Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim
dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu. Perubahan iklim tejadi karena
adanya perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara
terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun. Perubahan Iklim
juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai contoh curah hujan yang tidak
menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, arah angin yang berubah drastis.(8)
Keadaan suhu udara pada suatu tempat di permukaan bumi akan ditentukan oleh faktor-
faktor (Tanudidjaja, 1993) sebagai berikut : (11)
Salah satu indikasi terjadinya perubahan iklim adalah perubahan pola hujan. Hujan
merupakan unsur fisik lingkungan yang paling bervariasi terutama di daerah tropis. Di
Indonesia hujan merupakan unsur iklim yang paling penting karena keragamannya sangat
tinggi baik menurut waktu maupun tempat.
Hujan dipandang sebagai salah satu variabel peramalan cuaca dan iklim yang sangat
penting karena mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia di berbagai sektor mulai dari
pertanian, perhubungan, perdagangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sebagainya. Dampak
dari peningkatan intensitas hujan secara ekstrem adalah potensi banjir di wilayah padat
penduduk di daerah tropis.(10)
2.1.1.3 Kelembapan
Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau
atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer karena adanya
penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun dari air tanah. Banyaknya
air di dalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara lain adalah ketersediaan air,
sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin. Uap air dalam atmosfer dapat berubah
bentuk menjadi cair atau padat yang akhirnya dapat jatuh ke bumi antara lain sebagai hujan.
Kelembapan udara yang cukup besar memberi petunjuk langsung bahwa udara banyak
mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah.(11)
2.1.1.4 Angin
Kecepatan angin > 45 km/jam merupakan sebuah keadaan cuaca ekstrem. Pada tanggal
8 November 2017 sekitar pukul 12.30 telah terjadi fenomena cuaca ekstrem hujan lebat dan
angin kencang di Wilayah Banjarnegara, Jawa tengah. Melalui analisis, didapatkan bahwa
faktor utama terjadinya fenomena tersebut karena kondisi atmosfer yang labil, dimana
terpenuhinya indeks labilitas udara pada pengamatan Radiosonde. Terdapat kumpulan awan
konvektif tebal dan meluas (Comulunimbus) yang dilihat dari citra satelit. Selain itu, analisis
Streamline menujukkan adanya belokan angin yang cukup signifikan. Hal ini didukung dengan
teramatinya kelembaban udara yang tinggi pada lapisan udara atas, disebabkan oleh adanya
SST yang cukup hangat yang mendukung terbentuknya awan – awan konvektif. (12)
Para ahli menyebutkan terjadinya perubahan sistem iklim global telah menimbulkan
ancaman bagi manusia melalui peningkatan kesakitan maupun kematian sebagai akibat suhu
ekstrim (sangat panas/dingin), kekeringan atau banjir, perubahan kualitas udara dan air, dan
berubahnya ekologi penyakit menular.(15) Iklim dan musim merupakan faktor pendukung yang
memengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu ditemukan terbatas pada
daerah geografis tertentu karena mereka membutuhkan reservoir dan vektor untuk
kelangsungan hidupnya.(16) Penularan penyakit oleh parasit dan vektor penyakit sangat
dipengaruhi oleh faktor iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan
angin. Begitu juga dalam hal distribusi dan perkembangan dari organisme vektor dan host
intermediate.(17)
Selain itu hal yang perlu diwaspadai di Indonesia adalah dampak pada wilayah miskin
yang sangat rentan terhadap variasi iklim dan cenderung lebih berisiko mengalami kekurangan
pangan. Kemarau panjang diikuti kegagalan panen menimbulkan konsekuensi malnutrisi akut
bagi sebagian penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu contoh dampak
perubahan iklim.(18)
Pengendalian vektor yang memadai dapat mencegah penularan malaria dan demam
berdarah. Masalahnya, banyak nyamuk kebal terhadap insektisida dan pemerintah kekurangan
biaya untuk memantapkan system pengendalian vektor, karena biaya yang tersedia harus
digunakan untuk keperluan yang lebih mendesak, misalnya penanggulangan bencana alam,
kurang gizi dan penyakit infeksi lainnya.(20)
Tren angka kesakitan DBD selama kurun waktu 2010 – 2013 berdasarkan data
Kemenkes RI adalah 27,8%; tahun 2012 meningkat menjadi 37,3% dan tahun 2013 menjadi
45,9%. Kasus DBD mengalami penurunan pada tahun 2014 yaitu sebesar 39,8 %, angka ini
telah mencapai target Renstra Kemenkes RI tahun 2014 yaitu Angka Insiden sebesar 51%.
