TUGAS II
Disusun Oleh :
NIM : P0 5120218085
Air susu ibu ( ASI) adalah asupan pertama bagi bayi yang didapatkan dari ibunya.
ASI umumnya secara alami keluar dari seorang ibu yang baru saja melahirkan anak.
Namun, banyak atau sedikitnya ASI yang dapat diproduksi oleh seorang perempuan tidak
bisa disamaratakan. Ada yang melimpah, sedang saja, ada juga yang sedikit, bahkan tidak
keluar sama sekali.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling sempurna untuk bayi. ASI
eksklusif adalah pemberian ASI sejak bayi baru lahir hingga berusia 6 bulan, tanpa
pemberian cairan apapun kecuali disarankan oleh dokter dalam rangka pengobatan.
Terdapat banyak sekali manfaat ASI bagi bayi antara lain meningkatkan kecerdasan anak,
meningkatkan daya tahan tubuh anak, mencegah risiko infeksi, dan menjaga tumbuh
kembang yang optimal untuk anak. Namun sampai saat ini angka cakupan ASI Eksklusif
di Indonesia masih belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah secara nasional
yaitu 80% dari jumlah bayi yang ada di Indonesia.
Bahkan menurut satu penelitian di Amerika Serikat yang dilansir laman Parenting
First Cry, diperkirakan dua puluh lima persen dari semua ibu di dunia ini mengalami
masalah ini atau tidak keluar ASI-nya hingga lebih dari tiga hari setelah bersalin.
Hasil Analisis tema dilakukan pada semua data transkrip yang dikumpulkan dari
wawancara mendalam terhadap informan. Berdasarkan analisis tersebut didapatkan 4
kelompok tema yaitu :
keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh,
karena sekresi ASI terus berlangsung, sementara bayi tidak disusukan, sehingga tidak
terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi
dan ASI tidak dikeluarkan, hal ini akan mengakibatkan ASI tidak keluar.
Ada beberapa informan yang tidak merasakan keluhan pada payudaranya dan
merasakan kalau payudaranya kosong setelah melahirkan. Berikut pernyataan informan
bila ditanya apa yang dikeluhkan secara fisik saat ASI belum keluar oleh peneliti : “......
saya tidak merasakan susu saya sakit, ngrangsemi atau menteng-menteng, biasa saja,
kosong rasanya, ASI saya tidak keluar sama sekali...”(P8) Namun setelah hari kedua dan
ketiga ibu sudah mulai merasakan kalau nyeri pada sekitar payudara, pernyataan
informan tersebut sebagai berikut: “......hari pertama sampai kedua tidak sakit pas hari
ketiga baru ngrangsemi dan keluar ASI sedikit...”(P3) Walau ASI sudah berproduksi sejak
hamil 20 minggu, namun tidak keluar dari payudara, atau hanya keluar setetes-setetes
yang ditemui saat hamil semakin besar adalah karena adanya hormone kehamilan yang
menahannya, dan hormone kehamilan ini berpusat pada ari-ari. Dimana saat ibu
melahirkan, dan ari-ari ibu lepas dari rahim, lalu kadar hormone kehamilan yang turun,
maka ASI dapat keluar dari payudara Ibu. Namun terdapat jeda sampai 3 hari atau 72 jam
pasca bersalin, karena sisa hormon kehamilan yang masih tersisa di pembuluh darah ibu
dan akan semakin hilang dalam jangka waktu 3 hari pasca bersalin, Keluarnya ASI
umumnya keluar setelah hari ketiga, namun ada beberapa informan yang mengalami
bahwa ASI nya baru keluar sekitar hari ke lima: “..ASI saya tidak keluar sama sekali
sampai hari ke lima, keluar sedikit tapi tidak keluar lagi sampai sekarang, sedih, bersalah,
kecewa, rasanya tidak bisa jadi ibu, padahal saya ingin menyusui karena saya tidak
bekerja, sedih rasanya bu, tapi yah gimana lagi..”(P11). Ibu memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam memberikan ASI akan tetapi pada dasarnya ibu memiliki
kemampuan yang cukup untuk pasokan ASI. Beberapa ibu yang baru melahirkan
terkadang baru dapat memberikan ASI pada hari ketiga atau keempat setelah melahirkan.
Meskipun demikian umumnya kondisi keterlambatan ASI hanya dialami oleh ibu
dikelahiran bayi pertama. Nyeri payudara dan perasaan ASI kosong menjadi keluhan
pada ibu saat ASI belum keluar, beberapa juga mengeluh nyeri pada puting susunya
sedangkan keluhan kelelahan fisik menjadi keluhan utama yang dialami oleh semua ibu
menyusui pada saat mengalami ASI belum keluar.
