.000 orang dan
sisanya sebanyak 2.078 orang menjadi garapan tahun 2017. Angka melek huruf tahun
2016 sebanyak 607.410 orang dari jumlah penduduk berusia lebih dari 15 tahun
sampai dengan 59 tahun sebanyak 609.488 orang (Data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Gunungkidul). Peserta didik pendidikan dasar
keaksaraan untuk pemberantasan buta aksara adalah warga belajar usia 15-59 tahun
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 86 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar.

39
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.8 Penyerahan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA)

Upaya yang telah dilakukan untuk menuntaskan 10.000 orang buta aksara tersebut:

1. Strategi pendekatan:
a. Adanya komitmen dari pemangku kepentingan untuk melaksanakan
penuntasan Buta aksara.
b. Penuntasan buta aksara merupakan kewajiban Pemerintah Daerah dan
dilaksanakan terpadu dan saling bersinergi oleh pemangku kepentingan
(BPS, Tim Penggerak PKK, Pemerintah Desa, Tokoh Masyarakat).

40
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

c. Pemenuhan sumber daya baik sumber daya manusia maupun dana.


d. Koordinasi secara periodik.
e. Pembinaan berkelanjutan.
f. Pengendalian kegiatan untuk menjamin tujuan penuntasan buta aksara.

2. Sistem Pemantauan Penilaian:


a. Dengan Evaluasi Belajar sampai akhirnya warga belajar
mendapatkan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA).
b. Melakukan pembinaan berkelanjutan setelah selesai pembelajaran
dengan cara melakukan pengawasan, monitoring dan pendampingan.
Program kegiatan yang dilaksanakan untuk menyukseskan penuntasan buta aksara:

1. Pengembangan pendidikan keaksaraan dasar (membaca, menulis dan


berhitung) melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
2. Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) sebagai upaya untuk mempertahankan
warga Belajar yang sudah melek huruf agar tidak buta huruf lagi.
Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai
program yaitu sebagai berikut:
1. Program pendidikan non formal
2. Program Pendidikan Anak Usia Dini
3. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

Dalam melaksanakan ketiga program tersebut dianggarkan sebesar


Rp8.496.664.350,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran sebesar
Rp8.390.203.845,00 (98,75%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp106.460.505,00 (1,25%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Pendidikan Non 3.513.705.500, 3.461.175.500, 98,50 52.530.000,00 1,50
Formal 00 00
2. Pendidikan Anak 4.379.414.850, 4.330.921.845, 98,89 48.493.005,00 1,11
Usia Dini 00 00
3. Pengembangan 603.544.000,00 598.106.500,00 99,10 5.437.500,00 0,90
Budaya Baca dan
Pembinaan
Perpustakaan
Jumlah 8.496.664.350, 8.390.203.845, 98,75 106.460.505,00 1,25
00 00

41
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Permasalahan/kendala:
1. Layanan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) belum tersedia di setiap desa.

2. Data sebaran sisa garapan buta aksara sejumlah 2.078 warga tersebar di
semua Kecamatan dengan lokasi yang tersebar di masing-masing desa,
sehingga sulit untuk melakukan pendidikan dasar keaksaraan secara terpadu.

Kiat dan strategi yang akan dilaksanakan untuk penuntasan 2.078 warga belajar
dalam upaya pencapaian melek aksara melalui pendidikan luar sekolah (nonformal):
1. Pemantapan kerjasama dengan mitra /Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

2. Pembentukan Satgas Pendidikan Dasar Keaksaraan secara berjenjang


mulai tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa.

Sasaran 3
“Lama sekolah penduduk meningkat”

Di samping kemampuan dasar baca tulis, diperlukan indikator rata-rata


lama sekolah yang dijalani oleh penduduk berusia lima belas tahun ke atas,
yang dapat mewakili tingkat keterampilan bagi mereka yang telah memperoleh
pendidikan. Semakin lama mereka mengenyam bangku sekolah diharapkan
memiliki keterampilan yang lebih baik. Ukuran ini memberikan informasi
sejauhmana tingkat pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk.
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.6
Evaluasi Pencapaian Sasaran 3
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Rata- Rata Lama 6,46 6,83 6,66 97,51 Sangat
Sekolah (tahun) berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 97,51

42
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-rata 97,51%
yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai Misi Kedua RPJPD
yaitu: ”Mewujudkan Pemantapan Sistem dan Kelembagaan serta Peningkatan
Kualitas Sumberdaya Manusia”pada sasaran “Kualitas sumberdaya manusia yang
semakin meningkat, termasuk peran perempuan dalam pembangunan”.
Pada tahun 2016, rata-rata lama sekolah penduduk mencapai 6,66 tahun dari target
6,83 tahun sehingga capaian kinerjanya 97,51%. Pencapaian ini meningkat 0,20 tahun
dibandingkan tahun 2015 yaitu 6,46 tahun. Rata-rata lamanya penduduk berusia 15 tahun
ke atas ini setera dengan kelas tujuh SLTP. Perkembangan angka rata-rata lama sekolah
menunjukkan perkembangan yang cukup lambat. Dibandingkan dengan daerah lain di
DIY, relatif lebih rendahnya rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Gunungkidul
menunjukkan prioritas untuk meningkatkan akses bagi penduduk untuk memperoleh
pendidikan masih perlu mendapatkan perhatian yang serius. Lebih lanjut, jika dicermati
ada perbedaan yang cukup signifikan angka partisipasi sekolah pada level SLTP dan SMA
bagi penduduk Kabupaten Gunungkidul dibandingkan dengan daerah lainnya telah
memberikan petunjuk perlunya kesempatan yang lebih luas bagi penduduk untuk
mengenyam pendidikan SLTP dan SMA.

Gambar 3.9
Angka Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2010-2016

Sumber: Bidang Persandian dan Statistik Dinas Kominfo Kab. Gunungkidul, 2017

43
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.10
Wisuda Tahfidz Juz 29-30 dan Seleksi OSN Tingkat SD

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1 Program Pendidikan Dasar SD
2 Program Pendidikan Dasar SMP
3 Program Pendidikan Menengah
4 Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Tingkat SD
5 Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Tingkat SMP

6 Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga


Kependidikan Tingkat Menengah
7 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
8 Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan
9 Program peningkatan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda

Dalam melaksanakan kesembilan program tersebut dianggarkan sebesar


Rp42.883.447.113,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran sebesar
Rp39.981.049.702,00 (93,23%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp2.902.397.411,00 (6,77%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Pendidikan Dasar 26.546.393.013 25.101.539.360 94,56 1.444.853.653, 5,44
SD ,00 ,00 00
2. Pendidikan Dasar 5.175.179.800, 5.001.305.850, 96,64 173.873.950,00 3,36
SMP 00 00
3. Pendidikan 2.477.246.600, 2.353.613.960, 95,01 123.632.640,00 4,99
Menengah 00 00

44
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
4. Peningkatan 275.594.600,00 262.429.500,00 95,22 13.165.100,00 4,78
Mutu Pendidikan
dan Tenaga
Kependidikan
Tingkat SD
5. Peningkatan 156.782.500,00 151.232.500,00 96,46 5.550.000,00 3,54
Mutu Pendidikan
dan Tenaga
Kependidikan
Tingkat SMP
6. Peningkatan 178.460.000,00 164.105.000,00 91,96 14.355.000,00 8,04
Mutu Pendidikan
dan Tenaga
Kependidikan
Tingkat
Menengah
7. Manajemen 5.428.089.100, 4.607.662.032, 84,89 820.427.068,00 15,11
Pelayanan 00 00
Pendidikan
8. Peningkatan 2.281.951.500, 2.165.801.500, 94,91 116.150.000,00 5,09
Peran Serta 00 00
Kepemudaan
9. Peningkatan 363.750.000,00 173.360.000,00 47,66 190.390.000,00 52,34
Kewirausahaan
dan Kecakapan
Hidup Pemuda
Jumlah 42.883.447.113 39.981.049.702 93,23 2.902.397.411, 6,77
,00 ,00 00

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


Belum semua lulusan SMP melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah (lulusan
SMP tahun 2016 adalah 10.192 anak dan yang melanjutkan 9.283 anak sehingga
yang tidak melanjutkan adalah 909 anak) disebabkan oleh dorongan orang tua
yang kurang optimal karena budaya kerja boro di Kabupaten Gunungkidul.

Solusi Pemecahan Masalah:


Sosialisasi rintisan wajib belajar pendidikan dasar 12 tahun dan evaluasi
program pendidikan pada SMK yang sudah tidak sesuai dengan pasar
kerja dan membuka program baru yang dibutuhkan pasar kerja, sehingga
menarik minat melanjutkan anak lulusan SMP.

45
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Menambah program pendidikan di SMK dengan jurusan sesuai potensi
untuk memberi akses kemudahan memasuki pasar kerja.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan standar
pelayanan minimal di bidang pendidikan.

Sasaran 4
“Jumlah Penduduk miskin turun”

Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung garis kemiskinan menggunakan


konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approah) dengan data
SUSENAS-nya. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah
menghitung garis kemiskinan, yang terdiri dari dua komponen yaitu garis kemiskinan
makanan dan garis kemiskinan non-makanan, sehingga garis kemiskinan merupakan
penjumlahan garis kemiskinan makanan dengan garis kemiskinan non-makanan.
Garis kemiskinan makanan yang disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari,
sedang garis kemiskinan non-makanan adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Adapun garis kemiskinan tahun
2015 adalah Rp.250.630,00 yang diestimasi menjadi Rp.258.797,00 pada tahun 2016.
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.7
Evaluasi Pencapaian Sasaran 4
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Persentase penduduk 21,73 20,04 21,43 93,06 Sangat
Miskin (persen) berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 93,06

46
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-rata 93,06%
yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai Misi Ketiga RPJPD
yaitu: ”Mewujudkan Pemantapan Sistem dan Kelembagaan Perekonomian”pada
sasaran “Tercapainya pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan sehingga
terjadi peningkatan pendapatan perkapita yang signifikan, dengan tingkat
pengangguran yang rendah dan penurunan jumlah penduduk miskin”.
Pencapaian target indikator angka kemiskinan tahun 2016 mengalami kenaikkan
yaitu 1,39% dari target 20,04% terealisasi 21,43% sehingga capaian kinerjanya 93,06%.
Tetapi berdasarkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul mengalami
penurunan yaitu 3.050 jiwa dari 155.000 jiwa tahun 2015 turun menjadi 151.960 jiwa pada
tahun 2016 atau turun 0,30% dari tahun 2015 yaitu dari 21,73% menjadi 21,43%.

Gambar 3.11

Sumber: Bidang Persandian dan Statistik Dinas Kominfo Kab. Gunungkidul, 2017

Salah satu faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target


penurunan penduduk miskin yaitu kenaikan harga barang atau inflasi.
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah melaksanakan kebijakan pemihakan
(affirmative policy) terhadap penduduk miskin, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan, Peraturan Bupati
Nomor 55 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan serta berbagai kebijakan daerah lainnya
berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan yang meliputi:
1. Pada tahun 2016 di Kabupaten Gunungkidul sudah terbentuk kelembagaan
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Desa di 144 desa.

47
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

2. Melaksanakan sistem informasi desa (SID) sebagai sarana untuk


pemutakhiran data kemiskinan sampai ke tingkat desa dan padukuhan.

Gambar 3.12
Diskusi TNP2K di Bappeda dan Kunjungan Lapangan di Desa Jerukwudel

Gambar 3.13
Bimbingan Teknis Pengurus KUBE-FM dan Tampilan SID di Web

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Kesejahteraan rakyat
2. Program Pembinaan dan Pemberdayaan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS)
3. Program Peningkatan kualitas dan Produktivitas tenaga Kerja
4. Program Peningkatan Kesempatan Kerja
5. Program Pengembangan Transmigrasi

48
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

6. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan


7. Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemasyarakatan

Dalam melaksanakan ketujuh program tersebut dianggarkan sebesar


Rp9.422.135.861,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran sebesar
Rp8.679.191.388,00 (92,11%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp742.944.473,00 (7,89%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Peningkatan 1.477.461.500, 1.439.815.098, 97,45 37.646.402,00 2,55
Kesejahteraan 00 00
rakyat
2. Pembinaan dan 906.155.000,00 872.467.500,00 96,28 33.687.500,00 3,72
Pemberdayaan
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan
Sosial (PMKS)
3. Peningkatan 3.312.925.000, 3.246.932.735, 98,01 65.992.265,00 1,99
kualitas dan 00 00
Produktivitas
tenaga Kerja
4. Peningkatan 899.780.000,00 613.628.050,00 68,20 286.151.950,00 31,80
Kesempatan
Kerja
5. Pengembangan 568.695.000,00 503.709.300,00 88,57 64.985.700,00 11,43
Transmigrasi
6. Peningkatan 251.341.000,00 238.120.442,00 94,74 13.220.558,00 5,26
Keberdayaan
Masyarakat
Perdesaan
7. Peningkatan 2.005.778.361, 1.764.518.263, 87,97 241.260.098,00 12,03
Kesejahteraan 00 00
Sosial
Kemasyarakatan
Jumlah 9.422.135.861, 8.679.191.388, 92,11 742.944.473,00 7,89
00 00

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Adanya inflasi /kenaikan harga komoditas tertentu (diantaranya cabai-daging)
dan barang dan jasa lainnya berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
2. Program dan kegiatan pengentasan kemiskinan masih ada yang belum tepat sasaran.

49
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Solusi Pemecahan Masalah:


1. Lumbung pangan mandiri masyarakat tetap dipertahankan sebagai local
wisdom agar masyarakat dapat terhindar dari kelaparan/kemiskinan, serta
fasilitasi akses program nasional (Program Keluarga Harapan, Rastra, Toko
Tani Indonesia, Kartu BPJS – Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Indonesia
Pintar) serta program DIY, dan sinergitas program Kabupaten.
2. Pengembangan Data Base kemiskinan dengan Sistem Informasi Desa (SID) melalui
verifikasi faktual data Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) kemiskinan
tingkat desa, dengan koordinasi berjenjang dari kabupaten sampai ke Desa.

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Pemanfaatan Data Base (Pusat Data Terpadu) Kemiskinan melalui
Analisis Kemiskinan Partisipatif masyarakat desa dalam verifikasi
faktual data kemiskinan tingkat desa.
2. Sinergitas program dan kegiatan pemerintah (desa hingga pemerintah pusat)
dan CSR dalam upaya peningkatan kesejahteraan penduduk miskin.
3. Pengembangan dan penyempurnaan sistem informasi dan teknologi
dengan pemanfaatan Sistem Informasi Desa (SID).
4. Membangun sinergitas struktur TKPD, TKPK Kecamatan, dan TKPK Desa.

Sasaran 5
“Pembinaan, pengembangan, dan pelestarian
budaya lokal meningkat”

Pelestarian budaya sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk


mengantisipasi masuknya budaya asing melalui berbagai sistem teknologi informasi
di era globalisasi saat ini. Upaya - upaya yang telah dilakukan oleh Kabupaten
Gunungkidul dalam hal ini antara lain diselenggarakannya berbagai even-even lomba
seperti even-even lomba karawitan, campursari, sinden, dalang cilik, reok/jatilan dll.

Disamping itu karena Kabupaten Gunungkidul merupakan cikal bakal Kraton


Jogyakarta dan telah ditetapkannya sebagai anggota UNESCO Global Geoparks maka
situs-situs dan Geosite Geopark perlu mendapat perhatian dalam pelestariannya.
Gunungkidul sebagai bagian DIY yang ditetapkan sebagai kota batik.

50
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator


sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.8
Evaluasi Pencapaian Sasaran 5
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)

1 Jumlah Kelompok Seni 285 300 322 107,33 Sangat


yang difasilitasi berhasil
(kelompok)
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 107,33

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-rata
107,33% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai Misi
Kedua RPJPD yaitu: ”Mewujudkan Pemantapan Sistem dan Kelembagaan serta
Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia” pada sasaran “Tingkat
pembangunan daerah merata ke seluruh wilayah, berupa terwujudnya
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah”.

Jumlah Kelompok Kesenian di masyarakat yang mempertahankan


kelestarian adat tradisi dalam upaya penerapan nilai kebudayaan adalah 2.151
kelompok, realisasi kelompok kesenian aktif tercatat sejumlah 750 sampai dengan
895 kelompok, hal ini terlihat dari Daftar kelompok yang mengajukan Legalitas
kelompok dengan Surat Keterangan Organisasi Kesenian yang ditandatangani
Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan, disisi lain pemerintah daerah
berupaya agar kegiatan yang dilaksanakan dapat memotivasi kelompok agar lebih
berpartisipasi aktif dalam upaya penerapan nilai kebudayaan.