Walapun, penurunan kasus DBD terjadi pada tahun 2014 namun masih dilaporkan 7
kabupaten/kota di 5 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.(22)
Di Provinsi Banten tiga wilayah endemis yang setiap tahun menyumbang angka DBD
tinggi adalah Kota Tangerang Selatan, Kota Serang dan Kota Cilegon.(23) Di Yogyakarta
jumlah kejadian DBD >200 kasus di tahun 2004, 2006 dan 2010 terjadi saat suhu ±26 C dan
tingkat kelembaban 84-85%.(17)
2.2.2 Diare
Diare adalah salah satu penyakit yang ditularkan melalui air. Kondisi kesehatan
bergantung pada kualitas air, dimana air berfungsi sebagai media penyebaran penyakit ( water
borne disease) akibat air bersih terkontaminasi mikroorganisme (Salmonella sp,
Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Cryptosporidium dan
Enterohemorrhagic Escherichia coli).(24) Pada umumnya penyebab kasus diare terjadi karena
adanya fecal-oral transmissions karena adanya kotoran dan masuk ke dalam saluran
pencernaan manusia (WHO, 2009).
Pada tahun 2009, The United Nations Chlidren Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa Asia Selatan merupakan benua tertinggi yang
menderita diare pada balita yakni sebesar 783 juta, kemudian Afrika sebesar 696 juta,
sebagian dari dunia sebesar 480 juta dan Asia Timur dan Pasifik sebesar 435 juta. Pada
tahun 2015 lebih dari 1.400 anak-anak meninggal setiap hari, atau sekitar 526.000 anak
per tahun yang disebabkan karena diare.(25)
2.2.3 ISPA
Perubahan iklim akan menimbulkan efek terhadap kesehatan manusia secara langsung
maupun tidak langsung, efek langsung terhadap kesehatan manusia yaitu efek ekstrim dingin
dan ekstrim panas. Efek tidak langsung berkaitan dengan penyakit infeksi, salah satunya adalah
ISPA yang disebabkan karena polusi udara dan cuaca yang tidak menentu. ISPA adalah
penyakit Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Peningkatan kasus penyakit infeksi
pernafasan dipengaruhi oleh curah hujan ekstrim yang menyebabkan suatu wilayah
menjadi dingin. Musim dingin di negara-negara tropis diikuti oleh peningkatan kasus
infeksi pernafasan.(26)
Pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara di Indonesia cukup tinggi
terutama di pulau Sumatera. Ketika musim kemarau dan terjadi kebakaran hutan baik disengaja
atau pun tidak disengaja, dan kebakaran paling sering terjadi di Provinsi Riau dan Jambi yang
penyebaran asapnya meliputi provinsi tetangga. Asap yang meliputi langit hingga beberapa
hari berpotensi utama penyebaran penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Tingginya
tingkat pencemaran udara menyebabkan ISPA memiliki angka yang paling banyak diderita
oleh masyarakat dibandingkan penyakit lainnya yaitu sekitar 20,55%. Meningkatnya ISPA ini
secara tidak langsung distimulir oleh masuknya partikel- partikel asap yang mengandung
senyawa- senyawa berbahaya seperti SO2, NO2, CO dan 03 sehingga mengganggu fungsi
pernapasan dan dapat mengganggu kesehatan, terutama pada saluran pemafasan atas maupun
bawah, dan menyebabakan infeksi paru seperti bronchitis, edema paru dan pneumonia.(27)
Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim perlu dilakukan upaya mitigasi dan
adaptasi. Menurut UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change),
mitigasi adalah upaya intervensi manusia dalam mengurangi sumber atau penambah gas rumah
kaca (GRK) yang telah menimbulkan pemanasan global. Sedangkan adaptasi adalah upaya
menghadapi perubahan iklim dengan melakukan penyesuaian yang tepat, bertindak untuk
mengurangi berbagai pengaruh negatifnya, atau memanfaatkan dampak positifnya.(28)
Pengaruh perubahan iklim berbeda-beda berdasarkan jenis pajanan (exposure),
sensitivitas masyarakat (sensitivity), dan kemampuan adaptasi masyarakat (adaptive capacity).
