Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kanker adalah penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat menyerang

siapa saja dan muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang

berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel kanker ini dapat menyebar

ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menimbulkan kematian (Miftahul et al, 2014).

Kanker adalah suatu penyakit yang bersifat tidak menular, atau NCD

(Noncommunicable diseases) yang menjadi penyebab kematian terbesar manusia diseluruh

dunia. Sampai saat ini, kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk

Indonesia. Menurut data WHO pada tahun 2013, kanker adalah salah satu penyebab

morbiditas dan kematian di seluruh dunia, dengan sekitar 14 juta kasus baru di tahun 2012.

Jumlah kasus baru diperkirakan meningkat sekitar 70% selama 2 dekade ke depan. Kanker

adalah penyebab utama kematian kedua di dunia, dan bertanggung jawab atas 8,8 juta

kematian pada tahun 2015. Secara global, hampir 1 dari 6 kematian disebabkan oleh

kanker. Sekitar 70% kasus kematian akibat penyakit kanker terjadi di negara

berpenghasilan rendah dan menengah. Kanker paru-paru, prostat, kolorektal, perut dan hati

adalah jenis kanker yang paling umum pada pria, sementara kanker payudara, kolorektal,

paruparu, leher rahim dan perut yang paling umum di kalangan wanita (WHO, 2018).

Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada

pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi

di Indonesia untuk laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk

dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk, yang diikuti dengan kanker hati

sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu

sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk

yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata

kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi

tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk

di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker

tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat

2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk, sedangkan angka

kejadian kanker di Kalimantan selatan menduduki posisi ke-22 di Indonesia dengan

estimasi jumlah penderita penyakit kanker pada penduduk semua umur pada tahun 2013

yaitu 1,6% dengan jumlah 6.145, estimasi jumlah penderita penyakit (Kemenkes RI, 2018).

Faktor – faktor yang mempengaruhi strategi koping adalah materi, fisik, psikologis,

sosial, dan spiritual. Strategi mekanisme koping adaptif yaitu emotional focused coping

dan problem focused coping. Emotional focused coping merupakan strategi koping yang

digunakan untuk mengatasi emosi negatif yang menyertainya, sedangkan problem focused

coping merupakan strategi yang digunakan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan

stress pada pasien kanker, misalnya stres akibat efek samping obat (Sugo et al, 2019).

Strategi Coping Menurut Lazarus dan Folkman (1984) Strategi coping berfokus

pada masalah yaitu suatu tindakan yang diarahkan kepada pemecahan masalah. Individu

akan cenderung menggunakan perilaku dirinya menilai masalah yang dihadapinya masih

dapat dikontrol dan dapat diselesaikan. Perilaku coping yang berpusat pada masalah

cenderung dilakukan jika individu merasa bahwa sesuatu yang kontruktif dapat dilakukan

terhadap situasi tersebut atau ia yakin bahwa sumberdaya yang dimiliki dapat mengubah
situasi. Sumber koping dan berbagai dukungan sangat diperlukan untuk mengatasi stres

yang dialami oleh pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Menurut penelitian

Johansson (dalam Putri dkk, 2017), didapatkan beberapa karakteristik individu yang

mempengaruhi stres antara lain umur, pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan,

stadium kanker dan pelaku rawat, serta didapatkan juga bahwa perempuan dengan strategi

koping yang baik memiliki stres yang rendah dan perempuan dengan spiritual yang baik

juga memiliki stres yang rendah. Penelitian Sarenmalm (dalam Putri dkk, 2017).

Anda mungkin juga menyukai