Indikator kelompok seni yang difasilitasi merupakan bagian penting dari


indikator indeks pelestarian budaya yang diperoleh dengan melakukan
pembobotan terhadap 6 (enam) unsur yaitu jumlah event kesenian/budaya skala
Kabupaten/Provinsi/Nasional (30%), persentase kelompok kesenian yang aktif
(25%), jumlah pelaku pelestari budaya yang aktif (20%), jumlah benda, situs, dan
kawasan cagar budaya yang terpelihara dan kondisi baik (15%), jumlah desa
budaya (6%), dan persentase gedung kesenian yang aktif (4%).

51
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Pengembangan nilai budaya dilakukan dengan pemberian penghargaan bagi


pelestari dan penggiat budaya untuk 5 orang, pengembangan desa budaya dan
kantong budaya, yang meliputi pelatihan seni reog dan jathil, karawitan, dan dagelan
mataram untuk 120 orang, dan gelar perintisan Desa Budaya di 8 desa serta kegiatan
Pelestarian kepercayaan dan tradisi. Untuk kegiatan pelestari kepercayaan dan tradisi
dilaksanakan atraksi budaya adat tradisi bregodo upacara adat di 40 kelompok,
sarasehan tosan aji, sarasehan pelestarian adat dan tradisi, dan sarasehan himpunan
Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Event kesenian/budaya skala Kabupaten/Provinsi/Nasional yang dilaksanakan


tahun 2016 adalah Festival Reog dan jathilan tingkat DIY di Tebing Breksi Kabupaten
Sleman, Parade Tari Tingkat DIY di SMK N Kasihan Bantul, Festival Gelar Seni
Pertunjukan di Pendopo Dinas Kebudayaan DIY, Festival Dalang Tingkat Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan Pengiriman Tim Festival Reog Nasional di Ponorogo Jawa
Timur. Misi Kebudayaan dalam dan luar negeri dalam rangka diplomasi budaya
diantaranya pesta kesenian, menampilkan kesenian Wayang Orang di Art Centre
Denpasar Bali, Festival Erau di Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, dan Gelar Seni
Budaya Yogyakarta dalam rangka Peringatan Hadeging Negari Ngayogyakarta, di
Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Festival seni tingkat Kabupaten Gunungkidul, meliputi Festival Jathilan, Festival
Reog, Festival Karawitan, dan Festival Pedalangan. Untuk promosi dan publikasi seni
budaya dengan menyelenggarakan workshop seni kethoprak dan festival kethoprak antar
kecamatan. Event Lembaga Penggiat Seni dan Budaya menyelenggarakan pentas
karawitan, pentas seni pedalangan, atraksi kesenian tradisional, pentas seni Hari Jadi
Kabupaten Gunungkidul, sarasehan Dewan Kebudayaan, dan sarasehan Pepadi.

Jumlah benda, situs, dan kawasan cagar budaya ada 182 buah. Pada
tahun 2016 melakukan kegiatan antara lain: pemeliharaan aplikasi peta
potensi budaya Cakrawala Budaya Dhaksinarga, pemeliharaan
penampungan artefak Sokoliman, dan Observasi, Monitoring Pendataan
dan Pendaftaran Warisan Budaya dan Cagar Budaya 43 objek sasaran.
Gedung kesenian yang aktif idealnya berjumlah 19, tahun 2014 baru ada
tiga yaitu gedung kesenian dengan fasilitas terbatas dan 2 (dua) balai budaya,
sehingga penyelenggaraan seni dan budaya sering menggunakan Bangsal
Sewoko Projo atau fasilitas umum lainnya seperti Gedung Serbaguna dan
Lapangan Pemda. Tahun 2015 dilaksanakan pembangunan 7 (tujuh) Gedung
Balai Budaya sehingga jumlah seluruhnya ada 10 (sepuluh) gedung.

52
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.14
Karawitan Malem Jum’at Legen dan Festival Kethoprak Antar Kecamatan

Gambar 3.15
Festival Reog-Jathilan dan Bergada Upacara Adat

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Nilai Budaya;
2. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya;
3. Program Pengelolaan Keragaman Budaya; dan
4. Program Pengembangan Kerjasama Pengelelolaan Kekayaan Budaya.
Dalam melaksanakan ketiga program tersebut dianggarkan melalui
Dana Keistimewaan DIY sebesar Rp6.398.197.500,00 dan realisasinya
hanya membutuhkan anggaran sebesar Rp6.147.961.300,00 (96,09%)
sehingga terdapat efisiensi sebesar Rp250.236.200,00 (3,91%).

53
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran adalah:

1. Dengan adanya Dana Keistimewaan DIY maka penyelenggaraan Festival


bisa ditingkatkan, bahkan tahun 2017 akan dibentuk Dinas Kebudayaan.
2. Kelompok kesenian yang sudah memiliki Surat Keterangan Organisasi
Kesenian (SKOK) dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan
Kabupaten Gunungkidul sebanyak 895 kelompok kesenian dari 2.151
kelompok kesenian yang ada.
3. Untuk pelestarian Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya terus dilaksanakan
mulai dari inventarisasi, kemudian sosialisasi dan dilanjutkan dengan
pembentukan kelembagaan pengelola Warisan Budaya dan Cagar Budaya.

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Sertifikasi profesional seniman dan seniwati sebagai tuntutan dalam
pengembangan seniman/seniwati sebagai profesi.
2. Penyelenggaraan Festival seni dan budaya unggulan daerah di tingkat
Kabupaten secara rutin belum optimal.
3. Keterbatasan peralatan yang dimiliki seperti gamelan, kostum kesenian,
tempat untuk latihan, dan belum ada kesadaran untuk regenerasi pelaku seni.

Solusi Pemecahan Masalah:


1. Fasilitasi pelatihan dan pengirim ke lembaga sertifikasi DIY.
2. Dengan dukungan dana keistimewaan direncanakan akan diagendakan
penyelenggaraan festival rutin seni dan budaya unggulan daerah di
tingkat Kabupaten sehingga menjadi even tahunan.
3. Peningkatan secara bertahap peralatan yang dimiliki oleh kelompok kesenian
seperti gamelan, kostum kesenian, dan tempat untuk latihan (balai budaya).

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Membangun Taman Budaya untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan
pelestarian budaya.
2. Menyelenggarakan even-even sebagai upaya untuk menggali potensi
budaya sekaligus melestarikannya.
3. Membentuk dan mengembangkan kelompok-kelompok kesenian dan budaya.

54
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Sasaran 6
“Pendapatan Masyarakat Meningkat”

Meningkatnya pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dari


pertumbuhan ekonominya. Besarnya nilai pertumbuhan ekonomi tersebut
mencerminkan laju pergerakan semua sektor produksi dan produktivitas.
Dengan demikian dapat diketahui pula besarnya income perkapita yang
akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.9
Evaluasi Pencapaian Sasaran 6
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Pendapatan Per kapita 15.661.026, 15.661.02 16.100.00 102,80 Sangat
ADHK (Rupiah) 00 6,00 0,00 berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 102,80

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-rata
102,80% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai misi
ketiga RPJPD yaitu ”Mewujudkan Pemantapan Sistem dan Kelembagaan
Perekonomian” pada sasaran “Tercapainya pertumbuhan ekonomi daerah yang
berkelanjutan sehingga terjadi peningkatan pendapatan perkapita yang signifikan,
dengan tingkat pengangguran yang rendah dan penurunan jumlah penduduk miskin”.
Target Pendapatan Per kapita ADHK yang ada dalam dokumen RKPD
menggunakan metode perhitungan dengan tahun dasar 2000 masih
menggunakan 9 sektor dengan target Rp6.129.190,00, karena terjadi perubahan
parameter pada tahun 2015 menggunakan 17 kategori dengan tahun dasar 2010,
maka target tahun 2016 dikonversikan dengan pencapaian PDRB per Kapita Atas
Dasar Harga Konstan tahun 2015 menjadi Rp15.661.026,00. Untuk indikator
Pendapatan per kapita ADHK mengalami kenaikan sebesar Rp438.974,00 dari
target Rp15.661.026,00 menjadi Rp16.100.000,00.

55
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Sumbangan terbesar pendapatan masyarakat Kabupaten Gunungkidul berasal dari


lapangan usaha di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang kemudian diikuti
kontruksi dan industri pengolahan. Lapangan usaha yang lain sebagai penyumbang
pendapatan berturut-turut, yaitu administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan
sosial wajib, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, informasi
dan komunikasi, jasa pendidikan, penyediaan akomodasi dan makan minum serta
transportasi dan pergudangan. Jenis lapangan usaha yang lain memberikan sumbangan
yang relatif kecil, yakni real estate, jasa keuangan dan asuransi, jasa kesehatan dan
kegiatan sosial, jasa perusahaan, pertambangan dan penggalian, pengadaan air, penan
sampah, limbah dan daur ulang serta pengadaan listrik dan gas.
Salah satu usaha di sektor pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani adalah
dengan membentuk kelompok tani di masyarakat sebagai sarana berinteraksi dan saling
membagi ilmu serta bekerjasama untuk meningkatkan produksi pertanian dan kehutanan.
Kelompok Tani berpredikat Kelas Utama dapat diraih sebanyak 119 dibagi jumlah seluruh
kelompok beregister yaitu 4.207 yang telah berkembang dari jumlah kelompok tahun lalu
sebanyak 3.385 kelompok, ada kenaikan 24,28% dari tahun lalu, yang terdiri dari
subsektor Tanaman Pangan,Peternakan, Perkebunan, Perikanan, Kehutanan, Kelompok
Wanita Tani (KWT) dan Kelompok Taruna Tani (KTT).
Selain itu, berdasarkan produksi komoditas kakao pada tahun 2016
mengalami penurunan yaitu dari tahun 2015 sebesar 476.484 kg menjadi 430.309
kg. Grafik capaian produksi Kakao bisa dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.16
Produksi Kakao Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011-2016

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunungkidul, 2016


56
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Hal tersebut di atas menunjuk pergeseran kontribusi PDRB sektor pertanian,


kehutanan, dan perikanan dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan beralih
ke peningkatan sektor yang lain yaitu kontruksi dan industri pengolahan, serta
lapangan usaha yang lain sebagai penyumbang pendapatan berturut-turut, yaitu
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, informasi dan komunikasi,
jasa pendidikan, penyediaan akomodasi dan makan minum serta transportasi dan
pergudangan. Pengembangan sarana prasarana perdagangan seperti pasar dan
sentra industri seperti terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 3.17
Sarana Prasarana Perdagangan dan Sentra Industri

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Agribisnis, tanaman pangan dan hortikultura
2. Program Pengembangan Agribisnis Terpadu
3. Program Pengembangan Agribisnis Perikanan
4. Program Pengembangan Agribisnis Peternakan
5. Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan
6. Program Pengembangan Agribisnis Kehutanan
7. Program Peningkatan Perekonomian dan Sumber Daya Alam
8. Program pengembangan Industri Kecil dan Menengah

9. Program Pengembangan Kewirausahaan, Keunggulan


Kompetitif dan Sistem Pendukung Usaha Koperasi dan UMKM
10. Program peningkatan dan pengembangan ekspor
11. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi

57
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

12. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana perdagangan dan pengelolaan pasar

13. Program pembinaan pedagang pedagang kaki lima dan asongan

Dalam melaksanakan ketigabelas program tersebut dianggarkan sebesar


Rp12.357.258.400,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran sebesar
Rp11.232.150.999,00 (90,90%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp1.125.107.401,00 (9,10%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Pengembangan 130.040.000,00 124.717.500,00 95,91 5.322.500,00 4,09
Agribisnis,
tanaman pangan
dan hortikultura
2. Pengembangan 372.618.500,00 365.566.714,00 98,11 7.051.786,00 1,89
Agribisnis
Terpadu
3. Pengembangan 985.747.500,00 952.017.750,00 96,58 33.729.750,00 3,42
Agribisnis
Perikanan
4. Pengembangan 170.001.900,00 133.472.000,00 78,51 36.529.900,00 21,49
Agribisnis
Peternakan
5. Pengembangan 92.965.000,00 92.965.000,00 100,00 0,00 0,00
Agribisnis
Perkebunan
6. Pengembangan 352.182.500,00 156.554.000,00 44,45 195.628.500,00 55,55
Agribisnis
Kehutanan
7. Peningkatan 208.955.000,00 157.244.100,00 75,25 51.710.900,00 24,75
Perekonomian
dan Sumber Daya
Alam
8. Pengembangan 1.088.189.000, 993.985.409,00 91,34 94.203.591,00 8,66
Industri Kecil 00
dan Menengah
9. Pengembangan 93.785.000,00 75.400.290,00 80,40 18.384.710,00 19,60
Kewirausahaan,
Keunggulan
Kompetitif dan
Sistem
Pendukung
Usaha Koperasi
dan UMKM
10. Peningkatan dan 293.902.500,00 269.191.276,00 91,59 24.711.224,00 8,41
Pengembangan
Ekspor

58
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
11. Peningkatan 431.601.500,00 358.013.010,00 82,95 73.588.490,00 17,05
Kualitas
Kelembagaan
Koperasi
12. Peningkatan 7.991.792.500, 7.417.643.950, 92,82 574.148.550,00 7,18
Sarana dan 00 00
Prasarana
Perdagangan dan
Pengelolaan
Pasar
13. Pembinaan 145.477.500,00 135.380.000,00 93,06 10.097.500,00 6,94
Pedagang
Pedagang Kaki
Lima dan
Asongan
Jumlah 12.357.258.400 11.232.150.999 90,90 1.125.107.401, 9,10
,00 ,00 00

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Kontribusi lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan masih
mendominasi (sektor utama penyumbang) pada PDRB Kabupaten
Gunungkidul walaupun dari tahun ke tahun semakin menurun.
2. Mayoritas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah memiliki tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan terbatas, daya dukung akses
permodalan dan pemasaran serta manajemen usaha belum memadai.
3. Sebagian besar komoditas yang dipasarkan ke luar negeri masih melalui
proses tidak langsung oleh eksportir dari luar daerah karena jumlah
eksportir di Kabupaten Gunungkidul yang belum banyak (1-2 eksportir).
4. Kapasitas pelaku usaha maupun pengrajin daerah untuk memenuhi
kualitas dan persyaratan kuantitas maupun kesinambungan
ketersediaan produk ekspor masih rendah.
5. Sentra-sentra industri potensial yang dikembangkan belum optimal untuk
meningkatkan kapasitas produksi maupun kualitas daya saing industri daerah.
Solusi Pemecahan Masalah:
1. Pertanian, kehutanan dan perikanan sebagai sektor utama penyumbang
PDRB tetap dipertahankan sesuai dengan potensi agar produktivitasnya
baik dengan optimalisasi program pengembangan agribisnis.

59
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

2. Strategi yang tepat untuk pengembangan UMKM adalah akselerasi program


kebijakan yang mendorong naiknya produktivitas, untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan dapat ditekankan pada kesiapan bahan baku
yang berbasis pertanian, kesiapan sumber daya manusia, dan jaringan pemasaran,
serta pemenuhan sarana prasarana industri dan perdagangan yang lebih memadai.
3. Strategi kemitraan dengan meningkatkan jejaring dengan eksportir maupun
asosiasi pengusaha untuk mendongkrak kapasitas ekspor produk daerah
dan stimulasi pelaku usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengakses pasar luar negeri maupun penciptaan eksportir baru.
4. Peningkatan kualitas dan daya saing produk daerah dengan
mengembangkan inovasi serta pemanfaatan teknologi dan informasi.
5. Fokus pengembangan sentra perlu dilakukan dengan melakukan
revitalisasi sentra-sentra industri melalui dukungan anggaran dan
program dapat dilakukan dengan mengakses anggaran Kementrian
Perindustrian serta memperkuat kerjasama lintas sektoral.

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Penguatan Program kegiatan ke arah pertanian agribisnis, perindustrian
perdagangan dan UMKM untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan
penguatan pasar sebagai sarana perdagangan.
2. Hal tersebut dalam point 1 didukung dengan pembangunan infrastruktur
jalan yang menuju pusat-pusat pertumbuhan ekonomi khususnya pada
sentra-sentra industri dan pariwisata dengan membuka aksesibilitas
jalan antar kecamatan dan antar desa serta wilayah-wilayah perbatasan.

