Anda di halaman 1dari 3

GEOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN RESAPAN

UNTUK PENGELOLAAN BANJIR CEKUNGAN BANDUNG


Oleh: Tantan Hidayat*)
*) Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi

Kawasan Cekungan Bandung merupakan Kawasan Strategis Nasional yang


ditetapkan dengan pertimbangan kepentingan ekonomi. Secara geologi Cekungan
Bandung meliputi dataran tinggi Kota Bandung yang dikelilingi oleh pegunungan,
diantaranya di bagian utara Gunung Tangkuban Perahu serta di bagian selatan Gunung
Wayang Windu. Dengan bentuk cekungan seperti ini terdapat keterkaitan kejadian
banjir pada wilayah ini yakni antara daerah pegunungan yang merupakan bagian hulu
dimana awal dari suatu aliran sungai serta kemudian sungai tersebut mengalir menuju
ke daerah rendah dataran Bandung sebeluim akhirnya sungai tersebut bermuara ke
laut.
Sungai utama yang mengalir di Cekungan Bandung adalah Sungai Citarum yang
berhulu di bagian Selatan dan mengalir kearah utara. Selain itu terdapat juga beberapa
sungai lainnya yang berhulu di bagian utara dan mengalir kearah selatan., diantaranya
adalah Sungai Cibeureum, Cikapundung, Citarik.
Kejadian banjir di Bandung selama ini terjadi bagian selatan kota Bandung yang
meliputi daerah Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang. Daerah ini merupakan
daerah limpasan banjir Sungai Citarum. Namun kejadian banjir terakhir meluas ke
Pasteur dan Pagarsih dimana kejadian banjir pada wilayah ini berasal dari sungai yang
mengalir pada bagian utara Cekungan Bandung
Secara umum penyebab utama kejadian banjir pada Cekungan Bandung adalah
curah hujan yang tinggi serta kurang baiknya pengelolaan di bagian hulu dan bagian hilir
sungai. Kurang baiknya pengelolaan ini terlihat dari tidak mampunya badan sungai yang
mengalir pada wilayah tersebut untuk manampung air hujan sehingga air melimpas ke
bantaran sungai.
Kurang baiknya pengelolaan dibagian hulu yang berfungsi sebagai kawasan
resapan terlihat dari alih fungsi lahan pada kawasan resapan menjadi lahan pemukiman
dan pertanian, baik di Bandung utara maupun selatan. Alih fungsi lahan pada kawasan
resapan ini akan meningkatkan erosi serta dapat mengurangi jumlah air yang meresap
sehingga meningkatkan aliran permukaan (run off). Kurang baiknya pengelolaan di
bagian hilir terlihat dari meningkatnya sedimentasi/pendangkalan sungai akibat erosi di
bagian hulu, perilaku masyarakat yang membuang sampah ke sungai, pendirian
bangunan pada aliran sungai serta kurangnya program pengerukan sampah.
Oleh karena itu penanggulangan banjir Cekungan Bandung harus dilakukan
secara komprehensif dengan melakukan penataan di bagian hulu dan di bagian hilir.
Penataan di bagian hulu diantaranya dengan melakukan penghijauan (reboisasi),
pembuatan resapan buatan baik sumur resapan ataupun biopori di perkotaan,
konservasi lahan agar lahan menjadi non-erosive. Penataan di bagian hilir dengan

1
penyodetan sungai, pengerukan lumpur, pelebaran sungai, pemangkasan dasar sungai,
pembuatan kanal, dan kolam retensi.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi banjir di Cekungan
Bandung saat ini masih terbatas pada pengelolaan di bagian hilir dengan melakukan
pengerukan lumpur dan penyodetan sungai. Upaya tersebut belum memberikan hasil
yang optimal.
Upaya pengelolaan dengan melakukan penataan di bagian hulu cekungan
Bandung yang berfungsi sebagai kawasan resapan air perlu ditingkatkan. Pengelolaan
pada bagian hulu ini dengan cara memberikan batasan luas area yang dapat dibangun
dalam rangka mengendalikan meningkatnya run off dan erosi.
Badan Geologi, melalui Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PAG),
pada tahun 2012 - 2014 telah melakukan kegiatan Penyelidikan Geologi Lingkungan
Kawasan Resapan Bandung Utara dan Kawasan Resapan Bandung Selatan. Hasil
kegiatan tersebut berupa peta pembagian zonasi potensi resapan di area Kawasan
Bandung Utara (KBU) dan Kawasan Bandung Selatan (KBS).
Zonasi tersebut terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok potensi resapan, yaitu tinggi,
sedang, dan rendah (Gambar 1). Potensi resapan tinggi secara umum akan meresapkan
lebih banyak air ke dalam tanah sehingga mengurangi jumlah run off dan erosi yang
terjadi. Pada zona resapan tinggi sebaiknya agar tetap dipertahankan sebagai kawasan
resapan dengan penggunaan lahan jenis hutan yang akarnya mampu menyerap air.
Pendirian bangunan pada wilayah ini diberlakukan secara bersyarat dan diberikan
dengan ketat. Sebagai contoh pembangunan secara bersyarat adalah dengan cara
menetapkan ketentuan besarnya koefisien wilayah terbangun atau ketentuan membuat
sumur-sumur resapan. Sebaliknya potensi resapan rendah memberi arti wilayah yang
secara geologi memiliki potensi kecil untuk dapat menyerapkan air ke dalam tanah.
Sehingga pendirian bangunan dapat diarahkan pada zona ini.
Peta zonasi kawasan resapan yang dihasilkan sangat penting untuk digunakan
sebagai dasar pengelolaan Cekungan Bandung bagian hulu. Peta ini dapat dijadikan
acuan dalam pemberian ijin pendirian bangunan pada kawasan resapan Bandung Utara
mapun Bandung Selatan. Dengan panataan ijin pendirian bangunaan pada bagian hulu
maka diharapkan dapat mengurangi run off dan erosi serta dapat mengurangi kejadian
banjir Cekungan Bandung.

2
Gambar 1. Potensi Resapan Kawasan Bandung Utara
dan Contoh Koefisien Wilayah Terbangun di Kecamatan Cimenyan
3

Anda mungkin juga menyukai