Hal ini menyebabkan adanya perbedaan tingkat kerentanan suatu sistem terhadap perubahan
iklim pada tempat dan waktu yang berbeda. Penilaian kerentanan masyarakat dan individu
dalam menghadapi bahaya akibat perubahan iklim dapat dimanfaatkan untuk pencegahan,
mitigasi, persiapan, tanggapa, dan pemulihan terhadap dampak dari bencana alam yang ada di
Indonesia.(29)
Perencanaan dan rancangan kampung iklim adalah perencanaan tata ruang yang
berprinsip pada konsep pembangunan kampung iklim yang adaptif terhadap perubahan
Berguna dalam mengurangi polusi, menambah estetika, serta menciptakan iklim mikro
yang nyaman, juga bisa berguna sebagai strategi dalam peningkatan ketahanan pangan
bagi masyarakat.
Bersifat efisien, baik dalam rancangan, konstruksi, perawatan, renovasi bahkan dalam
upaya penanggulangan resiko perubahan iklim. Bangunan ramah lingkungan harus
bersifat ekonomis, tepat guna, tahan lama, serta nyaman. Bangunan ramah lingkungan
dirancang untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim, adaptif terhadap
lingkungan dengan penggunaan energi, air, dan lain-lain yang efisien, menjaga
kesehatan penghuni serta mampu mengurangi resiko bahaya terhadap penghuni akibat
bencana alam dan kerusakan lingkungan.
Berprinsip pada reduce (pengurangan), reuse (penggunaan ulang) dan recycle (daur
ulang).
tenaga angin, listrik tenaga air, listrik dari emisi methana TPA dan lain-lain.
Pelibatan berbagai stakeholder dari kalangan pemerintah, kalangan bisnis dan kalangan
a. Penilaian Teknis oleh Tim Teknis yaitu tahapan pemberian penilaian (scoring)
berdasarkan hasil verifikasi lapangan untuk menilai kesesuaian antara kegiatan yang
telah dilakukan selama ini dengan komponen Program Terpadu Kampung Iklim.
lapangan. Tim Teknis terdiri dari pejabat setingkat Eselon IV dan Golongan III dari lintas
SKPD Provinsi Banten dan apabila diperlukan dapat melibatkan pakar atau praktisi yang
mempunyai keahlian terkait pelaksanaan Program Terpadu Kampung Iklim.
2) Melakukan penilaian pada indikator yang ada. Setiap indikator memiliki
bobot
tertentu yang menggambarkan tingkat kepentingan dan prioritas;
Perubahan iklim merupakan salah satu bagian dari faktor lingkungan fisik yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Dibawah ini adalah
Dampak pada
Lingkungan :
Bencana alam
Degradasi ekosistem
Pencemaran udara
Dinamika penularan
penyakit Masalah kesehatan :
Peningkatan alergen Perubahan Iklim :
Penyakit pernafasan
Kenaikan temperatur Penyakit kardiovaskular
Cuaca ekstrem Penyakit pencernaan
Kenaikan permukaan air laut Penyakit bawaan vector,
Dampak pada Peningkatan kadar level CO2 makanan, minuman
Manusia :
Migrasi
Konflik masyarakat
Kesehatan Mental
Cedera dan kematian Peraturan atau kebijakan
Pencegahan
Climate Effects (BRACE) Framework atau Membangun Kerangka Ketahanan Terhadap Efek
Iklim.