Sasaran 7
“Investasi meningkat”

Investasi merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah sebagai


salah satu upaya akselerasi pembangunan daerah. Kesadaran yang kuat tentang
pentingnya investasi telah mendorong Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk
melakukan berbagai upaya mulai dari promosi, pengembangan potensi daerah,
maupun fasilitasi kerjasama dan pengembangan investasi.

60
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Pada tahun 2016, realisasi pencapaian sasaran investasi meningkat


menunjukkan hasil yang positif. Sebagaimana nampak dalam tabel di bawah
ini, realisasi kinerja tahun 2016 telah melampaui target yang ditetapkan,
dengan pencapaian nilai investasi sebesar Rp875.508.817.548,00 atau 100,46%
dari target sebesar Rp871.534.000.000,00. Pencapaian ini menunjukkan kinerja
yang sangat baik untuk indikator sasaran ketujuh ini.
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.10
Evaluasi Pencapaian Sasaran 7
Pengukuran Kinerja

Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)

1 Nilai Investasi 615.406.33 871.534.0 875.508.8 100,46 Sangat


(Rupiah) 1.924 00.000 17.548 berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 100,46

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian sasaran rata-rata 100,46% yang
masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai Misi Ketiga RPJPD yaitu
”Mewujudkan Pemantapan Sistem dan Kelembagaan Perekonomian” pada
sasaran “Tercapainya pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan
sehingga terjadi peningkatan pendapatan perkapita yang signifikan, dengan
tingkat pengangguran yang rendah dan penurunan jumlah penduduk miskin”.
Kondisi pencapaian kinerja nilai investasi; dilihat dari data historis menunjukkan
hasil positif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 nilai realisasi investasi mencapai
Rp167.849.119.000,00 dari target Rp180.000.000.000,00 (93,25%). Pada tahun 2014 realisasi
mencapai Rp441.831.801.000,00 dari target Rp450.000.000.000,00 atau 98,18%.
Selanjutnya, pada tahun 2015 pencapaian realisasi investasi sebesar
Rp615.406.331.924,00 dari target Rp550.000.000.000,00 atau sebesar 111,89%. Adapun
pada tahun 2016 ini, dari target realisasi sebesar Rp871.534.000.000,00 tercapai
Rp875.508.817.548,00 atau 100,46%. Capaian ini menunjukkan semakin berkembangnya
investasi daerah selama kurun waktu empat tahun terakhir.

61
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.18
Perkembangan Realisasi Investasi tahun 2013-2016

Sumber: KPMPT, 2016

Gambar 3.19
Pameran Investasi

Indikator nilai investasi dapat dicapai melalui program Peningkatan Promosi dan

Kerjasama Investasi. Dalam melaksanakan program tersebut telah dianggarkan dana

sebesar Rp181.444.000,00. Realisasinya hanya membutuhkan anggaran sebesar

Rp180.458.780,00 (99,46%) sehingga terdapat efisiensi sebesar Rp985.220,00 (0,54%).

Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi dilaksanakan


dengan 3 (tiga) kegiatan sebagai berikut:

62
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Kegiatan Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Pengembangan 37.446.000,00 36.588.000,00 97,71 858.000,00 2,29
Kerjasama di
Bidang Investasi
2 Pengembangan 58.818.000,00 58.788.000,00 99,95 30.000,00 0,05
Potensi Unggulan
Daerah
3 Penyelenggaraan 85.180.000,00 85.082.780,00 99,89 97.220,00 0,11
Pameran Investasi
Jumlah 181.444.000,00 180.458.780,00 99,46 985.220,00 0,54

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Kegiatan promosi potensi unggulan daerah baik melalui pameran
dalam maupun luar daerah masih kurang intensitasnya;
2. Belum adanya peta investasi yang memudahkan investor untuk
menanamkan modalnya;
3. Fasilitasi yang disediakan bagi penanam modal belum diketahui oleh investor;
4. Belum terintegrasinya antar OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang
mempunyai kegiatan promosi antara lain Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan dan Dinas Perindagkop ESDM;
5. Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri kurang optimal, hal ini disebabkan
a. sebagian kepemilikan tanah merupakan tanah kas desa dan tanah perseorangan;
b. belum tersedianya dokumen rencana pemanfaatan kawasan peruntukan
industri dan peta rencana penggunaan lahan pada kawasan peruntukan
industri, yang mana dari 3 (tiga) Kawasan Peruntukan Industri yaitu
Mijahan, Mulo dan Candirejo, baru Kawasan Peruntukan Industri Mijahan
yang mempunyai dokumen perencanaan penggunaan lahan.

Solusi Pemecahan Masalah:


1. Penambahan kegiatan pameran baik di dalam maupun luar daerah,
dengan berusaha mengintegrasikan kegiatan promosi antar OPD;
2. Pembuatan peta investasi dan Rencana Induk Investasi dalam rangka
penanaman modal.
3. Sosialisasi tentang fasilitasi penanaman modal bagi pengusaha maupun investor.
4. Pemberian pemahaman kepada Pemerintah Desa dalam rangka memanfaatkan
Tanah Kas Desa untuk kepentingan penanaman modal, terutama Tanah Kas Desa
yang berada di Kawasan Peruntukan Industri (Peraturan Gubernur DIY Nomor 112
tahun 2014 tentang Pemanfaatan dan Pengelolaan Tanah Kas Desa).
5. Melakukan koordinasi dengan OPD berwenang (Bappeda) untuk membuat
dokumen perencanaan penggunaaan lahan pada kawasan peruntukan Industri).

63
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Mengintensifkan kegiatan pameran baik di dalam maupun di luar daerah;
2. Pembuatan peta investasi untuk 18 kecamatan dalam rangka penanaman modal;
3. Sosialisasi tentang fasilitasi penanaman modal bagi pengusaha maupun investor; dan

4. Pemenuhan standar kompetensi SDM dan sarana prasarana.

Sasaran 8
“Kunjungan Wisata Meningkat”

Pariwisata merupakan sektor unggulan (prioritas) di Kabupaten Gunungkidul, yang


telah terbukti mampu menjadi penggerak semua sektor ekonomi. Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul yang tumbuh dan berkembang saat ini diharapkan memberikan multiplier
effect bagi kesejahteraan masyarakat, membuka peluang kerja bagi masyarakat umum,
dan menjadikan daerah yang dikunjungi menjadi maju dan terkenal.
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.11
Evaluasi Pencapaian Sasaran 8
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Jumlah Wisatawan 2.642.759 2.600.000 2.992.897 115,11 Sangat
(Orang) berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 115,11

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sebesar rata-rata
115,11% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai Misi
Ketiga RPJPD yaitu ”Mewujudkan Pemantapan Sistem dan Kelembagaan
Perekonomian” pada sasaran “Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif”. Sektor pertanian dalam arti luas, usaha mikro,
kecil, menengah, dan pariwisata menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara
ekonomis dan berkelanjutan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan
berdaya saing sehingga mampu menjadi penggerak perekonomian daerah.

64
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Indikator jumlah wisatawan baik wisman maupun wisnus mengalami


peningkatan sebanyak 392.817 orang dari target 2.600.000 orang dan terealisasi
2.992.817 orang. Peningkatan jumlah kunjungan ini lebih rendah dibandingkan
tahun 2015 sebanyak 1.517.759 orang dari target 1.125.000 orang dan terealisasi
2.642.759 orang. Sedangkan tahun 2014 sebanyak 905.817 orang dari target
1.050.000 orang dan terealisasi 1.955.817 orang dan tahun 2013 sebanyak 362.438
orang dari target 975.000 orang dan terealisasi 1.337.438 orang. Selain itu
pendapatan dari retribusi/PAD pariwisata senantiasa meningkat dari tahun 2012-
2016 yaitu 616,66%. Hal ini sebagai bukti bahwa objek wisata Kabupaten
Gunungkidul banyak diminati wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Gambar 3.20 Grafik Kunjungan Wisatawan Tahun 2012-2016

3000000

2500000

2000000

1500000 2.642.759 2.992.897


1000000 1.955.817
1.337.438
500000
0 960,601
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kab. Gunungkidul, 2016

Gambar 3.21 Peningkatan Retribusi/PAD Pariwisata Tahun 2012-2016

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kab. Gunungkidul, 2016

65
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Dalam mengembangkan sektor ini telah dilakukan langkah–langkah


pengembangannya sebagai berikut:
a. Pemetaan potensi wisata secara rinci sebagai dasar untuk menciptakan objek-
objek wisata baru, sarana prasarana dan peningkatan sumberdaya manusia
dan pelaku usaha wisata yang lainnya. Penciptaan dan pengembangan
kawasan –kawasan wisata baru, diharapkan dapat meningkatkan jumlah
wisatawan baik Wisatawan Mancanegara maupun Wisatawan Nusantara. Hal
tersebut secara otomatis dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
b. Perbaikan strategi pemasaran, yang ditempuh untuk menambah kunjungan
wisatawan yaitu melalui diversifikasi objek dan daya tarik wisata yang
ditawarkan kepada wisatawan. Kalau tahun-tahun sebelumnya objek wisata
yang dijual hanya pantai saja, mulai tahun 2014 ditawarkan pula Desa
Wisata dan Desa Budaya sebagai daya tarik baru yang kemudian dikemas
dalam paket wisata, dan ternyata banyak diminati wisatawan.
c. Pemanfaatan TI dalam Pemasaran Pariwisata untuk tahun 2016 antara lain:
pembuatan bahan promosi wisata (booklet, leaflet, Peta Wisata, foto-foto,
duratran, dll); melakukan promosi melalui media cetak (koran/majalah,
baliho) dan media elektronik yaitu Radio, Televisi, pembuatan VCD,
Pelayanan informasi pariwisata melalui internet yaitu menyediakan Tourism
Information Center (TIC) yang berlokasi di Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan Jl. K.H. Agus Salim No 126 Wonosari atau bisa diakses
melalui website: www.wisata.gunungkidulkab.go.id juga pelayanan
informasi beberapa objek wisata melalui Tourism Information Service (TIS).
d. Pembinaan Pemandu Wisata Minat Khusus Lokal, Sertifikasi Keahlian bagi
Pemandu Wisata Goa dan Pemandu Umum, selain itu juga dilaksanakan
pembinaan pengelola Objek dan daya tarik wisata minat khusus terutama kegiatan
petualangan atau adventure seperti susur goa, rafting, outbond, trekking gunung,
menyelam di laut atau diving, snorkling, berkemah, flying fox, dll karena dengan
pelayanan pemandu wisata yang baik tamu akan merasa puas dan perjalanan
serasa menyenangkan karena ada informasi yang jelas, bahkan akan menimbulkan
motivasi untuk datang kembali ke daerah tujuan wisata yang telah dikunjungi.
e. Dalam pemasaran juga dilaksanakan Kegiatan Pengembangan Jaringan Kerjasama
Promosi Pariwisata: selain melakukan kegiatan promosi dalam daerah melalui kegiatan
Familiarization Trip (Fam Trip) / Trip Pengenalan Objek Wisata, juga melaksanan
promosi wisata ke luar daerah melalui kegiatan Travel Dialog, Pameran, Table Top, dll.
Kegiatan lainnya adalah kerjasasama promosi pariwisata 15

66
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Kabupaten/Kota se-DIY dan Jawa Tengah dengan nama “Java Promo”dimana


salah satu kegiatannya adalah study comparatif dan promosi ke Luar Negeri.
f. Program pengembangan kemitraaan dengan melaksanakan kegiatan antara lain
Lomba–lomba yang dilaksanakan di Objek Wisata antara lain Pemilihan Duta Wisata,
menyelenggarakan Event “Festival Geopark”selama 2 (dua) hari dan berisi lomba-
lomba yaitu Lomba Foto, Lomba Lari 10 Km di Objek Wisata Pantai Baron (Baron 10 K),
Lomba melukis Kentongan, Motor Touring, Jelajah Wisata Alam; Kegiatan Forum
Komunikasi antar Pelaku Pariwisata (Pengelola Hotel, Rumah Makan, Pemilik Travel
Agent, Pemilik Pusat Oleh-oleh, Catering, Pengelola Jasa Pemanduan, dll); Kegiatan
Pengembangan SDM dan Profesionalisme bidang Pariwisata dilakukan pelatihan
terhadap pengusaha di bidang pariwisata / usaha wisata yang kemudian dilanjutkan
dengan orientasi lapangan, juga pembinaan pedagang di objek wisata.

Gambar 3.22
Gunung Batur Desa Balong Kecamatan Girisubo dan
Green Village Gedangsari

Lama tinggal wisatawan tahun 2016 sama dengan capaian tahun 2015 yaitu 1,41
hari. Pada tahun 2015 menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,01 hari dari target
1,4 hari terealisasi 1,41 hari, angka ini lebih tinggi dibandingkan lama tinggal
wisatawan tahun 2014 yaitu 1,37 hari. Hal tersebut, tergantung pada kenyamanan
wisatawan berkunjung di Kabupaten Gunungkidul, dan ini disebabkan beberapa
faktor antara lain destinasi wisata yang memenuhi ada 3 (tiga) A; Atraksi wisata yang
menarik, Amenitas yang lengkap, dan Aksesibilitas yang lengkap pula.

67
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.23
Pintu Gerbang Pos Retribusi Pantai Wediombo, Rambu
Wisata, dan Embung Nglanggeran

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata yang dilakukan di tahun 2016 antara


lain:
1. Penyusunan dokumen perencanaan di beberapa destinasi pariwisata.
2. Penyusunan masterplan Geosite Kali Ngalang, Geosite Lembah Kars Mulo, Geosite
Gunung Batur, Kajian pengelolaan sampah kawasan wisata, penyusunan kajian
aplikasi e-ticketing, penyusunan UKL-UPL kawasan Goa Pindul dan Sokoliman.

3. Pembangunan sarana penunjang destinasi pariwisata yang strategis


antara lain kawasan wisata yaitu: Pantai Krakal; Watugupit, Purwosari;
Eks Kecamatan Patuk; Geosite Lembah Kars Mulo, Pantai Watulumbung,
Pantai Jungwok, Pantai Drini, Hutan adat Wanasadi dan Gunung Gambar.

68
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

4. Pembangunan Pos Retribusi dan gapura masuk Pos Wediombo dan Pantai Siung.

5. Pembuatan papan nama objek wisata di lokasi objek wisata dan papan
petunjuk objek wisata di jalur-jalur wisata. Bekerjasama dengan SKPD
terkait, dilaksanakan pembanguan jalan menuju obyek wisata, jaringan
listrik, jaringan komunikasi /seluler dan pengadaan air bersih.
6. Pelatihan SDM melalui kegiatan Pembinaan Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis), Pembinaan Desa Wisata dan Sosialisasi.
7. Peningkatan SDM yang dalam hal ini adalah Petugas yang menangani tiket
masuk objek wisata, bendahara penerima, dan petugas aset, yang dilengkapi
dengan fasilitas pendukung seperti design tiket yang menarik, bangunan pos
retribusi yang memadai dan menjamin keamanan pengunjung, seragam
petugas yang menarik untuk tampilan publik; serta menciptakan aturan yang
jelas tentang tarif besarnya retribusi dan sanksi yang diterapkan dalam
rangka pelayanan kepada wisatawan secara optimal.

Untuk mewujudkan destinasi wisata unggulan dengan infrastruktur


yang andal, pemerintah telah mengembangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Sarana prasarana objek wisata serta fasilitas objek wisata seperti :
pembangunan areal parkir pantai Baron, rehab tangga menuju pantai
Wediombo, pembangunan pantai Ngrenehan, papan informasi
pariwisata, pembuatan sumur bor rest area bunder, dll.
b. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuhnya usaha pariwisata.
c. Meningkatkan pelayanan informasi pariwisata dengan adanya kelompok sadar wisata

(Pokdarwis) dan Tourism Information Service (TIS) di beberapa objek wisata.