Banyak faktor yang dapat memicu seorang ibu gagal atau tidak dalam pemberian
ASI eksklusif dalam suatu komunitas masyarakat dengan karakteristik tertentu. Secara
kodrati seorang ibu tidak akan rela membiarkan bayinya menerima asupan selain ASI di
masa awal kehidupannya (0 – 6 bulan). Akan tetapi dikarenakan kebiasaan yang dapat
mengakibatkan kegagalan ASI eksklusif akhirnya menjadi budaya di masyarakat serta
dukungan dari keluarga terutama ibu kandung dan ibu mertua, merupakan hal yang bisa
menjadi faktor yang kuat terjadinya kegagalan pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut
dapat dilihat dari data survey PKM bulan April 2017 di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Jalan Purun Kecil yang menunjukkan bahwa jenis makanan yang diberikan ke bayi usia
0,05). Hasil tersebut mendukung dari hasil survey lapangan di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Jalan Purun Kecil yang menunjukkan bahwa alasan terbanyak kedua terhadap
kegagalan praktik ASI eksklusif setelah persepsi ASI tidak cukup (31%), adalah karena
dari pihak keluarga yang menganjurkan untuk tidak memberikan ASI eksklusif (20%).
Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa status pekerjaan ibu memiliki efek negatif
terhadap durasi pemberian ASI. Hal ini menyebabkan ibu bekerja memiliki kesulitan
untuk tetap memberikan ASI selama ibu bekerja.3 Cakupan ASI Eksklusif akan semakin
rendah dikarenakan jumlah pekerja wanita semakin hari semakin bertambah, dengan
jumlah peningkatan utama pada wanita usia produktif. Ibu yang bekerja harus
meninggalkan bayinya untuk jangka waktu tertentu sehingga keberhasilan dalam
memberikan ASI secara eksklusif terganggu. Pengetahuan manajemen laktasi juga
menjadi poin penting yang mempengaruhi ibu bekerja dalam memberikan ASI Eksklusif.
Penelitian Slusser et al (2004)menunjukkan bahwa ibu yang bekerja selama 8 jam
membutuhkan waktu selama 2-3 kali selama 30 menit untuk memompa ASI. Hal tersebut
menjadi bagian yang harus dipahami oleh setiap ibu bekerja yang sedang memberikan
ASI Eksklusif kepada bayinya. Lamanya jam kerja dan jam isirahat juga menentukan
lama pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja. Penelitian Ryan (2006)5 menjelaskan
bahwa ibu yang bekerja paruh waktu juga memiliki kemungkinan untuk memberikan ASI
lebih lama daripada ibu yang bekerja full time. Memerah ASI di tempat kerja baik dengan
menggunakan pompa maupun menggunakan tangan juga dapat membantu pelaksanaan
ASI Eksklusif berjalan lebih maksimal. Kepemilikan dan Otik Widyastutik : Determinan
Kegagalan Asi Eksklusif ..... 123 penggunaan alat bantu pompa ASI secara mandiri jika
tidak bisa melakukan pemerahan secara manual menjadi faktor pendorong pemberian ASI
Eksklusif. Memerah ASI dengan tangan akan memberikan stimulasi taktil pada areola
yang akan memberikan tekanan pada kantong ASI. Tentunya hal ini dapat berjalan jika
didukung oleh fasilitas/ruang laktasi di tempat kerja. Faktor dari keluarga juga menjadi
salah satu yang perlu diperhatikan selain dari faktor tempat kerja dan faktor
individu.Dukungan keluarga baik dari suami maupun orangtua dan mertua menjadi
bagian penting yang dapat mendorong keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu
bekerja. Terutama jika bayi ditinggal di rumah bersama keluarga, maka perlu dukungan
besar dari keluarga yang memegang bayi selama ibunya bekerja dengan tetap
memberikan ASI perah yang telah disimpan di lemari pendingin ASI. Keluarga yang
memberikan dukungan sepenuhnya kepada ibu, berpeluang 5,101 kali kepada ibu untuk
bisa menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan
keluarga. 6 Fokus penelitian ini adalah pada komunitas Madura di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Jalan Purun Kecil. Berdasarkan observasi awal di komunitas tersebut,
ditemukan bahwa sebanyak 71% ibu (dari 162 sampel ibu komunitas Madura yang
mempunyai bayi usia