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
3. Program Pengembangan Kemitraan
Dalam melaksanakan ketiga program tersebut dianggarkan sebesar
Rp9.497.649.400,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran sebesar
Rp9.193.387.510,00 (96,80%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp304.261.890,00 (3,20%), yang dirinci sebagai berikut:

69
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Pengembangan 1.035.154.300, 983.135.300,00 94,97 52.019.000,00 5,03
Pemasaran 00
Pariwisata
2. Pengembangan 8.198.625.100, 7.959.007.210, 97,08 239.617.890,00 2,92
Destinasi 00 00
Pariwisata
3. Pengembangan 263.870.000,00 251.245.000,00 95,22 12.625.000,00 4,78
Kemitraan
Jumlah 9.497.649.400, 9.193.387.510, 96,80 304.261.890,00 3,20
00 00

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Aksesibilitas menuju destinasi wisata belum lancar disebabkan oleh
infrastruktur jalan yang belum memadai.
2. Akomodasi pariwisata masih sangat terbatas.
3. Penyelenggaraan atraksi masih bersifat lokal.
4. Sumber daya manusia pelaku usaha pariwisata belum memiliki sertifikasi
usaha pariwisata sehingga layanan pariwisata masih belum maksimal.
5. Sistem pengelolaan retribusi masih dengan cara yang konvesional.
6. Pembangunan pendukung sarana parawisata oleh masyarakat belum
sesuai dengan tataruang dan belum optimal mendukung kepariwisataan.

Solusi Pemecahan Masalah:


1. Peningkatan status jalan desa menjadi jalan kabupaten sehingga dapat
dilakukan percepatan pembangunan jalan dan normalisasi jalan.
2. Pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan akomodasi pariwisata
dan menjalin kemitraan dengan sektor swasta.
3. Sinergitas SKPD, Komunitas dan masyarakat didalam penyelenggaraan atraksi.

4. Pelatihan dan pensertifikatan usaha wisata.


5. Dilakukan pengkajian dan penerapan metode/penerapan e-tiketing serta mengkaji
regulasi untuk perbaikan layanan pariwisata dalam hal penarikan retribusi.
6. Pembinaan dan penertiban kegiatan yang tidak mendukung
kepariwisataan dengan lintas sektor.

70
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Promosi wisata melalui media internet dan media masa.
2. Pengembangan kawasan-kawasan wisata baru sebagai alternatif tujuan wisata.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dan daya tarik destinasi wisata.

4. Meningkatkan upaya perbaikan infrastruktur sarana prasarana menuju


dan di objek wisata.
5. Peningkatan kelembagaan bidang pariwisata.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran adalah :

1. Keterpaduan dan kerjasama antara pemerintah, kalangan swasta serta masyarakat


luas di dalam berpartisipasi pengembangan kebudayaan dan pariwisata.

2. Sinergitas program kegiatan sehingga dapat mendukung pencapaian


visi Kabupaten Gunungkidul yang menjadikan pariwisata sebagai
prioritas dalam mensejahterakan masyarakat.

Sasaran 9
“Ketersediaan Distribusi dan Konsumsi Pangan
meningkat”

Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu atau


sekumpulan individu di suatu wilayah untuk memperoleh pangan yang cukup
dan sesuai untuk hidup sehat dan aktif. Kerawanan pangan juga dapat
diartikan sebagai situasi daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat
ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup memenuhi standar
kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian besar
masyarakat. Ruang lingkup kewaspadaan pangan dan gizi adalah:
1. Pengembangan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
2. Pengelolaan mutu pangan dan gizi
3. Pemantauan kerawanan pangan dan gizi
4. Penanggulangan kerawanan pangan dan gizi
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

71
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Tabel 3.12
Evaluasi Pencapaian Sasaran 9
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)

1 Persentase Desa Rawan 5% < 5% 5% 100,00 Sangat


Pangan (Persen) berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 100,00

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian sasaran sebesar rata-rata
100,00% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai Misi
Ketiga RPJPD yaitu: “Mewujudkan Pemantapan Sistem dan Kelembagaan
Perekonomian”pada sasaran “Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif”. Sektor pertanian dalam arti luas, usaha mikro,
kecil, menengah, dan pariwisata menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara
ekonomis dan berkelanjutan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan
berdaya saing sehingga mampu menjadi penggerak perekonomian daerah.
Target sasaran adalah persentase desa rawan pangan sebesar <5%, atau dari 7
desa pada tahun 2015 menjadi 6 desa di tahun 2016, namun penurunan tidak dapat
dicapai karena kompleksitas permasalahan pada masing-masing desa sasaran yang
seyogyanya melibatkan semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama
melakukan intervensi secara komprehensif dan harmonis. Sehingga yang terjadi saat
ini adalah terbatas menjaga agar jumlah desa rawan pangan tidak bertambah kembali.
Masalah kerawanan pangan bersifat multi dimensional sehingga pendekatan
terhadap pemecahannya tidak dapat hanya mengandalkan perbaikan di satu sisi
saja. Dalam kondisi masyarakat yang miskin, pasar tidak seluruhnya dapat
mengatasi kelaparan. Bahkan harus dibuka kemungkinan usaha sub sistem dan
non pasar berupa uluran tangan dari sanak keluarga, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Pemerintah serta lumbung pangan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanan tersebut sangat


kompleks, yang mencakup tiga faktor utama:
1. Aspek ketersediaan pangan yang berkaitan dengan produksi;
2. Aspek akses pangan yang berkaitan dengan kemiskinan (basis data
adalah data kemiskinan hasil pendataan eks BKKBN); dan
3. Aspek pemanfaatan pangan yang berkaitan dengan status gizi termasuk gizi balita.

72
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Mengingat hal tersebut, dibutuhkan intervensi terpadu antar lintas sektor, misalnya
sektor kesehatan, sosial, pertanian, peternakan, dan lain-lain yang melibatkan banyak
SKPD. BP2KP bertanggungjawab terhadap pendataan desa yang bersangkutan, namun
untuk dapat menurunkan potensi kerawanan tidak dapat dilakukan oleh BP2KP saja.
Dengan demikian dibutuhkan koordinasi yang lebih intensif agar percepatan penurunan
desa potensial rawan pangan di Kabupaten Gunungkidul segera tercapai.

Dari pendataan yang


dilakukan pada tahun 2013 jumlah
desa potensi tinggi rawan pangan
sebanyak 22 Desa dan berhasil
diturunkan menjadi 7 Desa pada
tahun 2016. Penurunan tersebut
telah menunjukkan keberhasilan
Pemerintah Kabupaten Gunung-
kidul bersama masyarakat untuk
Gambar 3.24 mewujudkan kondisi ketahanan
Panen raya padi mendukung ketersediaan pangan
pangan secara lebih merata,
walaupun pada kenyataannya masih terdapat sejumlah Desa rawan
pangan.

Tabel 3.13. Rekapitulasi Desa berdasarkan tingkat Potensi


Kerawanan Pangan dan Gizi

Jumlah Desa
Kategori
2013 2014 2015 2016
Rawan 22 7 7 7
Waspada 3 1 0 0
Aman 119 136 137 137
Total 144 144 144 144
Sumber: BP2KP Kabupaten Gunungkidul, 2016

Adapun 7 (tujuh) desa rawan di Kabupaten Gunungkidul adalah:


a. Desa Karangasem Kecamatan Paliyan;
b. Desa Grogol Kecamatan Paliyan;
c. Desa Pucung Kecamatan Girisubo;
d. Desa Kenteng Kecamatan Ponjong;
e. Desa Wonosari Kecamatan Wonosari;

73
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

f. Desa Banyusoca Kecamatan Playen; dan


g. Desa Mertelu Kecamatan Gedangsari.

Adapun secara umum gambaran peta kerawanan pangan di tingkat


desa se-Kabupaten Gunnungkidul berdasarkan Indikator Ketersediaan,
Akses dan Pemanfaatan Pangan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.14
Jumlah Desa Berdasarkan Indikator Kerawanan Pangan 2016

Jumlah Desa berdasar Skor


Kategori
Ketersediaan Akses Pemanfaatan
Aman 141 119 143
Waspada 2 20 -
Rawan 1 5 1
Total 144 144 144
Sumber: BP2KP Kabupaten Gunungkidul, 2016

Indikator jumlah desa rawan pangan pada tahun 2015 sama dengan tahun 2014
yaitu terealisasi 7 desa dari target 24 desa sehingga tingkat capaian kinerjanya sebesar
170,83%, pada tahun 2013 desa rawan pangan masih 15 desa sehingga ada peningkatan
status sebanyak 8 desa. Penanganan pengurangan desa rawan pangan dipengaruhi oleh
aspek ketersediaan pangan yang berkaitan dengan produksi, aspek akses pangan yang
berkaitan dengan kemiskinan, dan aspek pemanfaatan pangan yang berkaitan dengan
status gizi termasuk gizi balita. Kegiatan yang dilakukan untuk penanganan daerah rawan
pangan meliputi pelaksanaan pemantauan situasi pangan dan gizi penduduk dan
pelaksanaan workshop Situasi Keamanan Pangan dan Gizi (SKPG).

Pencapaian skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi dari target 90,00%
terealisasi 81,70% sehingga tingkat capaian kinerjanya sebesar 90,78%. Sedangkan
Persentase ketersediaan pangan ideal dari target 90,00% terealisasi 148,48% sehingga
tingkat capaian kinerjanya sebesar 164,98%. Belum tercapainya target indikator ini
disebabkan masih belum terpenuhinya kuantitas dan kualitas sumber daya penunjang
terutama sarana dan prasarana penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan untuk
dapat menyelenggarakan penyuluhan dan pembinaan yang produktif, efektif, dan efisien
guna meningkatkan kemauan dan kemampuan pelaku pertanian. Disamping itu, sumber
daya manusia serta peran dan fungsi kelembagaan Balai Penyuluhan Pertanian di
Kecamatan agar berjalan sesuai harapan masih perlu ditingkatkan.

74
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.25
Penyemaian Bibit Padi dan Pembibitan dalam wadah kebun bibit
menjadi penyangga utama ketersediaan pangan yang lestari

Gambar 3.26
Temu Lapang Komoditas Jagung untuk meningkatkan kemampuan
Petani dalam Diversifikasi Cadangan Pangan

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
2. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
3. Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya
4. Program Pemberdayaan Nelayan dan Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan
5. Program Peningkatan Produksi Peternakan
6. Program Peningkatan Produksi Perkebunan

75
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Dalam melaksanakan keenam program tersebut dianggarkan sebesar


Rp8.863.069.350,00,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran
sebesar Rp8.213.103.710,00 (92,67%) sehingga terdapat efisiensi anggaran
sebesar Rp649.965.640,00 (7,33%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Peningkatan 308.015.000,00 303.558.100,00 98,55 4.456.900,00 1,45
Ketahanan
Pangan
2. Peningkatan 4.052.952.000, 3.800.613.087, 93,77 252.338.913,00 6,23
Produksi 00 00
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
3. Peningkatan 701.670.000,00 696.503.706,00 99,26 5.166.294,00 0,74
Produksi
Perikanan
Budidaya
4. Pemberdayaan 1.300.359.500, 1.285.910.000, 98,89 14.449.500,00 1,11
nelayan dan 00 00
Pengelolaan
Tempat
Pelelangan Ikan
5. Peningkatan 1.509.187.000, 1.221.978.167, 80,97 287.208.833,00 19,03
Produksi 00 00
Peternakan
6. Peningkatan 990.885.850,00 904.540.650,00 91,29 86.345.200,00 8,71
Produksi
Perkebunan
Jumlah 8.863.069.350, 8.213.103.710, 92,67 649.965.640,00 7,33
00 00

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Masih adanya masyarakat yang karena kemiskinannya memiliki akses
yang rendah terhadap pangan;
2. Terjadinya perubahan iklim yang tidak menentu mengakibatkan menurunnya
produksi pangan (beras) yang dapat mengancam ketahanan pangan;
3. Masih terjadinya kecenderungan ketergantungan terhadap salah satu
sumber karbohidrat yakni beras, sebagai makanan pokok;
4. Belum meratanya distribusi pangan di semua wilayah pedesaan, sehingga
didapati satu daerah surplus produksi dan daerah lain kekurangan;

76
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

5. Masih terjadinya kecenderungan ketergantungan konsumsi pangan


(nabati dan hewani) dari produk impor seperti daging, terigu serta
menurunnya konsumsi pangan lokal;
6. Belum terdapatnya kebijakan pangan yang konsisten sehingga harga
pangan pokok masih belum stabil terutama pada saat musim panen
raya, musim paceklik dan menjelang hari besar nasional;
7. Masih terjadinya kerawanan pangan baik kronis maupun transien dan
kasus gizi kurang/gizi buruk di wilayah tertentu.

Solusi Pemecahan Masalah:

1. Meningkatkan kualitas konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal


serta mutu dan keamanan pangan;
2. Meningkatkan ketersediaan pangan, kemudahan mengakses pangan,
penyediaan cadangan pangan serta penanganan daerah rawan pangan;
3. Meningkatkan koordinasi lintas sektor pemangku kepentingan dalam
penanganan dan penanggulangan daerah rawan pangan.

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Mengoordinasikan dan mensinergikan upaya peningkatan kapasitas
penyediaan pangan, kemudahan mengakses pangan, fasilitasi
penyediaan cadangan pangan dan penanggulangan rawan pangan;
2. Mengoordinasikan upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan serta
meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui sistem
jaminan mutu yang efektif dan efisien.

Sasaran 10
“Infrastruktur wilayah meningkat”

Kondisi umum infrastruktur yang ada di wilayah perdesaan cukup baik, karena
hampir sebagian fungsi infrastruktur seperti fungsi air minum, irigasi, drainase, gorong-
gorong, dan talud sudah memadai. Sudah dirasakan manfaatnya hampir semua penduduk
di perdesaan sebagai contoh kebutuhan air bersih 60 liter/hari/jiwa sudah terpenuhi.
Faktor ini membuat derajat kesehatan masyarakat meningkat akan kebutuhan air untuk
minum, mandi dan kakus. Kebutuhan minimal tersebut dapat tercapai karena tersedianya

77
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

sistem jaringan air minum yang baik melalui: PDAM dan non PDAM seperti
spamdes dan swasta. Disamping itu Dinas Pekerjaan Umum dengan SKPD
lainnya melakukan pembinaan dan inventarisasi serta monitoring terhadap
kelompok masyarakat yang menggunankan air bersih dengan sistem spamdes.
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.15
Evaluasi Pencapaian Sasaran 10
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Persentase desa yang 65,00 75,00 75,00 100,00 Sangat
memiliki infrastruktur berhasil
baik (Persen)
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 100,00

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-rata
100,00% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai
Misi Kelima RPJPD yaitu: “Mewujudkan Penyediaan Prasarana Sarana Dasar
yang Memadai” pada sasaran “Terwujudnya jaringan infrastruktur daerah
yang handal dan memadai meliputi sarana transportasi jalan, jembatan,
ketenagalistrikan, pos, telepon, dan telematika yang modern”.
Kebutuhan air secara kontinyu membuat tingkat kesehatan
masyarakat meningkat yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan air 60
liter/hari/jiwa untuk 150.345 rumah tangga atau 601.380 jiwa.
Sistem irigasi air permukaan dan sumur pompa yang berjumlah sebesar 327
daerah irigasi dengan jumlah pompa 67 unit, meningkatkan jumlah debit air irigasi
dan menambah jumlah luasan sawah yang terairi, sehingga akan menambah masa
tanam yang lebih panjang dengan output jumlah panenan akan lebih banyak.
Drainase merupakan prasarana dan sarana umum yang berfungsi
sebagai infrastruktur pengurangan daerah kumuh dan mengurangi banjir
serta sebagai pengurangan genangan pada jalan-jalan sehingga air
tergenang tidak lebih dari 2 jam dengan ketinggian maksimal 30 cm.
Infrastruktur ini akan mempertahankan di wilayah desa menjadi lebih baik.
Pelaksanaan pembangunan dan rehabilitasi mencapai 9 titik atau 75%
dari target yang direncanakan yaitu 12 titik.

78
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.27 Pembangunan/Rehabilitasi Jaringan Irigasi dan Bendung

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum
2. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Rawa
dan Jaringan Pengairan Lainnya
3. Program Pembangunan dan Rehabilitasi Saluran Drainase/Gorong-Gorong
4. Program Pengendalian Banjir
5. Program Lingkungan Sehat Perumahan
6. Program Pengelolaan Persampahan dan Kebersihan
7. Program Penataan Rumah dan Permukiman
8. Program Peningkatan Bangunan Gedung Pemerintah
9. Program Pembangunan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
10. Program Optimalisasi Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
11. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan Umum dan Barang

79
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Dalam melaksanakan kesebelas program tersebut dianggarkan sebesar


Rp50.313.545.638,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran sebesar
Rp48.847.662.285,00 (97,09%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp1.465.883.353,00 (2,91%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Pengembangan 4.208.487.500, 3.880.921.420, 92,22 327.566.080,00 7,78
Kinerja 00 00
Pengelolaan Air
Minum
2. Pengembangan 11.776.387.500 11.611.162.920 98,60 165.224.580,00 1,40
dan Pengelolaan ,00 ,00
Jaringan Irigasi
Rawa dan
Jaringan
Pengairan
Lainnya
3. Pembangunan 709.670.000,00 698.714.500,00 98,46 10.955.500,00 1,54
dan Rehabilitasi
Saluran Drainase/
Gorong- Gorong
4. Pengendalian 454.260.000,00 449.327.400,00 98,91 4.932.600,00 1,09
Banjir
5. Lingkungan 2.802.510.000, 2.419.777.600, 86,34 382.732.400,00 13,66
Sehat Perumahan 00 00
6. Pengelolaan 2.233.870.800, 2.110.672.396, 94,48 123.198.404,00 5,52
Persampahan dan 00 00
Kebersihan
7. Penataan Rumah 72.875.000,00 62.385.000,00 85,61 10.490.000,00 14,39
dan permukiman
8. Peningkatan 19.460.591.438 19.343.093.839 99,40 117.497.599,00 0,60
Bangunan ,00 ,00
Gedung
Pemerintah
9. Pembangunan 1.253.475.000, 1.207.013.415, 96,29 46.461.585,00 3,71
Komunikasi, 00 00
Informasi dan
Media Massa
10. Optimalisasi 864.780.000,00 850.739.800,00 98,38 14.040.200,00 1,62
Pengelolaan
Prasarana dan
Fasilitas
Perhubungan
11. Peningkatan 6.476.638.400, 6.213.853.995, 95,94 262.784.405,00 4,06
Pelayanan 00 00
Angkutan Umum
dan Barang
Jumlah 50.313.545.638 48.847.662.285 97,09 1.465.883.353, 2,91
,00 ,00 00

80
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Permasalahan /Kendala yang dihadapi:


1. Manajerial pengelolaan Spamdes belum optimal.
2. Masyarakat belum banyak yang merelakan lahannya untuk alokasi sanitasi komunal.

3. Sistem hibah/bansos menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


masih sulit diterapkan dan untuk infrastruktur lokal perdesaan tidak
lagi menjadi kewenangan Bupati.

Solusi pemecahan masalah:


1. Melakukan pembinaan terhadap pengelola spamdes Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM).
2. Melakukan penempatan bangunan sanitasi komunal menggunakan badan jalan.

3. Mengupayakan kelompok masyarakat untuk menyelenggarakan


infrastruktur lokal perdesaan secara mandiri.

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Melakukan monitoring dan evaluasi kepada KSM yang mengelola spamdes.
2. Menyusun rancangan kelembagaan dengan membentuk UPT Rumah
Susun dan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.

Sasaran 11
“Akses terhadap Pengembangan Wilayah
Kawasan Strategis meningkat”

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2011 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2030, diatur
bahwa kawasan strategis Kabupaten Gunungkidul dilihat dari sudut pandang
kepentingannya dibagi menjadi 5 (lima) kelompok yaitu pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup, dan pengembangan pesisir dan pengolahan hasil laut.

Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator


sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

81
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Tabel 3.16
Evaluasi Pencapaian Sasaran 11
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Persentase Kawasan 67,3 80,00 80,00 100,00 Sangat
Strategis yang berhasil
tertangani (Persen)
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 100,00

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-rata
100,00% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai
misi Kelima RPJPD yaitu: “Mewujudkan Penyediaan Prasarana Sarana Dasar
yang Memadai” pada sasaran “Terwujudnya jaringan infrastruktur daerah
yang handal dan memadai meliputi sarana transportasi jalan, jembatan,
ketenagalistrikan, pos, telepon, dan telematika yang modern”.
Keberhasilan tertangani ruas-ruas jalan kabupaten pada kawasan
strategis dari rencana capaian kinerja sebesar 549 km terealisasi sebesar 549
km sehingga tingkat capaian kinerjanya sebesar 549 km atau mencapai
100,00%. Salah satu indikator tingkat layanan prasarana transportasi adalah
lancarnya hubungan antar koneksinitas ruas jalan-ruas jalan yang terhubung.
Gambar 3.28 Pembangunan/Peningkatan/Rehabilitasi Jalan dan jembatan

82
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Peningkatan ruas jalan yang mantap tidak terlepas dari upaya pemeliharaan dan
rehabilitasi jalan sehingga kondisi jalan tetap stabil yang membuat kendaraan menjadi
lancar nyaman dalam perjalanannya didukung adanya peralatan yang dimiliki oleh SKPD
Dinas pekerjaan Umum Kabupaten Gunungkidul dan peran serta swasta. Jumlah
peralatan terutama alat berat yang menjadi asset Dinas pekerjaan umum sebanyak 24 unit
harus dipelihara secara kontinyu agar dapat dimanfaatkan secara optimal.

Upaya peningkatan jalan baik dalam segi struktural kontruksi maupun


peningkatan ruas jalan terus dilakukakan terutama pada kawasan strategis wisata
dan industri untuk menopang peningkatan ekonomi masyarakat. Sedangkan
faktor lain yang harus diperhatikan adalah pengaman jalan terutama transportasi
yang mengangkat melebihi pondasi keluar jalan mengakibatkan kerusakan jalan
akan lebih cepat dari umur ekonomis/ manfaat jalan tersebut.
Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai
program yaitu sebagai berikut:
1. Program Pembangunan, Peningkatan, dan Rehabilitasi jalan dan jembatan
2. Program Peningkatan Kinerja UPT Bengkel dan Laboratorium
Dalam melaksanakan kedua program tersebut dianggarkan sebesar
Rp62.821.187.878,60 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran
sebesar Rp62.399.137.052,00 (99,33%) sehingga terdapat efisiensi
anggaran sebesar Rp422.050.826,60 (0,67%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Program 62.537.537.878 62.120.457.302 99,33 417.080.576,60 0,67
Pembangunan, ,60 ,00
Peningkatan, dan
Rehabilitasi Jalan
dan Jembatan
2. Program 283.650.000,00 278.679.750,00 98,25 4.970.250,00 1,75
Peningkatan
Kinerja UPT
Bengkel dan
Laboratorium
Jumlah 62.821.187.878 62.399.137.052 99,33 422.050.826,60 0,67
,60 ,00

Permasalahan /Kendala yang dihadapi:


1. Lebar badan jalan belum semuanya memenuhi secara teknis menurut regulasi.

2. Kerusakan jalan disebabkan diantaranya kendaraan angkutan barang


melebihi tonase kelas jalan yang ditetapkan.
3. Kondisi tanah pada badan jalan tidak semuanya mantap dan stabil.

83
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Solusi pemecahan masalah:


1. Evaluasi terhadap Keputusan Bupati Nomor 168/KPTS/2009 tentang
Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan
Kabupaten Gunungkidul dan pelebaran badan jalan secara bertahap.
2. Koordinasi dengan SKPD dan instansi terkait dalam rangka
peningkatan ketertiban angkutan barang.
3. Melakukan rekayasa teknis struktur kontruksi jalan.

Langkah strategis yang akan dilakukan:


1. Memenuhi struktur teknis jalan kabupaten.
2. Meningkatkan peralatan berat sebagai prasarana pendukung.
3. Penanganan jalan secara konsisten dan kontinyu.
4. Monitoring/ inspeksi pada fungsi dan manfaat jalan.

Sasaran 12
“Ketaatan terhadap tata ruang meningkat”

Yang dimaksud dengan ketaatan terhadap tata ruang meningkat menunjukan suatu
upaya yang telah dilakukan untuk mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang agar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya tersebut
dilakukan melalui pemantauan, evaluasi dan pelaporan terhadap kinerja pengaturan,
pembinaan dan pelaksanaan serta pengawasan penataan ruang. Selain itu, juga dilakukan
pengawasan terhadap kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang dan
kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, dalam upaya
mengamati dan memeriksa kesesuaian antara penyelenggaraan penataan ruang di daerah
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Guna mencapai sasaran tersebut maka diukur berdasarkan berbagai


aspek sebagai berikut:
1. Aspek Pengaturan
Aspek pengaturan meliputi Penetapan Perda RTRW, Penetapan Perda RTR Kawasan
Strategis Kabupaten, Penetapan Perda RDTR Kabupaten, Penetapan Perda Peraturan
Zonasi Kabupaten, Ketersediaan Peraturan Daerah/Peraturan Bupati terkait
Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten.

84
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

2. Aspek Pembinaan
Aspek pembinaan meliputi Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang,
Sosialisasi Peraturan Perundangan di bidang Penataan Ruang, Bimbingan,
Supervisi dan Konsultasi Pelaksanaan Penataan Ruang, Pendidikan dan
Pelatihan Penyelenggaraan Penataan Ruang, Penelitian dan
Pengembangan Bidang Penataan Ruang, Pengembangan Sistem Informasi
dan Komunikasi, Penyebarluasan Informasi berbagai Aspek Penataan
Ruang, Pengembangan Kesadaran dan tanggung Jawab Masyarakat.
3. Aspek Pelaksanaan
Aspek pelaksanaan meliputi Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan
Ruang, Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Berdasarkan hasil penilaian dari ketiga aspek diatas, diperoleh hasil
pengawasan teknis penataan ruang sebesar 64,14% yang berarti masuk kategori
cukup. Hal yang masih sangat kurang adalah aspek pengaturan penataan ruang,
sebagai akibat belum adanya perda Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang dapat
dijadikan acuan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Selengkapnya hasil penilaian pengawasan teknis penyelenggaraan penataan ruang di
Kabupaten Gunungkidul tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.17 Hasil Penilaian


Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Tahun 2016
No Aspek Penilaian Persentase
1. Pengaturan Penataan Ruang (35%) 57,02
2. Pembinaan Penataan Ruang (20%) 69,59
3. Pelaksanaan Penataan Ruang (45%) 67,26
Rata –Rata Nilai 64,14
Sumber: Hasil Penilaian Pengawasan Teknis Penataan Ruang Provinsi DIY, 2016

Tabel 3.18 Kriteria Kinerja


Penyelenggaraan Penataan Ruang

No Kategori Nilai
1. Memuaskan > 85%
2. Baik >69% dan <=85%
3. Cukup >55% dan <=69%
4. Kurang <=55%

85
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator


sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.19
Evaluasi Pencapaian Sasaran 12
Pengukuran Kinerja

Tahun 2016
Realisasi
No Indikator Kinerja Tahun Capaian
2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Kesesuaian 54,96 70,00 64,14 91,63 Sangat
pemanfaatan ruang berhasil
dengan RTRW
(Persen)
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 91,63

Berasarkan hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran


rata-rata 91,63% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk
mencapai misi Kelima RPJPD yaitu: “Mewujudkan Penyediaan Prasarana
Sarana Dasar yang Memadai” pada sasaran “Terwujudnya jaringan
infrastruktur daerah yang handal dan memadai meliputi sarana transportasi
jalan, jembatan, ketenagalistrikan, pos, telepon, dan telematika yang modern”.
Berdasarkan kriteria kinerja penyelenggaraan penataan ruang yang ditetapkan
oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang, diperoleh Indikator kinerja
penyelenggaraan penataan ruang Tahun 2016 tersebut menunjukan telah ada
peningkatan sebesar 16,70% yaitu dari tahun sebelumnya. Sedangkan jika
dibandingkan dengan target capaian 70,00% realisasinya sebesar 64,14% sehingga
capaian kinerja sebesar 91,62% yang dapat dikategorikan sangat berhasil.

Gambar 3.29
Kegiatan Wastek dan Survei Lapangan
Dalam Penataan Ruang di Kabupaten Gunungkidul

86
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.30
Rapat Pokja BKPRD dan Workshop Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1. Program Penataan Ruang
Dalam melaksanakan program utama tersebut dengan kegiatan Perencanaan
Tata Ruang dianggarkan sebesar Rp.249.992.500,00 dalam realisasinya hanya
menyerap anggaran sebesar Rp.194.760.500,00 (77,91%) sehingga terdapat
efisiensi anggaran sebesar Rp.55.232.000,00 (22,09%).
2. Program Penyelenggaraan Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Program ini merupakan program pendukung yang dianggarkan sebesar
Rp.43.600.000,00 dan dalam realisasinya hanya menyerap anggaran
sebesar Rp.25.174.200,00 (57,74%) sehingga terdapat efisiensi
anggaran sebesar Rp.18.425.800,00 (42,26%).
Program ini terdiri dari 2 (dua) kegiatan yaitu Kegiatan Penyusunan Rekomendasi
Penerbitan IMB yang dianggarkan sebesar Rp.30.000.000,00 dengan realisasi
sebesar Rp.23.595.000,00 (78,65%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp.6.405.000,00 (21,35%) dan Kegiatan Penyusunan Rekomendasi Penerbitan
IUJK yang dianggarkan sebesar Rp.13.600.000,00 dan realisasinya hanya
menyerap anggaran sebesar Rp.1.579.200,00 (11,61%) sehingga terdapat efisiensi
anggaran sebesar Rp.12.020.800,00 (88,39%).

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Lemahnya kapasitas kelembagaan dalam penyelenggaraan penataan ruang yang
hingga tahun 2016, institusi yang terkait langsung melaksanakan urusan penataan
ruang ini hanya ditangani oleh Seksi Tata Ruang DPU Kabupaten Gunungkidul.

87
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

2. Pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang dari sisi pengaturan


dan pembinaan belum berjalan optimal yang ditunjukkan belum
ditetapkannya perda RDTR, RTR dan Peraturan zonasi.
3. Belum adanya persamaan persepsi dan pemahaman serta lemahnya
perhatian maupun komitmen dari aparat pemerintah daerah terhadap
penyelenggaraan penataan ruang.

Solusi Pemecahan Masalah:


1. Pembentukan organisasi perangkat daerah baru Dinas Pertanahan dan Tata Ruang
yang khusus menangani penyelenggaraan penataan ruang mulai dari perencanaan
ruang, pemanfaatan ruang hingga pengendalian pemanfaatan ruang. Selanjutnya
melakukan optimalisasi peran dan fungsi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan tata ruang oleh OPD Dinas Pertanahan dan Tata Ruang.

2. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah melalui sosialisasi, workshop


dan deseminasi peraturan perundangan tentang penataan ruang
terhadap aparat pemerintah daerah secara rutin dan berkala.
3. Peningkatan peran kecamatan dan desa dalam pengawasan umum tata
ruang sebagaimana amanat dalam Pasal 112 Perda RTRW Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2010-2030.
4. Penyebarluasan informasi tata ruang kepada masyarakat melalui berbagai
media dan berbagai kegiatan agar menumbuhkan kesadaran tertib tata ruang.
5. Peningkatan mekanisme development control yang ketat perlu
ditegakkan dengan disertai sanksi bagi si pelanggar dan penghargaan
bagi mereka yang taat pada peraturan.

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Mendorong segera dilakukannya Review RPJMD 2016-2021 dan penyusunan
Renstra OPD Dinas Pertanahan dan Tata Ruang sebagai dasar dalam
penyelenggaraan penataan ruang secara baik, terukur dan akuntabel.
2. Peningkatan kerjasama dengan Badan Informasi Geospasial dalam membantu
penyelesaian rekomendasi peta tata ruang sebagai syarat dalam proses
persetujuan substansi produk-produk tata ruang seperti RTRW dan RDTRK.
3. Menginisiasi pembentukan kembali forum kota sebagai wadah dalam
upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam penataan tata ruang.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang secara berkala.

88
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Sasaran 13
“Kualitas lingkungan Hidup meningkat”

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, upaya untuk perlindungan dan pengelolaan
lingkungan meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakan hukum. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan agar
penggunaan sumber daya alam untuk mendukung kehidupan manusia dan
mahluk hidup lainnya dapat selaras, serasi dan seimbang dengan fungsi
lingkungan hidup, sehingga kualitas lingkungan hidup dapat tetap terjaga.
Untuk mengukur capaian kinerja pengelolaan lingkungan hidup digunakan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), yang dikembangkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. IKLH ini merupakan gambaran atau indikasi awal
yang memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada
lingkup dan periode tertentu. Penghitungan nilai IKLH menggunakan 3 indikator, yaitu
Indeks Pencemaran Air (IPA), Indeks Pencemaran Udara (IPU) dan Indeks Tutupan
Hutan (ITH), yang dapat menggambarkan kondisi kualitas air, udara maupun lahan.
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.20
Evaluasi Pencapaian Sasaran 13
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Nilai Kualitas Waspada Baik Kurang 60,00 Cukup
lingkungan (Kategori) Berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 60,00

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-
rata 60,00 % yang masuk ketegori cukup berhasil. Sasaran ini untuk
mencapai misi Keenam RPJPD yaitu: “Mewujudkan Pendayagunaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup” pada sasaran “Terwujudnya
konservasi sumberdaya hayati dan non hayati yang mampu menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keberlanjutan fungsi sumber air.

89
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Menurut data rilis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa tahun


2015 indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) Kabupaten Gunungkidul sebesar 48,47
masuk dalam kategori waspada. Kabupaten Gunungkidul menargetkan IKLH tahun
2016 dalam kategori baik, namun realisasinya masuk dalam kategori kurang (65,19).

Dalam penghitungan Indeks Pencemaran Air (IPA) digunakan data


hasil pemantauan kualitas air sungai, di mana pemantauan pada tahun
2016 dilakukan di 10 titik pantau dengan periode pemantauan masing-
masing sebanyak 2 kali (mewakili musim hujan dan musim kemarau). Titik
pantau pemantauan air sungai pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a. Alur sungai yang melewati kota Wonosari, sampel diambil di 5 titik, yaitu di Sungai
Besole (Desa Wonosari), Sungai Kepek (Desa Kepek), Sungai Krapyak (Desa
Siraman), Sungai Blimbing (Desa Karangrejek)dan Sungai Wareng(Desa Wareng).

b. Alur sungai Oyo, sampel diambil di 3 titik, yaitu di Watusigar (Ngawen),


Karangtengah (Wonosari) dan Getas (Playen).
c. Alur sungai lainnya, sampel diambil di 2 titik, yaitu Sungai Pentung
(Patuk) dan Sungai Gedangan (Karangmojo).

Gambar 3.31
Pengambilan Sampel Air Sungai

Data yang digunakan untuk menghitung Indeks Pencemaran Udara (IPU) adalah
data hasil pemantauan udara ambien dengan metode passive sampler yang dilakukan
sebanyak 2 periode. Titik pengambilan sampel meliputi 4 lokasi yaitu area
transportasi, area industri, area permukiman dan area komersial/perkantoran. Lokasi
pengambilan sampel tahun 2016 adalah sebagai berikut :
a. Area transportasi : Jln. Wonosari-Yogya Km. 3, Siyono, Logandeng,
Playen (depan Kapedal Kab. Gunungkidul);
b. Area industri : Jl. Wonosari-Semanu (depan BPP Semanu);

90
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

c. Area permukiman : Padukuhan Madusari, Wonosari; dan


d. Area komersial/perkantoran : kompleks Bangsal Sewoko Projo.

Gambar 3.32
Uji Petik Emisi Kendaraan

Penghitungan Indeks Tutupan Hutan (ITH) menggunakan data luas


tutupan hutan dibandingkan luas wilayah Kabupaten Gunungkidul.
Dari hasil penghitungan IKLH tahun 2016, Kabupaten Gunungkidul memiliki
nilai IKLH sebesar 65,19, yang menurut standar yang dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, nilai tersebut termasuk dalam
kategori kurang. Hasil penghitungan IKLH dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.21
Hasil Penghitungan IKLH

IPA IPU ITH IKLH Kategori


69,00 86,04 46,71 65,19 Kurang
Keterangan:
IPA : Indeks Pencemaran Air
IPU : Indeks Pencemaran Udara
ITH : Indeks Tutupan Hutan
IKLH : Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

Adapun standar nilai IKLH yang ditetapkan oleh Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah sebagai berikut:

91
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Tabel 3.22
Standar Nilai IKLH

Dalam penghitungan IKLH, digunakan pembobotan untuk masing-


masing indikator, masing-masing 30% IPA, 30% IPU, dan 40% ITH,
sehingga dapat dilihat bahwa bobot terbesar untuk menentukan nilai IKLH
adalah pada Indeks Tutupan Hutan (ITH).

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
3. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumberdaya
Alam dan Lingkungan
4. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
5. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
6. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
7. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
8. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

9. Program Pemberdayaan Masyarakat


pengendalian sumber daya kelautan
dalam pengawasan dan

Dalam melaksanakan kesembilan program tersebut dianggarkan


sebesar Rp4.137.936.750,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran
sebesar Rp3.559.845.900,00 (86,03%) sehingga terdapat efisiensi anggaran
sebesar Rp578.090.850,00 (13,97%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Peningkatan 219.007.500,00 218.613.500,00 99,82 394.000,00 0,18
Pengendalian
Polusi

92
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
2. Pengendalian 525.921.800,00 521.264.500,00 99,11 4.657.300,00 0,89
Pencemaran dan
Perusakan
Lingkungan
Hidup
3. Peningkatan 17.765.000,00 17.765.000,00 100,00 0,00 0,00
Kualitas dan
Akses Informasi
Sumberdaya
Alam dan
Lingkungan
4. Perlindungan dan 449.697.750,00 442.113.400,00 98,31 7.584.350,00 1,69
Konservasi
Sumber Daya
Alam
5. Pengembangan 254.205.000,00 251.892.500,00 99,09 2.312.500,00 0,91
Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
6. Pengelolaan 1.897.947.200, 1.866.685.250, 98,35 31.261.950,00 1,65
Ruang Terbuka 00 00
Hijau (RTH)
7. Rehabilitasi 644.660.000,00 117.618.500,00 18,25 527.041.500,00 81,75
Hutan dan Lahan
8. Perlindungan dan 90.502.500,00 86.027.500,00 95,06 4.475.000,00 4,94
Konservasi
Sumber Daya
Hutan
9. Pemberdayaan 38.230.000,00 37.865.750,00 99,05 364.250,00 0,95
Masyarakat
dalam
pengawasan dan
pengendalian
sumber daya
kelautan
Jumlah 4.137.936.750, 3.559.845.900, 86,03 578.090.850,00 13,97
00 00

Permasalahan/kendala yang dihadapi:

1. Peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup dari aspek Indeks


Tutupan Hutan ini sulit mengalami perubahan karena indikator yang
ditetapkan bersifat konstan sehingga perlu adanya usulan perbaikan
indikator sebagai paramater Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.
2. Regulasi di bidang lingkungan hidup di Kabupaten Gunungkidul belum lengkap.

93
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Solusi Pemecahan Masalah:


1. Mengusulkan dalam forum rapat kerja indeks kualitas lingkungan hidup
untuk memperbaiki indikator khususnya indeks tutupan hutan.
2. Menyusun regulasi yang diperlukan untuk penegakan hukum dalam
penaatan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Membuat peraturan yang menjadi dasar untuk penegakan hukum di
bidang lingkungan hidup
2. Mengaktifkan kegiatan penyuluhan, sosialisasi, pembinaan dan pendampingan
terkait dengan kebijakan lingkungan hidup bagi masyarakat dan pengusaha.
3. Meningkatkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi tentang
pengelolaan lingkungan hidup.

Sasaran 14
“Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
meningkat”

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2013


tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Kabupaten Gunungkidul
mempunyai 10 potensi ancaman bencana. Dalam kajian dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Gunungkidul 2010 – 2030 ditetapkan bahwa kawasan rawan
bencana alam di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:
a. Kawasan rawan gempa bumi di seluruh wilayah Kabupaten dengan
tingkat resiko paling tinggi berada pada jalur sesar patahan aktif;
b. kawasan rawan gerakan tanah dan longsor meliputi:
1. Kecamatan Patuk meliputi Desa Patuk, Desa Semoyo, Desa Ngoro-
oro, Desa Terbah, Desa Nglanggeran, Desa Nglegi;
2. Kecamatan Gedangsari meliputi Desa Watugajah, Desa Ngalang, Desa
Mertelu, Desa Tegalrejo, Desa Sampang, Desa Serut, Desa Hargomulyo;
3. Kecamatan Nglipar meliputi Desa Natah, Desa Pilangrejo, Desa
Kedungpoh, Desa Pengkol, Desa Katongan;
4. Kecamatan Ngawen meliputi Desa Jurangjero, Desa Tancep, Desa Sambirejo;
5. Kecamatan Semin meliputi Desa Pundungsari, Desa Karangsari, Desa
Rejosari, Desa Candirejo;
6. Kecamatan Ponjong meliputi Desa Sawahan dan Desa Tambakromo; dan

94
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

7. Wilayah lain dengan kemiringan lereng lebih dari atau sama dengan 40%.
c. Kawasan rawan banjir di Sungai Oyo meliputi:
1. Kecamatan Semin meliputi Desa Karangsari, Desa Semin, Desa
Kemejing dan Desa Kalitekuk;
2. Kecamatan Ngawen meliputi Desa Watusigar;
3. Kecamatan Nglipar meliputi Desa Kedungkeris, Desa Nglipar, dan Desa Katongan;

4. Kecamatan Karangmojo meliputi Desa Bejiharjo;


5. Kecamatan Wonosari meliputi Desa Gari, dan Desa Karangtengah;
6. Kecamatan Playen meliputi Desa Banyusoco; dan
7. Kecamatan Gedangsari meliputi Desa Ngalang
d. Kawasan rawan angin topan di seluruh wilayah kecamatan;
e. Kawasan rawan kekeringan meliputi di 12 wilayah kecamatan, yaitu:
Kecamatan Purwosari, Kecamatan Panggang, Kecamatan Paliyan, Kecamatan
Saptosari, Kecamatan Tepus, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Girisubo,
Kecamatan Rongkop, Kecamatan Semanu dan sebagian Kecamatan Wonosari,
Kecamatan Patuk dan Kecamatan Gedangsari;
f. Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami meliputi kawasan pantai di
Kecamatan Purwosari, Kecamatan Panggang, Kecamatan Saptosari,
Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Tepus, dan Kecamatan Girisubo.
Capaian sasaran Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana meningkat
diukur berdasarkan 1 (satu) indikator sasaran yang dirumuskan dan
menunjukkan keadaan sebagai berikut:
Tabel 3.23
Evaluasi Pencapaian Sasaran 14
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 Jumlah desa tangguh 7 4 5 125,00 Sangat
(Desa) berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 125,00

Dari hasil evaluasi data, terlihat bahwa capaian kinerja sasaran rata-rata
125,00% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai
misi keenam RPJPD yaitu “Mewujudkan Pendayagunaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup” pada sasaran “Meningkatnya kesadaran, sikap mental,
dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat”.

95
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Indikator jumlah desa tangguh tersebut didukung dengan data


pembentukan desa tangguh bencana di 5 (lima) desa di wilayah Kabupaten
Gunungkidul yang termasuk dalam desa yang mempunyai resiko bencana
tanah longsor kategori tinggi dan sangat tinggi. Kelima desa tersebut adalah:
1. Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen;
2. Desa Putat Kecamatan Patuk;
3. Desa Patuk Kecamatan Patuk;
4. Desa Umbulrejo Kecamatan Ponjong; dan
5. Desa Giri Cahyo Kecamatan Purwosari.

Gambar 3.33
Peta Rawan Bencana Tanah Longsor Kabupaten Gunungkidul

Sumber: BPBD Kabupaten Gunungkidul, 2016

Pembiayaan pembentukan 5 Desa Tangguh di atas dilakukan dari


biaya APBD Gunungkidul yaitu di Desa Giricahyo Kecamatan Purwosari,
sedangkan 4 desa lainnya dibiayai dari APBD Provinsi melalui BPBD DIY
yang berkerjasama dengan BPBD Gunungkidul dalam upaya peningkatan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

96
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.34
Pembentukan Desatana Desa Patuk

Tabel 3.24
Daftar Desa Tangguh Bencana Pratama
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012-2016

No Desa Kecamatan Tahun Pembentukan Keterangan


1 Semoyo Patuk 2012 BPBD DIY Rawan Longsor
2 Terbah Patuk 2012 BPBD DIY Rawan Longsor
3 Nglegi Patuk 2012 BPBD DIY Rawan Longsor
4 Hargomulyo Gedangsari 2013 BPBD Gunungkidul Rawan Longsor
5 Mertelu Gedangsari 2013 BPBD Gunungkidul Rawan Longsor
6 Candirejo Semin 2013 BPBD DIY Rawan Longsor
7 Karangsari Semin 2013 BPBD DIY Rawan Longsor
8 Ngalang Gedangsari 2014 BPBD DIY Rawan Longsor
9 Pengkol Nglipar 2014 BPBD DIY Rawan Longsor
10 Natah Nglipar 2014 BPBD DIY Rawan Longsor
11 Jurangjero Ngawen 2014 BPBD DIY Rawan Longsor

97
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No Desa Kecamatan Tahun Pembentukan Keterangan


12 Pacarejo Semanu 2014 BPBD Gunungkidul Rawan Angin
13 Giritirto Purwosari 2014 BPBD DIY Rawan Longsor
14 Watugajah Gedangsari 2015 BPBD DIY Rawan Longsor
15 Kedungpoh Nglipar 2015 BPBD DIY Rawan Longsor
16 Sawahan Ponjong 2015 BPBD DIY Rawan Longsor
17 Tambakromo Ponjong 2015 BNPB Rawan Longsor
18 Semin Semin 2015 BPBD DIY Rawan Longsor
19 Rejosari Semin 2015 BNPB Rawan Longsor
20 Girijati Purwosari 2015 BPBD Gunungkidul Rawan Longsor
21 Kemadang Tanjunsari 2015 BNPB Rawan Stunami
22 Giripurwo Purwosari 2016 BPBD Gunungkidul Rawan Longsor
Kategori Rendah
23 Giricahyo Purwosari 2016 BPBD GunungkiduL Rawan Longsor
24 Katongan Nglipar 2016 BPBD DIY Rawan Longsor
Kategori Rendah
25 Sambirejo Ngawen 2016 BPBD DIY Rawan Longsor
26 Umbulrejo Ponjong 2016 BPBD DIY Rawan Longsor
27 Putat Patuk 2016 BPBD DIY Rawan Longsor
28 Patuk Patuk 2016 BPBD DIY Rawan Longsor
29 Kepek Wonosari 2016 BPBD DIY Rawan Banjir
Sumber: BPBD Kabupaten Gunungkidul, 2016.

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui program


Pencegahan dan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana dengan
anggaran sebesar Rp580.560.000,00 dalam realisasinya hanya menyerap
anggaran sebesar Rp550.992.000,00 (94,91%) sehingga terdapat efisiensi
anggaran sebesar Rp29.568.000,00 (5,09%). Dari program tersebut
dilaksanakan dengan 8 (delapan) kegiatan sebagai berikut:

No. Nama Kegiatan Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Pemantauan dan 15.640.000,00 14.580.000,00 93,22 1.060.000,00 6,78
Penyebarluasan
Informasi Potensi
Bencana Alam
2 Pengadaan Tempat 134.210.000,00 132.700.249,00 98,88 1.509.751,00 1,12
Penampungan
Sementara dan
Evakuasi Penduduk
3 Pengadaan Sarana 52.600.000 52.400.000 99,62 200.000,00 0,38
dan Prasarana
Evakuasi Penduduk

98
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Kegiatan Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
4. Penanganan 5.760.000,00 140.000,00 2,43 5.620.000,00 97,57
Darurat Bencana
Kekeringan

5. Kesiapsiagaan dan 83.000.000,00 82.502.500,00 99,40 497.500,00 0,60


Mitigasi Bencana

6. Penyiapan 20.580.000,00 20.184.500,00 98,08 395.500,00 1,92


Sumberdaya/
Tenaga Terlatih
Penanggulangan
Bencana

7. Koordinasi 263.380.000,00 243.125.000,00 92,31 20.255.000,00 7,69


Penanggulangan
Tanggap Darurat
Bencana
8. Koordinasi 5.390.000,00 5.360.000,00 99,44 30.000,00 0,56
Pemulihan pasca
bencana
Jumlah 580.560.000,00 550.992.249,00 94,91 29.537.751,00 5,09

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Cakupan pelayanan luas wilayah Kabupaten Gunungkidul yang 46,63%
dari wilayah DIY dengan kondisi topografi/medan berbukit dan belum
seluruh wilayah dapat diakses dengan kendaraan roda 4, kerentanan
baik dari sisi fisik, ekonomi, dan sosial yang cukup tinggi
2. Kapasitas dan kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan bencana yang relatif
masih rendah menjadi faktor penting dan membutuhkan komitmen usaha bersama
dalam peningkatan perlindungan masyarakat khususnya dari ancaman bencana.
3. Keterbatasan sarana prasarana operasional BPBD Kabupaten Gunungkidul dalam
rangka melindungi masyarakat juga menjadi kendala antara lain terbatasnya personil
yang ada di BPBD yang saat ini yang hanya 18 personil termasuk yang ada di UPT
PBK hal tersebut masih dipandang sangat kurang dari kebutuhan ideal.

Solusi Pemecahan Masalah:


1. Penambahan personil BPBD sebagai upaya pemenuhan kebutuhan ideal.
2. Penambahan pos anggaran untuk penaganan kebencanaan di wilayah
Kabupaten Gunungkidul.

99
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Sasaran 15
“Akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah
Meningkat”

Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi dan


meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat merupakan dua
dari tiga sasaran utama reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi bagi
pemerintah daerah merupakan faktor yang mendukung pembenahan birokrasi
di daerah untuk mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good
Governance) dan Pemerintahan yang Bersih (Clean Government).
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.25
Evaluasi Pencapaian Sasaran 15
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)
1 B B B 100,00 Sangat
Nilai AKIP (Predikat) berhasil
RATA-RATA CAPAIAN INDIKATOR SASARAN 100,00

Dari hasil evaluasi data tersebut di atas terlihat bahwa capaian kinerja sasaran
rata-rata 100,00% yang masuk ketegori sangat berhasil. Sasaran ini untuk mencapai
misi Kesatu dan Keempat RPJPD yaitu: “Mewujudkan pemerintahan daerah yang baik
dan bersih”dan “Mewujudkan Peningkatan Kemampuan Keuangan Daerah”pada
sasaran “Meningkatnya kualitas aparatur dan penyelenggaraan administrasi
publik”dan “Meningkatnya kapasitas fiskal daerah”.
Evaluasi implementasi SAKIP ditujukan untuk menilai tingkat akuntabilitas atau
pertanggungjawaban atas hasil (outcome) terhadap penggunaan anggaran dalam rangka
terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government)
serta memberikan saran perbaikan yang diperlukan. Hasil evaluasi bagi Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul mendapatkan nilai 64,33 atau dengan predikat penilaian “B”.
Penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran
sudah cukup baik jika dibandingkan dengan capaian kinerjanya. Hal ini disebabkan oleh

100
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

pembangunan budaya kinerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan


pemerintahan yang berorientasi pada hasil di Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul sudah mulai berjalan namun masih memerlukan perbaikan lebih
lanjut. Nilai AKIP tahun 2016 menunjukan telah ada peningkatan nilai sebesar 3,73
yaitu dari 60,60 di tahun 2015 menjadi 64,33 di tahun 2016. Untuk perkembangan
nilai AKIP dari tahun 2012-2016 dapat dilihat dari tabel 3.26 berikut ini:
Tabel 3.26
Hasil Evaluasi Atas Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2012-2016

Nilai Hasil Predikat Penilaian


No. Tahun Keterangan
Evaluasi Kinerja
1. 2012 52,40 CC
2. 2013 52,56 CC
3. 2014 55,44 CC
4. 2015 60,60 B
5. 2016 64,33 B
Sumber: Bagian Organisasi Setda Kabupaten Gunungkidul, 2016

Gambar 3.35
Penerimaan Hasil Evaluasi Implementasi SAKIP Tahun 2016
di JEC Yogyakarta

101
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Komponen yang dinilai dalam implementasi SAKIP mulai dari


perencanaan kinerja dengan bobot 30%, pengukuran kinerja dengan bobot
25%, pelaporan kinerja dengan bobot 15%, evaluasi kinerja dengan bobot
10%, dan capaian kinerja dengan bobot 20%.
Salah satu komponen dalam upaya meningkatkan akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah adalah peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang merupakan hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (EKPPD) secara berjenjang oleh Tim Daerah dan divalidasi serta
dikompilasi oleh Tim Nasional. EKPPD dilakukan dengan melihat capaian
Indikator Kinerja Kunci (IKK) dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD) yang disusun berdasarkan ketentuan Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan sistematika
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007.
Hasil EKPPD selain dijadikan dasar penetapan peringkat dan status kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah secara nasional juga sebagai bahan
pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh Pemerintah. Adapun
status/kategori kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah terbagi menjadi 4:
Tabel 3.27 Status/Kategori Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

No. Nilai Capaian Kinerja Status / Kategori


1. 0,00 –1,00 Rendah
2. 1,00 - 2,00 Sedang
3. 2,00 - 3,00 Tinggi
4. 3,00 –4,00 Sangat Tinggi
Sumber: Bagian Adm.Pemerintahan Umum Setda Kabupaten Gunungkidul, 2016

Tabel 3.28 Hasil EKPPD atas LPPD Kabupaten Gunungkidul


Tahun 2011 sampai dengan 2015
Peringkat
No. Tahun Nilai Status Keterangan
Nasional
1. 2011 2,7727 Tinggi 60
2. 2012 2,3073 Tinggi 173
3. 2013 2,9575 Tinggi 66
4. 2014 3,2423 Sangat Tinggi 23
5. 2015 3,4813 * Sangat Tinggi Hasil Sementara
Sumber: Bagian Adm.Pemerintahan Umum Setda Kabupaten Gunungkidul, 2016

102
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Hasil capaian kinerja penyelenggaraan daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun


2011-2013 masuk dalam kategori/status : “tinggi” dan diupayakan untuk dapat
meningkat menjadi “sangat tinggi” dan tercapai pada tahun 2014, sedangkan pada
tahun 2015 hasil sementara dapat mempertahankan kategori/status : “sangat
tinggi”dengan nilai yang meningkat, adapun hasil akhirnya masih menunggu proses
pemeringkatan nasional di Kementerian Dalam Negeri.
Penyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas, cepat, transparan,
akuntabel, dan aman sudah menjadi tuntutan yang merupakan kewajiban penyelenggara
pelayanan publik untuk memenuhinya. Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik
harus selalu dilakukan mengingat kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang. Dalam
peningkatan kualitas pelayanan publik diperlukan aspirasi dari pengguna layanan.
Aspirasi pengguna layanan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik dapat dilihat di
antaranya dari hasil Survei Kepuasan Masyarakat dan hasil pengelolaan pengaduan.

Dari hasil pelaksanaan survei kepuasan masyarakat yang diselenggarakan


oleh seluruh penyelenggara pelayanan, dihasilkan Indeks Kepuasan Masyarakat
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016 semester I sebesar 78,38 sedang
semester II sebesar 78,71. Nilai IKM tahun 2016 diambil dari rata-rata nilai
semester I dan semester II yaitu sebesar 78,55. Mutu pelayanan pada tahun 2016
adalah B dengan kinerja unit pelayanan dipersepsikan BAIK. Pada tahun 2016
nilai IKM Kabupaten cenderung meningkat berikut partisipasi unit penyelenggara
yang melaksanakan survei kepuasan masyarakat.
Nilai IKM Pemerintah Kabupaten Gunungkidul cenderung naik setiap tahunnya.
Nilai IKM pada Survei Kepuasan Masyarakat tahun 2013 semester I sebesar 76,29 dan
pada semester II sebesar 77,25, sehingga nilai IKM Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul tahun 2013 sebesar 76,77 dengan mutu pelayanan B dan kinerja
pelayanan Baik. Nilai tersebut melebihi target yang ditetapkan yaitu 75,5 sehingga
tingkat capaian kinerjanya sebesar 101,68%. Indeks Kepuasan Masyarakat sebagai
hasil survei semester I tahun 2014 sebesar 77,43 dan semester II tahun 2014 sebesar
77,94. Dengan demikian, nilai IKM Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 sebesar 77,44
dengan mutu pelayanan B sehingga kinerja pelayanan Baik. Hasil tersebut melebihi
target RPJM yaitu 101,84% dari target RPJMD.
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Kabupaten Gunungkidul tahun 2015 sebesar
78,07 dimana nilai IKM semester I sebesar 77,95 dan semester II sebesar 78,19. Mutu
pelayanan pada tahun 2015 adalah B dengan kinerja unit pelayanan dipersepsikan
BAIK. Target IKM pada tahun 2015 terlampaui dengan capaian kinerja 101,72%.
Peningkatan nilai IKM Kabupaten Gunungkidul dalam empat tahun terakhir
adalah digambarkan dalam grafik sebagai berikut:

103
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Gambar 3.36
Grafik Nilai IKM Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2013 s/d 2016

Sumber: Bagian Organisasi Setda Kabupaten Gunungkidul, 2016

Partisipasi unit penyelenggara dalam penyusunan laporan IKM meningkat


dari tahun sebelumnya. Hal tersebut di antaranya disebabkan oleh upaya dari
pembina dalam hal ini Bupati melalui Bagian Organisasi Setda Kabupaten
Gunungkidul berupa pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik pada unit kerja penyelenggara pelayanan
publik serta adanya dukungan anggaran dalam pelaksanaan survei kepuasan
masyarakat pada seluruh unit penyelenggara pelayanan publik.
Unsur yang perlu diprioritaskan untuk perbaikan pelayanan pada umumnya adalah
keadilan mendapatkan pelayanan, kecepatan pelayanan, kenyamanan lingkungan, dan
prosedur pelayanan. Menindaklanjuti hal tersebut dilaksanakan koordinasi terkait rencana
tindak lanjut perbaikan pelayanan baik secara internal di penyelenggara pelayanan
maupun oleh pembina pelayanan publik. Terkait kecepatan pelayanan upaya yang
dilaksanakan adalah peningkatan kapasitas SDM pelaksana serta mengoptimalkan
penggunaan Teknologi Informasi. Upaya penambahan jumlah pelaksana selama ini
terkendala dengan kebijakan BKN. Untuk peningkatan kenyamanan lingkungan pelayanan
koordinasi juga dilaksanakan dalam rangka sinkronisasi perencanaan dan penganggaran
untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung kenyamanan pengguna
layanan. Mensikapi masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap prosedur
pelayanan, dilaksanakan optimalisasi penyusunan dan sosialisasi Standar Pelayanan.
Terkait keadilan mendapatkan pelayanan, upaya tindak lanjut yang dilaksanakan terutama
di unit penyelenggara yang melaksanakan pelayanan langsung adalah dengan mulai
menggunakan mesin antrian.

104
Laporan Kinerja Pemerintah
Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai


program yaitu sebagai berikut:
1. Program Optimalisasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
2. Program Peningkatan Kinerja Penyelenggara Pelayanan Publik
3. Program Pengembangan Otonomi Daerah
4. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
5. Program Peningkatan Kualitas Perencanaan
6. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
7. Program Peningkatan Keterbukaan Informasi Publik
8. Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pamanfaatan Tanah

9. Program Peningkatan Kerjasama antar Pemerintah Daerah


10. Program Analisis Kebijakan Pembangunan
11. Program Perencanaan Pembangunan Daerah
12. Program Pengelolaan data dan Pengembangan Pegawai
13. Program Peningkatan Pelayanan Pencatatan Sipil
14. Program Peningkatan Pelayanan Terpadu
15. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
16. Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
17. Program pengembangan wawasan kebangsaan
18. Program perbaikan sistem administrasi dan Peningkatan pelayanan kearsipan
19. Program Peningkatan Ketenteraman, Ketertiban, dan Kenyamanan Lingkungan

20. Program Peningkatan Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Dalam melaksanakan keduapuluh program tersebut dianggarkan sebesar


Rp36.594.522.941,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran sebesar
Rp33.866.176.422,00 (92,54%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp 2.728.346.519,00 (7,46%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Optimalisasi 242.315.000,00 149.392.300,00 61,65 92.922.700,00 38,35
Akuntabilitas
Kinerja
Pemerintah
Daerah
2. Peningkatan 170.205.000,00 154.584.600,00 90,82 15.620.400,00 9,18
Kinerja
Penyelenggara
Pelayanan Publik

105
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
3. Pengembangan 1.077.939.250, 747.012.081,00 69,30 330.927.169,00 30,70
Otonomi Daerah 00
4. Peningkatan 6.924.128.250, 6.652.902.750, 96,08 271.225.500,00 3,92
Kualitas 00 00
Pelayanan Publik
5. Peningkatan 2.291.390.700, 1.994.155.489, 87,03 297.235.211,00 12,97
Kualitas 00 00
Perencanaan
6. Penataan 846.477.500,00 773.929.718,00 91,43 72.547.782,00 8,57
Peraturan
Perundang-
Undangan
7. Peningkatan 497.241.800,00 449.453.585,00 90,39 47.788.215,00 9,61
Keterbukaan
Informasi Publik
8. Penataan 18.213.567.041 16.995.656.940 93,31 1.217.910.101, 6,69
Penguasaan, ,00 ,00 00
Pemilikan,
Penggunaan dan
Pamanfaatan
Tanah
9. Peningkatan 305.217.350,00 246.634.575,00 80,81 58.582.775,00 19,19
Kerjasama antar
Pemerintah
Daerah
10. Analisis 263.715.000,00 228.771.150,00 86,75 34.943.850,00 13,25
Kebijakan
Pembangunan
11. Perencanaan 631.943.250,00 613.370.900,00 97,06 18.572.350,00 2,94
Pembangunan
Daerah
12. Pengelolaan data 703.120.000,00 627.624.200,00 89,26 75.495.800,00 10,74
dan
Pengembangan
Pegawai
13. Peningkatan 262.127.300,00 241.282.624,00 92,05 20.844.676,00 7,95
Pelayanan
Pencatatan Sipil
14. Peningkatan 134.573.000,00 134.173.250,00 99,70 399.750,00 0,30
Pelayanan
Terpadu
15. Peningkatan 1.931.995.000, 1.803.127.800, 93,33 128.867.200,00 6,67
Keamanan dan 00 00
Kenyamanan
Lingkungan

106
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
16. Pemeliharaan 259.657.500,00 251.317.500,00 96,79 8.340.000,00 3,21
Kantrantibmas
dan Pencegahan
Tindak Kriminal
17. Pengembangan 312.869.000,00 284.747.110,00 91,01 28.121.890,00 8,99
Wawasan
Kebangsaan
18. Perbaikan Sistem 290.199.000,00 288.572.850,00 99,44 1.626.150,00 0,56
Administrasi dan
Peningkatan
Pelayanan
Kearsipan
19. Peningkatan 622.896.000,00 622.826.000,00 99,99 70.000,00 0,01
Ketenteraman,
Ketertiban, dan
Kenyamanan
Lingkungan
20. Peningkatan 612.946.000,00 606.641.000,00 98,97 6.305.000,00 1,03
Partisipasi dan
Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Jumlah 36.594.522.941 33.866.176.422 92,54 2.728.346.519, 7,46
,00 ,00 00

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Dokumentasi atas tindak lanjut hasil monitoring capaian kinerja jangka
menengah belum dilakukan secara baik;
2. Format Rencana Aksi Kinerja berupa Rencana Aksi Indikator Kinerja Utama
sampai dengan Rencana Aksi Program dan Kegiatan belum seragam;
3. Rencana Aksi dalam pengarahan dan pengorganisasian kegiatan
antara lain pemanfaatan dalam otorisasi dan eksekusi diteruskan atau
ditundanya suatu kegiatan belum dilaksanakan secara optimal;
4. Belum optimalnya mekanisme pengumpulan data kinerja terkait dengan
kemudahan akses data bagi pihak yang berkepentingan dikarenakan masih
belum terintegrasinya beberapa sistem informasi berbasis IT yang telah ada
(contoh : e-monev, e-sakip, dan e-performance) serta mengembangkan sistem
berbasis IT pada evaluasi program dan kegiatan yang ada pada Bagian
Adminstrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul;
5. Ukuran (indikator) kinerja individu yang mengacu pada IKU unit kerja
organisasi/atasannya dengan memperjelas alur penjenjangan kinerja
antara eselon IV dan individu (staf) belum optimal.

107
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

6. Hasil pengukuran kinerja dikaitkan dengan pemberian reward & punishment


atau insentif/merit system belum sepenuhnya dilaksanakan secara baik;
7. LKjIP belum dapat menyajikan informasi tentang analisis efisiensi
penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan;
8. Evaluasi terhadap program belum memberikan rekomendasi perbaikan
atas perencanaan dan peningkatan kinerja; dan
9. Pemantauan dan evaluasi atas Rencana Aksi belum menampilkan keterangan
maupun hal-hal penting khususnya pada kegiatan yang belum mencapai
target disertai dengan alternatif perbaikan yang dapat dilaksanakan.

Solusi Pemecahan Masalah:


1. Melakukan monitoring capaian kinerja jangka menengah dilakukan secara
berkala setiap triwulan dan mendokumentasikan atas tindak lanjut hasilnya;
2. Melakukan koordinasi dengan Inspektorat Daerah untuk menyeragamkan
format Rencana Aksi Kinerja berupa Rencana Aksi Indikator Kinerja
Utama sampai dengan Rencana Aksi Program dan Kegiatan;
3. Mengoptimalkan Rencana Aksi dalam pengarahan dan
pengorganisasian kegiatan antara lain pemanfaatan dalam otorisasi
dan eksekusi diteruskan atau ditundanya suatu kegiatan;
4. Mengoptimalkan mekanisme pengumpulan data kinerja terkait dengan
kemudahan akses data bagi pihak yang berkepentingan melalui sistem
informasi berbasis IT yang terintegrasi;
5. Ukuran (indikator) kinerja individu yang mengacu pada IKU unit kerja
organisasi/atasannya dengan memperjelas alur penjenjangan kinerja
antara eselon IV dan individu sebagai dasar SKP.
6. Hasil pengukuran kinerja dikaitkan dengan pemberian reward &
punishment atau insentif/merit system merupakan salah satu indikator
yang digunakan untuk pemberian tambahan perbaikan penghasilan;
7. LKjIP disusun dengan menyajikan informasi tentang analisis efisiensi
penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan;
8. Dilakukan evaluasi terhadap program dengan memberikan
rekomendasi perbaikan atas perencanaan dan peningkatan kinerja; dan
9. Pemantauan dan evaluasi atas Rencana Aksi disusun dengan
menampilkan keterangan maupun hal-hal penting khususnya pada
kegiatan yang belum mencapai target disertai dengan alternatif perbaikan.

108
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Membangun sistem terpadu implementasi SAKIP.
2. Menyelenggarakan survei kepuasan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik secara berkelanjutan.
3. Mengelola pengaduan masyarakat untuk perbaikan pelayanan dan
pengambilan kebijakan lebih lanjut.
4. Membangun sistem informasi pelayanan publik agar masyarakat dapat
mengakses dan mengontrol jalannya pemerintahan dan pembangunan.

Sasaran 16
“Akuntabilitas pengelolaan keuangan Meningkat”

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah merupakan laporan pertanggungjawaban


keuangan selama satu tahun anggaran. Laporan keuangan disusun untuk
menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh
transaksi yang dilakukan oleh pemerintah selama satu periode pelaporan.
Akuntabilitas pengelolaan keuangan meningkat dilihat dari peningkatan
akuntabilitas keuangan daerah dalam upaya peningkatan kualitas laporan
keuangan yang akan terlihat dari opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) RI dengan pemeriksaan secara periodik setiap tahunnya.
Capaian sasaran tersebut diukur berdasarkan 1 (satu) indikator
sasaran yang dirumuskan dan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 3.29
Evaluasi Pencapaian Sasaran 16
Pengukuran Kinerja
Tahun 2016
Realisasi
No. Indikator Kinerja Capaian
Tahun 2015 Target Realisasi Kinerja Kategori
(%)

1 Opini Pemeriksaan WTP WTP *) *)


BPKRAT A-RATA C AP AIAN INDIKAT OR SAS AR AN

(Opini) *)
*) Dalam proses pemeriksaan BPK

109
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Dari hasil evaluasi pencapaian sasaran menunjukkan bahwa capaian kinerja


tahun 2015 rata-rata sebesar 100,00% yang termasuk dalam kategori Sangat berhasil,
sedangkan target capaian kinerja pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2016
adalah mempertahankan Opini WTP yang telah dicapai pada tahun 2015, namun
sampai saat ini proses pemeriksaan BPK masih berlangsung. Sasaran ini untuk
mencapai Misi Kesatu dan Keempat RPJPD yaitu “Mewujudkan pemerintahan daerah
yang baik dan bersih” dan “Mewujudkan Peningkatan Kemampuan Keuangan
Daerah” pada sasaran “Meningkatnya kualitas aparatur dan penyelenggaraan
administrasi publik”dan “Meningkatnya kapasitas fiskal daerah”. Hal ini juga sejalan
dengan Misi 1 dalam RPJMD 2016-2021 yaitu “Meningkatkan tata kelola pemerintahan
yang baik (Good Governance)” terutama yang terkait dengan prinsip akuntabilitas,
pengawasan, efisiensi, dan transparansi.
Penilaian atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh
pihak eksternal dalam hal ini dilakukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
RI. Penilaian oleh lembaga eksternal ini menjadi komponen penting untuk menilai
sejauhmana penilaian yang objektif terhadap akuntabilitas dan kinerja pemerintah
daerah terutama dari segi pengelolaan keuangan. Opini merupakan pendapat
profesional pemeriksa BPK mengenai kewajaran informasi yang disajikan dalam
Laporan Keuangan, pemeriksaan oleh BPK dilakukan dengan mendasarkan pada
UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Pemeriksaan dilakukan secara periodik setiap tahunnya ini mencakup
pemeriksaan terhadap Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Kriteria yang digunakan dalam
melakukan pemeriksaan Laporan Keuangan antara lain:
1. Kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntan Pemerintah (SAP);
2. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures);
3. Efektifitas Sistem Pengendalian Internal; dan
4. Kepatuhan terhadap ketentuan Perundang-undangan.
Terdapat 4 (empat) jenis Opini yang dapat diberikan oleh BPK yaitu Opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP),
Tidak Wajar (TW) dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP).
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2015 merupakan tahun pertama
mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI atas penilaian Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pencapaian sasaran tersebut tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak,
antara lain adanya komitmen Bupati, Sekretaris Daerah beserta jajaran pimpinan
perangkat daerah di Kabupaten Gunungkidul, Aparat Pengawas Internal

110
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

Pemerintah (APIP) melalui pemeriksaan reguler, pemeriksaan khusus serta


pendampingan terhadap Tindak Lanjut temuan hasil pemeriksaan BPK RI
maupun Audit Inspektorat.
Pada tahun 2016 ini menerapkan Laporan Keuangan berbasis akrual seperti telah
yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, metode ini lebih komprehensif dalam
menyajikan data keuangan sehingga laporan pertanggungtawaban lebih transparan dan
akuntabel. Selain itu dalam rangka peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian
kinerja dan keuangan pada semua SKPD maka dilakukan rekonsiliasi setiap bulan serta
pertemuan persiapan untuk menyusun laporan keuangan akhir tahun. Dalam peningkatan
kualitas laporan keuangan SKPD telah dilakukan reviu terhadap laporan keuangan SKPD
oleh Inspektorat Daerah sebelum disampaikan ke BPK.
Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan
penerapan SIMDA keuangan yang berupa SIPKD (Sistem Informasi Pengelolaan
Keuangan Daerah). SIPKD merupakan aplikasi yang dipergunakan sebagai alat bantu
pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai
regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas efisiensi,
ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel. Selain itu dalam pengendalian
pembangunan daerah terhadap pelaksanaan program dan kegiatan SKPD telah dilakukan
rekonsiliasi laporan fisik dan keuangan setiap bulan untuk mengetahui serapan anggaran
dan capaian kinerja dari masing-masing SKPD. Sistem Informasi Rencana Umum
Pengadaan yang dikembangkan oleh LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa
Pemerintah) telah digunakan untuk menginput pengadaan barang/jasa di Kabupaten
Gunungkidul. Dan pengadaan barang dan jasa dengan lelang telah menggunakan
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) melalui ULP (Unit Layanan Pengadaan).

Dalam rangka peningkatan sistem pengawasan internal dan


pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH sebagai Aparat Pengawas Internal
(APIP) dilakukan dengan pemeriksaan secara berkala baik pada SKPD
maupun desa di lingkungan pemerintah Kabupaten Gunungkidul,
mengiventarisir, mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan baik
eksternal maupun internal serta melakukan reviu laporan Keuangan Daerah.
Laporan keuangan juga dapat dijadikan sebagai dasar yang objektif bagi pemerintah
daerah dalam membuat perencanaan pembangunan di masa yang akan datang apabila
laporan ini dibuat sesuai dengan kaidah yang benar (akuntabel). Laporan tersebut
selanjutnya juga dapat dijadikan instrumen yang memadai untuk mengantisipasi dan
memverifikasi penyimpangan keuangan yang mungkin terjadi di lingkungan pemerintah
daerah. Political will kepala daerah dalam menyiapkan berbagai sumber daya yang
diperlukan untuk mewujudkan laporan keuangan yang akuntabel menjadi sangat

111
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

penting. Karena itu diperlukan strategi untuk mempertahankan opini WTP


berdasarkan kondisi dan permasalahan yang ada.
Keberhasilan capaian sasaran tersebut dilaksanakan melalui berbagai
program yaitu sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan
2. Program Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah
3. Program Peningkatan Kualitas Penatausahaan Keuangan Daerah
4. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Aset Daerah
5. Program Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
6. Program Pengembangan Otonomi Desa
7. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan
Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH
8. Program Peningkatan Kapasitas Penyelenggaraan Pemerintahan
Kecamatan dan Desa
Dalam melaksanakan kedelapan program tersebut dianggarkan sebesar
Rp12.414.957.650,00 dalam realisasinya hanya menyerap anggaran sebesar
Rp11.775.094.947,75 (94,85%) sehingga terdapat efisiensi anggaran sebesar
Rp639.862.702,25 (5,15%), yang dirinci sebagai berikut:

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
1. Peningkatan 2.936.312.000, 2.817.048.578, 95,94 119.263.422,00 4,06
Pengembangan 00 00
Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja
dan Keuangan
2. Peningkatan 920.099.500,00 869.529.050,75 94,50 50.570.449,25 5,50
Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan Daerah
3. Peningkatan 918.230.000,00 820.861.023,00 89,40 97.368.977,00 10,60
Kualitas
Penatausahaan
Keuangan Daerah
4. Peningkatan dan 928.182.500,00 828.407.528,00 89,25 99.774.972,00 10,75
Pengembangan
Pengelolaan Aset
Daerah
5. Peningkatan 3.498.524.250, 3.363.987.468, 96,15 134.536.782,00 3,85
Pendapatan Asli 00 00
Daerah

112
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

No. Nama Program Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Capaian Selisih (Rp.) Efisiensi
(%) (%)
6. Pengembangan 1.193.055.400, 1.104.299.050, 92,56 88.756.350,00 7,44
Otonomi Desa 00 00
7. Peningkatan 1.348.917.500, 1.299.555.750, 96,34 49.361.750,00 3,66
Sistem 00 00
Pengawasan
Internal dan
Pengendalian
Pelaksanaan
Kebijakan KDH
8. Peningkatan 671.636.500,00 671.406.500,00 99,97 230.000,00 0,03
Kapasitas
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Kecamatan dan
Desa
Jumlah 12.414.957.650 11.775.094.947 94,85 639.862.702,25 5,15
,00 ,75

Permasalahan/kendala yang dihadapi:


1. Pengelolaan aset tetap masih belum optimal terutama pada UPT
Puskesmas dan UPT Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga;
2. SKPD belum melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan dalam SIPKD;

3. Data dari SIPKD belum bisa direkonsiliasi dengan data dari SIPKD aset;
4. SIPKD belum dapat menyajikan laporan BLUD puskesmas, yang ada
baru laporan keuangan gabungan;
5. Terdapat ketentuan bahwa LKPD tahun 2016 harus dilampiri dengan
ikhtisar laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBD
(Permendagri 52 tahun 2015);
6. Masih ada temuan yang belum bisa tertindaklanjuti semuanya; dan
7. Belum sepenuhnya penyusunan LKPD berbasis akrual melalui Aplikasi.

Solusi Pemecahan Masalah:


1. Menindaklanjuti rekomendasi temuan hasil pemeriksaan BPK dan audit Inspektorat;
2. Menyiapkan penyusunan LKPD dengan berbasis akrual melalui Aplikasi;
3. Mengoptimalkan pengelolaan Aset tetap.

Langkah Strategis yang akan dilakukan:


1. Penguatan komitmen integritas pimpinan;
2. Penguatan perencanaan dalam penganggaran;
3. Peningkatan kualitas laporan keuangan;

113
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

4. Meningkatkan kualitas pengawasan dan review laporan keuangan;


5. Peningkatan proses pengadaan barang/jasa; dan
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan.

D. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2016 sebesar 91,41%


dari total anggaran yang dialokasikan. Realisasi anggaran untuk
program/kegiatan utama sebesar 93,56%, sedangkan realisasi untuk
program/kegiatan pendukung sebesar 87,67%. Jika dilihat dari realisasi anggaran
per sasaran, penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan di sasaran
Investasi meningkat (99,46%). Sedangkan penyerapan terkecil pada
program/kegiatan di sasaran Ketaatan terhadap tata ruang meningkat (77,91%).
Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2016 yang
dialokasikan untuk membiayai program/kegiatan dalam pencapaian
sasaran pembangunan disajikan pada tabel 3.30 sebagai berikut:

Tabel 3.30
Target dan Realisasi Anggaran Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2016
% Rata-
Rata Anggaran Realisasi %
No Sasaran Strategis Capaian
Indikator (Rp) Anggaran (Rp) Anggaran
Sasaran

1 Harapan Hidup 102,90 96.938.779.484,00 85.786.421.295,00 88,50


Masyarakat
Meningkat

2 Melek huruf 101,40 8.496.664.350,00 8.390.203.845,00 98,75


masyarakat
meningkat

3 Lama sekolah 97,51 42.883.447.113,00 39.981.049.702,00 93,23


penduduk
meningkat

4 Jumlah Penduduk 93,06 9.422.135.861,00 8.679.191.388,00 92,11


miskin turun

114
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

% Rata-
Rata Anggaran Realisasi %
No Sasaran Strategis Capaian
Indikator (Rp) Anggaran (Rp) Anggaran
Sasaran
5 Pembinaan, 107,33 6.398.197.500,00 6.147.961.300,00 96,09
pengembangan dan ***) ***)

pelestarian budaya
lokal meningkat
6 Pendapatan 102,80 12.357.258.400,00 11.232.150.999,00 90,90
Masyarakat
Meningkat
7 Investasi 100,46 181.444.000,00 180.458.780,00 99,46
meningkat

8 Kunjungan Wisata 115,11 9.497.649.400,00 9.193.387.510,00 96,80


Meningkat

9 Ketersediaan 100,00 8.863.069.350,00 8.213.103.710,00 92,67


Distribusi dan
Konsumsi Pangan
meningkat

10 Infrastruktur 100,00 50.313.545.638,00 48.847.662.285,00 97,09


wilayah meningkat

11 Akses terhadap 100,00 62.821.187.878,60 62.399.137.052,00 99,33


Pengembangan
Wilayah Kawasan
Strategis meningkat

12 Ketaatan terhadap 91,63 249.992.500,00 194.760.500,00 77,91


tata ruang
meningkat

13 Kualitas 60,00 4.137.936.750,00 3.559.845.900,00 86,03


lingkungan Hidup
meningkat

14 Kesiapsiagaan 125,00 580.560.000,00 550.992.249,00 94,91


dalam menghadapi
bencana meningkat

115
Laporan Kinerja Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016

% Rata-
Rata Anggaran Realisasi %
No Sasaran Strategis Capaian
Indikator (Rp) Anggaran (Rp) Anggaran
Sasaran

15 Akuntabilitas 100,00 36.594.522.941,00 33.866.176.422,00 92,54


kinerja Pemerintah
Daerah Meningkat

16 Akuntabilitas **) 12.414.957.650,00 11.775.094.947,75 94,85


pengelolaan
keuangan
meningkat

Jumlah 355.753.151.315,60 332.849.636.584,75 93,56


Jumlah belanja pendukung 205.363.064.400,00 180.043.785.452,50 87,67
Jumlah total belanja langsung 561.116.215.715,60 512.893.422.037,25 91,41
**) Pemeriksaan BPK saat ini masih berlangsung
***) Dianggarkan melalui Dana Keistimewaan DIY

116

Anda mungkin juga menyukai